1. Tropozoit Muda
Parasit dalam eritrosit membentuk vakuola dan
sitoplasmanya membentuk lingkaran dan intinya
terdorong ke pinggir, berbentuk mirip cincin.
STADIUM/FASE DAUR HIDUP
2. Tropozoit Tua
Dalam pertumbuhan selanjutnya bentuk cincin menjadi tidak
teratur.
Parasit ini mencerna hemoglobim dalam eritrosit dan sisa
metabolismenya berupa pigmen malaria (hemozoin & hematin)
Pigmen yang mengandung zat besi ini dapat dilihat dalam parasit
sebagai butir-butir berwarna kuning tengguli hingga tengguli
hitam yang jelas terlihat pada stadium lanjut.
STADIUM/FASE DAUR HIDUP
3. Skizon
Setelah masa pertumbuhan, parasit berkembang biak secara
aseksual yang disebut skizogoni.
Inti parasit membelah diikuti oleh sitoplasma lalu membentuk
skizon.
Skizon matang mengandung bentuk-bentuk bulat kecil yang terdiri
dari inti dan sitoplasma yang disebut merozoit.
STADIUM/FASE DAUR HIDUP
Setelah proses skizogoni selesai, eritrosit pecah dan merozoit
akan masuk aliran darah (sporulasi).
Kemudian merozoit akan memasuki eritrosit baru, maka siklus
akan berulang.
Proses skizogoni akan berlangsung berulang-ulang selama infeksi
dan menimbulkan parasitemi yang meningkat dengan cepat
sampai proses dihambat oeh respon imun hospes.
Proses skizogon berbeda-beda
waktunya menurut spesiesnya,
pada P.vivax dan P.ovale siklus
berlangsung 48 jam,
pada P.malariae 2 jam,
Pada P.falcifarum kurang dari 48 jam.
STADIUM/FASE DAUR HIDUP
4. Gametosit
Setelah terjadi beberapa siklus eritrositer 2 atau 3 generasi (3-15 hari),
merozoit yang keluar setelah skizon pecah, akan tumbuh menjadi
bentuk seksual yang disebut proses gametogoni (gametogenesis) atau
fase seksual dalam darah.
Bentuk seksual tumbuh, tapi intinya tidak membelah.
Bentuk gametosit berbagai spesies Plasmodium berbeda-beda.
Umumnya makrogametosit dalam pulasan sitoplasmanya berwarna biru
dengan inti yang kecil dan padat, dan mikrogametosit sitoplasmanya
berwarna biru pucat atau merah muda dengan inti besar dan difus.
Stadium gametosit ini mengandung butir-butir pigmen yang banyak.
STADIUM/FASE DAUR HIDUP
Bila nyamuk Anopheles betina menghisap darah penderita malaria, di
dalam lambung nyamuk eritrosit akan dicerna bersamaan dengan
parasit-parasit stadium aseksual, sedang parasit stadium seksual akan
tumbuh.
STADIUM/FASE DAUR HIDUP
Bila nyamuk Anopheles betina menghisap darah penderita malaria, di
dalam lambung nyamuk eritrosit akan dicerna bersamaan dengan
parasit-parasit stadium aseksual, sedang parasit stadium seksual akan
tumbuh.
Makrogametosit mengalami pematangan menjadi makrogamet.
Mikrogametosit akan mengalami proses eksflagelasi, yaitu intinya
membelah menjadi 4 sampai 8 lalu tumbuh menjadi bentuk flagel
dengan ukuran 20-25 mikron (stadium mikrogamet), lalu melepaskan
diri dan bergerak menuju gamet betina.
STADIUM/FASE DAUR HIDUP
Di dalam lambung nyamuk akan terjadi pembuahan dengan cara
sporogoni menghasilkan zigot yan berbentuk bulat dan tidak bergerak.
Dalam waktu 18-24 jam memanjang dengan ukuran 8-24 mikron disebut
ookinet, yang akan menembus dinding lambung membentuk ookista.
Ookista ini tumbuh menjadi besar sampai besarnya mencapai 500
mikron dengan inti yang membelah dan dikelilingi oleh protoplasma
yang membentuk sporozoit yang panjangnya 10-15 mikron.
STADIUM/FASE DAUR HIDUP
Lalu kista akan pecah dan keluar sporozoit dengan jumlah ribuan
masuk rongga badan nyamuk, lalu mencapai kelenjar liur nyamuk, pada
saat ini nyamuk menjadi INFEKTIF.
PENULARAN
PRINSIP
Sewaktu pemulasan apusan darah,
hemoglobin dalam eritrosit melarut
(dehemoglobinisasi) dan tertarik oleh air
yang terdapat dalam larutan pewarna.
Komponen yang tertinggal adalah parasit
dan leukosit, dapat diamati di bawah
mikroskop.
PEMERIKSAAN
MALARIA
PEMERIKSAAN
• Pengambilan darah dilakukan pada puncak demam, ketika parasit banyak
berada dalam darah. Pengambilan sampel dilakukan sebelum mengkonsumsi
obat antimalaria.
Buffer yang digunakan dapat dibuat dengan komposisi KH2PO4 (0,7 gr) + Na2HPO4 (1,0 gr)
+ 1000 cc aquades
Alkohol 70 % – 90 %
Metanol
Mikroskop
Rak pewarnaan
Lanset
Kapas
Minyak imersi
Cara pemeriksaan :
Ujung jari pasien diusap dengan alkohol 70%, kemudian ditusuk
dengan lanset sampai didapatkan darah, terus dihapuskan pada
objek glass
Fiksasi darah dengan metanol ±30 detik
Dicuci dengan air kran
Dikeringkan di udara
Sediaan disimpan di atas rak pewarnaan
Dituangi dengan larutan Giemsa pH buffer 7,2 dan dibiarkan selama
±20-30 menit
Dicuci sebentar dengan air kran yang mengalir supaya tidak terjadi
endapan
Keringkan dengan cara dimiringkan agar air dapat mengalir ke
bawah
Periksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x100 dengan
memakai minyak imersi
PEMERIKSAAN
MALARIA
Giemsa+1 mL buffer))
Alkohol 70 % – 90 %
Mikroskop
Rak pewarnaan
Lanset
Kapas
Minyak imersi
Cara pemeriksaan :
Ujung jari pasien diusap dengan alkohol 70%, kemudian
ditusuk dengan lanset sampai didapatkan darah
Buatlah sediaan dengan meneteskan darah pada objek
glass (diameter ± 1 cm) dengan ketebalan merata
Keringkan sediaan pada suhu kamar atau dianginkan
Tuangi dengan larutan Giemsa, dan biarkan selama ± 15 –
30 menit
Sediaan dicuci sebentar dengan hati-hati (karena sediaan
darah tidak difiksasi dan mudah lepas). Pastikan endapan
tidak melekat pada sediaan darah
Keringkan sediaan di udara
Periksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x100
dengan memakai minyak imersi
Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan preparat di bawah mikroskop dengan
objektif 100X.
Parasit malaria yang terdapat dalam darah mungkin
ditemukan dalam berbagai stadium perkembangan.
Beberapa parasit malaria memiliki sitoplasma yang
berisi granula-granula pigmen.
DIAGNOSIS
+ = 1 – 10 parasit / 100 LP
++ = 11 – 100 parasit/ 100 LP
+++ = 1 – 10 parasit/ LP
++++ = > 10 parasit / LP
Apusan darah tipis
Dalam apusan darah tipis, eritrosit yang terinfeksi mungkin
saja tidak mengalami perubahan atau mungkin juga
mengalami perubahan warna atau bentuk, atau tampak titik-
titik kecil pink (Schuffner), titik-titik besar berwarna pink
(Maurer)atau titik-titik kecil berwarna merah (James) pada
eritrosit tersebut.
Apusan darah tipis dapat digunakan untuk mengidentifikasi
spesies parasit malaria.
Catatan: Pada pasien dengan malaria kronis, monosit dapat
terlihat dalam apusan darah tipis; sitoplasma sering kali
megandung badan berwarna cokelat atau hitam-kehijauan
(siderofil). Dalam sampel darah pasien yang baru saja disuntik
obat anti-malaria, parasit tidak terwarnai dengan baik,
gambarannya rusak, dan detailnya tidak jelas.
Apusan darah tebal
Pada pemeriksaan apusan darah tebal, latar belakang
preparat harus bersih dan bebas debris ( eritrosit-
terinfeksi yang melisis).
Parasit malaria seharusnya memiliki kromatin berwarna
merah tua dan sitoplasma berwarna biru atau biru-
keunguan pucat.
Dalam apusan darah tebal yang dipulas dengan Giemsa,
inti-inti leukosit harus terwarnai ungu tua. Titik-titik
Schuffner mungkin tampak di sekeliling parasit malaria.
DIAGNOSA
Plasmodium vivax Plasmodium palcifarum
Eritrosit yang positif > 2% > 40%
Ukuran Eritrosit Membesar Normal
Sitoplasma eritrosit Terdapat titik Schuffner Terdapat titik Maurer
Bentuk Cincin (tropozoit 1 tiap eritrost 1 atau 2 tiap eritrosit
muda)
Ukuran tropozoit muda 1/3 eritrosit 1/6 eritrosit
Tropozoit tua ameboid Cincin lebih besar
(Tidak terdapat pada
darah perifer)
Skizon 8 - 10 merozoit 18 – 32 merozoit
(Tidak terdapat pada
darah perifer)
Makrogametosit Bulat, biru, inti padat Seperti sabit, biru, inti
dipinggir dan pigmen di padat, pigmen sekitar
sekitar inti inti
Mikrogametosit Bulat, merah, inti difus di Seperti pisang, merah,
tengah, pigmen tersebar inti difus, pigmen
tersebar
TETES TEBAL
HAPUS TIPIS
PEMERIKSAAN
MALARIA
TETES TEBAL
THICK FILM MADE WITH EDTA BLOOD:
NO PARASITES, MANY
THROMBOCYTES.
PLASMODIUM FALCIPARUM: THICK FILM WITH
NUMEROUS RINGS.
PLASMODIUM FALCIPARUM: TWO CRESCENTIC
GAMETOCYTES IN A THICK FILM.
PLASMODIUM VIVAX: RING WITH
SCHÜFFNER’S STIPPLING (THICK FILM).
PEMERIKSAAN
MALARIA
HAPUS TIPIS
PLASMODIUM FALCIPARUM: NUMEROUS RINGS
(THIN FILM).
PLASMODIUM FALCIPARUM: NUMEROUS RINGS
(THIN FILM).
Two rings in
one RBC
PLASMODIUM FALCIPARUM: THREE RINGS
AND ONE GAMETOCYTE (THIN FILM).
PLASMODIUM VIVAX: AMEBOID TROPHOZOITE,
GAMETOCYTE AND SCHÜFFNER’S DOTS (THIN FILM).
PLASMODIUM VIVAX: AMEBOID TROPHOZOITE,
GAMETOCYTE AND SCHÜFFNER’S DOTS (THIN FILM).
Gametocyte
PLASMODIUM VIVAX: SCHIZONT WITH MANY
MEROZOITES (THIN FILM).
3 Plasmodium ?
4 Plasmodium ?
5 Plasmodium ?
2 Plasmodium vivax
3 Plasmodium
falciparum
4 Plasmodium
malariae
5 Plasmodium
ovale
TERIMA KASIH