• Komplikasi COVID -19 yang paling umum ditemukan : − Tromboemboli vena − Komplikasi kardiovaskular − Acute kidney injury − Acute liver injury − Komplikasi neurologis Rehabilitasi pada fase akut • Tujuan rehabilitasi adalah membantu mengatasi gejala terutama sesak, perbaikan oksigenasi dengan memperbaiki ventilasi perfusi. • Mencegah terjadinya dekondisi akibat berkurngnya aktivitas di ruang isolasi dan karena keparahan penyakit. Memperbaiki dekondisi yang ditimbulkan karena penyakit dan karena imobilisasi. Manfaat rehabilitasi pada fase subakut dan kronis penyintas COVID-19. • Dengan rehabilitasi seawal mungkin dapat mencegah perburukan, membantu proses pemulihan dari penyakit dan pemulihan aktivitas. Pasien dengan ventilasi mekanik, rehabilitasi dapat memabntu proses penyapihan. Target Rehabilitasi pada COVID-19 : 1. Mengatasi gejala 2. Mencegah dekondisi 3. Mencegah perburukan inflamasi 4. Rekondisi 5. Membantu proses penyapihan ventilasi mekanik Rehabilitasi Preventif pada COVID -19
1. Preventif Primer : Pada OTG, latihan dapat memperkuat sistem imun
dengan respons imun yang bekerja mengatur sel-sel lekosit dan mediator inflamasi, sehingga dapat mencegah timbulnya gejala 2. Preventif sekunder : Pencegahan perburukan gejala pasien COVID-19 dengan mengatasi gejala, memperkurat sistem imun dan pencegahan komplikasi 3. Preventif tersier : Perbaikan sistem imun untuk mencegah reaktivasi CoV dan atau infeksi baru dan infeksi lainnya, dengan latihan. Asesmen Rehabilitasi pada pasien SARS CoV • Asesmen rehabilitasi terkait sindroma respirasi dan dampak kondisi akutnya.
• Penilaian sesak dengan skala Borg
Skala Borg dipakai bukan hanya untuk asesmen awal tapi juga instrumen pemantauan selama pasien latihan di ruang isolasi. Asesmen Pola Napas • Pada kondisi alveoli terisi infiltrate dan cairan, pasien COVID akan mengalami sesak yang progresif sesuai dengan kondisi paru dan kemampuan mengatur pola napas.
• Fase inspirasi pasien akan memendek dan dangkal karena
ketidakmampuan alveoli mengembang. Asesmen Pola Napas Secara Klinis • Respiration Rate Pasien • Pola napas – rasio chest / abdomen (%) • Mouth breathing • Inspiratory: Expiratory ratio • Pola napas saat berkegiatan yang dapat memicu gejala e.g. Olahraga • Postur, abnormalitas dan pergerakan dada / thoracic spine Alat Asesmen Pola Napas • Nijmegen Questionnaire • Brompton Breathing pattern assessment tool (BPAT) (Todd et al. 2018). • Oximetry: Pulse oximetry saturations (SpO2) of 100%, that in the correct clinical circumstances may be consistent with hyperventilation. The normal resting SpO2 (oxygen saturation) levels are between 95% and 98% (West 2000) • Reduced end tidal CO2 • Breath hold test <30 seconds • Spirometry with a full expiratory and inspiratory maneuvere (Boulding et al. 2016) • Disproportionate increase in ventilatory response from supine to standing (Malmberg et al. 2000) • Arterial blood gas (ABG) measurement and blood electrolytes: For determination of hypocapnia and respiratory alkalosis • Optoelectronic plethysmography: Evaluates breathing pattern through external measurement of the chest wall (Parreira et al. 2012) Asemen Bersihan Jalan Napas • Batuk merupakan salah satu gejala umum pada SARS-CoV, namun pada umumnya batuk tidak disertai keluarnya lendir. • Pemeriksaan fisik menentukan apakah produksi mukus tidak berlebihan atau inflamasi berat yang terjadi saluran napas membuat transfer mukus menjadi lambat. • COVID-19 yang disertai dengan infeksi sekunder lainnya akan menghasilkan lendir yang lebih banyak dan purulent. Temuan Klinis Bersihan Jalan Napas Yang Tidak Efektif • Suara napas abnormal (crackles, rhonchi, wheezing) • Respiratory, irama, dan kedalaman yang abnormal. • Dyspnea. • Sekresi yang berlebih. • Hipoksemia/sianosis. • Ketidak mampuan untuk mengeluarkan sekresi pada jalan napas • Batuk yang inefektif atau tidak ada • Orthopnea. Terima Kasih