Anda di halaman 1dari 11

7.

5) penggunaan alat pacu jantung


berhubungan dengan memungkinkan terjadinya perdarahan karena
penggunaan alat pacu jantung, karena kemungkinan besar penggunaan
obat pengencer darah sehingga resiko perdarahan lebih besar.

7. Pertanyaan tentang alergi


Untuk mengetahui apakah pasien memiliki alergi terhadap obat obatan
atau anastesi lokal. Alergi dari anastesi lokal paling sering disebabkan oleh
anastesi jenis ester yang menghasilkan antigenicagent p-aminobenzoic
acid saat dipecah dalam tubuh. Pemberian anastesi jika pasien memiki
alergi dapat menyebabkan pasien mengalami reaksi anafilaksis.

(little JW, 2017)


(Nanavati RS, 2013)
(Tomoyasu Y, 2011)
7. Asma
Pencabutan gigi dapat mengakibatkan
penurunan yang signifikan tingkat peak
expiratory flow (PEF) dan kadar oksigen.
Penurunan tingkat PEF dan kadar oksigen dapat
dipengaruhi oleh bahan anastesi lokal. Selain itu,
rasa sakit, serta faktor lokal seperti umur, jenis
kelamin, dan respon psikologis juga turut
berpengaruh.
(Payung H, 2015)
7. Urtikaria atau ruam kulit
Urtikaria merupakan reaksi alergi terhadap suatu
material seperti fissure sealant, formaldehida,
material obturasi, sealer.

(Tammannavar, 2013)
7. Diabetes melitus
Pasien dengan diabetes mellitus harus ditangani
dengan sangat hati hati untuk melakukan tindakan
pencabutan gigi. Sebelum melakukan tindakan
pencabutan gigi, sebaiknya pasien terlebih dahulu
mengontrol kadar gula darah. untuk mencegah
terjadinya reaksi hipoglikemia (syok insulin) proses
pencabutan gigi atau tindakan bedah sebaiknya
dilakukan pada pagi hari 1- 1,5 jam setelah sarapan
pagi. Hal ini dikarenakan reaksi dari insulin akan
meningkat pada sore hari.
(Wray, 2011)
7. Penyakit hati
Penyakit hati dapat mengganggu pasien untuk
mentoleransi pembedahan dan anastesi umum
sehingga dapat menimbulkan resiko dan komplikasi
preoperatif dan pascabedah. Oleh karena itu, penting
untuk menentukan kondisi hati pasien preoperatif,
karena resiko mengalami perdarahan sebagai akibat
gangguan faktor pembekuan yang disintesis di hati
dan risiko mengalami trombositopenia akibat
splenomegali sekunder akibat hipertensi portal
(Vitria, 2011)
Pemeriksaan Umum
• Pemeriksaan Ekstra Oral
1. Pemeriksaan wajah-leher
Pemeriksaan dimulai dari palpasi pada leher dengan pemeriksaan limfadenopati.
Semua nodus submental, submandibular, aurikular posterior, dan servikal harus
dipalpasi bergantian.
a. Pemeriksaan Wajah
 Pucat, terlihat dari konjungtia atau kulitnya pada pasien anemia
 Rash (bercak-bercak merah), seperti butterfly patern pada pasien Systemic Lupus
Erythematous
 Kemerahan, terlihat pada pasien yang demam karena infeksi
b. Pemeriksaan mata
 Exophthalmos (mata menonjol keluar), terutama pada pasien graves thyrotoxicosis
 Jaundice (kekuningan), tampak pada sklera mata pasien dengan gangguan fungsi
hati
c. Pemeriksaan leher
Pada leher pasien tampak pembengkakan atau
sinus, hal ini harus dilakukan palpasi pada
kelenjar limfe, saliva, dan thyroid untuk
mendapatkan pembengkakan atau rasa tidak
nyaman. Pemeriksaan leher da[at dilakukan
didepan untuk melihat adanya simetri,
pembengkakan, kemudian dilanjutkan
pemeriksaan dengan berdiri di belakang pasien
untuk melakuka palpasi dengan kelenjar limfe.
• Pemeriksaan Intra oral
a. Bibir : meliputi permukaan kulit dan mkosa, vermillion border,
komisura, vestibulum oris, kelenjar saliva minor, frenulum
labialis.
b. Pipi : meliputi muskulis bucinator, frenulum bukalis, linea alba,
orifisium dan papila dari duktus stenoni, kelenjar saliva minor,
granula fordyce, vestibulum bukalis, foramen mentalis.
c. Lidah : meliputi dorsum (2/3 anterior dan 1/3 posterior, papila)
d. Dasar mulut: meliputi plika submandibularis, duktus
submandibularis dan orifisium kelenjar submandibularis dan
kelenjar sublingualis
(Regezo, 2015)
(Glick, 2015)
e. Palatum : meliputi palatum durum dan palatum
mole, garis refleksi, fovea pterioidea, tuberositas
maksilaris, uvula.
f. Gingiva: meliputi marginal gingiva, attached gingiva,
keratinized gingiva, sulkus gingiva, papila interdental.
g. Regio retromolar: meliputi retromolar pad, ridge
obliqua eksterna, arkus palatoglossus.
h. Faring : meliputi tonsil palatina, arkus
palatofaringeal, kripta tonsilar, adenoid.
i. Pemeriksaan gigi geligi

(Regezo, 2015)
(Glick, 2015)
1. Litte JW, et al. Dental Management of the Medically Compromised Patient. Canada:
Mosby Elsevier. 2008.
2. Nanavati RS, et al. Anaphylactic Shock Management in Dental Clinics: An Overview.
Short Communication. 2013: 5(1).
3. Tomoyasu Y, et al. Allergic reactions to Local Anesthetics in Dental Patients Analysis
of Intracutaneous and Challenge Tests. The Open Dentistry Journal. 2011: 5(1).
4. Payung H. Gambaran Kontraindikasi Pencabutan Gigi di RSGM UNSRAT Tahun 2014.
Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik. 2015: 3(3).
5. Tammannavar P, et al. An Unexpected Positive Hypersensitive Reaction to Eugenol.
BMJ Case Rep. 2013 1(4).
6. Wray L. The Diabetic Patient and Dental treatment: An Update. British Dental
Journal. 2011: 211(5).
7. Vitria EE. Evaluasi dan Penatalaksanaan pasien medically compromised di tempat
praktek gigi. Dentofasial. 2011: 10(1)
8. Regezi, et al. Oral Pathology : clinical pathologic correlations ed 4. Saunders, St.louis.
2015.
9. Glick M, Chair WMF. Burket’s Oral Medicine ed 12. People Medical Publishing
House, USA. 2015

Anda mungkin juga menyukai