Anda di halaman 1dari 11

Nama : Kelas : 12 AK 1

– Melani
-Novca Wahyutia
-Putri Ramdhani
-Riska Dwi Amalia
-Silvia Amanda P

Teater
Tradisional
1. Teater Lenong

Lenong merupakan teater tradisional Betawi. Ada dua


bentuk Lenong; Lenong Denes dan Lenong Preman. Tontonan
Lenong Denes (yang lakonnya tentang raja-raja dan
pangeran), sekarang sudah jarang kita jumpai, karena hampir
tidak ada penerusnya.
Pertunjukan lenong Preman (yang lakonnya tentang
rakyat jelata), seperti yang kita kenal sekarang, pada
mulanya, dimainkan semalam suntuk. Karena jaman
berkembang dan tuntutan keadaan, maka terjadi perubahan-
perubahan. Bersamaan dengan diresmikannya Pusat
Kesenian Jakarta- Taman Ismail Marzuki, lenong yang
tadinya hanya dimainkan di kampung-kampung, oleh SM.
Ardan, dibawa ke Taman Ismail Marzuki, tapi waktu
pertunjukannya diperpendek menjadi satu atau dua setengah
jam saja.
3. Teater Ketoprak

Teater Tradisional yang paling populeh di Jawa Tengah


adalah Ketoprak. Pada mulanya Ketoprak hanyalah
permainan orang-orang desa yang sedang menghibur diri
dengan menabuh lesungdi bulan Purnama, yang disebut
gejogan.
Pada perkembangannya menjadi suatu bentuk tontonan
teater tradisional yang lengkap. Semula disebut ketoprak
lesung, kemudian dengan dimasukkan nya musik gendang,
terbang, suling, nyanyian dan lakon yang menggambarkan
kehidupan rakyat di pedesaan, maka lengkaplah Ketoprak
sebagaimana yang kita kenal sekarang, yang pertama kali
dipentaskan sekitar tahun 1909.
2. Teater Lengser

Salah satu teater tradisional di Jawa Barat disebut


Longser. Ada yang berpendapat, bahwa kata Longser
berasal dari kata Melong (melihat) dan seredet
(tergugah). Diartikan bahwa siapa yang melihat
(menonton) pertunjukan hatinya akan tergugah.
Sebagaimana dengan tontonan teater tradisional yang
lain, tontonan Longser juga bersifat hiburan sederhana,
jenaka dan menghibur.
Tontonan Longser bisa diselenggarakan di mana saja,
karena tanpa dekorasi yang rumit. Dan penonton bisa
menyaksikannya dengan duduk melingkar.
4. Teater Ludruk

Ludruk merupakan teater tradisional Jawa Timur


yang bersifat kerakyatan. Asal-muasalnya dari Jombang.
Menggunakan bahasa Jawa dialek Jawa Timuran.
Pada perkembangannya, Ludruk menyebar ke daerah-daerah
disebelah barat, karesidenan Madiun, Kediri hingga ke Jawa. Pada
tontonan Ludruk, semua perwatakan dimainkan oleh laki-laki.
Cerita yang dilakonkan biasanya tentang sketsa kehidupan
rakyat atau masyarakat, yang dibumbui dengan perjuangan
melawan penindasan. Unsur parikan di dalam Ludruk
pengaruhnya sangat besar
5. Teater Arja

Di Bali cukup banyak bentuk teater tradisional. Di antara


yang banyak itu, salah satunya adalah Arja. Arja juga
merupakan teater tradisional Bali yang bersifat kerakyatan.
Penekanan pada nontonan Arja adalah tarian dan
nyanyian. Pada awalnya tontonan Arja dimainkan oleh laki-
laki, tapi pada perkembangannya lebih banyak pemain
wanita, karena penekanannya pada tari.
7. Teater Kondobuleng

Kondobuleng merupakan teater tradisional yang berasal


dari suku Bugis, Makassar. Kondobuleng berasal dari kata
kondo (bangau) dan buleng (putih). Kondobuleng berarti
bangau putih.
Tontonan Kondobuleng ini mempunyai makna simbolis.
Sebagaimana teater tradisional umumnya, tontonan
Kondobuleng juga dimainkan secara spontan.
Ceritanya simbolik, tentang manusia dan burung bangau.
Dan dimainkan dengan gaya lelucon, banyolan yang
dipadukan dengan gerak stilisasi.
6. Teater Kemidi Rudat

Kemidi Rudat merupakan kebudayaan Melayu. Irama musiknya pun


bernuansa Melayu. Dengan instrumen musik rebana, tambur, biola dan gamelan.
Bahkan lakon-lakonnya pun bersumber dari cerita Melayu lama dan
dialognya diucapkan dalam bahasa Melayu.
8. Teater Randai
Teater Tradisional Randai yang berasal dari Minangkabau,
Sumatera Barat ini bertolak dari sastra lisan yang disebut kaba (yang
artinya “cerita”). Kaba yang berbentuk gurindam dan pantun
didendangkan dengan iringan saluang, rabab, bansi dan rebana.
Tontonan berlangsung dalam pola melingkar berdasarkan gerak-
gerak tari yang bertolak dari silat. Gerak-gerak silat ini disebut
gelombang. Cerita-cerita yang digarap menjadi tontonan adalah
cerita-cerita lisan berupa legenda dan dongeng yang cukup popular di
tengah masyarakat
9.Teater Makyong

Teater tradisional makyong berasal dari pulau Mantang, salah


satu pulau di daerah Riau. Pada mulanya tontonan makyong berupa tarian
dan nyanyian, tapi pada perkembangannya kemudian dimainkan cerita-
cerita rakyat, legenda-legenda dan cerita-cerita kerajaan.
Makyong juga digemari oleh para bangsawan dan para
sultan, sehingga sering dipertontonkan di istana-istana.
Tontonan Makyong diawali dengan upacara yang dipimpin oleh seorang
panjak (pawang) agar semua yang terlibat dalam persembahan diberi
keselamatan. Unsur humor, tari, nyanyi dan musik mendominasi tontonan.
10. Teater Mamanda

Teater Tradisional Mamanda berasal dari Banjarmasin,


Kalimantan Selatan. Tahun 1897, datanglah rombongan Bangsawan
Malaka ke Banjar Masin, yang ceritanya bersumber dari syair Abdoel
Moeloek. Meskipun masyarakat Banjar sudah mengenal wayang, topeng, joget,
Hadrah, Rudat, Japin, tapi rombongan Bangsawan ini mendapat tempat tersendiri
di masyarakat.
Pada perkembangannya nama Bangsawan merubah menjadi
Badamuluk. Dan berkembang lagi menjadi Bamanda atau mamanda.
Kata Mamanda berasal dari kata “mama” berarti paman atau pakcik dan “nda”
berarti “yang terhormat”. Mamanda berarti “Paman yang terhormat”.

Anda mungkin juga menyukai