Anda di halaman 1dari 9

NAMA: ANDES META TARIGAN

NIM :1943020
PENGETAHUAN BAIK DAN JAHAT
“Bilamana mereka menolak Allah dalam pengetahuanNya,” “Hati yang tegar itu digelapkan.”

Walaupun diciptakan tak bersalah dan suci, nenek moyang kita yang pertama tidak ditempatkan di luar kemungkinan membuat kesalahan. Allah
dapat menciptakan mereka tanpa daya untuk melanggar tuntutan-Nya, tetapi dalam keadaan demikian tidak akan ada perkembangan tabiat;
pelayanan mereka tidak akan bersifat sukarela, tetapi terpaksa. Oleh sebab itu Ia mengaruniakan mereka kuasa memilih—kuasa untuk taat atau
tidak taat. Dan sebelum mereka dapat menerima berkatberkat penuh yang Ia ingin berikan, kasih dan kesetiaan mereka harus diuji.

Di Taman Eden ada “pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.... Lalu Tuhan Allah memberi perintah ini kepada manusia: Semua
pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu janganlah
kaumakan buahnya” (Kejadian 2:9-17). Allah ingin supaya Adam dan Hawa tidak mengenal kejahatan. Pengetahuan tentang yang jahat tentang
dosa dan akibat-akibatnya, tentang pekerjaan yang melelahkan, tentang perawatan yang menggelisahkan, tentang kekecewaan dan dukacita,
tentang sakit dan kematian—karena kasih ini ditahan-

Sementara Allah mengusahakan kebaikan manusia, Setan mengusahakan kebinasaannya. Ketika Hawa, tidak mengindahkan nasihat Tuhan
mengenai pohon larangan itu, pergi mendekati pohon itu, ia mengadakan kontak dengan musuhnya. Perhatian serta rasa ingin tahunya telah
dibangkitkan, Setan menyanggah firman Allah dan mengobarkan rasa tidak percaya terhadap hikmat dan kebaikan-Nya. Terhadap pernyataan
perempuan itu, mengenai pohon pengetahuan, ... “Allah berfirman jangan kamu makan atau pun raba buah itu, nanti kamu mati,” si penggoda
menjawab, “Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu
akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat” (Kejadian 3:3-5).
Setan ingin membuat sehingga kelihatan bahwa pengetahuan tentang yang baik dicampur dengan yang jahat
akan menjadi berkat, dan dalam melarang mereka memakan buah pohon itu, Allah menahan kebaikan besar. Ia
mengatakan bahwa karena isinya yang ajaib serta memberi hikmat dan kuasa sehingga Allah melarang mereka
untuk mencicipinya, jadi Ia berusaha untuk mencegah mereka jangan sampai mencapai perkembangan lebih
tinggi, dan mendapat kebahagiaan lebih besar. Ia mengatakan bahwa ia sendiri telah memakan buah larangan
itu, dan jika mereka juga makan, mereka akan mencapai suatu tingkatan yang lebih tinggi dan masuk ke dalam
lapangan pengetahuan yang lebih luas.

Ketika Setan mengaku telah menerima kebaikan besar dengan memakan buah pohon larangan itu, ia tidak
menunjukkan bahwa oleh pelanggaran ia telah dibuang dari surga. Di sini terdapat kepalsuan, yang begitu
tersembunyi di bawah apa yang tampak sebagai kebenaran sehingga Hawa tergiur, tersanjung, tertipu, sehingga
tidak melihat tipu muslihat. Ia menginginkan apa yang dilarang Allah; ia tidak memperca- yai hikmat-Nya. Ia
membuang iman, kuci pengetahuan.
Ketika Hawa melihat “...bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagi pula pohon itu
menarik hati karena memberi pengertian, lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya.” Rasanya lezat, dan
sementara ia makan, ia merasakan ada kuasa hidup yang menyegarkan dan ia membayangkan dirinya memasuki
suatu tingkat keberadaan yang lebih tinggi. Setelah ia sendiri melanggar, ia menjadi penggoda bagi suaminya, “dan
suaminya pun memakannya.” (Kejadian 3:6).

“Matamu akan terbuka,” kata musuh itu, “kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat”
(Kejadian 3:5). Mata mereka benar-benar terbuka; tetapi betapa menyedihkan! Pengetahuan tentang yang jahat,
kutuk dosa, itulah semuanya yang diperoleh pelanggar-pelanggar itu. Pada buah itu sendiri tidak terdapat racun,
dan dosa semata-mata tidak terletak di dalam menyerah kepada selera. Tetapi tidak percaya pada kebaikan Allah,
tidak percaya pada sabdaNya, dan penolakan terhadap kekuasaan-Nya, itulah yang menjadikan nenek moyang kita
yang pertama itu pelanggar-pelanggar, dan itulah yang membawa kepada dunia pengetahuan tentang kejahatan.
Inilah yang membuka pintu kepada setiap unsur kepalsuan dan kesalahan.
Adam dan Hawa telah memilih pengetahuan yang jahat, dan jika mereka hendak memperoleh kembali
kedudukan mereka yang hilang itu maka mereka harus memperolehnya kembali di bawah keadaan yang tidak
menyenangkan yang mereka timpakan ke atas diri mereka sendiri. Mereka tidak boleh tinggal di Eden lagi,
karena dalam kesempurnaan taman tersebut hal itu tidak dapat mengajarkan kepada mereka pelajaran yang
sekarang perlu mereka dipelajari. Dalam kesedihan yang tak terkatakan mereka mengucapkan selamat tinggal
kepada lingkungannya yang indah lalu pergi untuk berdiam di bagian bumi di mana terdapat kutuk dosa.

Kepada Adam Allah berkata: “Karena engkau mendengarkan perkataan istrimu dan memakan dari buah pohon
yang telah Kuperintah- kan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau;
dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu; semak duri dan rumput duri
yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; dengan berpeluh
engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau
diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu (Kejadian 3:17-19).
Mereka juga terus menerus diingatkan tentang pemerintahan mereka yang hilang. Di antara makhluk-makhluk yang lebih
rendah Adam berdiri sebagai raja, dan selama ia tetap setia kepada Allah, seluruh alam mengakui pemerintahannya; tetapi
ketika ia melanggar, pemerintahan ini telah hilang. Roh pemberontakan, yang ia sendiri beri jalan masuk, sampai kepada
seluruh binatang ciptaan. Jadi bukan hanya kehidupan manusia, tetapi juga sifat binatang-binatang, pohonpohon di hutan,
rumput di padang, udara yang kita hirup semuanya menceritakan pelajaran menyedihkan tentang pengetahuan yang jahat.

Tetapi manusia tidak ditelantarkan pada akibat-akibat kejahatan telah dipilihnya. Di dalam hukuman yang dijatuhkan pada
Setan diberikan isyarat tentang penebusan. “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara
keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu dan engkau akan meremukkan tumitnya”
(Kejadian 3:15). Kalimat ini, yang diucapkan pada nenek moyang kita yang pertama, bagi mereka adalah suatu janji.
Sebelum mereka mendengar tentang duri dan onak, tentang kerja keras dan kesusahan yang akan menjadi bagian mereka,
atau tentang debu ke mana mereka harus kembali, mereka mendengar perkataan yang tidak bisa gagal yang memberi
mereka harapan. Semua yang telah hilang karena menyerah pada Setan dapat diperoleh kembali melalui Kristus.
Isyarat ini juga diulang-ulangi oleh alam pada kita. Walaupun rusak oleh dosa, alam tidak hanya berbicara
tentang penciptaan tetapi juga tentang penebusan. Walaupun bumi memberi kesaksian tentang kutuk dengan
bukti tanda-tanda kerusakan, alam itu tetap kaya dan indah dalam tanda-tanda kuasa pemberi kehidupan. Pohon-
pohon menggugurkan daun-daunnya, hanya untuk diganti dengan daun-daun yang lebih segar; bunga-bunga
layu, supaya mekar kembali dalam keindahan yang baru; dan di dalam setiap bukti kuasa penciptaan terdapat
jaminan bahwa kita dapat diciptakan menjadi baru dalam “kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya”
(Efesus 4:24). Dengan demikian benda-benda dan pekerjaan alam yang begitu jelas membawa kepada pikiran
kerugian kita yang besar menjadi jurukabar pengharapan kepada kita
KESIMPULAN

Pada bunga yang layu serta daun yang gugur, Adam dan temannya menyaksikan tanda-tanda
kerusakan pertama. Dengan jelas dibentangkan pada pikiran mereka bukti yang kuat bahwa
setiap hal yang hidup harus mati. Bahkan udara pun, di atas mana kehidupan mereka
bergantung, menyandang benih-benih kematian.
Sejauh kejahatan itu meluas, suara Bapa kita terdengar, memohon kepada anak-anak-Nya untuk
melihat akibat dosa di tengah alam ini, memberi amaran kepada mereka untuk meninggalkan
kejahatan, dan mengundang mereka untuk menerima yang baik.

Anda mungkin juga menyukai