Anda di halaman 1dari 27

EPIDEMIOLOGI MALARIA

Oleh :
Indah M. Zachawerus
15140033

HOST PARASITE
PARASITE
HOST

ENVIRONMENT
ENVIRONMENT
EPIDEMIOLOGI
 Faktorutama epidemiologi :
o Penyebab penyakit (agent)
o Pejamu (host)
o Lingkungan (environment)
 Variabel epidemiologi :
o Orang
o Tempat
o Waktu
AGENT (PENYEBAB PENYAKIT)
Agent penyebab malaria genus Plasmodium, Famili
Plasmodiidae, dari Orde Coccidiidae, ada 5 macam
Plasmodium :
1. Plasmodium falciparum (malaria tropika)
2. Plasmodium vivax (malaria tertiana)
3. Plasmodium malarie (malaria kuartana)
4. Plasmodium ovale (jarang, umumnya di Afrika)
5. Plasmodium Knowlesi (Kalimantan)
TNF : Tumor Necrosis Factor

DEMAM IL-1 : Inter Leukin - 1


IL-6 : Inter Leukin - 6
Parasit memicu Inang untuk melepaskan
zat yang mempengaruhi thermoregulator

Thermoregulator
TNF
IL-1 Titik set suhu
berubah
IL-6
Sel Inang

Hypothalamus
endothelium
GEJALA UMUM MALARIA

Keluhan utama pada malaria adalah:


1. Demam yang dapat disertai menggigil
2. Berkeringat
3. Sakit kepala
4. Mual-muntah
5. Diare dan,
6. Nyeri otot atau pegal-pegal.
Trophozoite :
• Tropozoit Muda (Ring Kecil),
sampai 12 jam Pf ring
• Tropozoit Medium (Bentuk
Ring Sedang), antara 12 – 18
jam
• Tropozoit Besar (Large Ring),
membesar/ menebalnya
sitoplasma, antara 18 – 30
jam
• Tropozoit Matang/Dewasa,
jarang ditemukan (biasa SD
Malaria Serebral)
Sizon :
• Sizon Muda (3 inti dan
sitoplasma kumpul)
• Sizon Belum Matang,
sitoplasma milik semua inti
• Sizon Matang,inti dg
sitoplasma Pf
gamet
Sekuestrasi (pengasingan) P. falciparum pada organ
vital (otak, hepar, ginjal, paru, jantung, usus, kulit.

Eritrosit berparasit (Knob)

KEMATIAN
otak
Trophozoite :
• Tropozoit Muda (bentuk inti
tidak selalu bulat/titik kasar,
kurang kompak, merah jelas)
• Tropozoit Setengah Dewasa
• Tropozoit Dewasa (bentuk inti
tidak beraturan, agak besar
cenderung melebar, semakin P
tua, warna kompak inti v
berkurang)
Sizon (khas bentuk Amuboit):
• Sizon Muda (3 inti dan
sitoplasma kumpul)
• Sizon Belum Matang,
sitoplasma milik semua inti
• Sizon Matang, inti dg
sitoplasma
Gametocyte:
Stadium muda, dewasa
(sitoplasma melebar)
Extra-erythrocytair LIVER
LIVER

Plasmodium vivax
(malaria tertiana)
Plasmodium ovale
HYPNOZOITE Hypnozoite ini yang
menimbulkan kambuh, walau
tidak digigit nyamuk infektif lagi.
Extra-erythrocytair LIVER
LIVER

Menimbulkan anaemi
(KD : kurang darah)

Erythrocytair P.vivax : eritrosit muda (2 %)


PENEMUAN PARASIT
• Penegakan Diagnosis :
o Pemeriksaan mikroskopik
o Pemeriksaan cepat (Rapid

Diagnostic Test)
o PCR

• Skrining :
o Skrining Ibu Hamil
o Mass Blood Survey (MBS)
o Survei Kontak (CS)
HOST (Pejamu)

 Manusia (host
intermediate)
 Nyamuk Anopheles

(host definitive)
Masa inkubasi intrinsik (waktu mulai masuknya
sporosoit ke dalam darah sampai timbulnya gejala
klinis/demam)
P. falciparum = 9 – 14 hari (12),
P.vivax = 12 – 17 hari (15)
P.ovale = 16 – 18 hari (17)
P.malariae = 18 – 40 hari (28)
Masa inkubasi ekstrinsik (waktu mulai saat masuknya
gametosit ke dalam tubuh nyamuk sampai terjadinya
stadium sporogoni dengan terbentuknya sporosoit  ke
dalam kelenjar liur nyamuk)
Suhu optimal 26,7 º c : - P. falciparum = 10 – 12 hari
- P. vivax = 8 – 11 hari
- P. malariae = 14 hari
- P. ovale = 15 hari
Pada suhu 16º c P. vivax 55 hari dan 7 hari pada suhu
28º c, pada 32º c parasit dalam tubuh nyamuk mati
VEKTOR MALARIA

A. aconitus
A. sundaicus Nyamuk Anopheles betina
B. maculatus
A. balabacensis
C. barbirostris
A. subpictus
A. letifer
SIKLUS HIDUP NYAMUK

Telur Jentik Pupa

1-2 hari 8-10 hari 1-2 hari

7 - 13 hari
PERILAKU NYAMUK ANOPHELES
 Tempat hinggap atau istirahat :
- Eksofilik : > suka di luar rumah
- Endofilik : > suka di dalam rumah
 Tempat menggigit :

- Eksofagik : > suka di luar rumah


- Endofagik : > suka di dalam rumah
 Obyek yang digigit :

- Antrofofilik : > suka manusia


- Zoofilik : > suka hewan
No Propinsi Vektor Predominan
14. Bali An An. aconitus, An.maculatus, An. sundaicus

15. Kalimantan Barat An. letifer, An. balabacensis, An.maculatus, An. sundaicus

16. Kalimantan Tengah An. letifer, An. balabacensis, An.maculatus

17. Kalimantan Selatan An. letifer, An. balabacensis, An.maculatus, An. sundaicus

18. Kalimantan Timur An. letifer, An. balabacensis, An.maculatus, An. sundaicus

19. Sulawesi Utara An. barbirostis, An. subpictus, An. sundaicus

20. Sulawesi Tengah An. barbirostis, An. Subpictus

21. Sulawesi Selatan An. barbirostis, An. subpictus, An. Sundaicus

22. Sulawesi Tenggara An.aconitus, An.balabacensis, An.barbirostis, An.maculatus,


An.Sundaicus, An.subpictus
23. Nusa Tenggara Barat An.aconitus, An.balabacensis, An.barbirostis, An.maculatus,
An.Sundaicus, An.subpictus
24. Nusa Tenggara Timur An.aconitus, An.balabacensis, An.barbirostis, An.maculatus,
An.sundaicus, An.subpictus
25. Maluku An. subpictus, An. farauti, An. punctulatus

26. Papua An. farauti, An. koliensis, An. Punctulatus

Sumber : Laihad, 1999


An.barbirostris, An. maculatus
An.sundaicus & An.subpictus An.aconitus An. balabacensis
Muara sungai Sawah Bocoran pipa Mata air

Lagon Saluran air Genangan air


sungai

Lingk. Perbukitan

Lingk. Persawahan Lingk. Rawa, Sungai


Lingk. Pantai

Pantai

TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK


ENVIRONMENT (Lingkungan)

 Lingkungan Fisik

 Lingkungan Kimiawi

 Lingkungan Biologik

 Lingkungan Sosial Budaya


LINGKUNGAN FISIK
 Suhu Udara, makin tinggi suhu makin pendek
siklus hidup parasit didalam tubuh nyamuk,
makin rendah suhu makin panjang siklusnya
 Kelembaban Udara, kelembaban rendah
memperpendek umur nyamuk, kelembaban
tinggi umur nyamuk lebih panjang
 Sinar Matahari, An.maculatus suka tempat
terbuka
LINGKUNGAN KIMIAWI
 Salinitas (kadar garam),
An.sundaicus tumbuh optimal
pada 12 – 18 ‰ & tidak dapat
berkembang biak pada kadar
garam > 40 ‰
 Keasaman/pH, An.letifer lebih
menyukai rawa dsb dengan air
yang cenderung asam
LINGKUNGAN BIOLOGIK
 Adanya tumbuhan bakau, lumut,
ganggang & beberapa tumbuhan
air mempengaruhi kehidupan larva
nyamuk
 Ikan pemakan larva,
mempengaruhi populasi nyamuk
(Biological Control)
 Ternak besar, dapat mengurangi
gigitan nyamuk pada manusia
(Cattle Barrier)
LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA
 Kebiasaan di luar rumah pada
malam hari, memperbesar
jumlah gigitan nyamuk
 Penggunaan kelambu, kawat
kasa, repellent, mempengaruhi
angka kesakitan malaria
 Pandangan/persepsi masyarakat
terhadap penyakit malaria
VARIABEL TEMPAT
Kemungkinan masuknya penderita malaria di suatu daerah
disebut Malariogenic Potential, yang ditentukan:
 Receptivity, adalah adanya vektor malaria dalam jumlah
besar dan terdapatnya faktor ekologis dan iklim yang
memudahkan penularan.
 Vulnerability, dekatnya dengan daerah malaria atau
kemungkinan masuknya penderita malaria dan atau
vektor yang telah terinfeksi
Daerah endemis apabila kesakitannya yang disebabkan
oleh infeksi alamiah, konstan selama beberapa tahun
berturut-turut (3 tahun Ref.ELIMINASI).

Anda mungkin juga menyukai