“Terima kasih
untuk perhatiannya,
perlu diketahui
bahwa aku dulunya
tidak cantik.
Sebelum menjadi
cangkir yang
dikagumi, aku
hanyalah seonggok
tanah liat yang tidak
berguna.
Namun suatu hari ada seorang
pengrajin dengan tangan kotor
melempar aku ke sebuah roda berputar.
Kemudian ia mulai
memutar-mutar aku
hingga aku merasa
pusing. Stop ! Stop !
Aku berteriak, Tetapi
orang itu berkata
“belum !” lalu ia mulai
menyodok dan
meninjuku berulang-
ulang. Stop! Stop !
teriakku lagi. Tapi orang
ini masih saja
meninjuku, tanpa
menghiraukan
teriakanku
Bahkan lebih buruk lagi
ia memasukkan aku ke
dalam perapian. Panas
! Panas ! Teriakku
dengan keras. Stop !
Cukup ! Teriakku lagi.
Tapi orang ini berkata
“belum !”
Akhirnya ia
mengangkat aku dari
perapian itu dan
membiarkan aku sampai
dingin. Aku pikir,
selesailah
penderitaanku
Orang itu berkata
“belum !” Lalu ia
memberikan aku
kepada seorang pria
dan ia memasukkan
aku lagi ke perapian
yang lebih panas dari
sebelumnya! Tolong !
Hentikan penyiksaan
ini ! Sambil menangis
aku berteriak sekuat-
kuatnya. Tapi orang ini
tidak peduli dengan
teriakanku.Ia terus
membakarku. Setelah
puas “menyiksaku”
kini aku dibiarkan
dingin.
Setelah benar-benar
dingin, seorang wanita
cantik mengangkatku dan
menempatkan aku dekat
kaca. Aku melihat diriku.
Aku terkejut sekali. Aku
hampir tidak percaya,
karena di hadapanku
berdiri sebuah cangkir
yang begitu cantik.
Semua kesakitan dan
penderitaanku yang lalu
menjadi sirna tatkala
kulihat diriku.
Sahabat, dalam kehidupan ini
adakalanya kita seperti disuruh
berlari, ada kalanya kita seperti
digencet permasalahan kehidupan. Tapi
sadarlah bahwa lakon-lakon itu
merupakan cara Tuhan untuk membuat
kita kuat.