Anda di halaman 1dari 22

KEBIJAKAN PERDAGANGAN

DAN INVESTASI RIIL

Dosen Pengasuh : Dr. Anna Yulianita, S.E,


M.Si
PERDAGANGAN LUAR
NEGERI
WTO (World Trade Organisation). Indonesia sebagai salah satu negara
anggota WTO, kebijakan yang diterapkan harus sejalan dengan
ketentuan-ketentuan di bidang perdagangan internasional yang telah
disepakati bersama dalam WTO yang menuju perdagangan bebas dunia
sepenuhnya.
APEC. Kebijakan perdagangan luar negeri Indonesia harus juga sejalan
dengan kesepakatan dalam APEC yang menerapkan perdagangan bebas
oleh negara-negara maju anggota APEC tahun 2010 dan diikuti oleh
negara-negara berkembang anggota APEC tahun 2020
ASEAN. Kebijakan perdagangan luar negeri Indonesia juga harus
sejalan dengan kebijakan  AFTA menuju perdagangan bebas yang telah
dimulai sejak tahun 2003, termasuk sejumlah ASEAN plus seperti
dengan Korea, China, Jepang, India, New Zealand, dan Amerika Serikat.
PERDAGANGAN LUAR
NEGERI
EPA/FTA (Free Trade Areas). Indonesia telah
menandatanganiEconomic Partnership
Agreement dengan Jepang pada awal tahun 2006. Oleh
karena itu kebijakan perdagangan luar negeri
Indonesia harus disesuaikan dengan kesepakatan
tersebut.
KEK. Indonesia juga telah membuat kesepakatan
untuk membentuk Kawasan Ekonomi Khusus dengan
Singapura dan ini berarti Indonesia punya suatu
komitmen yang harus dicerminkan dalan kebijakan
perdagangan luar negerinya.
Isu kebijakan perdagangan luar negeri
Kesepakatan perdagangan global dan regional (WTO,
 FTA/multilateral atau bilateral, EPA, ASEAN-AFTA,
termasuk ASEAN “Plus” dan Integrasi Ekonomi
ASEAN).
Standarisasi.
Penentuan sektor-sektor unggulan (picking the winners).
Kebijakan pemerintah mengenai kenaikan harga
komoditas di pasar dunia.
Anti Dumping.
Diplomasi ekonomi
Isu kebijakan perdagangan luar negeri
Kesepakatan perdagangan global dan regional (WTO,
 FTA/multilateral atau bilateral, EPA, ASEAN-AFTA, termasuk
ASEAN “Plus” dan Integrasi Ekonomi ASEAN).
Sebagai salah satu negara anggota WTO jelas Indonesia harus taat
WTO artinya kebijakan perdagangan luar negeri Indonesia harus
sejalan dengan ketentuan di bidang perdagangan internasional yang
disepakai bersama di dalam WTO yang menuju perdagangan bebas
dunia sepenuhnya.
Namun terbukti bahwa keikutsertaan Indonesia dalam WTO tidak
menjamin daya saing global dari produk-produk Indonesia karena
selama ini kebijakan perdagangan luar negeri Indonesia cenderung
semakin liberal tidak didukung oleh langkah-langkah konkret lainnya,
seperti peningkatan anggaran inovasi dan daya saing, pendidikan
khususnya di sektor industri manufaktur.
Isu kebijakan perdagangan luar negeri
Standarisasi
Indonesia sudah punya aturan mengenai standarisasi, yakni Peraturan
Pemerintah (PP) No. 102/2000. Di dalam pasal 3 dinyatakan bahwa
standarisasi nasional bertujuan untuk : (1) meningkatkan perlindungan
kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat lainnya,
baik untuk keselamatan, keamanan, kesehatan maupun pelestarian
fungsi lingkungan hidup; (2) membantu kelancaran perdagangan; dan
(3) mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan.
Namun di lapangan implementasinya masih sangat lamban. Hingga
Agustus 2007 pemerintah Indonesia telah menetapkan 3.200 standar
nasional industri (SNI), tetapi 215 SNI produk yang diwajibkan. SNI
yang diwajibkan itu pun baru 34 SNI produk yang dinotifikasi ke WTO.
Tanpa notifikasi tersebut tidak ada mekanisme pengawasan dan sanksi
yang diterapkan.
Isu kebijakan perdagangan luar negeri
Penentuan sektor-sektor unggulan (picking the winners)
Selama ini dalam upaya meningkatkan kinerja ekspor atau
industri nasional, pemerintah Indonesia menetapkan sektor-
sektor atau industri unggulan, atau prioritas atau strategis, yang
umum dikenal dengan sebutan strategi picking the winners.
Namun, pengalaman selama ini menunjukkan bahwa kebijakan
yang ada tidak selalu konsisten dengan apa yang ingin dicapai.
Satu contoh konkret, industri elektronik Indonesia hingga saat ini
masih sangat tergantung pada impor komponen dan bahan baku
utama. Ironisnya bea masuk (BMM) impor bahan baku dan
komponen ke Indonesia selama ini berkisar 5% hingga 20%,
sedangkan impor produk jadi elektronik dikenal BMM 0%.
Isu kebijakan perdagangan luar negeri
Kebijakan pemerintah mengenai kenaikan harga
komoditas di pasar dunia.
Perubahan harga dari suatu komoditas di pasar dunia
bisa berpengaruh negatif atau positif terhadap
Indonesia, terutama dalam bentuk perubahan biaya
produksi atau inflasi. Demi menjaga stabilitas harga
pasar domestik akibat perubahan harga suatu
komoditas di pasar dunia, pemerintah memiliki
sejumlah strategi atau instrumen untuk digunakan.
Isu kebijakan perdagangan luar negeri
Anti Dumping
menurut kamus hukum ekonomi dumping
adalah praktek dagang yang dilakukan eksportir
dengan menjual komoditi di pasaran internasional
dengan harga kurang dari nilai yang wajar atau lebih
rendah daripada harga barang tersebut di negaranya
sendiri atau daripada harga jual kepada negara lain,
pada umumnya praktek ini dinilai tidak adil karena
dapat merusak pasar dan merugikan produsen pesaing
di negara pengimport.
Isu kebijakan perdagangan luar negeri
Diplomasi ekonomi
Diplomasi perdagangan luar negeri yang merupakan bagian dari diplomasi
ekonomi, juga merupakan salah saru langkah pengting yang harus
dilakukan oleh pemerintah dalam upaya meningkatkan ekspor Indonesia.
Dengan semakin kuatnya persaingan yang dihadapi Indonesia dalam
perdagangan luar negeri, diplomasi perdagangan luar negeri harus menjadi
ujung tombak sekaligus prioritas utama politik luar negeri Indonesia.
Namun saru hal yang harus diperhatikan adalah bahwa sehebat apapun
juga diplomasi ekonomi, itu tidak akan efektif jika tidak didukung oleh
konsidi ekonomi, sosial, dan politik yang kondusif di dalam negeri.
Stabilitas politik, sosial, dan ekonomi domestik ditambah dengan
perkembangan demokrasi yang semakin baik di Indonesia merupakan hal
penting yang dapat menjadi modal positif dalam mendukung kiprah
diplomasi ekonomi Indonesia.
PERDAGANGAN DALAM
NEGERI
Infrastruktur dan logistik
Tantangan yang dihadapi Indonesia saat ini dalam infrastuktur
adalah antara lain sebagai berikut :
a. Memperbaiki semua infrastruktur yang rusak, seperti jalan-jalan
raya yang berlubang dan bergelombang dan yang sebagian
hancur karena tanah longsor dalam waktu singkat.
b. Membangun jalan tol atau jalan kereta api ke pelabuhan, dan
memperluas kapasitas dan memperbaiki manajemen pelabuhan,
seperti Tanjung Priok dan lainnya, yang selama ini menjadi
pintu keluar masuk barang dalam beberapa tahun ke depan.
c. Meningkatkan akselerasi listrik dalam 2 tahun ke depan, dan
banyak lagi.
PERDAGANGAN DALAM
NEGERI
Barang selundupan/impor illegal
Dalam beberapa tahun belakang ini, perdagangan dalam negeri
dilanda oleh semaraknya barang-barang selundupan atau impor
ilegal, temasuk China
Indonesia memang sangat rawan terhadap penyelundupan atau
impor ilegal karena secara geografis Indonesia adalah negara
kepulauan yang memiliki banyak pintu masuk tanpa pengawasan
yang ketat. Seperti tekstil dan produk tekstil (TPT)dan elektronika.
Salah satu pintu masuk bagi barang-barang selundupan adalah
Batam, hingga saat ini belum bisa ditanggulangi oleh pemerintah
karena berbagai kendala, termasuk keterbatasan kapal patrol,
SDM, dan dana operasional.
PERDAGANGAN DALAM
NEGERI
Persaingan
Persaingan sehat di Indonesia  diatur oleh UU RI No. 5
Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan
persaingan tidak sehat dan pelaksanaan UU tersebut
diawasi oleh komisi khusus, Komisi Pengawasan
Persaingan Usahan (KPPU) yang langsung
bertanggungjawab kepada Presiden.
PERDAGANGAN DALAM
NEGERI
Distribusi
Ketidaklancaran distribusi barang dan jasa
antarwilayah di dalam negeri selama ini juga
disebabkan oleh buruknya infrastuktur, termasuk
kurangnya jalan raya dan jalur kereta api yang
menghubungkan sentra-sentra produksi dengan pusat-
pusat pengadaan bahan baku dan pusat-pusat pasar,
dan buruknya pelabuhan-pelabuhan di banyak daerah
di Indonesia
INVESTASI RIIL
Kebijakan perbaikan iklim investasi dan UU
Penanaman Modal No.25/2007.
Paket ini memuat berbagai kebijakan ekonomi yang
dikelompokkan dalam 8 bidang, yakni kebijakan
perbaikan iklim investasi, kebijakan ekonomi makro
dan keuangan, kebijakan ketahanan energy, dan
kebijakan sumber daya alam, lingkungan, dan
pertanian.
INVESTASI RIIL
Daftar negatif investasi (DNI)
Dalam pasal 12 UU PM No.25/2007 disebutkan bahwa :
1.    Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal,kecuali
bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan.
2.    Bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal asing adalah
      produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang.
3.    Pemerintah berdasarkan Peraturan Presiden menetapkan bidang usaha yang tertutup
untuk penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri, dengan berdasarkan kriteria
kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan, dan keamanan nasional, serta
kepentingan nasional lainnya.
4.    Kriteria dan persyaratan bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan
masing-masing diatur dengan PP.
5.    Pemerintah menetapkan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan berdasarkan
Kriteria kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumber daya alam, perlindungan,
pengembangan usaha mikro dan koperasi, pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan
kapasitas teknologi, partisipasi modal dalam negeri, serta kerja sama dengan badan usaha
pemerintah.
INVESTASI RIIL
Koordinasi antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah
Masalah buruknya koordinasi antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah terasa semakin parah setelah
adanya otonomi daerah. Banyak peraturan pemerintah
atau keputusan presiden yang tidak bisa berjalan
efektif karena adanya tarik menarik kepentingan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang
semuanya merasa paling berkepentingan atas
penanaman modal di daerah.
INVESTASI RIIL
Kawasan perdagangan bebas (KPB) dan kawasan ekonomi
khusus (KEK)
Dalam era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, membentuk
suatu kawasan perdagangan bebas (FTZ) atau kawasan ekonomi
khusus (KEK) merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
ekspor dan investasi. Salah satu FTZ yang sedang dikembangkan
oleh pemerintah adalah di kawasan Batam, Bintan dan Karimun yang
ditargetkan akan menarik investasi asing 5x lipat dalam 5 tahun ke
depan dari 1 miliar dollar AS menjadi minimal 5 miliar dollar AS.
Tentu KEK atau FTZ hanya akan berhasil dikembangkan apabila
memiliki keunggulan dalam jaringan distribusi global, yang
bergantung pada faktor-faktor seperti kualitas SDM, kebijakan
makro, kebijakan sektoral dan kebijakan pemerintah.
ARAH KEBIJAKAN
 Isu penting terkait dengan PLN, PDN, dan investasi riil sudah tercakup
di dalam arah kebijakan yang akan dilakukan pemerintah di 3 bidang
tersebut. Namun demikian perlu dipahami bahwa efisiensi dan daya
saing yang tinggi saja tidak cukup untuk menjamin kemampuan
Indonesia bersaing di pasar domestik maupun pasar global, dalam
perdagangan maupun investasi.
Langkah yang diambil pemerintah tentu saja implementasinya belum
tentu bisa dilaksanakan dengan baik, terutama karena 2 hal :
1.  Tidak ada pemahaman yang sama mengenai pentingnya suatu
kebijakan antara pembuat kebijakan di tingkat pusat dan pelaksana
kebijakan tersebut di lapangan.
2.  Sulit sekali membentuk keharmonisan antardepartemen atau instansi
pemerintah terkait dalam implementasi suatu kebijakan.
 Singkat kata arah kebijakan PDN, PLN dan investasi riil harus
diarahkan pada 3 sasaran, yakni efisiensi, daya saing dan kemampuan
berproduksi.
KEBIJAKAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM
KONTEKS PERDAGANGAN DAN INVESTASI
Masalah lingkungan hidup tidak hanya masalah
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup saja,
tetapi sudah merupakan bagian integral dari masalah
pembangunan. Masalah lingkungan hidup menjadi
sesuatu yang lintas sektoral, multi disiplin, dan
melibatkan semua lapisan masyarakat, serta sangat
terkait dengan masalah-masalah global lainnya,
termasuk liberalisasi perdagangan dunia.
KEBIJAKAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM
KONTEKS PERDAGANGAN DAN INVESTASI
Upaya untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat kegiatan ekonomi,
termasuk perdagangan dan investasi, dapat dilakukan dengan 3 pendekatan
yaitu :
1)   Pendekatan regulasi, yakni perintah dan pengawasan oleh pemerintah. Ini
merupakan perangkat yang diterapkan oleh pemerintah melalui baku mutu
lingkungan dan program lain.
2) Pendekatan masyarakat (termasuk dunia usaha), yakni melakukan peraturan
sendiri. Ini merupakan tindakan proaktif dalam pencegahan pencemaran oleh
perusahaan yang membawa keuntungan adanya kelenturan pada perusahaan
untuk mengembangkan teknologi yang sesuai dengan kondisi perusahaannya.
3)   Pendekatan ekonomi yang dapat dilakukan melalui pemberian insentif,
disinsentif, dan izin memperdagangkan emisi. Untuk yang terakhir ini,
industri diberi hak menggunakan jasa lingkungan untuk membuang limbah;
hak ini dapat diperjualbelikan.
Thank
you

Anda mungkin juga menyukai