Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN PBF

KELOMPOK 2
1. Dian ekawati rahman (201902015)
2. Darniati (201902012)3.
3. Amina nur (201902006)
4. Magfirah nur (201902038)5.
5. Nela ema esty (201902045)
6. Israwati (201902030)
7. Fitrah nur islamiah (201902021)
8. Dina alfriana (201902016)
9. Izzatun nahda (201902031)
10. Cantika putri akbar (201902011)
11. Alfadilla alwa diwanti (20190212.
12. NurfaildaH(201902052)
13. Nurfadilla(201902051)
14. Mirna (201902040)
15. Kartika cahyani putri (201902034)
16. Ayu andira (201902010)
LANDASAN HUKUM
PBF memiliki landasan hukum yang diatur dalam :
a. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1148/MENKES/PER/VI/2011
tentang Pedagang Besar Farmasi.
b. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 889/MENKES/PER/V/2011
tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
PENGERTIAN MANAJEMEN PBF
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi
(PBF), PBF adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang
memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran sediaan
farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.Pedagang Besar Farmasi (PBF) merupakan salah satu
unit terpenting dalam kegiatan penyaluran sediaan farmasi ke
fasilitas pelayanan kesehatan seperti apotek, instalasi farmasi
rumah sakit, puskesmas, klinik dan toko obat agar dapat sampai ke
tangan masyarakat.Apoteker sebagai penanggung jawab di PBF
harus mampu melakukan kegiatan pengelolaan sediaan farmasi di
PBF dimulai dari pengadaan, penyimpanan hingga pendistribusian
sediaan farmasi ke sarana pelayanan kesehatan (Kementerian
Kesehatan RI, 2011).
Kewajiban Pedagang Besar Farmasi

Adapun kewajiban pedagang besar farmasi menurut SK Menkes1191 tahun 2002 :


1. PBF dan setiap cabangnya berkewajiban mengadakan, menyimpan dan
menyalurkan perbekalan farmasi yang memenuhi persyaratan mutu.2.1.2.2 PBF
wajib melaksanakan pengadaan obat, dan alat kesehatan dari sumber yang sah.
2. Setiap pergantian penanggung jawab wajib lapor (max 6 bulan) kepada Ka
Kanwil setempat.
3. PBF dan setiap cabangnya wajib menguasai bangunan dan sarana yang
memadai untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsinya.
4. Gudang wajib dilengkapi dengan perlengkapan yang dapat menjamin mutu dan
keamanannya.
5. PBF wajib melaksanakan dokumentasi selama kegiatan berjalan.
6. Untuk PBF penyalur BBO wajib menguasai laboratorium pengujian.
7. Untuk setiap perubahan kemasan BBO dari kemasan aslinya, wajib dilakukan
pengujian laboratorium.
8. Setiap pendirian cabang PBF di propinsi wajib lapor kepada Ka Kanwil setempat
dengan tembusan kepada Dit. Jend. Dan kepala BPOM.
Tugas Pedagang Besar Farmasi (PBF)

1. Tempat menyediakan dan menyimpan perbekalan farmasi yang meliputi obat, bahan
obat, dan alat kesehatan.
2. Sebagai sarana yang mendistribusikan perbekalan farmasi ke sarana pelayanan
kesehatan masyarakat yang meliputi : apotek, rumah sakit, toko obat berizin dan
sarana pelayanan kesehatan masyarakat lain serta PBF lainnya.
3. Membuat laporan dengan lengkap setiap pengadaan, penyimpanan, penyaluran,
perbekalan farmasi sehingga dapat di pertanggung jawabkan setiap dilakukan
pemeriksaan. Untuk toko obat berizin, pendistribusian obat hanya pada obat-obatan
golongan obat bebas dan obat bebas terbatas, sedangkan untuk Apotek, rumah sakit
dan PBF lain melakukan pendistribusian obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras
dan obat keras tertentu.
4. Untuk toko obat berizin,pendistribusian obat hanya pasa obat-obat golongan obat
bebas dab obat bebas terbatas, sedangkan untuk apotek,rumah sakit dan PBF lain
melakukan pendistribusian obat bebas obat bebas bebas terbatas dan obat keras
tertentu.
Fungsi Pedagang Besar Farmasi (PBF)
1. Sebagai sarana distribusi farmasi bagi industri-industri farmasi.
2. Sebagai saluran distribusi obat-obatan yang bekerja aktif ke seluruh tanah air
secara merata dan teratur guna mempermudah pelayanan kesehatan.
3. Untuk membantu pemerintah dalam mencapai tingkat kesempurnaan penyediaan
obat obatan untuk pelayanan kesehatan.
4. Sebagai penyalur tunggal obat-obatan golongan narkotik dimana PBF khusus,
yang melakukannya adalah PT. Kimia Farma.
5. Sebagai aset atau kekayaan nasional dan lapangan kerjaf. Tempat menyediakan
dan menyimpan sediaan farmasi yang meliputi obat, bahan obat, obat tradisional
dan kosmetik.
6. Sebagai sarana yang mendistribusikan sediaan farmasi ke fasilitas pelayanan
kefarmasian meliputi apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik dan
toko obat berizin.
7. Sebagai sarana untuk mendistribusikan sediaan farmasi di wilayah sesuai surat
pengakuannya/surat izin edar.
8. Sebagai tempat pendidikan dan pelatihan.
PERENCANAAN DAN PEMBELIAN

Perencanaan untuk pengadaan obat didasarkan pada jumlah


stok minimum barang yang terdapat di dalam database. Data
keseluruhan obat tergabung di dalam software milik PBF Tramedifa,
yaitu “Tramedifa System”. Software ini terintegrasi ke seluruh
perangkat komputer yang terdapat di kantor PBF, sehingga setiap
unit bagian kerja dapat mengaksesnya untuk pelaksanaan seluruh
kegiatan operasional di PBF. Database obat, terutama untuk
keperluan instansi di dalam FHG, disusun berdasarkan data pareto
selama tiga bulan ke belakang
PENGADAAN
Pengadaan obat di PBF Tramedifa terutama berfokus pada keperluan
dari rumah sakit dan klinik dari SFHG. Sediaan obat yang diadakan
terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu obat standar dan obat non-standar.
Obat standar merupakan obat-obatan yang terdapat di dalam
Formularium Obat SFHG, yaitu daftar obat-obatan yang digunakan oleh
04
dokter-dokter di fasilitas kesehatan dalam grup SFHG. Sifat pengadaan
stok obat-obat standar adalah wajib, artinya stok obat harus selalu
03
tersedia secara rutin. Obat non-standar merupakan obat-obatan yang
tidak termasuk ke dalam Formularium Obat SFHG. Pengadaannya tidak
02
wajib, dapat disesuaikan dengan pesanan yang diterima.

01
PENYIMPANAN
Sediaan obat jadi di gudang PBF disimpan di atas rak-rak yang
dibeda-bedakan menurut bentuk sediaannya. Rak dengan ukuran
lebar yang lebih luas digunakan untuk penyimpanan sediaan obat
solid dan semisolid, sementara rak dengan ukuran lebar yang
lebih kecil untuk sediaan obat cair. Penyusunan obat dilakukan
berdasarkan alfabetis nama generik obat yang diurutkan dari atas
PowerPoint
ke bawah. Pada rak penyimpanan sediaan obat solid dan
Presentation

semisolid, masing-masing tingkat ditempati obat dari dua jenis


alphabet, sedangkan pada rak penyimpanan sediaan cair, masing-
masing tingkat ditempati oleh obat dari dua atau tiga jenis alfabet,
tergantung jumlah stok obat untuk masing-masing alfabet.
Definisi dari instruksi penyimpanan yang tertera pada karton mempunyai pengertian :
Do not store over 30 0C: Harus disimpan antara +2 0C s/d + 30 0C
Do not store over 25 0C: Harus disimpan antara +2 0C s/d + 25 0C
Do not store over 15 0C: Harus disimpan antara +2 0C s/d +15 0C

Penyimpanan harus berdasarkan kategori sebagai berikut:


Kategori suhu dingin : Penyimpanan disimpan di Cold Strorage
Kategori suhu sejuk : Disimpan diruang yang menggunakan AC
Kategori suhu kamar terkendali : Disimpan diruang AC, menggunakan pallet
Kategori suhu kamar : disimpan di ruang dan diatas pallet
Penyimpanan harus berdasarkan kategori sebagai berikut:

Kategori suhu dingin : Penyimpanan disimpan di Cold Strorage


Kategori suhu sejuk : Disimpan diruang yang menggunakan AC
Kategori suhu kamar terkendali : Disimpan diruang AC, menggunakan pallet
Kategori suhu kamar : disimpan di ruang dan diatas pallet

Produk Psikotropika : disimpan pada ruangan atau lemari khusus terkunci dan
pengawasan ketat
Produk dengan nilai harga mahal : disimpan pada ruangan atau lemari yang terjaga
keamanannya
Produk beraroma keras : disimpan berjauhan dengan produk farmasi dan makanan
seperti susu
Barang recall, barang rusak dan kadaluarsa : dipisahkan dari produk komersil lainnya
Sistem penyimpanan harus memperhatikan sistem FEFO dan FIFO. Barang yang diterima
disimpan dengan sistem FEFO (First Expired First Out) yaitu barang yang baru diterima
dengan tanggal kadaluarsa yang lebih panjang ditempatkan di belakang dibanding barang
yang tanggal kadaluarsanya lebih pendek. Kemudian barang yang tanggal kadaluarsanya lebih
pendek disalurkan terlebih dahulu dibanding yang tanggal kadaluarsanya panjang.Penyusunan
barang disesuaikan dengan kebutuhan, bila sudah masuk masa kadaluarsa maka dikumpulkan
sendiri, diberi tanda dan dimonitor. Barang yang fast moving ditempatkan di bagian yang
mudah dijangkau. Barang harus terpisah berdasarkan jenis nya dan disimpan secara teratur
untuk mencegah resiko pencampuran dan untuk mempermudah pemeriksaan maupun
pengambilan.Penyimpanan stok dengan susunan yang rapi dan diusahakan terdapat jarak tiap
urutan untuk aliran udara. Barang yang disimpan pada long span shelving menggunakan
divider sebagai pembatasBarang yang harus disimpan dengan suhu tertentu harus langsung
disimpan pada cold storage/refrigerator/chiller setelah dikeluarkan dari sterofoam. Tidak boleh
melebihi 30 menit sejak dikeluarkan dari sterofoam.Penyimpanan barang harus terhindar dari
kondisi yang dapat merugikan kualitas misalnya : sinar matahari langsung, debu, tetesan air,
tikus/serangga lain, berdekatan dengan barang yang menyebabkan terjadinya kontaminasi dan
tersusun terlalu tinggi.
PELAPORAN

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


1148/Menkes/Per/VI/2010 tentang Pedagang Besar
Farmasi, setiap PBF dalam melakukan kegiatan
usahanya diwajibkan untuk melakukan pelaporan
kepada beberapa instansi terkait. Pelaporan yang
diperlukan adalah terkait dengan kegiatan
penerimaan dan penyaluran dari obat yang
diadakannya. PBF Tramedifa melakukan pelaporan
kepada tiga instansi pemerintah sesuai dengan
ketentuan dari Permenkes tersebut, yaitu pelaporan
kepada Balai POM, Dinas Kesehatan Provinsi, dan
Kementerian Kesehatan RI, yang dilakukan secara
bersamaan setiap 3 bulan sekali.
Pemusnahan dan Pembuangan
Metode penanganan limbah farmasi ada beberapa cara, yaitu:

a. Pengembalian kepada distributor: limbah farmasi dalam jumlah besar harus


dikembalikan kepada distributor/PBF.
b. Penimbunan (penempatan limbah langsung ke lahan penimbunan sampah tanpa
perlakuan atau persiapan sebelumnya), misalnya dengan:
1) Pembuangan terbuka sederhana dan tanpa pengendalian: pembuangan
limbah farmasi tanpa pengelolaan ke pembuangan terbuka tidak disarankan
kecuali bila tidak ada pilihan lain, karena langkah ini tidak ramah lingkungan
dan tidak aman karena bisa menyebabkan pemulungan limbah untuk tujuan
diedarkan kembali
2) Penimbunan berteknologi tinggi: tempat penimbunan harus memiliki saluran
pengeluaran yang terisolasi dari sumber air dan berada di atas lapisan air
tanah. Limbah farmasi dipadatkan dan ditutupi dengan tanah untuk
menjamin keamanan dan kebersihan.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai