Anda di halaman 1dari 32

STROKE HAEMORAGIK

DAN
STROKE NON HAEMORAGIK

ASMAUL HUSNA SARAF PUSAT


1811401045
FISIOTERAQPI 5B
DOSEN
SITI MUNAWARAH, SST.FT
Definisi
Stroke hemoragik
Stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah otak yang menyebabkan pengeluaran
darah ke parenkim otak, ruang cairan
cerebrospinal di otak, atau keduanya dan
terjadi secara akut.
Stroke non-hemoragik
adalah jenis stroke yang terjadi akibat
penyumbatan pada pembuluh darah otak.
Stroke yang juga disebut stroke infark atau
stroke iskemik ini merupakan jenis stroke yang
paling sering terjadi. Diperkirakan sekitar lebih
dari 80% kasus stroke di seluruh dunia
disebabkan oleh stroke non-hemoragik.
Etiologi

Stroke Hemoragik
1. Pendarahan intraserebral
2. Hipertensi (80%)
3. Aneurisma
4. Malformasi arteriovenous
5. Neoplasma
6. Antikoagulan
7. Trauma
8. Idiophatic
Stroke Non Hemoragik
 Kelebihan berat badan (overweight) atau obesitas

 Jarang bergerak atau berolahraga

 Kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol

 Penggunaan obat-obatan terlarang, seperti kokain dan

metamfetamin
 Penyakit tertentu, seperti gangguan irama jantung,

penyakit jantung, hipertensi, diabetes, dan 


kolesterol tinggi
 Riwayat stroke dalam keluarga
Patofisiologi
 Stroke hemorrhagik
 Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% sampai
20% dari semua stroke, dapat terjadi apabila lesi vaskular
intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi
perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid atau langsung
ke dalam jaringan otak. Sebagian dari lesi vaskular yang
dapat menyebabkan perdarahan subarakhnoid (PSA)
adalah aneurisma sakular dan malformasi arteriovena
(MAV). Mekanisme lain pada stroke hemoragik adalah
pemakaian kokain atau amfetamin, karena zat-zat ini
dapat menyebabkan hipertensi berat dan perdarahan
intraserebrum atau subarakhnoid
 Perdarahan intraserebrum ke dalam jaringan otak
(parenkim) paling sering terjadi akibat cedera
vaskular yang dipicu oleh hipertensi dan ruptur
salah satu dari banyak arteri kecil yang menembus
jauh ke dalam jaringan otak. Biasanya perdarahan
di bagian dalam jaringan otak menyebabkan defisit
neurologik fokal yang cepat dan memburuk secara
progresif dalam beberapa menit sampai kurang
dari 2 jam. Hemiparesis di sisi yang berlawanan
dari letak perdarahan merupakan tanda khas
pertama pada keterlibatan kapsula interna.
 Penyebab pecahnya aneurisma berhubungan dengan
ketergantungan dinding aneurisma yang bergantung
pada diameter dan perbedaan tekanan di dalam dan
di luar aneurisma. Setelah pecah, darah merembes ke
ruang subarakhnoid dan menyebar ke seluruh otak
dan medula spinalis bersama cairan serebrospinalis.
Darah ini selain dapat menyebabkan peningkatan
tekanan intrakranial, juga dapat melukai jaringan
otak secara langsung oleh karena tekanan yang tinggi
saat pertama kali pecah, serta mengiritasi selaput
otak
 Stroke Iskemik
 Infark iskemik serebri, sangat erat hubungannya dengan

aterosklerosis (terbentuknya ateroma) dan arteriolosklerosis.


Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam
manifestasi klinik dengan cara:
a. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan
insufisiensi aliran darah
b. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya
thrombus atau perdarahan aterom
c. Merupakan terbentuknya thrombus yang kemudian terlepas
sebagai emboli
d. Menyebabkan dinding pembuluh menjadi lemah dan terjadi
aneurisma yang kemudian dapat robek.
 Embolus akan menyumbat aliran darah dan
terjadilah anoksia jaringan otak di bagian distal
sumbatan. Di samping itu, embolus juga
bertindak sebagai iritan yang menyebabkan
terjadinya vasospasme lokal di segmen di mana
embolus berada. Gejala kliniknya bergantung
pada pembuluh darah yang tersumbat.
 Ketika arteri tersumbat secara akut oleh trombus
atau embolus, maka area sistem saraf pusat (SSP)
yang diperdarahi akan mengalami infark jika tidak
ada perdarahan kolateral yang adekuat. Di sekitar
zona nekrotik sentral, terdapat ‘penumbra iskemik’
yang tetap viabel untuk suatu waktu, artinya
fungsinya dapat pulih jika aliran darah baik kembali.
Iskemia SSP dapat disertai oleh pembengkakan
karena dua alasan: Edema sitotoksik yaitu akumulasi
air pada sel-sel glia dan neuron yang rusak; Edema
vasogenik yaitu akumulasi cairan ektraselular akibat
perombakan sawar darah-otak.
 Edema otak dapat menyebabkan perburukan
klinis yang berat beberapa hari setelah stroke
mayor, akibat peningkatan tekanan
intrakranial dan kompresi struktur-struktur di
sekitarnya
Tanda Dan Gejala
 Stroke Hemoragik
1. Pendarahan intraserebral
2. Serangan secara mendadak
3. Nyeri kepala
4. Mual – Muntah
5. Penurunan kesadaran secara cepat
6. Lemah/mati rasa pada salah satu bagian
tubuh
 Stroke Non Hemogenik
1. Mati rasa atau sulit menggerakkan otot wajah,
lengan, atau kaki secara tiba-tiba pada salah satu
sisi tubuh atau bahkan di seluruh tubuh
2. Sulit berbicara dan memahami ucapan orang lain
3. Sulit menelan
4. Pusing dan sakit kepala
5. Kehilangan keseimbangan dan sulit berjalan
6. Penglihatan buram
Sirkulus Willisi
 Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi di
mana saja di dalam arteri-arteri yang membentuk
Sirkulus Willisi : arteria karotis interna dan sistem
vertebrobasilar atau semua cabang-cabangnya. Secara
umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus
selama 15 sampai 20 menit, akan terjadi infark atau
kematian jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi di suatu
arteri tidak selalu menyebabkan infark di daerah otak
yang diperdarahi oleh arteri tersebut. Alasannya adalah
bahwa mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang
memadai ke daerah tersebut. Proses patologik yang
mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses yang
terjadi di dalam pembuluh darah yang memperdarahi
otak.
 Ada tiga sirkulasi yang membentuk sirkulus
willisi di otak. Ketiga sirkulasi tersebut adalah:
1. Sirkulasi anterior, terdiri dari middle cerebral
artery (MCA), anterior cerebral artery (ACA)
dan arteri komunikans anterior yang
menghubungkan kedua ACA
2. Sirkulasi posterior yang terdiri dari PCA
3. Arteri komunikans posterior yang
menghubungkan MCA dengan PCA.
 Kegunaan sirkulus willisi ini adalah untuk proteksi
terjaminnya pasokan darah ke otak apabila terjadi sumbatan
di salah satu cabang. Misal bila terjadi sumbatan parsial pada
proksimal dari anterior cerebral artery kanan, maka arteri
serebri kanan ini akan menerima darah dari arteri karotis
komunis lewat ACA kiri dan anterior communicating artery
 Anterior cerebral artery memperdarahi daerah medial
hemisfer serebri, lobus frontal bagian superior dan lobus
parietal bagian superior. Middle cerebral artery
memperdarahi daerah frontal inferior, parietal inferolateral
dan lobus temporal bagian lateral. Posterior cerebral artery
memperdarahi lobus oksipital dan lobus temporal bagian
medial.
Asassment Fisioterapi
Pemeriksaan spesifik yang digunakan yaitu:
 Pemeriksaan spastisitas dengan skala Asworth

 Pengukuran LGS dengan goneometer

 Penilaian kemampuan aktivitas fungsional

menggunakan Indeks Barthel.


 Pemeriksaan spastisitas dengan skala Asworth terdiri dari 6
penilaian:
(1) nilai 0 yaitu tidak ada peningkatan tonus otot

(2) nilai 1 yaitu ada peningkatan sedikit tonus otot, ditandai dengan
terasanya tahanan minimal pada akhir ROM, pada waktu sendi
digerakkan fleksi atau ekstensi
(3) nilai 1+ yaitu ada peningkatan sedikit tonus otot, ditandai dengan
adanya pemberhentian gerakan pada pertengahan ROM dan
diikuti dengan adanya tahanan minimal sepanjang sisa ROM
(4) nilai 2 yaitu peningkatan tonus otot lebih nyata sebagian besar
ROM tetapi sendi masih mudah digerakkan
(5) nilai 3 yaitu peningkatan tonus otot sangat nyata sepanjang ROM,
gerak pasif sulit dilakukan
(6) nilai 4 yaitu sendi atau ekstremitas kaku pada gerakan fleksi atau
ekstensi
 Pengukuran kemampuan fungsional dengan Indeks Barthel
menggunakan 10 aktivitas sehari-hari dengan poin nilai
masing-masing. Indeks Barthel digunakan untuk mengukur
kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan
mobilitas serta dapat digunakan sebagai kriteria dalam
menilai kemampuan fungsional bagi pasien pasca stroke.
Indeks Barthel sudah dikenal luas memiliki kehandalan dan
kesahihan yang tinggi, karena dengan pengamatan yang
berulang dari orang yang berbeda akan menghasilkan
kesesuaian yang sangat memadai . Intepretasi hasil
penilaiannya adalah sebagai berikut: Nilai 0-20
ketergantungan penuh, Nilai 21-61 ketergantungan berat,
Nilai 62-90 ketergantungan moderat, Nilai 91-99
ketergantungan ringan, Nilai 100 mandiri.
Intervensi Fisioterapi
1. Infra red
Pelaksanaan:
Pasien berbaring terlentang lalu posisikan Infra
red tegak lurus dengan area yang akan
diterapi. Jarak IR–area terapi 45-60 cm,
waktu: 5 menit pada tiap bagian AGA dan
AGB. Pastikan rasa hangat yang dirasakan
oleh pasien. Selalu cek keadaan pasien.
2. Propioceptive Neuromuscular Facilitation
(PNF)
a. Rhythmical InitiationÆterapis melakukan
gerakan pasif, kemudian pasien melakukan
gerakan aktif seperti gerakan pasif yang
dilakukan terapis, gerakan selanjutnya
diberikan tahanan.
b. Timing for EmphasisÆbagian yang kuat
ditahan dan bagian yang lemah dibiarkan
bergerak.
c. Contract relax
gerakan pasif atau aktif pada gerak agonis sampai
batas gerak. Pasien diminta mengkontraksikan
secara isotonic dari otot-otot antagonis yang
mengalami pemendekan. Aba-aba tarik atau
dorong. Tambah LGS pada tiga arah gerakan,
tetap diam dekat posisi batas dari gerakan. Pola
yang digunakan yaitu fleksi-abduksi-eksorotasi,
ekstensi-adduksiendorotasi.
d. Slow Reversal
gerakan dimulai dari yang mempunyai gerak
yang kuat. Gerakan berganti ke arah gerak
yang lemah tanpa pengendoran otot. Sewaktu
berganti ke arah gerakan yang kuat tahanan
atau luas gerak sendi ditambah. Teknik ini
berhenti pada gerak yang lebih lemah. Gunakan
aba-aba tarik atau dorong. Teknik ini dapat
dilakukan dengan cepat.
3. Latihan Berjalan
Pelaksanaan: Instruksikan kepada pasien untuk
berjalan dengan pola jalan yang baik dengan
menapakkan tumit kaki terlebih dahulu disertai
dengan ayunan tangan saat berjalan serta minta
pasien pandangan selalu lurus ke depan saat
berjalan.
4. Edukasi
a. Pasien diharapkan untuk tetap melakukan
terapi ke fisioterapi.
b. Keluarga pasien diharapkan selalu
memberikan motivasi pasien untuk latihan
setiap hari.
Metode Khusus Fisioterapi
 Latihan menggunakan PNF yang menggabungkan
fungsional pola diagonal berdasarkan gerakan dengan
teknik fasilitasi neuromuskuler untuk membangkitkan
respon motorik dan meningkatkan kontrol neuromuskular
dan fungsi. Metode ini berusaha memberikan rangsangan
yang sesuai dengan reaksi yang dikehendaki, yang pada
akhirnya akan dicapai kemampuan/gerakan yang
terkoordinasi
 Tehnik-tehnik PNF adalah alat fasilitasi yang bertujuan
untuk mengajarkan pola gerak, menambah kekuatan otot,
relaksasi, memperbaiki koordinasi, memperbaiki gerak,
mengajarkan kembali gerakan, menambah stabilisasi
1. Pemberian PNF mampu memberikan efek rileksasi
sehingga mempengaruhi penurunan tingkat spastisitas
pada pasien stroke non haemoragik. Namun spastisitas
bisa kembali jika intensitas latihan pasien sangat
kurang.
2. Pemberian PNF mampu memberikan fasilitasi pada
otot untuk bisa berkontraksi sehingga terjadi
peningkatan kekuatan otot dan memperbaiki koordinasi
gerak.
3. Sejalan dengan perkembangan motorik dan sensorik
pada pasien stroke maka akan terjadi peningkatan pada
aktifitas fungsionalnya.
THANH YOU

Anda mungkin juga menyukai