Anda di halaman 1dari 19

GANGGUAN SYSTEM PENCERNAAN PADA ANAK

Oleh:Juliana Naibaho 012019011


Konsep Medis Diare pada Anak

Pengertian Etiologi
Diare merupakan pengeluaran Menurut Haroen N. S, Suraatmaja dan P. O Asnil
dalam Wijayaningsih (2013) ditinjau dari sudut
feses yang berbentuk tidak normal patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi
dan cair. Bisa juga didefinisikan dalam dua golongan yaitu sebagai berikut:
dengan buang air besar yang tidak • a. Diare sekresi (secretory diarrhoe),
normal dan berbentuk cair dengan disebabkan oleh:
1) Infeksi virus, kuman-kuman pathogen dan
frekuensi BAB lebih dari biasanya.
apatogen seperti shigella, salmonella, golongan
Bayi dapat dikatakan diare bila vib-rio, E. Coli2
BAB sudah lebih dari 3 kali sehari
buang air besar, dan sedangkan b. Diare osmotik (osmotic diarrhea) disebabkan
neonatus dikatakan diare jika oleh:
1) Malabsorbsi makanan: karbohidrat, protein,
sudah buang air besar sebanyak
lemak (LCT), vitamin dan mineral.
lebih dari 4 kali dalam sehari. (Lia 2) Kurang kalori protein.
dewi, 2014). 3) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru
lahir
Tanda dan gejala Penatalaksanaan

Menurut Lia dewi (2014), berikut ini adalah tanda Menurut Lia dewi (2014) prinsip
dan gejala anak yang mengalami diare:
perawatan diare adalah sebagai berikut:
a. Cengeng, rewel.
b. Suhu meningkat. a. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan
c. Gelisah. rumatan).
d. Nafsu makan menurun. b. Dietetik (pemberian makanan).
e. Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai
dengan darahnya. Kelamaan, feses ini akan berwarna
c. Obat-obatan.
hijau dan asam. 1) Jumlah cairan yang diberikan adalah
f. Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi 100ml/kgBB/hari sebanyak 1 kali setiap 2
penurunan volume dan tekanan darah, nadi cepat
jam, jika diare tanpa dehidrasi. Sebanyak
dan kecil, peningkatan denyut jantung, penurunan
kesadaran, dan diakhiri dengan syok. 50% cairan ini diberikan dalam 4 jam
g. Anus lecet. pertama dan sisanya adlibitum.
h. Berat badan menurun. 2) Sesuaikan dengan umur anak:
• i. Turgon kulit menurun.
a) < 2 tahun diberikan ½ gelas,
• j. Mata dan ubun-ubun cekung.
• k. Selaput lender dan mulut serta kulit menjadi • b) 2-6 tahun diberikan 1 gelas,
kering • c) > 6 tahun diberikan 400 cc (2 gelas).
• 3) Apabila dehidrasi ringan dan Komplikasi
diarenya 4 kali sehari, maka
diberikan cairan 25- 100ml/kg/BB Menurut Mardalena (2018)
dalam sehari atau setiap 2 jam sekali. berikut ini merupakan komplikasi
• 4) Oralit diberikan sebanyak yang bisa terjadi pada diare:
±100ml/kgBB setiap 4-6 jam 1) a. Dehidrasi.
Larutan gula garam (LGG): 1 sendok
the gula pasir + ½ sendok teh garam b. Renjatan hipovolemik.
dapur halus + 1 gelas air hangat atau c. Kejang.
air the hangat,
d. Bakterimia.
• 2) Air tajin (2 liter + 5g garam).
• a) Cara tradisional. 3 liter air + 100 g e. Mal nutrisi.
atau 6 sendok makan beras dimasak f. Hipoglikemia.
selama 45-60 menit.
g. Intoleransi sekunder akibat
• b) Cara biasa. 2 liter air + 100 g
tepung beras + 5 g garam dimasak
kerusakan mukosa usus.
hingga mendidih.
• c) Teruskan pemberian ASI karena
bisa membantu meningkatkan daya
tahan tubuh anak.
2 Konsep Medis Typus Abdomalis
Pengertian Etiologi
Typus Abdomalis Etiologi Typhus Abdominalis adalah
Salmonella Typhi, mikro organisme ini
• Typhus Abdominalis adalah
merupakan bakteri gram negative
penyakit infeksi yang yang motil. Bergerak dengan rambut
menyerang saluran getar, bersifat Aerob dan tidak
pencernaan yang disebabkan membentuk spora. Kuman ini hidup
oleh kuman salmonella baik sekali pada tubuh manusia
typhosa dengan masa maupun suhu yang lebih rendah
sedikit serta mati pada suhu 70 oC
inkubasi hari di tandai dengan
maupun oleh anti septik. Bakteri ini
demam, mual, muntah, sakit mempunyai beberapa komponen
kepala, nyeri perut antigen , yaitu Antigen O (Somotik),
(Ngastiyah, 2005). Antigen H (Flagel), Anti Vi (Virulen)
3 Tanda dan Gejala Penatalaksanaan
Adapun manifestasi klinik yang bisa ditemukan • Pengobatan Typhus Abdominalis menurut
pada demam typhoid menurut. Nelson, (2001) Widodo (2006) terdiri atas 3 bagian yaitu
dan Mansjoer (2000), antara lain:
dengan perawatan, diet, dan obat-obatan
• 1. Demam Demam biasanya berlangsung 3 (medikasi).
minggu, bersifat febris remitten dan suhu tidak
1.Perawatan Pasien Typhus Abdominalis perlu
tinggi sekali.
di rawat di rumah sakit untuk isolasi,
observasi, dan pengobatan. Pasien harus tirah
• 2. Gangguan Sistem Pencernaan Mulut berbau baring sampai minimal 7 hari bebas demam
tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah. atau kurang lebih selama 14 hari.
• 3. Gangguan Kesadaran Umumnya kesadaran
2. Diet Makanan harus cukup cairan, kalori
pasien menurun walaupun tidak teraba
dan tinggi protein. Bahan makanan tidak
demam yaitu apatis sampai somnolen. Jarang
boleh mengandung banyak serat, tidak
terjadi sopor, koma atau gelisah (kecuali
merangsang dan tidak menimbulkan gas.
penyakit berat dan terlambat mendapatkan
pengobatan). 3. Obat-obatan
• 4. Gejala lain Disamping gejala-gejala tersebut
mungkin terdapat gejala lainnya. Pada Komplikasi
punggung dan anggota gerak dapat ditemukan • Komplikasi Typhus Abdominalis menurut
roseola, yaitu bintik-bitik kemerahan karena Widodo (2006) dapat terjadi pada usus
emboli basil dalam kapiler kulit, yang dapat halus dan diluar usus halus, antara lain:
ditemukan pada minggu pertama
1. Komplikasi pada Usus Halus
2. Komplikasi diluar Usus Halus
3.Konsep medis kkp
Etiologi
Pengertian
Kurang  kalori protein yang
Kekurangan kalori protein dapat terjadi karena diet yang
adalah defisiensi gizi terjadi tidak cukup serta kebiasaan
pada anak yang kurang makan yang tidak tepat seperti
mendapat masukan makanan yang hubungan dengan
yang cukup bergizi, atau orangtua-anak terganggu,
asupan kalori dan protein karena kelainan metabolik,
kurang dalam waktu yang atau malformasi congenital
cukup lama (Ngastiyah, 1997).
Tanda dan Gejala
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kurang kalori protein:
Kwashiorkor: • Diit tinggi kalori, protein, mineral dan
• Edema tubuh, terutama pada bagian vitamin
punggung kaki • Pemberian terapi cairan dan elektrolit
• Wajah membulat dan sembab • Penannganan diare bila ada : cairan,
• Rambu tipis dan kemerahan seperti rambut antidiare, dan antibiotic
jagung • Penatalaksanan KKP berat dirawat inap
• Atrofi/pengecilan otot dengan pengobatan rutin:
• Kulit terdapat bercak merah muda yang • Atasi atau cegah hipoglikemi
meluas dan berubah warna menajdi cokelat • Periksa kadar gula darah bila ada hipotermi
dan kehitaman dan terkelupas (suhu skala < 35 derajat celciul suhu rektal
• Sering disertai penyakit infeksi akut seperti 35,5 derajat celcius). Pemberian makanan
diare yang lebih sering penting untuk
mencegahkedua kondisi tersebut. Bila kadar
Marasmus:
gula darah di bawah 50 mg/dl, berikan :
• Tampak kurus, seperti tulang yang tinggal
• 50 mlbolus glukosa 10 % atau larutan
terbungkus kulit
sukrosa 10% (1 sdt gula dalam 5 adm air)
• Wajah seperti orang tua secara oral atau sonde / pipa nasogastric
• Kerusakan integritas kulit yaitu keriput • Selanjutnya berikan lanjutan tersebut setiap
• Perut cekung 30 menit selama 2 jam (setiap kali berikan ¼
• Disertai penyakit infeksi seperti diare kronik bagian dari jatah untuk 2 jam)
atau konstipasi
Komplikasi
1. Defisiensi vitamin A (xerophtalmia) Vitamin A berfungsi pada penglihatan (membantu
regenerasi visual purple bila mata terkena cahaya).
2. Defisiensi Vitamin B1 (tiamin) disebut Atiaminosis. Tiamin berfungsi sebagai ko-enzim
dalam metabolisme karbohidrat..

3. Defisiensi Vitamin B2 (Ariboflavinosis) Vitamin B2/riboflavin berfungsi sebagai ko-enzim


pernapasan.
4. Defisiensi vitamin B6 yang berperan dalam fungsi saraf.
5. Defisiensi Vitamin B12 Dianggap sebagai faktor anti anemia dalam faktor ekstrinsik.
6. Defisit Asam Folat Menyebabkan timbulnya anemia makrositik,
megaloblastik, granulositopenia, trombositopenia.
7. Defisiensi Vitamin C Menyebabkan skorbut (scurvy), mengganggu integrasi
dinding kapiler.
8. Defisiensi Mineral seperti Kalsium, Fosfor, Magnesium, Besi, Yodium
Kekurangan yodium dapat menyebabkan gondok (goiter) yang dapat
merugikan tumbuh kembang anak.
9. Tuberkulosis paru dan bronkopneumonia.
10. Noma sebagai komplikasi pada KEP berat Noma atau stomatitis merupakan
pembusukan mukosa mulut yang bersifat progresif sehingga dapat menembus
pipi, bibir dan dagu. Noma terjadi bila daya tahan tubuh sedang menurun. Bau
busuk yang khas merupakan tanda khas pada gejala ini.
Konsep Askep Diare
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir,
umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua,
penghasilan.
b. Keluhan utama Buang air besar lebih dari 3 kali sehari. BAB kurang dari 4 kali
dengan konsistensi cair (diare tanpa dehidrasi). Buang air besar 4-10 kali dengan
konsistensi encer/cair (dehidrasi ringan/sedang).
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat kesehatan meliputi sebagai berukut:
1) Riwayat riwayat imunisasi terutama anak yang belum imunisasi campak.
2) Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik) 3) Riwayat
penyakit yang sering pada anak berumur di bawah 2 tahun
d. . Riwayat nutrisi
e. Pemeriksaan fisik

2. . Diagnosis Keperawatan
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016),
diagnosis keperawatan mengenai Diare pada anak dengan risiko ketidakseimbangan
elektrolit diantaranya adalah :
a. Diagnosis : Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit
Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan yang dapat dirumuskan pada risiko ketidakseimbangan elektrolit
menurut (Nurarif & Kusuma, 2015)

NOC
NIC
- Fluid balance
Fluid Management
- Hydration
- Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
- Nutrition Status: Food and Fluid -
- Monitor status hidrasi (kelembaban membrane
Intake
mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika
Kriteria Hasil:
diperlukan - Monitor vital sign
- Mempertahankan urine output sesuai
- Monitor masukan makanan atau cairan dan hitung
dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT
intake kalori harian
normal
- Kolaborasikan pemberian cairan IV, berikan cairan IV
- Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam
pada suhu ruangan
batas nomal
- Monitor status nutrisi, motivasi masukan oral,
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
motivasi keluarga untuk membantu pasien makan,
- Elastisitas turgor kulit baik, membrane
tawarkan snack (jus buah, buah segar)
mukosa lembab, tidak ada rasa haus
- Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
yang berlebihan
- Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
memburuk
- Atur kemungkinan transfusi dan persiapan untuk
transfusi
1. Pengkajian Fokus
Dasar pengkajian pasien dengan Typhus Abdominalis menurut Doenges (2002) yaitu :
1. Identitas Klien, meliputi:
a. Umur ; penderita yang terkena Typhus Abdominalis rata-rata antara usia 3-19 tahun,
b. Lingkungan; kebersihan lingkungan yang buruk merupakan sumber dari penyakit
Typhus Abdominalis ,
c. Pekerjaan; kebanyakan penderita penyakit Typhus Abdominalis bekerja ditempat
yang kumuh, atau bekerja yang menguras tenaga.
d. Jenis Kelamin; kebanyakan penderita yang terkena penyakit typhoid lakilaki lebih
banyak dari perempuan dengan perbandingan

2. Riwayat kesehatan, meliputi:


a. Keluhan utama; pada pasien Typhus Abdominalis biasanya mengeluh perut merasa
mual dan kembung, nafsu makan menurun, panas dan demam.
b. Riwayat penyakit dahulu; apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit
Typhus Abdominalis, apakah tidak pernah, apakah menderita penyakit lainnya.
c. Riwayat penyakit sekarang;
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul merujuk pada Carpenito (2002) dan
Doenges (2000), antara lain:
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, nafsu
makan menurun.
2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan sekunder
terhadap diare, demam, dan muntah.
3. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan efek peradangan pada usus.

Fokus Intervensi dan Rasional


Fokus intervensi keperawatan dan rasional merujuk pada Carpenito (2002) dan Doenges
(2000), antara lain:
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, nafsu
makan menurun.
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien
terpenuhi.
b. Kriteria hasil : BB stabil atau peningkatan BB, tidak ada malnutrisi, nafsu makan
meningkat, pasien mengmhabiskan porsi makan yang sudah disediakan rumah sakit.
2. Resiko Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan
sekunder terhadap diare, demam, dan muntah.
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam kebutuhan cairan
terpenuhi.
b. Kriteria hasil: Suhu 36-37oC, turgor baik, kulit lembab, TD 120/80 mmHg, nadi
80x/menit, nadi perifer teraba, mempertahankan volume cairan.

3. Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan efek peradangan pada usus.
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri hilang atau bekurang.
b. Kriteria hasil : Nyeri klien dapat hilang atau berkurang, klien tampak rileks, klien
tampak tenang, ekspresi wajah tidak cemas, suhu 36-37oC, TD 120/80 mmHg, nadi
80x/menit, RR 20x/menit.
Intervensi :
1) Kaji laporan kram abdomen atau nyeri, catat lokasi, lamanya intensitas (skala 0-
10). Selidiki dan laporkan perubahan karateristik nyeri
2.6 Konsep Askep KKP
1.  Pengkajian
I.Identitas,Nama,Umur,Jenis kelamin,No MR,Alamat,Nama orangtua
II.Pemeriksaan fisik
1) Kaji tanda-tanda vital.
2) Kaji perubahan status mental anak, apakah anak nampak cengeng atau apatis.
3) Pengamatan timbulnya gangguan gastrointestinal, untuk menentukan kerusakan
fungsi hati, pankreas dan usus.

2.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
a) pemeriksaan darah tepi memperlihatkan anemia ringan sampai sedang, umumnya
berupa anemia hipokronik atau normokromik.
b) Pada uji faal hati tampak nilai albumin sedikit atau amat rendah, trigliserida normal,
dan kolesterol normal atau merendah.

Fokus pengkajian pada anak KKP


-pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal
lipatan kulit).
Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:
1.      Penurunan ukuran antropometri
2.      Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah
dicabut)
3 .Intervensi
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake.
makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang).
Tujuan : Pasien mendapat nutrisiyang adekuat
Kriteria hasil :
1.      Meningkatkan masukan oral
2.      Kebutuhan nutrisi terpenuhi
3.      Nafsu makan meningkat
Intervensi :
1.      Dapatkan riwayat diet
2.      Dorong orangtua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat
makan
3.      Gunakan alat makan yang dikenalnya
4.      Sajikan makan sedikit tapi sering
Rasional :
1.      Sebagai suport untuk anak sewaktumakan
2.      Untuk menambah semangat makan si anak
3.      Menggunakan alat makan yang dikenal oleh si anak akan menambah semangat anak
untuk makan
2.Defisit volume cairan berhubungan dengan diare
Tujuan : Tidak terjadi dehidrasi
Kriteria hasil :
1.      Mukosa bibir lembab
2.      Tidak terjadi peningkatan suhu
3.      Turgorkulitbaik
Intervensi :
1. Monitor tanda-tanda vital dan tanda-tanda dehidrasi
2. Monitor jumlah dan tipe masukancairan
3. Ukur haluaran urine dengan akurat
Rasional :
1. Untuk mengetahui TTV dan tanda dehidrasi si anak
2. Untuk mengetahui cairan pada anak
 
3.Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/statusmetabolik.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan integritas kulit
Kriteria hasil :
1.      Kulit tidak kering
2.      Kulittidak bersisik,Elastisitas normal
Intervensi :
1.      Monitor kemerahan, pucat,ekskoriasi.
2.      Dorong mandi 2x sehari dan gunakan lotion setelah mandi
3.      Massage kulit Kriteria hasil ususnya diatas penonjolan tulang
4.      Alih baring
Rasional :
1.      Mencegah terjadinya kerusakan pada kulit
2.      Mandi dapat menjaga kebersihan kulit

Anda mungkin juga menyukai