Anda di halaman 1dari 10

KELOMPOK 7

ASIA TENGGARA (THAILAND)

Disusun Oleh :
1. Amanah Belinda (202015500285)
2. Laila Sa’adah (202015500062)
3. Mohammad Riyadi (202015500066)
4. Muhammad Ali Kautsar (202015500011)
5. Ronaldo Septrino Malau (202015500283)
 
Modernisasi
Muangthai
(Thailand)
Pembahasan
1. Mengenal Birokrasi Barat

2. Modernisasi di berbagai aspek

3. Terhindar dari kolonialisme

4. Monarki absolu kekonstitusional


 
Mengenal Birokrasi Barat

Thailand adalah sebuah negara yang mengadopsi sistem demokrasi sebagaimana


tertuang dalam Bab I ayat 2 Konstitusi 2007 “Thailand adopts a democratic regime of
government with the King as Head of State”. Sejak kudeta tahun 2006, militer kembali
masuk ke pentas politik Thailand dan memainkan perannya yang dominan. Sejak saat
itu pula militer keluar dari kotak Parlemen dan PM, serta menjadi kekuatan sendiri.
Dengan struktur seperti ini, Kerajaan dan Privy Council merupakan lembaga
tertinggi di Thailand. Militer setingkat kedudukannya dengan Dewan Perwakilan Rakyat,
Perdana Menteri dan Kabinet Thailand, serta Peradilan dan Kehakiman.
 
Mengenal Birokrasi Barat
Masuknya kembali militer ke dalam politik Thailand pada dasarnya terjadi karena dua
hal. Pertama, gagalnya sipil dalam menjaga stabilitas negara. Kedua adanya restu raja
juga merupakan faktor penting di balik kudeta ini. Hubungan sipil dan militer di Thailand
memang selalu diwarnai pasang surut dan kudeta telah berurat berakar dalam sistem
politik negeri gajah putih ini. Sejak tahun 1932 hingga 2006 saja telah terjadi 23 kudeta
militer dan 18 kali perubahan konstitusi. Kudeta tahun 2006 menjadi pintu bagi militer
untuk terlibat dalam situasi politik dan tidak melakukan apa-apa bagi transformasi politik
di Thailand. Thailand hingga kini masih dalam situasi demokrasi yang tidak menentu.
Demokrasi adalah sesuatu yang baru bagi Thailand, baru berumur 30-an tahun sejak
1973, jika kita membandingkan dengan demokrasi Amerika yang sudah berumur 230-an
tahun. Sehingga, belum fit antara sistem yang baru ini dengan tradisi atau kultur politik, di
mana kudeta militer adalah sesuatu yang telah berurat berakar, demikian pula masih
kuatnya pengaruh monarki. . Kesenjangan antara tradisi dan sistem demokrasi inilah
yang menyebabkan demokrasi di Thailand tidak berfungsi dengan baik dan Thailand
masih membutuhkan waktu untuk mengkonsolidasikan demokrasinya.
Modernisasi di Berbagai Aspek
Modernisasi di Thailand dimulai pada masa pemerintahan Raja Mongkut
yang bergelar Rama III dengan menata ulang sistem pemerintahan di
kerajaan. Selain itu, ia juga menandatangani perjanjian Bowring untuk
memberikan hak ekstrateritorial kepada Inggris. Modernisasi dilanjutkan
oleh Raja Chulalongkorn (1868-1910) yang pada usia 15 tahun
menggantikan ayahnya. Pada 1873, ia memulai dengan serentetan
perubahan-perubahan yang mendasar, mengumumkan penghapusan
perbudakan, mengubah sistem pengadilan dan keuangan, serta membentuk
sebuah dewan negara dan dewan pribadi untuk menasehatinya. Pada
pertengahan 1880-an Chulalangkorn menempatkan saudara-saudara raja di
departemen-departemen dan kementrian-kementrian. Pada 1885 mengadakan
reorganisasi pada pemerintahannya di kementrian-kementrian yang disusun
berdasarkan fungsinya. Sistem tersebut diresmikan pada Maret 1888. Pada
akhir pemerintahan Chulalongkorn, keberhasilan program pembaharuan
terjamin, meskipun masih jauh dari sempurna.
Terhindar Dari Kolonialisme
Salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang tidak di jajah adalah Thailand, terkenal dengan sebutan Negeri
Gajah Putih. Abad 19, satu persatu kerajaan kerajaan yang ada di Asia Tenggara jatuh pada bangsa Barat. Indonesia
sekarang ini, dulu dijajah Belanda. Singapura jatuh ke tangan Inggris. Demikian pula Malaysia. Philipina jatuh ke
tangan Spanyol, Vietnam jatuh ke tangan Perancis, Burma ke tangan Inggris. Satu satunya yang tidak dijajah adalah
Thailand atau Siam. Strategi dan peran besar dua raja Siam, merupakan faktor utama mengapa Siam tetap merdeka.
Siam memperlakukan semua bangsa Barat yang berdagang di wilayahnya dengan baik. Tidak ada pilih kasih dalam
berdagang. Semuanya disamakan. Hasilnya bangsa Barat yang berdagang dengan Siam tidak memiliki alasan untuk
menyerang Siam. Lagi pula, bangsa Barat itu tidak berani memulai serangan karena khawatir dengan bangsa barat
lainnya.

Siam tidak menutup diri untuk menyelesaikan persoalannya dengan jalan perjanajian. Inilah yg membuat Siam
tegak berdiri karena perjanjian yang dibuat dan ditaati. Sebagai negara yang bebas dari jajahan, Thailand lebih mudah
untuk membuka diri terhadap pengaruh budaya Barat yang justru sangat dihindari oleh negara-negara di kawasan
Asia Tenggara lainnya. Kemerdekaan Thailand lahir ketika zaman kolonialisme yang sudah mulai melanda hampir
semua bagian belahan didunia. Pada masa kolonialisme, Kerajaan Siam atau Thailand yang dipimpin oleh dua raja
hebat yang dikenang hingga saat ini, yakni Rama IV dan Rama V. Raja Rama IV dikenal dengan nama Mongkut, raja
tersebut memerintah dari tahun 1851 hingga tahun 1868. Selama pemerintahannya, Raja Mongkut melakukan
kerjasama yang erat dengan beberapa negara barat seperi Amerika Serikat, Britania Raya dan Perancis.
Monarki Absolut ke Konstitusional
Monarki Thailand (yang penguasa monarkinya disebut sebagai Raja Thailand atau dulunya sebagai Raja
Siam) Raja Thailand adalah kepala negara dan kepala Wangsa Chakri. Meskipun dinasti Chakri saat ini baru
dibuat pada 1782, keberadaan institusi monarki di Thailand secara tradisional berawal dari pendirian Kerajaan
Sukhothai pada 1238, dengan interregnum dari kematian Ekkathat sampai kenaikan tahta Taksin pada abad ke-
18. Lembaga tersebut beralih menjadi monarki konstitusional pada 1932 setelah Revolusi Siam 1932. Penguasa
monarki Thailand saat ini adalah Maha Vajiralongkorn. Raja tersebut telah memerintah semenjak kematian
ayahnya Bhumibol Adulyadej pada 13 Oktober 2016.
Berdasarkan catatan historis, Thailand merupakan negara yang dulunya berbentuk Monarki-
absolut. Namun, seiring dengan adanya perang saudara dan perebutan wilayah serta kejatuhan dari dinasti-
dinasti yang gagal, menjadikan perubahan bentuk formasi Thailand menjadi bentuk Thailand yang lebih
modern. Negara kerajaan yang bentuk pemerintahan monarki konstitusional ini memiliki catatan sejarah yang
panjang sebelum terbentuknya Kerajaan Siam (Thailand). Sebuah revolusi terjadi pada tahun 1932, yang
menyebabkan dimulainya bentuk pemerintahan monarki konstitusional, dan perubahan dari Kerajaan Siam
menjadi Kerajaan Thailand. Revolusi ini lebih banyak berpengaruh pada elit poltik kala itu, sedangkan lembaga
politik dan sosial Thailand tidak mengalami perubahan.
Monarki Abolut ke Konstitusional

Peristiwa revolusi 1932 menjadi titik awal peran militer Thailand semakin kuat pada
tahun 1988, para perwira militer mulai memasuki ranah pemerintahan, pengambilan
segala proses pengambilan kebijakan luar negeri Thailand (Cipto, 2006: 108). Namun,
tidak menggantikan peran sentral seorang Raja sebagai pemimpin yang amat dihomati
oleh masyarakat Thailand. Kerajaan Thonburi, dan Kerajaan Rattanakosin sebelum
akhirnya mengalami pergeseran dari rezim monarki ke rezim militer tahun 1932.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai