Anda di halaman 1dari 68

SPOROZOA

DR. RUDY HIDANA, DRS., M.PD.


Parasit yang termasuk Kelas Sporozoa ini berkembang biak bergantian
secara seksual dan aseksual.
Perkembangbiakan ini dapat:
 Terjadi dalam satu hospes (Coccidia)
 Berdasarkan habitatnya, Coccidia yaitu menginfeksi manusia adalah:
1. Coccidia Intestinal, yang terdiri dari:
a. Genus Eimeria terdiri dari spesies:
1) Eimeria clupearum
2) Eimeria sardinae
b. Genus Isospora yang terdiri dari spesies:
1) Isospora hominis
2) Isospora belli
2. Coccidia Jaringan, yaitu:
a. Toxoplasma gondii yang berhabitat pada semua sel yang berinti
b. Sarcocystis lindemanni, yang berhabitat pada otot

 Terjadi dalam dua macam hospes (Haemosporidia)


 Haemosporidia terdiri dari:
- Plasmodium
PLASMODIUM SP
SEJARAH

Malaria adalah istilah yang diambil dari bahasa Italia


yaitu berarti:
 mal= busuk dan aria=udara
Hal ini mungkin berhubungan wabah yang terjadi sekitar
kota Roma banyak terdapat di sekitar rawa-rawa yang
berbau busuk.
Penyebab penyakit ini dahulu diduga sebagai kutukan
dari dewa.
Penderita malaria biasanya demam dengan limpa yang
membesar hingga dikenal sebagai demam kura.
Pada tahun 1897 Ross menemukan benda berbentuk
pisang pada darah penderita malaria.
HOSPES

Dikenal 4 spesies dari Genus Plasmodium ini yang hidup


sebagai penyebab penyakit malaria pada manusia, yaitu:
1. Plasmodium falcifarum
2. Plasmodium vivax
3. Plasmodium malariae
4. Plasmodium ovale

 Ada beberapa spesies Plasmodium yang terdapat pada


kera, diantaranya adalah Plasmodium knowlesi yang
terjadi pada kasus malaria pada manusia di Aceh.
 Manusia dapat terinfeksi oleh parasit malaria kera
secara alamiah dan secara eksperimental, begitupun
sebaliknya dapat terjadi.
DISTRIBUSI DAN PENYEBARAN

Penyakit malaria ditemukan pada 64° Lintang Utara


(Archangel di Rusia) sampai 32° Lintang Selatan (Cordoba
di Argentina), dari daerah rendah 400 meter di bawah
permukaan laut (Laut Mati) sampai 2800 m di atas
permukaan laut (Cochambaba di Bolivia).

Dibatas-batas garis lintang dan garis bujur terdapat


daerah-daerah yang bebas malaria.

Di Indonesia penyakit malaria ditemukan tersebar di


seluruh kepulauan,terutama kawasan timur Indonesia.
SIKLUS HIDUP

 Daur hidup keempat spesies malaria pada manusia umumnya


sama.
 Proses ini terdiri dari fase seksual eksogen (sporogoni) dalam
badan nyamuk Anopheles betina dan fase aseksual (skizogoni)
dalam badan manusia.

 Fase aseksual mempunyai 2 daur, yaitu:


1. Daur dalam sel parenkim hati (skizogoni eksoeritrosit) atau stadium
jaringan, dengan:
a) Skizogoni praeritrosit 1 (skizogoni eksoeritrosit primer) setelah

sporozoit masuk dalam sel hati


b) Skizogoni praeritrosit 2 (skizogoni eksoeritrosit sekunder) yang

berlangsung dalam hati


2. Daur eritrosit dalam darah (skizogoni eritrosit)
SIKLUS HIDUP

Ada dua macam sporozoit, yaitu:


1. Yang langsung mengalami pertumbuhan
2. Yang menetap dalam periode tertentu, tetap tidur (dormant)
yang disebut hipnozoit, sampai menjadi aktif kembali dan
mengalami pembelahan skizogoni.

Pada infeksi P.falcifarum dan P.malariae hanya terjadi


satu periode aseksual yaitu sebelum siklus dalam darah,
sesudah itu tidak dilanjutkan lagi.

Pada infeksi P.vivax dan P.ovale siklus eksoeritrositer


sekunder dapat berlangsung, sejalan dengan perjalanan
penyakit bila tidak mendapat pengobatan.
SIKLUS HIDUP

Bilanyamuk Anopheles betina yang mengandung stadium


sporozoit pada air ludahnya menggigit dan menghisap
darah manusia, maka sporozoit akan masuk melalui
probosisnya ke dalam kulit lalu masuk ke peredaran darah.
SIKLUS HIDUP
Dalam peredaran darah sebagian dari sporozoit dihancurkan oleh sel fagosit,
setelah ½ sampai 1 jam, yang tidak difagosit akan masuk ke dalam sel hati,
lalu berkembang biak.
Proses ini disebut skizogoni praeritrosit.
Inti parasit akan membelah berulang-ulang hingga terbentuk skizon hati
(skizon jaringan) berbentuk bulat atau lonjong dan menjadi besar sampai 45
mikron.
Pembelahan inti disertai pembelahan sitoplasma yang mengelilingi setiap inti
hingga membentuk beribu-ribu merozoit berinti dua dengan ukuran 1,0-1,8
mikron.
Faseini berlangsung beberapa waktu yang berbeda-beda antara bermacam-
macam Plasmodium.
Pada akhir stadium praeritrosit, skizon pecah, maka merozoit masuk ke
peredaran darah.
SIKLUS HIDUP
Pada sinusoid hati merozoit akan menyerang eritrosit dan sebagian akan
difagositosis.
Pada P.vivax dan P.ovale sebagian dari merozoit menjadi HIPNOZOIT setelah
beberapa waktu (beberapa bulan sampai 5 tahun), akan aktif kembali dan akan
memulai skizogeni eksoeritrosit sekunder.
Hal ini dianggap sebagai relaps jangka panjang dan kekambuhan.
SIKLUS HIDUP
Merozoityang dilepas oleh skizon jaringan akan
menyerang eritrosit, maka akan terjadi siklus eritrosit, dan
berkembang di dalam eritrosit dengan urutan stadiumnya
adalah:
1. Tropozoit muda
2. Tropozoit tua
3. Skizon
4. Gametosit
STADIUM/FASE DAUR HIDUP

1. Tropozoit Muda
Parasit dalam eritrosit membentuk vakuola dan
sitoplasmanya membentuk lingkaran dan intinya
terdorong ke pinggir, berbentuk mirip cincin.
STADIUM/FASE DAUR HIDUP

2. Tropozoit Tua
 Dalam pertumbuhan selanjutnya bentuk cincin menjadi tidak
teratur.
 Parasit ini mencerna hemoglobim dalam eritrosit dan sisa
metabolismenya berupa pigmen malaria (hemozoin & hematin)
 Pigmen yang mengandung zat besi ini dapat dilihat dalam parasit
sebagai butir-butir berwarna kuning tengguli hingga tengguli
hitam yang jelas terlihat pada stadium lanjut.
STADIUM/FASE DAUR HIDUP
3. Skizon
 Setelah masa pertumbuhan, parasit berkembang biak secara
aseksual yang disebut skizogoni.
 Inti parasit membelah diikuti oleh sitoplasma lalu membentuk
skizon.
 Skizon matang mengandung bentuk-bentuk bulat kecil yang terdiri
dari inti dan sitoplasma yang disebut merozoit.
STADIUM/FASE DAUR HIDUP
 Setelah proses skizogoni selesai, eritrosit pecah dan merozoit
akan masuk aliran darah (sporulasi).
 Kemudian merozoit akan memasuki eritrosit baru, maka siklus
akan berulang.
 Proses skizogoni akan berlangsung berulang-ulang selama infeksi
dan menimbulkan parasitemi yang meningkat dengan cepat
sampai proses dihambat oeh respon imun hospes.
 Proses skizogon berbeda-beda
waktunya menurut spesiesnya,
pada P.vivax dan P.ovale siklus
berlangsung 48 jam,
pada P.malariae 2 jam,
Pada P.falcifarum kurang dari 48 jam.
STADIUM/FASE DAUR HIDUP
4. Gametosit
 Setelah terjadi beberapa siklus eritrositer 2 atau 3 generasi (3-15 hari),
merozoit yang keluar setelah skizon pecah, akan tumbuh menjadi
bentuk seksual yang disebut proses gametogoni (gametogenesis) atau
fase seksual dalam darah.
 Bentuk seksual tumbuh, tapi intinya tidak membelah.
 Bentuk gametosit berbagai spesies Plasmodium berbeda-beda.
 Umumnya makrogametosit dalam pulasan sitoplasmanya berwarna biru
dengan inti yang kecil dan padat, dan mikrogametosit sitoplasmanya
berwarna biru pucat atau merah muda dengan inti besar dan difus.
Stadium gametosit ini mengandung butir-butir pigmen yang banyak.
STADIUM/FASE DAUR HIDUP
 Bila nyamuk Anopheles betina menghisap darah penderita malaria, di
dalam lambung nyamuk eritrosit akan dicerna bersamaan dengan
parasit-parasit stadium aseksual, sedang parasit stadium seksual akan
tumbuh.
STADIUM/FASE DAUR HIDUP
 Bila nyamuk Anopheles betina menghisap darah penderita malaria, di
dalam lambung nyamuk eritrosit akan dicerna bersamaan dengan
parasit-parasit stadium aseksual, sedang parasit stadium seksual akan
tumbuh.
 Makrogametosit mengalami pematangan menjadi makrogamet.
 Mikrogametosit akan mengalami proses eksflagelasi, yaitu intinya
membelah menjadi 4 sampai 8 lalu tumbuh menjadi bentuk flagel
dengan ukuran 20-25 mikron (stadium mikrogamet), lalu melepaskan
diri dan bergerak menuju gamet betina.
STADIUM/FASE DAUR HIDUP
 Di dalam lambung nyamuk akan terjadi pembuahan dengan cara
sporogoni menghasilkan zigot yan berbentuk bulat dan tidak bergerak.
 Dalam waktu 18-24 jam memanjang dengan ukuran 8-24 mikron disebut
ookinet, yang akan menembus dinding lambung membentuk ookista.
 Ookista ini tumbuh menjadi besar sampai besarnya mencapai 500
mikron dengan inti yang membelah dan dikelilingi oleh protoplasma
yang membentuk sporozoit yang panjangnya 10-15 mikron.
STADIUM/FASE DAUR HIDUP
 Lalu kista akan pecah dan keluar sporozoit dengan jumlah ribuan
masuk rongga badan nyamuk, lalu mencapai kelenjar liur nyamuk, pada
saat ini nyamuk menjadi INFEKTIF.
PENULARAN

 Penyakit malaria ditularkan melalui:


1. Inokulasi Plasmodium oleh nyamuk Anopheles betin
2. Transfusi darah
3. Plasenta ibu hamil
GEJALA KLINIS
 Gejala klinis awal (sindrom prodormal) infeksi ini meliputi
demam ringan, sakit kepala, nyeri otot, dan malaise.
Gejala-gejala ini sering dikira gejala infeksi virus influenza.
 Gejala yang menyerupai influenza (influenza-like
symptoms) ini diikuti dengan serangan demam tinggi dan
menggigil, yang terjadi berulang dan periodik.
 Demam tinggi yang disertai dengan gangguan mental,
ditandai dengan halusinasi dan eksitasi serebral, dapat
mengindikasikan malaria, yang sering kali fatal.
 Di daerah endemik malaria dan pada populasi yang memiliki
imunitas parsial terhadap infeksi ini, gejala klinis mungkin
lebih ringan. 
PATOLOGI DAN GEJALA KLINIK
 Gejala yang terpenting pada malaria terdiri dari:
1. Demam
Demam pada infeksi malaria terjadi sehubungan dengan pecahnya sejumlah skizon
matang secara periodik dan merozoit masuk ke dalam aliran darah (sporulasi). Waktu
pecahnya skizon bervariasi antar Plasmodium, setiap 48 jam atau 72 jam.
Pada P.vivax dan P.ovale, skizon pecah setiap 48 jam (bersifat tertiana)
Pada P.malariae, skizon pecah dengan interval 72 jam (kuartana)
Pada P.falcifarum interval waktu paling cepat (tropicana)
a. Stadium menggigil
b. Stadium puncak demam
c. Stadium berkeringat
2. Splenomegali
Yaitu pembesaran limpa yang merupakan gejala khas malaria menahun. Biasanya
pada minggu kedua limpa tampak membesar dan dapat diraba pada palpasi. Pada
malaria menahun jaringan ikat makin bertambah, sehingga konsistensi limpa
menjadi keras.
3. Anemia
Anemia yang terjadi adalah anemia hemolitik, normositik dan
normokhrom
Anemia terutama tampak pada malaria falcifarum karena penghancuran
eritrosit eritrosit yang cepat dan hebat, juga pada malaria menahun.
DISTRIBUSI GEOGRAFIS PLASMODIUM SPP. YANG
INFEKTIF TERHADAP MANUSIA

Negara atau Wilayah P. falciparum P. malariae P. ovale P. vivax

Afrika tengah Predominan Jarang Jarang Jarang


Afrika timur Predominan Jarang Jarang Lazim
Afrika utara Sangat jarang Sangat jarang Tidak ada Predominan
Afrika barat Predominan Jarang Jarang Sangat jarang
Amerika tengah Lazim Jarang Tidak ada Predominan
Amerika selatan Lazim Lazim Tidak ada Predominan
Asia tengah dan barat daya Lazim Lazim Tidak ada Predominan
Eropa tenggara Sangat jarang Sangat jarang Tidak ada Predominan
Pesisir hindia Lazim Jarang Sangat jarang Predominan
Indocina Predominan Jarang Jarang Lazim
Indonesia Predominan Sangat jarang Sangat jarang Lazim
Madagaskar, Samudera hindia Predominan Jarang Jarang Lazim
Kepulauan pasifik Predominan Sangat jarang Jarang Lazim
CARA PEMERIKSAAN MALARIA
PEMERIKSAAN DARAH UNTUK PARASIT
MALARIA
 Parasit malaria biasanya dideteksi dalam apusan darah yang
diwarnai dengan larutan Field atau Giemsa, juga digunakan air
suling ataupun buffer dengan pH 7,2 agar kualitas pewarnaan
bagus. Dengan pewarnaan ini, eritrosit berwarna merah muda,
inti leukosit menjadi lembayung tua, sitoplasma malaria
menjadi biru, butir-butir kromatin menjadi merah karmin.
 Parasit ini juga dapat dideteksi melalui prosedur imunologis,
yang dikenal dengan uji carik-celup.
 Identifikasi spesies di laboratorium penting dilakukan untuk
menentukan terapi dan prognosis.
 Seandainya Anda tidak dapat mengidentifikasi spesiesnya,
laporkan saja bahwa terdapat parasit malaria, setiap kali Anda
menemukannya.
 Trombosit yang berindihan dengan eritrosit jangan dikira
parasit malaria.
 Untuk pemeriksaan mikroskopik rutin
terhadap parasit malaria, apusan darah tebal
dan tipis dibuat sekaligus pada sebuah kaca
objek.
 Apusan darah tebal digunakan untuk
pendeteksian parasit, sementara apusan
darah tipis digunakan untuk pendeteksian
spesies parasit tersebut.
PEMERIKSAAN MALARIA

 PRINSIP
 Sewaktu pemulasan apusan darah,
hemoglobin dalam eritrosit melarut
(dehemoglobinisasi) dan tertarik oleh air
yang terdapat dalam larutan pewarna.
Komponen yang tertinggal adalah parasit
dan leukosit, dapat diamati di bawah
mikroskop.
PEMERIKSAAN
MALARIA

PEMERIKSAAN
• Pengambilan darah dilakukan pada puncak demam, ketika parasit banyak
berada dalam darah. Pengambilan sampel dilakukan sebelum mengkonsumsi
obat antimalaria.

 Pewarnaan Giemsa untuk sediaan darah hapus tipis


 Alat dan Bahan :
 Objek glass bersih
 Larutan Giemsa (± 3 %)

 Buffer (untuk mengatur kepekatan Giemsa (1 tetes Giemsa+1 cc buffer))

Buffer yang digunakan dapat dibuat dengan komposisi KH2PO4 (0,7 gr) + Na2HPO4 (1,0 gr)
+ 1000 cc aquades
 Alkohol 70 % – 90 %

 Metanol

 Mikroskop

 Rak pewarnaan

 Lanset

 Kapas

 Minyak imersi

 Darah yang diperiksa


PEMERIKSAAN
MALARIA

 Cara pemeriksaan :
 Ujung jari pasien diusap dengan alkohol 70%, kemudian ditusuk
dengan lanset sampai didapatkan darah, terus dihapuskan pada
objek glass
 Fiksasi darah dengan metanol ±30 detik
 Dicuci dengan air kran
 Dikeringkan di udara
 Sediaan disimpan di atas rak pewarnaan
 Dituangi dengan larutan Giemsa pH buffer 7,2 dan dibiarkan selama
±20-30 menit
 Dicuci sebentar dengan air kran yang mengalir supaya tidak terjadi
endapan
 Keringkan dengan cara dimiringkan agar air dapat mengalir ke
bawah
 Periksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x100 dengan
memakai minyak imersi
PEMERIKSAAN
MALARIA

 Pewarnaan Giemsa untuk sediaan darah tetes tebal


 Alat dan Bahan :
 Objek glass bersih
 Larutan Giemsa (± 10%)

 Buffer (untuk mengatur kepekatan Giemsa (3 tetes

Giemsa+1 mL buffer))
 Alkohol 70 % – 90 %

 Mikroskop

 Rak pewarnaan

 Lanset

 Kapas

 Minyak imersi

 Darah yang diperiksa


PEMERIKSAAN
MALARIA

 Cara pemeriksaan :
 Ujung jari pasien diusap dengan alkohol 70%, kemudian
ditusuk dengan lanset sampai didapatkan darah
 Buatlah sediaan dengan meneteskan darah pada objek
glass (diameter ± 1 cm) dengan ketebalan merata
 Keringkan sediaan pada suhu kamar atau dianginkan
 Tuangi dengan larutan Giemsa, dan biarkan selama ± 15 –
30 menit
 Sediaan dicuci sebentar dengan hati-hati (karena sediaan
darah tidak difiksasi dan mudah lepas). Pastikan endapan
tidak melekat pada sediaan darah
 Keringkan sediaan di udara
 Periksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x100
dengan memakai minyak imersi
 Pemeriksaan Mikroskopik
 Pemeriksaan preparat di bawah mikroskop dengan
objektif 100X.
 Parasit malaria yang terdapat dalam darah mungkin
ditemukan dalam berbagai stadium perkembangan.
 Beberapa parasit malaria memiliki sitoplasma yang
berisi granula-granula pigmen.
DIAGNOSIS

MENGHITUNG PARASIT DENGAN SISTEM PLUS

+ = 1 – 10 parasit / 100 LP
++ = 11 – 100 parasit/ 100 LP
+++ = 1 – 10 parasit/ LP
++++ = > 10 parasit / LP
 Apusan darah tipis
 Dalam apusan darah tipis, eritrosit yang terinfeksi mungkin
saja tidak mengalami perubahan atau mungkin juga
mengalami perubahan warna atau bentuk, atau tampak titik-
titik kecil pink (Schuffner), titik-titik besar berwarna pink
(Maurer)atau titik-titik kecil berwarna merah (James) pada
eritrosit tersebut.
 Apusan darah tipis dapat digunakan untuk mengidentifikasi
spesies parasit malaria.
 Catatan: Pada pasien dengan malaria kronis, monosit dapat
terlihat dalam apusan darah tipis; sitoplasma sering kali
megandung badan berwarna cokelat atau hitam-kehijauan
(siderofil). Dalam sampel darah pasien yang baru saja disuntik
obat anti-malaria, parasit tidak terwarnai dengan baik,
gambarannya rusak, dan detailnya tidak jelas.
 Apusan darah tebal
 Pada pemeriksaan apusan darah tebal, latar belakang
preparat harus bersih dan bebas debris ( eritrosit-
terinfeksi yang melisis).
 Parasit malaria seharusnya memiliki kromatin berwarna
merah tua dan sitoplasma berwarna biru atau biru-
keunguan pucat.
 Dalam apusan darah tebal yang dipulas dengan Giemsa,
inti-inti leukosit harus terwarnai ungu tua. Titik-titik
Schuffner mungkin tampak di sekeliling parasit malaria.
DIAGNOSA
Plasmodium vivax Plasmodium palcifarum
Eritrosit yang positif > 2% > 40%
Ukuran Eritrosit Membesar Normal
Sitoplasma eritrosit Terdapat titik Schuffner Terdapat titik Maurer
Bentuk Cincin (tropozoit 1 tiap eritrost 1 atau 2 tiap eritrosit
muda)
Ukuran tropozoit muda 1/3 eritrosit 1/6 eritrosit
Tropozoit tua ameboid Cincin lebih besar
(Tidak terdapat pada
darah perifer)
Skizon 8 - 10 merozoit 18 – 32 merozoit
(Tidak terdapat pada
darah perifer)
Makrogametosit Bulat, biru, inti padat Seperti sabit, biru, inti
dipinggir dan pigmen di padat, pigmen sekitar
sekitar inti inti
Mikrogametosit Bulat, merah, inti difus di Seperti pisang, merah,
tengah, pigmen tersebar inti difus, pigmen
tersebar
TETES TEBAL
HAPUS TIPIS
PEMERIKSAAN
MALARIA

TETES TEBAL
THICK FILM MADE WITH EDTA BLOOD:
NO PARASITES, MANY
THROMBOCYTES.
PLASMODIUM FALCIPARUM: THICK FILM WITH
NUMEROUS RINGS.
PLASMODIUM FALCIPARUM: TWO CRESCENTIC
GAMETOCYTES IN A THICK FILM.
PLASMODIUM VIVAX: RING WITH
SCHÜFFNER’S STIPPLING (THICK FILM).
PEMERIKSAAN
MALARIA

HAPUS TIPIS
PLASMODIUM FALCIPARUM: NUMEROUS RINGS
(THIN FILM).
PLASMODIUM FALCIPARUM: NUMEROUS RINGS
(THIN FILM).

The rings are small:


1/3 or less of the rbc
PLASMODIUM FALCIPARUM: NUMEROUS RINGS
(THIN FILM).

The rings are small:


1/3 or less of the rbc

Two rings in
one RBC
PLASMODIUM FALCIPARUM: THREE RINGS
AND ONE GAMETOCYTE (THIN FILM).
PLASMODIUM VIVAX: AMEBOID TROPHOZOITE,
GAMETOCYTE AND SCHÜFFNER’S DOTS (THIN FILM).
PLASMODIUM VIVAX: AMEBOID TROPHOZOITE,
GAMETOCYTE AND SCHÜFFNER’S DOTS (THIN FILM).

Ameboid trophozoite, enlarged RBC


, Schüffner’s dots
PLASMODIUM VIVAX: AMEBOID TROPHOZOITE,
GAMETOCYTE AND SCHÜFFNER’S DOTS (THIN FILM).

Ameboid trophozoite, enlarged RBC


, Schüffner’s dots

Gametocyte
PLASMODIUM VIVAX: SCHIZONT WITH MANY
MEROZOITES (THIN FILM).

More than 20 merozoites


2 Plasmodium ?

3 Plasmodium ?

4 Plasmodium ?

5 Plasmodium ?
2 Plasmodium vivax
3 Plasmodium
falciparum
4 Plasmodium
malariae
5 Plasmodium
ovale
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai