Anda di halaman 1dari 62

Mata kuliah : Farmasi praktis

• Tim pengajar : Yardi Vidia dan


• Sistem : Penyampaian materi dan presentasi
PERAN FARMASIS
Peran farmasi seiring zaman

Peran tradisional
product oriented

Peran modern
Patient oriented
Sebuah catatan sejarah farmasi di Inggris
•1946 : pemberlakuan asuransi kesehatan nasional
•1963 : asosiasi farmasi komunitas merekomendasi agar bisnis farmasi tdk
didominasi oleh non profesional
•1980 an : The Minister for Health, Dr Gerard Vaughan,announced at the
British Pharmaceutical Conference that 'one knew there was a futurefor
hospital pharmacists, one knew there was a future for industrial pharmacists,
but onewas not sure that one knew the future for the general practice
pharmacist’.
(Menteri Kesehatan, Dr Gerard Vaughan, mengumumkan di British
Pharmaceutical Conference bahwa 'orang tahu ada masa depan bagi apoteker
rumah sakit, orang tahu ada masa depan bagi apoteker industri, tetapi satu
tidak yakin bahwa seseorang mengetahui masa depan apoteker praktik umum)
Sebuah catatan sejarah farmasi di Inggris
• Farmasi komunitas
• •1946 : pemberlakuan asuransi kesehatan nasional (> 50% populasi)
• Jumlah resep meningkat tajam
• •1963 : asosiasi farmasi komunitas merekomendasi agar bisnis farmasi tdk
didominasi oleh non profesional
• •1980 an :The Minister for Health, Dr Gerard Vaughan,announced at the British
Pharmaceutical Conference that 'one knew there was a futurefor hospital
pharmacists, one knew there was a future for industrial pharmacists, but onewas
not sure that one knew the future for the general practice pharmacist’.
• • (Menteri Kesehatan, Dr Gerard Vaughan, mengumumkan di British
Pharmaceutical Conference bahwa 'orang tahu ada masa depan bagi apoteker
rumah sakit, orang tahu ada masa depan bagi apoteker industri, tetapi satu tidak
yakin bahwa seseorang mengetahui masa depan apoteker praktik umum)
1982 : Asosiasi farmasis nasional
mengkampanyekan “ Ask Your
Pharmacist”

1986 :

•1986 : dewan dari Royal Pharmaceutical Society of Great Britain


mengeluarkan pernyataan bahwa ‘setiap resep obat harus dilihat
oleh apoteker, dan apoteker yang memutuskan sendiri tindakan
apa yang diperlukan selanjutnya

1992 : pharmacetical care :


• Obat yg dapat dijual oleh farmasis semakin banyak
• Partisipasi dalam kampanye promosi kesehatan
• Memiliki area terpisah bagi ‘ advice & councelling”
• 1982 : Asosiasi farmasis nasional mengkampanyekan “ Ask
Your Pharmacist”
• 1986 : dewan dari Royal Pharmaceutical Society of Great
Britain mengeluarkan pernyataan bahwa ‘setiap resep obat
harus dilihat oleh apoteker, dan apoteker yang memutuskan
sendiri tindakan apa yang diperlukan selanjutnya
• 1992 : pharmacetical care :
– Obat yg dapat dijual oleh farmasis semakin banyak
– Partisipasi dalam kampanye promosi kesehatan
– Memiliki area terpisah bagi ‘ advice & councelling”
Sebuah catatan sejarah farmasi di Inggris

1970 –
sekarang :
1948 – 1970 : ekspansi
konsolidasi
1923 – 1948 : dan survival
asosiasi
1987 – 1923 : farmasi rumah
munculnya sakit dan
identitas standarisasi
profesional

Farmasi rumah
sakit
Sebuah catatan sejarah farmasi di Inggris

Farmasi rumah sakit


• 1987 – 1923 : munculnya identitas profesional
• 1923 – 1948 : asosiasi farmasi rumah sakit dan
standarisasi
• 1948 – 1970 : konsolidasi dan survival
• 1970 – sekarang : ekspansi
PERAN APOTEKER
MENURUT WHO
Care
giver
enterpr Decisio
euner n maker

Reserch Commu
er nicator
Nine star
Pharmacist

Teacher leader

Life-
manage
Report of a third WHO long-
r
consultative group on the leaner
role of the pharmacist
(1997) :sevent stars
pharmacist
Care-giver
• Farmasis sebagai
penyedia “caring
services”

Apapun bentuk layanan Farmasis harus memandang


yang diberikan (klinis, prakteknya sebagai bagian
analistis, teknologi atau yang terintegrasi dan
regulatori), seorang berkelanjutan dengan
farmasis harus nyaman sistem kesehatan dan
berinteraksi dengan farmasis lain. Harus dapat
individul atau pupulasi lain memberikan pelayan
terbaik
Decision-maker

Penggunaan sumber daya


(SDM, obat, bahan kimia, Pencapaian tujuan ini
peralatan, prosedur) yang memerlukan kemampuan
tepat, efektif dan cost dalam mengevaluasi,
effective harus menjadi sintesa dan memutuskan
dasar dari pekerjaan tindakan-tindakan yang
farmasis paling tepat
komunikator
• Farmasis menempati
posisi yang ideal
antara dokter dan
pasien

Farmasis harus memiliki


pengetahuan yang baikdan
percaya diri saat
berinteraksi dengan
profesional kesehatan lain
dan publik
Leadership mengandung arti kesabaran dan
empati termasuk kemampuan utk membuat
keputusan, berkomunikasi dan memenej
secara efektif

Farmasis
sebagai
leader
Farmasis harus dapat Legowo jika dimenej oleh yang
memenej segala sumber daya lain (baik oleh pegawai atau
(sdm, fisik dan finansial) dan oleh manajer/ pimpinan timm
informasi secara efektif kesehatan)

Informasi dan segala teknologi yang terkait mrp tantangan


bagi farmasis dimana seorang farmasis memiliki tanggung
jawab yg lebih besar utk membagi informasi (obat dan
produk terkait lainnya dan memastikan qualitasnya
Konsep, prinsip dan komitmen
Tidak mungkin mempelajari utk belajar sumur hidup haru
semua hal dalam satu waktu dimulai sejak pertama masuk
sekolah farmasi

Farmasis harus belajar bagaimana cara untuk belajar


Farmasis memiliki tanggung jawab
terhadap pendidikan dan pelatihan generasi
farmasi berikutnya.

Partisipasi sbg guru tdk hanya berupa


pemberian ilmu kepada yang lain tp juga
pemberian kesempatan

Farmasis
teacher
Apoteker sebagai researcher
• Penelitian menjadi
bagian inti dari praktek
keseharian apoteker
– Pengembangan obat
– Terapi obat rasional
– Penemuan bentuk-bentuk
sedian obat baru
– Penelitian biomedik (pre
klinik sampai klinik)
Apoteker sebagai enterpreneur
(pharmapreneur)
– Enterpreneur : seseorang
yang mengorganisasi dan
menjalankan suatu bisnis
atau beberapa bisnis,
menanggung risiko
finansial yang lebih besar
dari kondisi normal untuk
melakukan hal tersebut
Good Pharmacy Practice
(GPP)

Joint FIP/ WHO Guidelines on GPP : Standards for quality of pharmacy


services (2012)
GPP ???
“ GPP is the practice of pharmacy that responds
to the needs of the people who use the
pharmacists’ services to provide optimal,
evidence-based care”

Diperlukan standar
qualitas dan guidline
Misi GPP :
Berkonstribusi terhadap peningkatan kesehatan
dan membantu pasien dengan masalah
kesehatan yang dialaminya untuk mendapatkan
manfaat terbaik dari penggunaan obatnya
6 komponen dari misi :
• Selalu ada bagi pasien dengan atau tanpa perjanjian
• Mengidentifikasi dan memenej masalah-masalah
kesehatan
• Promosi kesehatan
• Memastikan keefektivan obat
• Mencegah ancaman/bahaya yang disebabkan oleh
obat
• Penggunaan secara bertanggung jawab health-care
resources yang terbatas
Peran farmasis dalam GPP
•Peran 1: Mempersiapkan, mendapatkan, menyimpan,
mengamankan, mendistribusikan, mengelola,
mengeluarkan dan membuang produk medis
•Peran 2: Memberikan terapi pengobatan yang efektif,
pengelolaan
•Peran 3: Menjaga dan meningkatkan profesional kinerja
•Peran 4: Berkontribusi untuk meningkatkan efektivitas
sistem perawatan kesehatan dan kesehatan masyarakat
Peran farmasis dalam GPP
• Role 1: Prepare, obtain, store, secure, distribute,
administer, dispense and dispose of medical
products
• Role 2: Provide effective medication therapy
management
• Role 3: Maintain and improve professional
performance
• Role 4: Contribute to improve effectiveness of the
health-care system and public health
PERAN FARMASIS DI INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009
TENTANG
PEKERJAAN KEFARMASIAN
PP No. 51 Th 2009 ttg Pekerjaan Ke
farmasian

Pekerjaan
kefarmasian

Pelayanan
kefarmasian
Pelayanan Kefarmasian (PF) ????
PF adalah suatu pelayanan langsung Pekerjaan Kefarmasian (PK) adalah
dan bertanggung jawab kepada pembuatan termasuk pengendalian mutu
pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan,
Sediaan Farmasi dengan maksud penyimpanan dan pendistribusi atau
penyaluranan obat,pengelolaan obat,
mencapai hasil yang pasti untuk pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
meningkatkan mutu kehidupan informasi obat, serta pengembangan obat,
pasien bahan obat dan obat tradisional

PP NOMOR 51
TAHUN 2009
“PEKERJAAN
KEFARMASIAN”
4 Bidang Utama Pekerjaan Kefarmasian

Pelaksanaan Pekerjaan kefarmasian meliputi :


a.Pekerjaan kefarmasian dalam pengadaan farmasi.
b.Pekerjaan kefarmasian dalam produksi sediaan
farmasi
c.Pekerjaan kefarmasian dalam distribusi atau
penyaluran sediaan farmasi, dan
d.Pekerjaan kefarmasian dalam pelayanan sediaan
farmasi.
Bagian kelima
pelaksanaan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan
kefarmasian

Pasal 19
Fasilitas pelayanan kefarmasian berupa :
a.Apotek
b.Instalasi farmasi rumah sakit
c.Puskesmas
d.Klinik
e.Toko obat
f.Praktek bersama
Pasal 20
Dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian pada
fasilitas pelayanan kefarmasian. Apoteker dapat
dibantu oleh apoteker pendamping dan/ atau
tenaga teknis kefarmasian
Standar Pelayanan Kefarmasian di Indonesia
•  
• Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia
(permenkes) no 72 tahun 2016 tentang standar
pelayanan kefarmasin di rumah sakit
• Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia
(permenkes) no 73 tahun 2016 tentang
standar pelayanan kefarmasin di apotek
• Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia
(permenkes) no 74 tahun 2016 tentang
standar pelayanan kefarmasin di puskesmas
No Standar pelayanan kefarmasian
Rumah sakit Apotek Puskesmas
1 a. pengelolaan a. pengelolaan a. pengelolaan
Sediaan Farmasi, Sediaan Farmasi, Sediaan Farmasi
Alat Kesehatan, Alat Kesehatan, dan Bahan
dan Bahan Medis dan Bahan Medis
Habis Pakai Habis Pakai; dan Medis Habis
b. pelayanan b. pelayanan farmasi Pakai;
farmasi klinik klinik. b. pelayanan
farmasi klinik.
No Standar pelayanan kefarmasian
Rumah sakit Apotek Puskesmas
2 pengelolaan Sediaan pengelolaan Sediaan pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, Farmasi, Alat Kesehatan, Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis dan Bahan Medis Habis dan Bahan Medis Habis
Pakai Pakai Pakai
a. pemilihan; a. perencanaan; a. perencanaan
b. perencanaan b. pengadaan; kebutuhan;
kebutuhan; c. penerimaan; b. permintaan;
c. pengadaan; d. penyimpanan; c. penerimaan;
d. penerimaan; e. pemusnahan; d. penyimpanan:
e. penyimpanan; f. pengendalian; dan e. pendistribusian;
f. pendistribusian; g. pencatatan dan f. pengendalian;
g. pemusnahan dan pelaporan. g. pencatatan, pelaporan,
penarikan; dan pengarsipan;
h. pengendalian; dan h. pemantauan dan
i. administrasi. evaluasi pengelolaan
No Standar pelayanan kefarmasian
Rumah sakit Apotek Puskesmas
3 pelayanan farmasi klinik pelayanan farmasi klinik pelayanan farmasi klinik
a. pengkajian dan pelayanan a. pengkajian Resep; a. pengkajian resep,
Resep; b. dispensing; penyerahan Obat, dan
b. penelusuran riwayat c. Pelayanan Informasi pemberian informasi
penggunaan Obat; Obat (PIO); Obat;
c. rekonsiliasi Obat; d. konseling; b. Pelayanan Informasi
d. Pelayanan Informasi Obat e. Pelayanan Obat (PIO);
(PIO); Kefarmasian di c. konseling;
e. konseling; rumah (home d. ronde/visite pasien
f. visite; pharmacy care);
(khusus Puskesmas
g. Pemantauan Terapi Obat f. Pemantauan Terapi
rawat inap);
(PTO); Obat (PTO); dan
e. pemantauan dan
h. Monitoring Efek Samping g. Monitoring Efek
Obat (MESO); Samping Obat pelaporan efek samping
(MESO). Obat;
i. Evaluasi Penggunaan Obat
(EPO); f. pemantauan terapi
j. dispensing sediaan steril; Obat; dan
dan g. evaluasi penggunaan
k. Pemantauan Kadar Obat Obat.
dalam Darah (PKOD).
Pelaksanaan Pelayanan
Kefarmasian di Indonesia

Sudah idealkah?
Tak sedikit apoteker yang hanya menjual izin
prakteknya pada pemilik apotek hanya untuk
menerima fee setiap bulannya
Dari 50 apotek yang ada di daerah ini, hanya 13
yang memiliki apoteker padahal kehadiran tenaga
profesional tersebut sangat dibutuhkan
Dari sekita 400 lebih apotek yang tersebar di 24
kabupaten/kota di Sulsel, lebih banyak yang
melayani pasien adalah asisten apoteker, padahal
yang utama sebenarnya adalah apoteker
Gambaran pelayanan kefarmasian Gambaran
terhadap resep antibiotik dan penjualan pelaksanaan
antibiotik tanpa resep di wilayah konseling di apotek
Kabupaten Bandung kota Medan

Gambaran pelayanan kefarmasian


Gambaran pelaksanaan konseling di terhadap pasien dengan resep
apotek kota Medan antidiabetes di apotek wilayah
Tangerang Selatan

Gambaran pelayanan kefarmasian Gambaran pelayanan kefarmasian


terhadap resep antibiotik dan penjualan terhadap resep antibiotik dan penjualan
antibiotik tanpa resep di wilayah Depok antibiotik tanpa resep di wilayah
dan Bogor) Nganjuk)

Gambaran
pelaksanaan
konseling di apotek
kota Bekasi
STANDAR KOMPETENSI APOTEKER INDONESIA

A. Sembilan Kompetensi Apoteker Indonesia


1. Mampu Melakukan Praktik Kefarmasian Secara Profesional dan Etik
2. Mampu Menyelesaikan Masalah Terkait Dengan Penggunaan Sediaan Farmasi
3. Mampu Melakukan Dispensing Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
4. Mampu Memformulasi dan Memproduksi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Sesuai
Standar Yang Berlaku
5. Mempunyai Ketrampilan Dalam Pemberian Informasi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
6. Mampu Berkontribusi Dalam Upaya Preventif dan Promotif Kesehatan Masyarakat
7. Mampu Mengelola Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Sesuai Dengan Standar Yang
Berlaku
8. Mempunyai Ketrampilan Organisasi dan Mampu Membangun Hubungan Interpersonal
Dalam Melakukan Praktik Kefarmasian
9. Mampu Mengikuti Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Yang Berhubungan
Dengan Kefarmasian
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2014
TENTANG
TENAGA KESEHATAN

Pasal 11
(1) Tenaga Kesehatan dikelompokkan ke dalam :
(6) Jenis tenaga Kesehatan
a.Tenaga medis
b.Tenaga psikologi klinis yang termasuk dalam
c.Tenaga keperawatan kelompok tenaga
d.Tenaga kebidanan
kefarmasian sebagaimana
e.Tenaga kefarmasian
f.Tenaga Kesehatan masyarakat dimaksud pada ayat (1)
g.Tenaga Kesehatan lingkungan huruf e terdiri atas apoteker
h.Tenaga gizi
dan tenaga teknis
i.Tenaga keterapian fisik
j.Tenaga keteknisian medis kefarmasian
k.Temaga Teknik biomedika
l.Tenaga Kesehatan tradisional dan
m.Tenaga Kesehatan lain
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20 TAHUN 1962
TENTANG
LAFAL SUMPAH / JANJI APOTEKER

Sumpah /janji itu berbunyi sebagai berikut :

1.Saya akan membuktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan terutama dalam bidang
Kesehatan

2.Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan keilmuan saya
sebagai apoteker

3.Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan kefarmasian saya untuk sesuatu
yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan

4.Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan martabat dan tradisi luhur
jabatan kefarmasian

5.Dalam menunaikan kewajiban saya, saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya tidak
terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan,kesukuan, politik kepartaian, atau kedudukan
social
Saya ikrarkan/janji ini dengan sungguh-sungguh dan dengan penuh keinsyafan
KEPUTUSAN
KONGRES NASIONAL XVIII / 2009
IKATAN SARJANA FARMASI INDONESIA
Nomor : 006/KONGRES XVIII/ISFI/2009
Tentang
KODE ETIK APOTEKER INDONESIA

KODE ETIK APOTEKER INDONESIA

BAB I

KEWAJIBAN UMUM

Pasal 1

Seorang apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah / Janji Apoteker

Pasal 2

Seorang apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etika
Apoteker Indonesia

Pasal 3

Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker Indonesia serta
selalu mengutamakan dan perpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajiban

Pasal 4

Seorang Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang Kesehatan pada umumnya dan di
bidang farmasi pada khususnya
Pasal 5

Di dalam menjalankan tugasnya Seorang Apoteker harus menjauhkan diri dari usaha
mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur
jabatan kefarmasian

Pasal 6

Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain

Pasal 7

Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya

Pasal 8

Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan di


bidang Kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.

BAB II

KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PASIEN

Pasal 9

Seorang apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan kepentingan


masyarakat,menghormati hak asasi pasien dan melindungi makhluk hidup insani.
BAB III
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PASIEN
Pasal 9
Seorang apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan
kepentingan masyarakat, menghormati hak asazi pasien dan melindungi makhluk hidup
insani

BAB III
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
PASAL 10

Seorang apoteker harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia ingin


diperlakukan

PASAL 11
Sesama apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk
mematuhi ketentuan ketentuan kode etik

PASAL 12
Seorang apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan
kerjasama yang baik sesama apoteker didalam memeligara keluhuran martabat jabatan
kefarmasian serta mempertebal rasa saling mempercayai didalam menunaikan
tugasnya
BAB IV
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT PETUGAS KESEHATAN LAIN

PASAL 13
Seorang apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk
membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai,
menghargai dan menghormati sejawat petugas kesehatan lain

PASAL 14
Seorang apoteker menjauhkan diri dari tingakan atau perbuatan yang dapat
mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya kepercataan masyarakat
terhadap sejawat petugas kesehatan lain
FARMASI FORENSIK
JURUSAN FARMASI
TINGKAT KEHADIRAN APOTEKER SERTA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
PEMBELIAN OBAT KERAS TANPA RESEP
ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2011
DI APOTEK

BAB V
KESIMPULAN

5.1 tingkat kehadiran apoteker di apotek masih sangat rendah. dari total 111 apotek di
wilayah denpasar timur, dempasar selatan, denpasar barat, kuta utara dan kuta
selatan hanya 24 apotek (26,64%) yang terdapat tenaga ahli apoteker pada saat
dilakukannya survey

5.2 pembelian obat keras di apotek masih sangat bebas dan tidak sesuai dengan
peraturan yang berlaku. ini dilihat dari hasil survey yang menyatakan 100% apotek
masih memberikan pembelian obat keras tanpa disertai resep dokter dan tanpa
diberikan oleh seorang apoteker
pemetaan peran apoteker dalam pelayanan farmasi terkait
frekuensi kehadiran apoteker di apotek di surabaya timur

Kendala Jumlah Persentase (%)

Upah gaji apoteker yang 30 100


rendahh

Total 30 100

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa kendala yang paling utama yang
sering dikeluhkan oleh apoteker yaitu kurangnya upah gaji apoteker.
sedangkan kendala-kendala lainnya yang mendukung adalah beban kerja
yang banyak. kurangnya tenaga kefarmasian, tidak adanya petunjuk yang
helas dalam praktek kefarmasian dan lain sebagainya. oleh karena itu
sebaiknya perlu adanya peraturan regulasi pemerintah tentang upah
apoteker dan pembatasan jumlah apoteker dalam kawasan tertentu
sehingga dikemudian hari apotek-apotek di kota surabaya timur telah
terstandar dan layak untuk beroperasi
Tugas presentasi : minggu ke 7
• Cari tentang peran apoteker/farmasis di
berbagai negara :
– Negara maju : USA, Kanada, Australia, Jepang
– Negara berkembang : Malaysia, Thailand, Filipina,
Mesir, india, Pakistan
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai