Anda di halaman 1dari 6

ChronicKidneyDisease(CKD)

Cantika Rintan Novia M (201902055)


Dara Ayu Tri Prasasti (201902056)
Dina Arni Anisa(201902057)
Dista Dania Permatasari (201902058)
 
CKD ADALAH..
CKD/Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal
untuk mempertahankan metabolism serta keseimbangan
cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang
progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit
(toksik uremik) di dalam darah (Muttaqin, 2011).
gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir
(ERSD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif
dan irreversibledimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan
dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah). (Smeltzer ,2008)
KLASIFIKASI GAGAL GINJAL
Gagal ginjal kronik menurut Muttaqin (2011)
1. Penurunan cadangan ginjal, yang terjadi apabila GFR turun 50%
dari normal.
2. Insufisinensi ginjal, yang terjadi apabila GFR turun menjadi 20-35%
dari normal. Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan mengalami
kerusakan sendiri karena beratnya beban yang mereka terima.
3. Gagal ginjal, yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal.
Semakin banyak nefron yang mati.
4. Gagal ginjal terminal, yang terjadi apabila GFR menjadi
kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit nefron
fungsional yang tersisa. Pada seluruh ginjal ditemukan
jaringan parut dan atrofi tubulus.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi CKD pada awalnya tergantung pada penyakit
yangmendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses
yang terjadi kurang lebih sama. Pengurangan massa ginjal
mengakibatkan hipertrofi structural dan fungsional nefron yang
masih tersisa (survivingnephrons) sebagai upaya kompensasi, yang
diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growthfactors.
Pada stadium paling dini CKD, terjadi kehilangan daya cadang ginjal
(renal reserve), pada keadaan mana basal GFR masih normal atau
malah meningkat.Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan terjadi
penurunan fungsi nefron yangprogresif, yang ditandai dengan
peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Pasien juga mudah
terkena infeksi seperi infeksi saluran kemih infeksi saluran napas,
maupun infeksi saluran cerna. (Sudoyoetal., 2008)
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. LABORATORIUM 2. RADIOLOGI
a) Laju endap darah a) Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar
ginjal (adanya batu atau adanya suatu obstruksi).
b) Ureum dan kreatinin Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh
sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.
c) Hiponatremi
b) Intra Vena Pielografi (IVP) untuk menilai sistem
d) Hiperkalemia pelviokalises dan ureter. Pemeriksaan ini mempunyai
resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu
e) Hipokalsemia dan misalnya usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati
hiperfosfatemia asam urat.
c) USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal
f) Phosphatealkalin meninggi akibat parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal , anatomi
gangguan metabolisme tulang sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih
dan prostat.
g) Hipoalbuminemia dan d) Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri,
hipokolesterolemia lokasi dari gangguan (vaskular, parenkim, ekskresi)
serta sisa fungsi ginjal.
h) Hipertrigliserida
e) EKG untuk melihat kemungkinan : hipertrofi ventrikel
kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia, gangguan
elektrolit (hiperkalemia).

Anda mungkin juga menyukai