Anda di halaman 1dari 20

SEJARAH PERKEMBANGAN

PEREKONOMIAN INDONESIA
KELOMPOK 1 MANAJEMEN 4-I
Alghifari Assyamsi 021119288
Nada Allya Sukmana 021119295
Dwi Cahya Maharani 021119305
Ghita Rizky Ramandhani 021119311
Bela Mulya Oktavia 021119312
PEREKONOMIAN INDONESIA PADA MASA
SEBELUM PENJAJAHAN
Perekonomian Indonesia pada masa sebelum penjajahan dimulai dari jaman pra-sejarah
sampai dengan masuknya kolonialisme di Indonesia, yaitu ketika Portugis masuk ke
Indonesia (Maluku) pada abad 16. perekonomian Indonesia sejalan dengan
perkembangan kehidupan bangsa Indonesia dan kerajaan yang ada di Nusantara.
Kerajaan dalam perjalanan sejarah dan Posisi
geogafis yang memiliki keragaman aktivitas
perekonomian :

 Kerajaan Kutai : Jalur perdagangan dan


pelayaran antara Barat dan Timur yang menjadi
mata pecarian utama sehingga mengenal
perdagangan internsional.
 Kerajaan Tarumanegara : Kehidupan
perekonomiannya daerah agraris.
 Kerajaan Sriwijaya : Di pesisir utara Pulau
Sumatera dan berada pada urat nadi
perdagangan di Asia Tenggara sehingga dapat
menguasi perdagangan.
 Kerajaan Majapahit : Hidup dari pertanian dan perdagangan
 Kerajaan Sunda : Mayoritas Rakyat sunda berfokus pada kegiatan
perdagangan dan pertanian.
 Kerajaan Bali Kuno : Perekonomian masyarakat bertumpu pada pertanian
dan bekerja di sektor kerajinan.

Dalam masa sebelum penjajahan, perekonomian Indonesia bertumpu


pada sektor pertanian dan perdagangan yang menunjukkan bahwa
perekonomian Indonesia tidak hanya berbasis pada sektor primer
saja. Dengan demikian, cikal bakal sektor perekonomian yang lebih
baik, sebenarnya telah dimulai pada masa tersebut.
PEREKONOMIAN INDONESIA
PADA MASA PENJAJAHAN

Pada periode tahun 1830 -1870 masuklah


pihak belanda yang menciptakan
pembangunan ekonomi Indonesia yang
diberi nama culturestelsel atau biasa kita
kenal dengan Tanam Paksa yang membuat
rakyat pribumi sangat menderita.
CULTUURSTELSEL (1830 – 1870)
Cultuurstelsel atau Tanam Paksa adalah kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah Hindia-Belanda yang memaksa para petani pribumi
menyisihkan sebagian lahannya untuk ditanami komoditas ekspor atau
bekerja secara suka rela menggarap tanah pemerintah dengan cara
mobilisasi lahan pertanian, peternakan, dan tenaga kerja secara gratis.

.
Johannes Van den Bosch selaku gubernur jenderal tanam paksa ini
mewajibkan para petani menyediakan seperlima atau 20 persen
lahannya untuk ditanami tebu, kopi, dan tarum karena permintaan di
pasar eropa sangat tinggi. Karena pada masa tersebut gubernur
jenderal Johannes Van den Bosch membutuhkan uang untuk mendanai
perang diponegoro dan perang padri pada tahun (1825 – 1829).
- PEREKONOMIAN INDONESIA PADA
MASA PRA KEMERDEKAAN DAN MASA ORDE LAMA
 pembangunan ekonomi Indonesia  Masa orde lama dimulai dari
mengarah perubahan struktur ekonomi tanggal 17 Agustus 1945 saat
kolonial menjadi ekonomi nasional Indonesia merdeka. Pada saat itu,
 Sistem moneter tentang perbankan keadaan ekonomi Indonesia
khususnya bank sentral masih berjalan mengalami kegiatan produksi
seperti wajarnya terhenti pada tingkat inflasi yang
tinggi.

Perekonomian Indonesia pada masa ini mengalami penurunan atau


memburuk. Terjadinya pengeluaran besar-besaran yang bukan ditujukan
untuk pembangunan dan pertumnbuhan ekonomi melainkan berupa
pengeluaran militer untuk biaya konfrontasi Irian Barat, Impor beras,
proyek mercusuar, dan dana bebas (dana revolusi) untuk membalas jasa
teman-teman dekat dari rezim yang berkuasa. Selain itu Indonesia mulai
dikucilkan dalam pergaulan internasional dan mulai dekat dengan negara-
negara komunis.
PEREKONOMIAN INDONESIA
PADA MASA ORDE BARU

Pada awal orde baru, stabilisasi ekonomi dan stabilisasi


politik menjadi prioritas utama. Program pemerintah
berorientasi pada usaha pengendalian inflasi,
penyelamatan keuangan negara dan pengamanan
kebutuhan pokok rakyat. Pengendalian inflasi mutlak
dibutuhkan, karena pada awal 1966 tingkat inflasi kurang
lebih 650 % per tahun.

Kebijakan-kebijakan pemerintah mulai berkiblat pada teori-teori Keynesian. Kebijakan


ekonominya diarahkan pada pembangunan di segala bidang, tercermin dalam 8 jalur
pemerataan : kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan, pembagian pendapatan, kesempatan
kerja, kesempatan berusaha, partisipasi wanita dan generasi muda, penyebaran pembangunan,
dan peradilan.
PEREKONOMIAN INDONESIA
PADA MASA REFORMASI
Pada tahun 1997, Indonesia dilanda krisis keuangan dan terus berlanjut pada tahun-
tahun berikutnya. Melemahnya nilai tukar rupiah memicu terjadinya krisis ekonomi. Angka
pemutusan kerja meningkat disebabkan banyak perusahaan yang melakukan penghematan
atau menghentikan kegiatan usaha (bangkrut). Angka kemiskinan bertambah, harga-harga
kebutuhan pokok naik tidak terkendali, dan biaya hidup makin tinggi Perkembangan Ekonomi
Pada Saat Masa Reformasi.
Beberapa upaya mengatasi krisis ekonomi pada periode Perkembangan Ekonomi Pada Saat
Masa Reformasi, diantaranya :
 Masa Pemerintahan Presiden B.J. Habibie.
Pada masa ini, beberapa upaya yang dilakukan antara lain:
1. Menjalin kerja sama dengan International Moneter Fund-IMF (Dana Moneter
Internasional) untuk membantu dalam proses pemulihan ekonomi.
2. Menerapkan independensi bank indonesia agar lebih fokus mengurusi perekonomian.
3. Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah.
4. Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika hingga di bawah Rp10.000,00.
5. Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri.
 Masa Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid.
Pada masa ini, kondisi ekonomi Indonesia mulai menunjukkan
adanya perbaikan dan kondisi keuangan sudah mulai stabil.
Namun,keadaan kembali merosot. Melemahnya nilai tukar rupiah
tersebut berdampak negatif terhadap perekonomian nasional dan
menghambat usaha pemulihan Perkembangan Ekonomi Pada Saat
Masa Reformasi.

 Masa Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri.


Pada masa ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika berhasil
distabilkan. Namun, pertumbuhan ekonomi masih tergolong rendah
yang disebabkan kurang menariknya perekonomian Indonesia bagi
investor dan karena tingginya suku bunga deposito.

Beberapa kebijakan untuk pemulihan Perekonomian Ekonomi:


1. Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 miliar.
2. Mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3
triliun.
3. Kebijakan privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
 Masa Pemerintahan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.
Perekonomian Indonesia mengalami perkembangan yang cukup baik pada Masa kepemimpinan
presiden susilo bambang yudhoyono hal ini terlihat dari rata-rata pertumbuhan ekonomi.

Beberapa kebijakan yang ditetapkan pemerintah, antara lain:


1. Mengurangi Subsidi Bahan Bakar Minyak.
Melonjaknya harga minyak dunia menimbulkan kekhawatiran akan membebani Anggaran
Belanja dan Pendapatan Negara (APBN). Oleh karena itu, ditetapkanlah kebijakan pengurangan
subsidi BBM agar tidak membebani APBN. Kebijakan pengurangan subsidi BBM berakibat pada
kenaikan harga BBM.

2. Pemberian Bantuan Langsung Tunai.


Program ini bertujuan untuk membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya dan mencegah penurunan taraf kesejahterahan masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi.

3. Pengurangan Utang Luar Negeri.


Dengan pelunasan utang ini, Indonesia sudah tidak lagi berkewajiban mengikuti syaratsyarat
IMF yang dapat memengaruhi kebijakan ekonomi nasional.
CONTOH KASUS
\
Cerita Ekonomi Era Orde Baru
“Diserang” Hiperinflasi
Jakarta - Pemerintah Orde baru memang berhasil
membereskan kekacauan ekonomi yang timbul di pengujung
Orde lama, namun orde baru juga pernah mengalami gejolak
yang hampir sama. Kisah gejolak ekonomi diawali
pemerintah orde lama tak bisa mengatasi krisis ekonomi yang
terjadi di pengujung 1950-an. Imbasnya inflasi meroket
inflasi (hiperinflasi) mencapai 635% di 1966.

Pemerintah orde baru mampu meredam hiperinflasi itu. Franciscus Xaverius Seda (Menteri
Keuangan 1966-1968) menjadi aktor utama di balik upaya menekan inflasi menjadi 112%.
Frans mengatasi permasalahan ekonomi saat itu dengan cara menerapkan model anggaran
penerimaan dan belanja yang berimbang. Hal itu untuk meredam imbas dari kebijakan
pemerintahan sebelumnya yang rajin mencetak uang. Upaya yang dilakukan pemerintah Orde
Baru terbilang berhasil saat itu, dan ekonomi Indonesia mulai stabil.
Selanjutnya, menurut data Bank Indonesia, tingginya harga minyak di pasar
internasional 1973 mendatangkan pendapatan besar bagi pemerintah. Besarnya
pemasukan negara dari sektor minyak, membuat pemerintah orde baru memiliki
amunisi untuk melakukan pembangunan. Pembangunan yang dilakukan saat
mengarah pada tujuan sosial. Kondisi itu memungkinkan pemerintah memacu
kegiatan pembangunan ekonomi dan melaksanakan program pemerataan
pembangunan lewat penyediaan kredit likuiditas, termasuk pemberian kredit untuk
mendorong kegiatan ekonomi lemah.

Pengucuran deras kredit perbankan tersebut mengakibatkan uang beredar meningkat


dalam jumlah yang cukup besar. Akibatnya, tingkat inflasi 1973/1974 melonjak tajam
menembus angka 47%. Pemerintah Orde Baru kembali berbenah dengan melakukan
program stabilisasi.
Pada 1974/1975 inflasi pun turun menjadi 21%.
Pada 1974/1975 inflasi pun turun menjadi 21%. Kondisi itu memberi peluang
Pemerintah untuk menurunkan suku bunga deposito dan kredit jangka pendek terutama
ekspor dan perdagangan dalam negeri pada Desember 1974 guna mendorong
pertumbuhan ekonomi, tetapi pelonggaran itu justru menimbulkan tekanan inflatoir
sehingga mengakibatkan lemahnya daya saing produk Indonesia di luar negeri karena
nilai rupiah menjadi over valued.

Loncat hingga ke penghujung pemerintahan Orde Baru ketika mulai terjadi tanda-tanda
krisis ekonomi sejak 1997. Gelombang dimulai dari Thailand, meskipun Indonesia saat
itu belum terlihat gejala krisisnya. Saat itu banyak dari perusahaan nasional yang
memiliki utang di luar negeri. Rupiah mulai melemah pada Agustus 1997. Dunia usaha
mulai panik.
Memasuki pertengahan 1997 Indonesia pun meninggalkan
sistem kurs terkendali. Penyebabnya, cadangan devisa
Indonesia rontok karena terus-terusan menjaga dolar AS bisa
bertahan di Rp 2.000-2.500. Setelah memakai kurs
mengambang, dolar AS secara perlahan mulai merangkak ke
Rp 4.000 di akhir 1997, lanjut ke Rp 6.000 di awal 1998.
Setelah sempat mencapai Rp 13.000, dolar AS sedikit menjinak
dan kembali menyentuh Rp 8.000 pada April 1998.

Di Mei 1998 Indonesia memasuki periode kelam.


Penembakan mahasiswa, kerusuhan massa, dan
kejatuhan Orde Baru membuat rupiah 'terkapar'
lagi. Dolar AS menyentuh titik tertinggi sepanjang
masa di Rp 16.650 pada Juni 1998. Anjloknya
nilai tukar dan geger ekonomi membuat inflasi
1998 melambung menjadi 77,63%. Pertumbuhan
ekonomi di 1998 bahkan -13%.
THANKS!

Any Questions?

Anda mungkin juga menyukai