• Nyeri tenggorok dan demam yang disertai dengan terbatasnya gerakan membuka
mulut dan leher, harus dicurigai kemungkinan disebabkan oleh abses leher dalam.
Abses leher dalam dapat berupa abses peritonsil, abses retrofiring, abses parafaring,
dan abses submandibular. Abses peritonsil ini terjadi sebagia komplikasi tonsillitis
akut.
• Ini dianggap sebagai infeksi leher dalam yang paling umum (sekitar 2.000 kasus
setiap tahun di Denmark). Remaja dan dewasa muda paling sering terkena dan laki-
laki mungkin lebih banyak daripada wanita. Abses peritonsillar sebagian besar
menyerang orang dewasa dan jarang pada anak-anak walaupun tonsilitis akut lebih
sering terjadi pada anak-anak.
TONSIL
• Kelenjar limfoid di mukosa faring yang mengelilingi rongga hidung dan mulut
• Ada di 3 tempat utama
• Tonsil faringeal → atap nasofaring
• Tonsil palatina → lateral faring
• Tonsil lingualis → 1/3 bagian posterior lidah
• Nodul limfoid kecil juga terdapat di tuba pharyngotimpani dekat rongga nasofaring
dan bagian atas palatum molle
CINCIN WALDEYER
1. Tonsil nasofaring/adenoid
2. tonsil palatina
3. tonsil lingualis
4. tonsil tubaria (pada fossa Rosenmüller)
5. Lateral pharyngeal bands
6. Nodul di dinding faring posterior
DEFINISI ABSES PERITONSIL
• Abses peritonsil adalah kumpulan nanah yang terletak di antara kapsul tonsil dan
otot konstriktor faring. Ini dianggap sebagai infeksi leher dalam komplikasi
tonsillitis akut atau infeksi yang bersumber dari kelenjar mucus Weber di kutub atas
tonsil.
ETIOLOGI
Infeksi Iritasi M.
Edema palatum mole,
memasuki Peritonsilitis
hiperemis Supurasi pterygoid Trismus
kapsul tonsil interna
MANIFESTASI KLINIS
• Demam (>400 C)
• Malaise
Gejala sistemik • Menggigil
• Sakit kepala
• Mual dan muntah
• Nyeri hebat pada tenggorokan biasanya unilateral
• Odynophagia
• Hot potato voice
Gejala Lokal • Halitosis
• Sakit telinga lateral
• Trismus
TEMUAN PADA PEMERIKSAAN FISIK
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Aspirasi abses
Aspirasi abses merupakan gold standard untuk menegakkan diagnosa abses peritonsil
4. Pemeriksaan laboratorium
Pus yang didapat dari tindakan aspirasi dikirim ke laboratorium untuk dilakukan
pewarnaan gram dan kultur untuk menentukan regimen terapi yang sesuai
5. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi yang dapat membantu menegakkan diagnosa abses peritonsil
adalah CT Scan dan MRI.
DIAGNOSIS BANDING
Terapi Intravena
Ampicillin/sulbactam 3 g/ 6 jam
Penicillin G 10 juta unit/6 jam + metronidazole 500mg/6 jam
Jika alergi penicillin , clindamycin 900 mg/9 jam
Terapi Oral
Amoxicillin/ Asam Clauvanic 875 mg 2x1 hari
Penicillin VK 500mg/4 jam + metronidazole 500mg/4 jam
Clindamycin 600 mg 2x1 hari atau 300 mg / 4 jam
TATALAKSANA BEDAH
• Insisi dan drainase abses
• Tonsilektomi interval ( diangkat setelah 4-6 mgg
serangan )
• Hot tonsilektomi
Lebih sering digunakan ibandingkan insisi dan drainase,
namun memiliki risiko pecahnya abses selama anestesi
dan mengalami perdarahan yang hebat.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang bisa timbul akibat peritonsilar abses yang tidak tertangani secara baik adalah :
• Abses pecah spontan, dapat mengakibatkan perdarahan, aspirasi paru dan piema.
• Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring, sehinggaa terjadi abses parafaring. Pada penjalaran
selanjutnya, masuk ke mediastinum, sehingga terjadi mediastinitis.
• Bila terjadi perjalaran ke daerah intracranial, dapat mengakibatkan thrombus sinus kavernosus,
meningitis dan abses otak.
PROGNOSIS
• Masa inap di rumah sakit biasanya tidak melebihi dua hari dan
diperlukan untuk mengontrol rasa sakit dan hidrasi.
• Risiko membesarrnya abses kedua peritonsillar sekitar 10
hingga 15 persen.
• Hingga 30 persen pasien dengan abses peritonsillar memenuhi
kriteria untuk tonsilektomi.Operasi ini dapat dilakukan segera
atau ditunda sampai abses telah diatasi.
SKDI
•3A
KESIMPULAN
Abses peritonsil merupakan infeksi akut yang bersumber dari kelenjar mucus Weber di kutub atas tonsil. Organisme aerob yang
paling sering menyebabkan abses peritonsiler adalah Streptococcus pyogenes (Group A Beta- hemolitik streptoccus),
Staphylococcus aureus, dan Haemophilus influenzae. Sedangkan organisme anaerob yang berperan adalah Fusobacterium,
Prevotella, Porphyromona dan Peptostreptococcus spp. Untuk kebanyakan abses peritonsiler diduga disebabkan karena
Gejala klinis berupa rasa sakit tenggorok yang terus menerus hingga keadaan yang memburuk secara progresif walaupun
telah diobati. Rasa nyeri terlokalisir, demam tinggi, (sampai 40°C), lemah dan mual. Menegakkan diagnosis peritonsilar abses
berdasarkan anamnesis tentang riwayat penyakit, gejala klinis dan pemeriksaan fisik penderita. Aspirasi dengan jarum atau
punksi merupakan tindakan diagnosis yang akurat untuk memastikan abses peritonsil. Penatalaksanaan abses peritonsil secara
medika dan non medika mentosa. Tindakan tonsilektomi juga dilakukan pada orang yang menderita abses peritonsilaris