Anda di halaman 1dari 20

NAMA KELOMPOK 6 :

1. Ariesta Puspa Pratiwi (1721B0002)


2. Febtin Indra Kusumawati (1721B0006)
3. Jusuf Rama Adji (1721B0012)
4. Andita Muliyanti (1721B0033)
5. Satrion Umbu Sanani (1721B0038)
6. Umbu Maha Kati
MANAJEMEN
BENCANA SANITASI DASAR, PERAWATAN, DAN
RAPID ASSESSMENT UNTUK BENCANA
ERUPSI GUNUNG BERAPI
1. Penanggulangan Bencana
Dari data korban gunung meletus tersebut maka perlu dilakukan KEBUTUHAN
kegiatan penanggulangan bencana agar korban tidak bertambah banyak
dan kebutuhan saat pengungsian terpenuhi, maka diperlukan perencanaan PENANGANAN
penanggulangan bencana. Penanggulangan bencana merupakan
serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang SANITASI DASAR
beresiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap
darurat dan rehabilitas. Penyelenggaraan penanganan bencana terdiri atas BENCANA ERUPSI
3 tahap meliputi prabencana (P2MKP UPI, 2010).
Secara umum perencanaan dalam penanggulangan bencana dilakukan GUNUNG BERAPI
pada setiap tahap dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Dalam penyelenggaraan bencana, agar setiap kegiatan dalam setiap
tahapan dapat berjalan dengan terarah, maka disusun suatu rencana yang
spesifik pada setiap tahapan penyelenggaraan penanggulangan bencana.
2. Kebutuhan Pengungsi Gunung Berapi
KEBUTUHAN
PENANGANAN Kebutuhan MCK, air bersih, sanitasi, dan bilik asrama sangat
diperlukan para pengungsi, perencanaan yang tepat dapat mengurangi
SANITASI DASAR terjadi kekurangan kebutuhan dasar pengungsi.
Prioritas pada hari pertama kejadian bencana atau pengungsian
BENCANA ERUPSI kebutuhan air bersih yang harus disediakan bagi pengungsi adalah 5
liter/orang / hari. Jumlah ini dimaksudkan hanya untuk memenuhi
GUNUNG BERAPI kebutuhan minimal seperti memasak, makan dan minum. Pada hari kedua
dan seterusnya harus segera diupayakan agar volume air meningkat sampai
sekurang-kurangnya 15-20 liter/orang/hari. Volume ini digunakan untuk
memenuhi kebutuhan minum, masak, mandi dan mencuci. Bila mana hal
ini tidak terpenuhi, sangat besar potensi resiko terjadinya penularan
penyakit, terutama penyakit berbasis lingkungan. (Kemenkes, 2010)
Komposisi sampah di tempat pengungsian pada umumnya terdiri dari sampah
yang dihasilkan oleh pengungsi ( domestic waste ) dan kegiatan pelayanan kesehatan
( medical waste ). Kegiatan yang dilakukan dalam upaya sanitasi dan pengolahan
sampah, antara lain pengumpulan sampah, pengangkutan sampah, pembuangan akhir,
pengawasan dan pengendalian vector. (Kemenkes, 2011)
Penanggulangan gizi umum dalam situasi darurat terdiri dari 2 tahap :
penyelamatan dan tahap tanggapan darurat.
1. Pencarian Dan Penyelamatan
a. Melokalisasi korban.
b. Memindahkan korban dari daerah berbahaya ke tempat
pengumpulan / penampungan.
c. Memeriksa status kesehatan korban (triase di tempat kejadian).
d. Memberi pertolongan pertama jika diperlukan.
e. Memindahkan korban ke pos medis lapangan jika diperlukan.

2. Triase
a. Identifikasi secara cepat korban yang membutuhkan stabilisasi segera
ASPEK PERAWATAN ( perawatan di lapangan ).
b. Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan
SAAT TERJADI pembedahan darurat ( life saving surgery ).
c. Pasien harus diidentifikasi dan diletakkan secara cepat dan tepat
BENCANA ERUPSI d. Mengelompokkan korban sesuai dengan keparahan pada masing-
masing warna tag yaitu kuning dan merah

GUNUNG BERAPI e. Area tindakan harus ditentukan sebelumnya dan diberi tanda
f. Penemuan, isolasi dan tindakan pasien terkontaminasi / terinfeksi
harus diutamakan.
3. Pertolongan Pertama
a. Mengobati luka ringan secara efektif dengan melakukan teknik
pertolongan pertama, seperti kontrol perdarahan, mengobati shock
dan menstabilkan patah tulang.
b. Melakukan pertolongan bantuan hidup dasar seperti manajemen
perdarahan ekternal, mengamankan pernafasan, dan melakukan
teknik yang sesuai dalam penanganan cedera.
c. Mempunyai keterampilan pertolongan pertama seperti
membersihkan jalan napas, melakukan resusitasi dari mulut-mulut,
ASPEK PERAWATAN melakukan CPR/RJP, mengobati shock, dan mengendalikan
perdarahan.

SAAT TERJADI d. Membuka saluran udara secepat mungkin dan memeriksa obstruksi
saluran napas harus menjadi tindakan pertama, jika perlu saluran
udara harus dibuka dengan metode Head-Tilt/Chin-Lift.
BENCANA ERUPSI e. Mengalokasikan pertolongan pertama pada korban dengan
perdarahan, maka perawat harus menghentikan perdarahan, karena
GUNUNG BERAPI perdarahan yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kelemahan dan
apabila akhirnya shock dapat menyebabkan korban meninggal.
ASPEK 4. Proses Pemindahan Korban
Pemeriksaan kondisi dan stabilitas pasien dengan memantau tanda-tanda vital ;

PERAWATAN SAAT pemeriksaan peralatan yang melekat pada tubuh pasien seperti infus, pipa
ventilator/oksigen, peralatan immobilisasi dan lain-lain.

TERJADI 5. Perawatan Di Rumah Sakit


a. Mengukur kapasitas perawatan di rumah sakit
BENCANA ERUPSI b. Lokasi perawatan di rumah sakit
c. Hubungan dengan perawatan di lapangan
GUNUNG BERAPI d. Arus pasien ke RS harus langsung dan terbuka.
e. Arus pasien harus cepat dan langsung menuju RS, harus ditentukan, tempat tidur
harus tersedia di IGD, OK, ruangan dan ICU.
ASPEK
PERAWATAN SAAT
6. RHA
TERJADI Menilai kesehatan secara cepat melalui pengumpulan informasi cepat dengan analisis
besaran masalah sebagai dasar mengambil keputusan akan kebutuhan untuk tindakan
BENCANA ERUPSI penanggulangan segera.

GUNUNG BERAPI
ASPEK 7. Peran Perawat Di Dalam Posko Pengungsian
Dan Posko Bencana
PERAWATAN SAAT a. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-hari.
b. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian.
TERJADI BENCANA c. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan
kesehatan di RS.
ERUPSI GUNUNG d. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian.
e. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi, dan
BERAPI peralatan kesehatan.
f. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular maupun

ASPEK kondisi kejiwaan labil hingga


berkoordinasi dengan perawat jiwa.
membahayakan diri dan lingkungannya

PERAWATAN SAAT g. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas, depresi
yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun reaksi
psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual muntah, dan
TERJADI kelemahan otot).
h. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan dengan
BENCANA ERUPSI memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain.
i. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan
GUNUNG BERAPI psikiater.
j. Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan kesehatan dan
kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi.
ASPEK 8. Peran Perawat Dalam Fase Postimpact
PERAWATAN SAAT
a. Membantu masyarakat untuk kembali pada kehidupan normal melalui proses
TERJADI konsultasi atau edukasi.
b. Membantu memulihkan kondisi fisik yang memerlukan penyembuhan jangka
BENCANA ERUPSI waktu yang lama untuk normal kembali bahkan terdapat keadaan dimana
kecacatan terjadi.
GUNUNG BERAPI
RAPID ASSESSMENT
BENCANA ERUPSI
GUNUNG BERAPI
Rapid assessment adalah cara penilaian cepat yang dikenalkan

oleh Schrimshaw SCM & Hurtado (1992) untuk memperoleh

informasi yang mendalam tentang hal apa saja yang melatar

belakangi perilaku kesehatan masyarakat termasuk faktor sosial

budaya dalam waktu yang relatif singkat.


RAPID ASSESSMENT
1 BENCANA ERUPSI GUNUNG
BERAPI
1. Mempersiapkan RHA
2
a. Informasi awal yang ada (kejadian).
b. Penetapan tim
c. Informasi yang ada akan di checklist.
d. Komunikasi dan koordinasi dengan daerah kejadian dan
3
tim lain (akses ke daerah, bantuan awal yang diperlukan,
dan lain-lain)
RAPID ASSESSMENT
1 BENCANA ERUPSI GUNUNG
BERAPI
2. Tim RHA
2
a. Petugas medis.
b. Epidemiologi.
c. Kesehatan lingkungan.
d. Sosial.
3
Diharapkan tim memiliki kemampuan analisis yang baik dalam
bidangnya, dapat bekerja sama dan dapat diterima, memiliki
kapasitas untuk mengambil keputusan.
RAPID ASSESSMENT BENCANA ERUPSI
GUNUNG BERAPI
3. Informasi Awal
a. Bencana/kejadian dan waktu terjadinya.
b. Masalah yang berkaitan dengan kesehatan sebagai dampaknya :
1) Korban meninggal dan luka.
2) Jumlah pengungsi.
3) Kerusakan sarana kesehatan dan yang masih dapat dimanfaatkan (puskesmas, pustu, rumah
sakit)
4) Tersedianya obat-obatan dan vaksin
5) Kemungkinan kemudahan untuk menjangkau daerah yang terkena masalah.
c. Upaya kesehatan yang telah dilakukan.
d. Bantuan awal yang diperlukan.
RAPID ASSESSMENT BENCANA ERUPSI
GUNUNG BERAPI
4. Pengumpulan Data/Informasi
a. Geografis dan lingkungan daerah yang terkena bencana/kejadian.
b. Informasi korban meninggal dan luka.
c. Memperkirakan jumlah pengungsi.
d. Data potensi SDM di puskesmas dan dinas kesehatan dan rumah sakit setempat yang masih
dapat dimanfaatkan jumlah, tempat, dan fasilitas puskesmas dan rumah sakit ; fungsi dari
masing-masing fasilitas; perlengkapan; dan obat-obatan
e. Data dan potensi kesehatan yang ada di sekitar wilayah administrasi daerah bencana/kejadian.
f. Menilai dampak segera terhadap kesehatan seperti risiko kemungkinan terjadinya KLB
penyakit menular.
g. Data endemisitas penyakit menular potensial wabah yang selama ini ada.
RAPID ASSESSMENT BENCANA ERUPSI
GUNUNG BERAPI
h. Kerusakan sarana lain yang berpotensi menimbulkan masalah kesehatan (air bersih, listrik,
jalan, sarana komunikasi).
i. Mengidentifikasi ketersediaan air bersih yang ada dan potensi yang masih dapat dimanfaatkan.

5. Hasil lapangan kemudian dianalisis, diarahkan secara spesifik pada :


a. Kebutuhan pelayanan medis korban bencana/kejadian.
b. Epidemiologi penyakit potensial wabah.
c. Masalah dan potensi sarana kesehatan lingkungan.
RAPID ASSESSMENT BENCANA ERUPSI
GUNUNG BERAPI
6. Rekomendasi, rekomendasi memuat :
a. Bantuan obat-obatan, bahan, dan alat.
b. Bantuan tenaga medis/paramedik, surveilans, dan kesehatan lingkungan.
c. Penyakit menular yang perlu diwaspadai
d. Sarana kesehatan lingkungan yang memerlukan pengawasan dan perbaikan, serta yang perlu
dibuat.
e. Penyediaan makanan.
f. Bantuan lain yang diperlukan, baik dari tingkat di atasnya maupun dari sumber lain.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai