Anda di halaman 1dari 97

l

BUKU AJAR

MODUL
ANATOMI ALAT GERAK DAN
KINESIOLOGI

0leh

Dr. LEONARD STEFANUS ANGLIADI SpKFR-K

Departemen Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi


Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado
Tahun 2014
PENDAHULUAN
Anatomi atuu Ilmu Urai ialah ilmi yang mempelajari suatu bvangun atau suatiu bentuk
dengan menguraikannya kedalam bagian-bagiannya. Pada anatomi makroskopik penguraian
dilakukan dengan menggunakan hanya mata sebagai alat penglihat sefangkan pada anatomi
mikroskopik juga dengan menggunakan mikroskop/. Anatomi makroskopik atau biasanya
hanya dipakai istilah Anatomi dapat dibedakan dalam ::
Anatomi komparatif ialah ilmu yang membanding-bandingkan anatomi pelbagai jenis baik
binatang maupun tumbuh-tumbuhan,
Anatomi topografi ialah il;mu urai yang mempelajri letak suatu bagian dalam hubungannya
dengan alat-alat lain disewkitarnya. Hal ini diperlukan misalnya untuk ilmu bedah .
Anatomi deskriptif rut bagian yang dipelajari maka anatomi deskriptif daapat dibedakan
dalam :

1. ilmu tulang, oeteologi.


2. ilmu Hubungan tulang, sindesmolog /ilmu sendi arthrologi
3. ilmu otot , miologi
4.ilmu pembuluh darah atau angiologi
5. ilmu alat dalaman atau splankologi . Alat dalaman ini meliputi :
a. susunan nafas dan jantung ( cardiorepiratorius ) ,susunan cerna ( (system digestivum)
dan susunan kemih –kelamin ( ststema urinarius )
5. ilmu e endokrin , endokrinologi
6, ilmu saraf neurologi
7. ilmu panca ibera , estesiologi .
Anatomi perkembangan , embriologi ialah ilmu yang mempelajari anatomi mudigah dan
janin sejak pembuahan.
Anatomi permukaan , mempelajari topografi yaitu mempelajari alat yang terdaapat dibawah
kulit atau lebih dalam . Ilmu ini poenting untuk seniman,
Anatomi Rontgen ialah anatomi tropografi yang dalam penguraiannnya mengunakan sinar X
Kinesiologi atau Ilmu Gerak Tubuh adalah Ilmu yang mempelajari pergerakan dari tulang ,
sendi dan otot

II. Tujuan Pembelajaran

A. Tujuan umum

Agar peserta didik mampu mengerti anatomi, fisiologi ,biomeknik , patomekanik, dan
prinsip-prinsip terapi dalam tatalaksana Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (KFR) pada
gangguan lokomotor.

B. Tujuan Khusus

Pada akhir pembelajaran modul peserta didik harus mampu memahami aplikasi dari prinsip-
prinsip mekanika pada pengaturan postural , gait, penggunaan alat prostetik dan ortotik dan
modifikasi berbagai aktivitas rumah tangga akibat terbatasnya kapasitas neuromuskuler dan
struktur skeletal.
III. Kompetensi

A. Kompetensi kognitif

2. Memahami kinesiologi tulang belakang (trunkus )


1. Memahami dasar-dasar kinesiologi
3. Memahami kinesiologi gelang bahu.
4. Memahami kinesiologi sendi siku.
5. Memahami kinesiologi pergelangan tangan dan tangan
6. Memahami kinesiologi sendi panggul
7. Memahami kinesiologi sendi lutut
8. Memahami kinesiologi sendi pergelangan kaki dan kaki.
9. Memahami gerakan jalan normal
10. Memahami patomeknika gait.

B. Kompetensi ketrampilan

1. Mampu melakukan pemeriksaan KFR berdasarkan prinsip-prinsip kinesiologi


a. anamnesis
b. pemeriksaan fisik dasar dan khusus. 2.
c. pemeriksaan fungsional
d. analisis kinetika dan kinematika pada sendi-sendi
2. Mampu menetapkan diagnosis kelainan lokomosi
3. Mampu menganalisa berbagai faktor yang mempengaruhi gerakan tubuh .
4. Mampu melakukan tatalaksana KFR secara komprehensif sesuai fase pemulihan,
termasuk jenis terapi latihan , ortosis dan prostesis serta alat bantu jalan yang dibutuhkan
. 5. Mampu melakukan evaluasi dan tindak lanjut penanganan.
6. Mampu mengenali dan antisipasi komplikasi yang mungkin terjadi.
7. Mengenali komplikasi yang ada serta melakukan rujukan yang diperlukan.

IV. Metoda dan Strategi Pembelajaran

A. Metoda
o Kuliah interaktif
o Curah pendapat dan diskusi
o Pendampingan (coaching)
o Bed side teaching

B. Strategi
Tujuan 1. Mampu melakukan pemeriksaan KPR berdasarkan prinsip kinesiologi
Wajib diketahui :
o Anatomi dan fisiologi sendi
o Pemeriksaan khusus menggunakan goniometer
o Pemeriksaan kekuatan otot.,fleksibilitas dan panjang otot.
o Dasar- dasar mekanik tubuh
Tujuan 2 Mampu menetapkan diagnosis kelainan lokomosi.
Wajib diketahui :
o Berbagai macam kerja otot
o Gaya-gaya eksternal ( gaya berat dan gesekan)
o Pemeriksaan refleks-refleks
o Pemeriksaan postural tubuh
Tujuan 3 Mampu menetapkan faktor-faktor

V. Persiapan Sesi
Bahan dan peralatan yang diperlukan :
o Materi Modul Kinesiologi
o Materi presentasi : Power Point
o Model : Alat peraga skeleton,sendi dan muskulatur.
o Contoh kasus
o Daftar tilik kompetensi
o Audiovisual

VI. Referensi Buku Wajib


Buku wajib yang perlu dibaca :
o Tyrone M,Reyes. Ofelia B.Luna-Reyes . Kinesiology
o. Florence.P.Kendal : Muscles Testing and Function
o Surya Widjaja . Kinesiologi
o Margareta Nordin,Victor H. Frankel.Basic Biomeknics of the Musculoskeletal System 3.
○ Barney F. LeVeau, Williams & Lissner’s . Biomechanics of Human Motion.
○ dr, A. Munandar : Iktisar Anatpmi Alat Gerak & Ilmu Gerak
Lynn S,Lippert Clinical Kinesiology and Anatomy, Sufth edition, F,A, Davis Company,
Pkiladelphia ,2011

VII. Gambaran Umum


Kinesiologi adalah pengetahuan tentang pergerakan tulang dan sendi manusia yang
mempunyai latar belakang dapat memberikan pengertian patomekaknik dan prinsip terapi
dalam rehabilitasi pada kelainan-kelainan lokomosi, termasuk aplikasi dari prinsip-prinsip
mekanikal pada pengaturan postural tubuh, pada waktu berjalan (gait) ,pada penggunaan
prostetik dan ortotik ,dan modifikasi alat rumah tangga yang disebabkan adanya keterbatasan
kapasitas neuromuskuler dan struktur tulang.
Dalam kinesiologi dipelajari pula gaya gravitasi, pengetahuan mengenai otot-tulang dan
mekanik sendi.Biomeknika ialah penerapan ilmu meknik pada kehidupan manusia.
Niomekanik dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
-Statika ialah yang berhubungan dengan balans tubuh dan
- Dinamika ialah yang berhubungan dengan gerak tubuh.
Dinamika sendiri dibagi menjadi kinematika ialah yang berhubungan dengan geometri gerak
dan kinetika ialah yang berhubungan dengan gaya yang menghasilkan gerakan.
Dengan mempelajari kinesiologi kita mempunyai bekal untuk menetapkan berbagai latihan
yang diperlukan untuk memperbaiki kondisi setiap kelainan yang diakibatkan oleh gangguan
pergerakan pada sendi dan otot.
Dalam anatomi banyak dipakai isti;ah- istilah khusus yang menandakan letak atau arah .
Istrilah-istiulah itu ialah sebagai berikut :
Sikap anatpmi . Untuk keperluan objektif badan mnusia selalu dipandang dalam sikap
anatomi yaitu mata memandang lurus ke depan .bidang jermann , yaitu bidang yang melalui
poinggir bawah lekuk mata dan pinggir atas liang penbengaran luar ,mendatar .kedua
lengan tergantung disamping badan dengan telapak tangan menghadap kedepan badan ,
tapak dan kedua kai berdampingan dengan jari-jari kaki memgaraj kedepan .
Istilah-istilah untuk bidang ialah :
Bidang Meridian ialah bidang yang membagi badan dalam dua belahan : kiri dan kanan.
Bidang sagital ialah bidang yang sejajar dengan bidang meridian.
Bidang paramedian bidang sagital yang dekat pada bidang meridian.
Bidang frontal bidang yang tewgak l;urus pada bidang meridian dan sejajar dengan sumbu
panjang badan .
Bidang transversal ia;lah bidang melintang yang tegak lurus pada sumbu panjang badan .

Istilah- istilah untuk arah ialah :


Arah transversal yaitu arah kiri kanan dan arah sagittal yaitu arah muka belakang.
Arah longitudinal ialah arah sumbu panjang

Istilah – istilah untuk letak ialah :

Anterior - ialah lebih dekat ke bagian depan badan.


Posterior : ialah lebih dekat ke bagian belakang badan
Superior : ialah lebih dekat ke atas badan /kepalla.
Inferior ialah lebih dekat ke bawah *kaki).
Medial ialah lebih dekat kebidang meidian badan
Lateral ialah arah dari letak yang lebih jauh dari bidang meridian .

Istilah-istilahb tersebut untuk anatpmi kompararatif tidajk cocok oleh karena Superior
atas unyuk binatang kai emat tidak kearah kepala seperti pada manusia. Melainkan kearah
punggung., Oleh karena itu dugunakan istilah - istilah yang tidak bwrhubingan dengan
bidang meridian tapi merujuk ke bagian -bagian badan.

VIII. Contoh Kasus


Tn. Akhmad , berusia 36 tahun , seorang olahragawan datang ke instalasi Rehabilitasi
Medik dengan mengeluh nyeri pada sendi panggul setelah latihan berlari dengan tujuan
untuk meningkatkan kekuatan otot. Pada pemeriksaan ditemukan nyeri pada waktu ia
melakukan gerakan mengetul tungkai atas.

IX. Rangkuman Kasus

A. Bahan diskusi
o Apa masalah yang diderita oleh Tn. Simon?
o Sebutkan otot ketul yang sangat kuat pada sendi panggul ?
o Gerakan olahraga macam apa yang membuat otot ketul pangkal paha berperan ?
o Apa akibat latihan kekuatan otot yang berlebihan ?
o Otot-otot apa saja yang dapat mengkoreksi gangguan pada otot ketul pangkal paha ini?
o Berapa beban yang diletakkan pada dada untuk menambah beban kerja ?
o Apa pengaruh latihan sit-up pada Tn. Simon ?
o Macam latihan apa yang dapat mengurangi keluhan nyeri pasien diatas ?.

B. Penuntun diskusi kasus :


o Cedera otot ketul panggul terjadi akibat latihan kekuatan otot berlebihan. Dan
berpengaruh pada vertebra lumbal.
o Origo otot-otot ketul tungkai atas terdapat pada beberapa tempat tetapi insersionya pada
satu tempat.
o Ada hubungan antara otot dinding perut dengan vertebra lumbalis .
o Latihan sit-up dengan tungkai diluruskan , beban kerja menjadi lebih besar akibat
tahananotot-otot bagian dorsal tungkai atas.

X. Evaluasi 4

Kognitif
• Pre dan post test dalam bentuk lisan,essay dan atau MCQ
• Self assesment dan Peer Assisted Evaluation
• Curah Pendapat dan Diskusi
Contoh Soal
(lihat bank soal )

Psikomotor
● Self assesment dan Peer Assisted Evaluation
● Peer Assisted Evaluation ( berbasis nilai 0,1 dan 2)
● Penilaian Kompetensi ( berbasis nilai memuaskan,perlu perbaikan dan tidak
memuaskan )
● Kesempatan untuk perbaikan ( Task – board Medical Education)

Kognitif dan Psikomotor


● OSCE

XI. Instrumen Penilaian

Instrumen pengukuran kompetensi kognitif & psikomotor


1. Observasi selama proses pembelajaran.
2. Log book
3. Hasil penilaian peragaan ketrampilan
4. Pre-test modul
5. Post-test modul
6. Penialaian kinerja pengetahuan dan ketrampilan ( ujian akhir semester)
7. Ujian Akhir Profesi.

XII. Penuntun Belajar

A.. Tatalaksana KFR untuk Aktivitas Sehari-hari pada kasus-kasus dengan


kelainan yang membutuhkan analisa biomeknik.

No. Penuntun Belajar Kasus

1. Penyampaian kepada pasien


2. Anamnesa mengenai :
a. Riwayat penyakit sekarang
b. Riwayat penyakit dahulu
c. Kemampuan fungsional sebelum sakit
d. Riwayat osikososioekonomi
e. Harapan pasien
3. Pemeriksaan fisik umum :
a. Tanda vital
b. Status gizi
c. Sistem kardiorespirasi
d. Cedera lain
4. Pemeriksaan dasar KFR :
a. Lingkup gerak sendi
b. Tonus dan kekuatan otot
c. Sensoris ( extero dan proprioceptif)
d. Refleks
e. Spastisiotas
f. Status psikologis
g. Balans dan kontrol trunk
5. Pemeriksaan Ergonomik :
a. Analisis gerakan dan postur sewaktu bekerja.
- posisi tubuh waktu bekerja.
- lokasi objek waktu melakukan pekerjaan
- berat objek dan gaya yang digunakan waktu
melakukan pekerjaan tersebut.
- asalnya bagaimana gaya tersebut digunakan.
6 Analisa hasil pemeriksaan penunjang dan atau
pencitraan
7. Mendiskripsikan geometrik gerak
a. Menetapkan bidang
b. Menetapkan axis
c. Menetapkan gerakan pada bidang sagital, frontal
dan horizontal

8. Menetapkan derajat kebebasan gerak dan rantai


kinematik.
a. Menetapkan segmen mana yang mempunyai
gerakan yang lebih bebas.( rantai kinematik
terbuka )
b. Menetapkan rantai kinematik tertutup.
9. Evaluasi balans dan gait ;
a. Evaluasi postur tubuh dalam posisi berdiri,duduk,
mengangkat dan mengerakkan objek (beban).
10. Menetapkan diagnosis fungsional dan klasifikasi
cedera berdasarkan pemeriksaan kinesiologi.
11. Prognosis fungsional dan tujuan penanganan
12. Tatalaksana rehabilitasi sesuai fase pemulihan,
termasuk metoda intervensi, jenis terapi, orthosis dan
alat bantu yang dibutuhkan
13. Memberikan penjelasan dan edukasi secara rinci
pada pasien dan keluarga.
14. Menyusun rencana dan melaksanakan tahapan
penanganan bersama tim rehabilitasi.
15. Evaluasi hasil penanganan dan melanjutkan atau
melakukan perubahan tujuan terapi sesuai dengan
hasil evaluasi, atau melakukan rujukan bila
diperlukan.
16. Mengenali masalah dan penyulit yang mungkin
terjadi dan melakukan antisipasi untuk mencegahnya
17. Mengenali masalah dan penyulit yang ada dan
melakukan penanganan sesuai dengan kemampuan
serta fasilitas yang tersedia, dan atau melakukan
rujukan apabila diperlukan.

Lampiran :
a. Format Manual Muscle Tes
b. Format Pemeriksaan Lingkup Gerak sendi
c.

XIII. Daftar tilik


Skor
Daftar tilik
0 1 2 3 4
1. Penyampaian kepada pasien
2. Anamnesa mengenai :
a. Riwayat penyakit sekarang
b. Riwayat penyakit dahulu
c. Kemampuan fungsional sebelum sakit
d. Riwayat osikososioekonomi
e. Harapan pasien
3. Pemeriksaan fisik umum :
a. Tanda vital
b. Status gizi
c. Sistem kardiorespirasi
d. Cedera lain
4. Pemeriksaan dasar KFR :
a. Lingkup gerak sendi
b. Tonus dan kekuatan otot
c. Sensoris ( extero dan proprioceptif)
d. Refleks
e. Spastisiotas
f. Status psikologis
g. Balans dan kontrol trunk
5. Pemeriksaan Ergonomik :
a. Analisis gerakan dan postur sewaktu bekerja.
- posisi tubuh waktu bekerja.
- lokasi objek waktu melakukan pekerjaan
- berat objek dan gaya yang digunakan waktu
melakukan pekerjaan tersebut.
- asalnya bagaimana gaya tersebut digunakan.
6 Analisa hasil pemeriksaan penunjang dan atau
pencitraan
7. Mendiskripsikan geometrik gerak
a. Menetapkan bidang
b. Menetapkan axis
c. Menetapkan gerakan pada bidang sagital, frontal
dan horizontal

8. Menetapkan derajat kebebasan gerak dan rantai


kinematik.
a. Menetapkan segmen mana yang mempunyai
gerakan yang lebih bebas.( rantai kinematik
terbuka )
b. Menetapkan rantai kinematik tertutup.
9. Evaluasi balans dan gait ;
a. Evaluasi postur tubuh dalam posisi berdiri,duduk,
mengangkat dan mengerakkan objek (beban).
10. Menetapkan diagnosis fungsional dan klasifikasi
cedera berdasarkan pemeriksaan kinesiologi.
11. Prognosis fungsional dan tujuan penanganan
12. Tatalaksana rehabilitasi sesuai fase pemulihan,
termasuk metoda intervensi, jenis terapi, orthosis dan
alat bantu yang dibutuhkan
13. Memberikan penjelasan dan edukasi secara rinci
pada pasien dan keluarga.
14. Menyusun rencana dan melaksanakan tahapan
penanganan bersama tim rehabilitasi.
15. Evaluasi hasil penanganan dan melanjutkan atau
melakukan perubahan tujuan terapi sesuai dengan
hasil evaluasi, atau melakukan rujukan bila
diperlukan.
16. Mengenali masalah dan penyulit yang mungkin
terjadi dan melakukan antisipasi untuk mencegahnya
17. Mengenali masalah dan penyulit yang ada dan
melakukan penanganan sesuai dengan kemampuan
serta fasilitas yang tersedia, dan atau melakukan
rujukan apabila diperlukan.
Total Score

0 : dikerjakan semua tidak benar atau tidak dikerjakan.


1` : dikerjakan 25% benar
2 : dikerjakan 50% benar
3 : dikerjakan 75% benar
4 : dikerjakan 100% benar
XIV. Materi baku

ILMU URAI ALAT GERAK UMUM

Alat gerak dapat kita bagi dalam : alat gerak pasip ialah rangkja badan kita
dan alat gerak aktip yaiu otot-otot badan kita,

A,ASAL MULA ALAT GERAK


Dalam Embriologi dijelaskan bahwa pada menjelang akhir mi9nggu keduya kehidupan
mudigah timbulllah pembentukan tembereng – tembereng ( segen) yang agak berbentuk
kubus dalam lapisan ektopderm pada hedua susi dilateral bumbung neural
dan korda dorsal ( chorda dosalis ( meliongkari suatu rongga
Tembereng-tembereng ini dinamakan tembereng purba atau somit , dan terletak langsung
dibawah ectodermlpada pada kedua sisi silateral
Kinesiologi
Dasar- Dasar Kinesiologi
Definisi
Kinesiologi merupakan bagian dari fisiologi yang mengarahkan dan mendiskripsikan
kejadian lokomotor beserta gaya mekanik yang menyertainya atau biomekanik.
Dengan perkataan lain kinesiologi ialah ilmu yang mempelajari gerakan tulang dan sendi
manusia, untuk itu dipelajari pula gaya gravitasi,pengetahuan mengenai otot,tulang dan
mekanik sendi.
Biomeknik ialah penerapan ilmu mekanik pada kehidupan manusia.
Biomeknik dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1.Statik ialah yang berhubungan dengan balans tubuh.
2. Dinamik ialah yang berhubungan dengan gerak tubuh.
Dinamika sendiri dibagi menjadi :
1. Kinematika ialah yang berhubungan dengan geometri gerak , dan
2. Kinetika ialah yang berhubungan dengan gaya yang menghasilkan gerakan.

Kenematika

Untuk kepentingan mendiskripsikan geometrik gerak diperlukan pengetahuan mengenai


bidang dan aksis :
1. Bidang :
Ada 3 bidang utama yang saling tegak lurus yang melewati titik pusat badan.
Titik pusat badan ialah suatu titik imaginasi yang terletak 1 inci didepan S2 (sakral 2)
merupakan pusat berat badan dimana bagian – bagian badan dalam keadaan balans.
3 bidang utama tersebut ialah :
1.1. Bidang utama sagital ialah bidang yang membagi tubuh menjadi bagian badan kanan
dan kiri.
1.2. Bidang utama frontal ialah bidang yang sejajar dengan as frontal dan membagi
tubuh menjadi bagian belakang dan depan.
1.3. Bidang utama horizontal ialah bidang yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan
bawah. Ialah bidang yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah.
Disamping itu ada bidang bukan utama yang sejajar dengan bidang-bidang utama tetapi
tidak melewati titik pusat badan ( Center of gravity)..
2. Axis
2.1. Axis vertikal ialah garis tegak lurus ke tanah.
2.2. Axis frontal = axis horizontal ialah garis horizontal dari kiri ke kanan (saamping ke
samping.
2.3. Axis sagital + axis antero posterior ialah garis dari depan kebelakang .
Disamping bidang dan axis untuk mendiskripsikan geometri gerak perlu diketahui
posisi awal.
Ada 2 posisi awal, yaitu :
1. Posisi anatomi ialah posisi berdiri tegak , siku ekstensi, lengan bawah supinasi dan
telapak tangan menghadap kedepan., ke 2 kaki membuka dan ke 2 tumit bersentuhan.
2. Posisi fundamental ialah seperti posisi anatomi hanya telapak tangan menghadap ke-
samping badan.

3. Terminologi gerak sendi.

3.1. Gerakan pada bidang sagital


Flexi : gerakan yang menyebabkan sudut dari sendi menjadi lebih kecil.
Ekstensi : gerakan kebalikan flexi.
Hyperekstensi : ekstensi yang melebihi posisi awal.

3.2. Gerakan pada bidang frontal.


Abduksi :gerakan menjauhi garis tengah badan.
Adduksi : gerakan mendekat garis tengah badan.
Lateroflexi : gerakan kesamping badan.

3.3. Gerakan pada bidang horizontal .


Rotasi : Gerakan putaran pada axis longitudinal.
Eksternal rotasi : aspek enterior berputar ke lateral atau ke posterior pada bidang
sagital.
Internal rotasi : aspek anterior berputar ke medial atau ke anterior pada bidang
sagital.
Sirkumduksi : suatu gerakan yang terjadi dalam bidang sagital dan parietal.

4. Derajat kebebasan gerak :


Derajat kebebasan gerak sangat tergantung dari bentuk tulang yang membentuk sendi,
rongga diantara sendi dan jaringan lunak sekitar sendi.
Secara garis besar sendi dapat dibagi menjadi 2 bagian : Diarthrosis dan Synarthrosis.
Sendi diarthrosis mempunyai tanda-tanda sebagai berikut :
Mempunyai rongga,capsul, membrana sinovial , permukaan sendi licin dan terbungkus
oleh tulang rawan hialin atau fibrocartilago.
Sendi diarthrosis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
4.1. Arthrodial : bentuk permukaan sendi irregular tidak mempunyai axis, gerakannya
pergesekan, contohnya persendian intercarpalia.
4.2. Ginglymus (hinge) : permukaan yang satu menonjol permukaan yang lain konkaf,
mempunyai 1 axis gerakannya fleksi ekstensi, contoh: sendi humero -
ulnar.
4.3. Trochoid : sendi dimana bagian yang satu berotasi terhadap bagian yang lain, 1
axis. Contoh : sendi radioulnar dan altantoaxial.
4.4. Chondyloid (ovoid,ellidal), sendi dimana bagian yang satu bulat seperti telur
dan bagian yang lain konkaf,mempunyai 2 axis, gerakannya flexi-
ekstensi,gerakan kesamping dan sirkumduksi. Contoh : sendi
pergelangan tangan .
4,5. Saddle : permukaan sendi bergelombang konkaf konveks,mempunyai 2 axis ,
gerakannya flexi-ekstensi,abduksi-addiksi, sirkumduksi.
4.6. Spheroidal = enarthrodial, permukaan sendi berbentuk seperti kepala dan seperti
cawan,mempunyai 3 axis gerakannya., flexi-extensi,abduksi-adduksi ,
sirkumduksi dan rotasi.

Sendi synarthrosis tidak mempunyai rongga sendi,kapsul sendi ,membrana synovial


dan cairan sendi. Diantara 2 tulang yang bersambung terdapat jaringan cartilago
,fibrosa atau ligamen. Sendi synarthrosis ada 3 macam :
1. Synchondrosis terdapat jaringan cartilago diantara 2tulang, gerakannya berupa
melentur dan melintir . contohnya : articulatio intervertebrale.
2. Syndesmosis :terdapat ligamen diantara 2 tulang ,gerakannya sangat terbatas
dan tidak spesifik.contoh : persendian diantara shaft ,radius dan shaft ulna.
3. Sutura : terdapat jaringan fibrosa diantara 2 tulang, tidak terdapat gerakan.
Bila beberapa sendi bersatu membentuk suatu segmen maka disebut rantai
kinematik. Ada 2 rantai kinematik :
1. Rantai kinematik terbuka , ialah bila segmen distal bebas, contoh : columna
vertebralis dan ekstremitas.
2. Rantai kinematik tertutup , ialah bila segmen distal tertutup membentuk ring,
contohnya rongga pelvis dan rongga thoracalis.
Kebebasan gerak pada rantai kinematik terbuka ialah bahwa setiap segmen
mempunyai karakteristik gerakannya sendiri, segmen distal mempunyai gerakan
yang lebih bebas dari segmen proksimal.

Kinetika

Kinetika ialah cabang dari ilmu dinamika yang berhubungan dengan gaya yang
menghasilkan keadaan diam atau memodifikasi gerakan badan. Bila memproduksi
gerak , gaya mengganggu keseimbangan, bila memberhentikan gerak, gaya menyebab-
kan badan pada keadaan seimbang ( ekuilibrium )
Beberapa hukum yang berhubungan dengan hal ini , ialah :
1. Hukum Inertia dari Newton : suatu benda akan tetap diam kecuali bila ada gaya
dari luar (eksternal)., suatu benda akan tetap bergerak mengikuti garis lurus dan
dalam kecepatan yang sama kecuali bila dipengaruhi oleh gaya dari luar (eksternal ).
2. Hukum Akselerasi dari Newton : Bila gaya bekerja pada benda yang sedang
bergerak maka perubahan kecepatan berbanding lurus dengan besarnya gaya dan
berbanding terbalik dengan masa benda tersebut .
3. Hukum reaksi dari Newton : untuk setiap aksi sellalu ada reaksi yang seimbang.

Beberapa istilah yang penting yang perlu diketahui :


1. Gaya ( Force )
Definisi : Gaya adalah massa kali percepatan ( F = ma ).atau suatu entitas yang
cenderung memproduksi gerakan atau menghentikannya atau penggantian arah
gerakan.Secara sederhana gaya dapat didefinisikan sebagai menarik atau mendorong.
Gaya dapat digambarkan oleh 4 karakateristik: besarnya beban (gaya berat ),garis
gaya, titik tumpuan dan arah gaya.(sense).
2. Diagram gaya ( Force Diagram)
Besaran gaya sendiri adalah suatu besaran skalar dimana tidak mempunyai arah.
Contoh: kecepatan,panjang, temperatur ,dan waktu.
Vektor adalah tanda yang mempresentasikan gaya, terdiri dari garis lurus dengan
tanda panah untuk menunjukkan arah.. Bila kita bekerja dengan vektor ada 3 hal
yang harus diketahui : besarnya kekuatan, arahnya dan titik aplikasinya.
3. Sumasi gaya vektor : bila 2 atau lebih vektor bekerja pada suatu garis, maka
total gayanya = penjumlahan dari gaya-gaya tersebut.
4. Kompossisi gaya vektor : bila vektor bekerja sudut dengan yang lain,maka
penjumlahan gaya tersebut dihitung dengan memakai parallelogram.
5. Resolusi gaya : Bila ada kombinasi gaya, 1 gaya bekerja tegak lurus pada tulang dan
gaya yang lain bekerja horizontal pada panjang axis tulang,maka akan menghasilkan
gaya rotasi.
6. Hukum Tuas :
- Tuas ialah papan tidak elastik yang berotasi terhadap titik tetap, fungsinya ialah
memindahkan gaya kepada obyek lain..
Tuas terdiri dari axis = fulcrum = pusat gerak,lengan tenaga dan lengan resistan =
lengan beban yang berhubungan dengan gaya tarik bumi. Pada manusia,axisnya
ialah sendi. Lengan tenaga adalah garis dari axis tegak lurus kepada garis aksi
dari tenaga yaitu dari origo ke insertio sedang lengan beban ialah garis tegak
lurus dari axis kepada garis aksi dari gravitasi yang ditarik pada ujung distal
tulang.
- Guna dari tuas ialah dapat mengatur jarak, kecepatan, kekuatan yang dihasilkan
dan arah dari gaya.
- Keuntungan mekanik ialah ratio antara gaya dan beban dan antara lengan gaya
dan lengan beban.
beban lengan gaya
Keuntungan mekanik = gaya = lengan beban

- Kelas-kelas Tuas :
1. Kelas tuas yang pertama :
axis terdapat diantara gaya dan beban
2. Kelas tuas yang kedua gaya dan beban terdapat pada satu sisi dan
lengan gaya selalu = lengan beban ,oleh karena itu keuntungan mekanik
disini diutamakan kekuatan bukan kecepatan.
Contoh : otot messeter.
3. Kelas tuas yang ketiga.
Gaya dan beban terdapat pada satu sisi dan lengan beban ,lengan gaya ,
Keuntungan mekanik = 1 , disini diuamakan kecapatan daripada kekuatan.
Contoh : biceps pada siku., quadriceps pada lutut.
7. Otot .
Tanpa kekuatan otot, kita tidak bisa mempertahankan postur tubuh tegak atau
Bergerak dari satu tempat ketempat lain.
Kekuatan otot tergantung pada :
1. sistim tuas.
2. banyaknya serabut otot yang aktif/ motor unit.
3. jenis otot yaitu panjang ototnya dan struktur ototnya dan besar penampang.
Makin besar penampangnya makin besar kekuatannya.
Macam otot berkontraksi :
1. kontraksi isotonik ialah kontraksi otot dimana tonus ototnya sama.
2. kontraksi isometrik ialah kontraksi otot tanpa gerakan sendi.
3. kontraksi eksentrik ialah kontraksi otot dimana serabutnya memanjang
Macam-macam peranan otot pada suatu gerakan :
1. Otot “ prime mover “ ialah otot yang bertanggung jawab terhap suatu
gerakan.
2. Otot synergik : ialah otot yang berkontraksi pada waktu yang sama dengan
prime mover.
3. Otot antagonis ialah otot yang berkontraksi berlawanan dengan prime
mover.
4. Otot stabilizer ialah otot yang menstabilkan dan menunjang bagian tubuh
dari tarikan gravitasi.
5.Otot neutralizer ialah otot yang menetralkan kontraksi yang tidak diinginkan.

Kinesiologi Gelang Bahu


(Shoulder Girdle )

Gelang bahu merupakan sendi yang sangat kompleks, terdiri dari 7 (tujuh) buah sendi yang
masing-masing tersendiri dan secara kolektif masing-masing penting, sebab bila salah satu
pincang atau tidak berfungsi,maka fungsi keseluruhan sendi gelang bahu akan terganggu.
Gerak rhytmis gelang bahu pada dada,seluruh mobilitasnya tergantung pada koordinasi aksi
otot dan untuk stabilitas yang sangat minimal tergantung pada kombinasi fungsi dan struktur
otot serta ligamenta.
Komponen dari sendi gelang bahu adalah 7 (tujuh) buah :
1. Sendi costo- vertebral ( costa I )
2. Sendi costo sternal.
3. Sendi sterno clavicular.
4. Sendi scapulo costal
5. Sendi acromio clavicular
6. Sendi supra humeral
7. Sendi gleno humeral
Gambar -1 ( lihat lampiran )
Sendi gelang bahu ini secara garis besar dapat dikelompokkan atas sendi-sendi dekat tubuh
dan sendi dekat gelang bahu.(bagian tangan).
Sendi yang dekat tubuh (trunk) adalah costo-sternal, costo vertebral,dimana costa pertama
berhubungan erat dengan clavicula dan sternum. Sendi yang lain adalah scapulo costal ,tidak
merupakan sendi yang sejati te4tapi hanya merupakan berdekatan iga scapula dan lengkung
iga 9rib cage) yang dipisahkan oleh otot dan bursa dan kemungkinan adanya gerak mengelin-
cir (gliding joint). Sendi sterno clavicular antara bagian sternal clavicula dan manurium
sterni. Sendi yang dekat dengan tangan adalah sendi acromio clavicular sebagai sendi
penghubung antara anggota gerak atas dengan tubuh. Sendi lain adalah supra humeral yang
merupakan pseudo joint tempat hubungan antara caput humeri dedngan lengkung
ligamentum coraco acromial. Pseudo joint ini sering terlibat dalam pembentukan gerak
rhytmis yang halus dan pada kondisi patologis.. Sendi bahu atau gleno humerale merupakan
sendi utama gelang bahu yang sering disebut sebagai sendi bahu. Ada tambahan sendi pada
gelang bahu yaitu BICEPS MECHANISM, yaitu sendi yang menimbulkan gerak meluncur
antara caput longum bicaps humeri pada sulcus bicipitalis yang terjadi selama gerakan
gelang bahu. Sebetulnya biceps mechanism ini merupakan gerak cepat humeri mengelincir
sepanjang tendon.
Uraian mendetail dari tiap sendi perlu, untuk bahan dasar pemeriksaan dan mengetahui
kondisi patrologis serta pengobatan yang sesuai.

I. MORFOLOGI TULANG GELANG BAHU


1. Scapula
Tulang berbentuk segitiga dengan tiga margo : superior, medius dan inferior, sudutnya
adalah angulus inferior, medius dan lateralis dimana terdapat cavitas glenoidalis. Margo
medialis kiri kanan berjarak 5-6 cm.Margo superior setinggi costa 2 dan margo inferior
setinggi costa 7-8. Gaya yang mempertahankan scapula tempatnya adalah tekanan udara
atmosfer, otot scapula thaoracis, yang membatasi gerak nya dengan lengkungan sangkar iga
(rib cage). Pada ujung atas lateral terdapat acromion sebagai lanjutan spina scapula. Spina
scapulae terdapat pada bagian atas, membagi fossa saebelah belakang atas fossa supra dan
infra spinatus. Pada anguluys lateralis terdapat tonjolan processus coracodeus, dekat dengan
cavitas glenoidalis dan daerah supra-humeral.
2. Clavicula
Berbentuk huruf “ S “ , ujung sternal (parsa sternalis lebih lebar berhubungan dengan
manubrium sterni, kurang kokoh dibandingkan dengan pars acromialis.
3. Humerus
Tulang panjang yang mempunyai ujung proksimal dan distal dan badan. Pada ujung
proksimal terdapat caput humeri, tonjolan tuberculum mayus sebelah ;lateral tuberculum
minus sebelah medial dan diantara nya terdapat alur- sulcus bicipitalis. Antara tuberculum
dan kepala (caput) humeri terdapat leher ( column anatomicum) dibawah tuberculum terdapat
column chirurgicum sebab pada daerah tersebut sering terjadi patah tulang. Pada bagian
lateral terdapat tuberositas deltoidea tempat insersi M.Deltoid. Pada bagian tengah dari badan
/ corpus terdapat sulcus nervi radiialis yang penting dalam klinis sebab N. Radialis sering
tertekan pada tempat ini sehingga menimbulkan gejala disebut SATURDAY NIGHT PALSY

II. SENDI GELANG BAHU ( SHOULDER GIRDLE )

1. Gelang bahu
1.1. Sendi
Sendi dibentuk oleh Caput humeri dan Cavaiotas Glenoidalis sebagai sendi tipe Ball
and Socket.Akan tetapi terdapat perbedaan luas daerah kontak sendi antara caput dan
cavitas. Daerah kontak caput seluas 135o sedangkan fossa hanya 75omaka dari itu sendi tidak
stabil sebab ada bagian caput yang tidak ditampung yaitu ( 135 o- 75o= 60o. Untuk menambah
stabilitas sendi maka permukaan cavitas diperluas dengan adanya labrum glenoidalis
sehingga cavitas lebih dalam. Peranan tekanan atmosfer dalam menahan sendi bahu
( glenohumeral) sedikit, tidak seperti sendi paha.
Gambar-2 (lihat lampiran )

2. Capsul
Selaput pembungkus sendi ini sangat tipis dan longgar dan melekat pada pinggir fossa
glenoidalis serta ujung distal pada collum anatomicum.. Bagian yang sangat tipis diperkuat
oleh lipatan capsul disebut ligamentum glenohumerale terdiri atas bagaian superior,medium
dan inferior, terletak disebelah depan dan menyebar seperti kipas ke arah pinggir cavitas
glenoidalis.
Anatara bagian superior dan medium ligamenta terdapat celah yang dasarnya diliputi
capsul yang sangat tipis disebut FORAMEN WIGHT BRECHT dan kemungkinan melalui
celah ini hubungan sementara capsul sendi dan reecessus sub.scapulacea. Karenanya daerah
ini merupakan daerah lemah sehingga mudah terjadi dislokasi caput humeri. Dalam keadaan
normal karena keadaan lunaknya capsul, dapat bergerak ke bawah ± 3 cm dari fossa.
Capsul akan tegang dan kendur tergantung pada posisi lengan atas. Bila abduksi bagian atas
capsul kendur dan bagian bawah tegang. Bila lengan atas tergantung maka bagian atas
tegang, tegangnya capsul atas ini berguna untuk mencegah subluxatio dan dislokatio caput
humeri.
Gambar – 3 (lihat lampiran )
3. Membran Synovium
Membran synovium membungkus bagian dalam capsul. Capiut longum biceps berasal dari
ramus superior cavitas glenoidalis berjalan intra narticular, tidak diliputi membran synovium
sehingga tetap extra synovial. Capsul meliputi tendon pada sulcus bicipitalis sampai daerah
insersi M. Pectoralis mayor. Capsul juga berhubungan erat dengan M. Rotator Cuff .

4. Bursa
Ada beberapa bursa yang berhubungan satu sama lain atau merupakan kelanjutan daru
kantong synovium.
Jenis Bursa : Sub.Acromial,Sub.Deltoid,Sub. Coracoid, terletak dibawah nama daerah
tersebut disekitar sendi Glenohumeral antara otot rotator cuff dibawah dan M. Deltoid dan
acromion diatas.
Fungsi dari bursa diatas adalah memungkinkan adanya gerak meluncur atau menggelinding
( gliding) .Bursa lain yang merupakan perluasan membran synovium adalah bursa infra
spinatus, subscapularis dan bicipital sheath. Bila terjadi inflamasi (bursitis) maka peranan
bursa secara klinis berarti sebab akan mengganggu fungsi sendi.
Gambar -4 ( lihat lampiran )

5. Otot dan Saraf


Otot yang berhubungan dengan sendi glenohumeral adalah 9 (sembilan) buah dan lima
diantaranya sebagai prime movers sendi. Selain dari itu terdapat otot intrinsik sekitar gelang
bahu terdiri dari M. Deltoid, M. Supraspinatus,M. Infraspinatus,M. Teres Minor,dan M.
Subscapularis.
Gerak penting dari sendi gleno humeral ditentukan oleh empat otot terakhir dan secara
kolektif disebut musculo tendineus suff muscle atau rotator cuff muscles ( otot intrinsik
tanpa m. deltoid). Aksi dari otot rotator adalah memutar caput humeri dan bersama M.
Deltoideus membalik gerak abduksi lengan atas.Aksi rotator cuff pada sendi gleno humeral
berupa putaran dengan pusat nya seolah-olah pada pusat caput humeri dan berputar pada
bidang sagital.
Gambar -5 (lihat lampiran).
Rotator cuff membentuk tendon bersama untuk melekat pada tuberculum mayor humeri .
M. supraspinatus melekat paling atas dan menempati tempat paling atas , dibawahnya
terdapat M.infraspinatus yang dibawah terletak M. Teres minor, M. Subscapularis melekat
pada tuberculum minor humeri. M. Supraspinatus berasal dari fossa supra spinatus
dipersarafi oleh N. Supra spinatus (C456). M. Infraspinatus berasal dari fossa infra
spinatus,dipersarafi N. Sub. Scapularis (C4,5,6). M. Teres minor berasal dari facies
articularis scapula, dipersarafi N. Axillaris( C5,6). M. Sub scapularis berasal dari facies
anterior scapula, melalui collum scapulae dipisahkan oleh bursa, dipersarafi oleh N. Sub
scapularis ( C5,6).
Diantara tendon supraspinatus dan subscapularis ada daerah terbuka tempat keluar
tendon, caput longum biceps pada sulcus bicipitalis. Pada tempat ini tendon diliputi vagina
dan ada invaginasi membrana synovium. Tendon bicep adalah tendon intra capsul dan extra
synovium. Celah terbuka tempat keluar tendon ini diperkuat oleh ligamentum coraco
humerale dan ligamentum transversumj humeri. Robekan rotator cuff terjadi memanjang
sepanjang daerah kritis di atas tendon biceps. Daerah ini vaskularisasinya banyak, daerah
paling sering ditegangkan , tempat akumulasi calsaium dan tempat yang mudah ruptur.
M. Deltoid berasal dari acromion, spina scapula, insersi pada toberositas deltoidea , terletak
pada bagian 1/3 tengah humeri.Persarafannya adalah N. Axillaris.(C5,6).
Fungsi dasar dari M. Deltoid adalah menangkat tangan pada bidang frontal dan menarik
caput humeri, mendesak ligamentum coracohumerale agar anggota atas dapat abduksi
maksimal. M. Deltoid bagian tengah berfungsi untuk abduklsi bersama M. rotator cuff,
bagian belakang untuk retrofleksi 9ekstensi) bagian depan untuyk antefleksi.

6. Gerak sendi Glenohumeral


Gerak sendi glenohumeral merupakan gerakan komplek sebagai hasil koordinasi gerak
oleh M. Rotator cuff dan Deltoid. Gerakan terdiri dari abduksi dan penekanan kepala pada
daerah supra humeral (ligamentum coracohumerale) . Secara keseluruhan disebut SCAPULA
HUMERAL RHYTM.
Gambar – 6 (lihat lampiran).
Pada waktu melewati ligamentum coracohumerale agar tuberculum mayus humeri tidak
terhalang baik oleh ligamentum diatas acrpmion , maka caput humeri harus mengadakan
rotasi elsterna, sehingga anggota atas nencapai abduksi 90o . Gerak exorotasi dan fiksasi
caput humeri pada fossa glenoidalis adalah akibat kontraksi otot rotator cuff.
Hubungan aktifitas otot rotator cuff dengan gerak sendi glenohumerale bagai berikut.
M.Suopra spinatus aktif untuk menarik cepat humeri fossa glenoidalis tidak unyuk abduksi
sebab walaupun 0tpt ini lumpuh abduksi tetap terjadi/,Otot rotator cuff lainnya disebut Sgort
rotator > M, Spinatus dan Teres minor berfungsi untuk exurutasi sedangkan m. sub scapul;aris
bersama m. Pectoralis untuk gerak endorotasi.
Fungsi kombinasi rotator cuff adalah : nebahan caput humeri pada fossa glenoidalis,
menekan dan memutar dan manahan caput ditempat, membantu deltoid para medialis untuk
melakukan abduksi, Bila kita perhatikan hubungan ruang gerak sendi dan fase-fase dari
gerakan gelang bahu ternyata terkoreksi secara sebanding.
Pada waktu melawati lig.coracohumereale agar tuberculum mayus humeri tidak terhalang baik
oleh ligamentum di atas acromion,maka caput humeri harus mengadakan rotasi eksterna ,
sehingga anggota atas mencapai abduksi 90⁰ . Gerak exorotasi dan fiksasi caput humeri
pada fossa glenoidalis adalah akibat kontraksi otot rotator cuff.
Gambar – 7 (lihat lampiran ).
Hubungan aktifitas otot rotator cuff dengan gerak sendi glenohumeral adalah sebagai
berikut: M. supra spinatus aktif untuk menarik caput humeri fossa glenoidalis tidak untuk
abduksi sebab walaupun otot ini lumpuh abduksi tetap terjadi. Otot rotator cuff lainnya
disebut short rotator > M.Spinatus dan Teres minor berfungsi untuk exorotasi sedangkan m.
sub scapularis bersama m. Pectoralis untuk gerak endorotasi.
Fungsi kombinasi rotator cuff adalah : menahan caput humeri pada fossa glenoidalis,
menekan,dan memutar , dan menahan caput ditempat, mebantu deltoid pars medialis n untuk
melakukan abduksi. Bila kita perhatikan hubungan ruang gerak sendi dan fase-fase dari
gerakan gelang bahu ternyata terkoreksi secara sebanding.
Gerak abduksi pasip pada sendi glenohumeral 120⁰ ,aktif 60⁰, setelahnya caput humeri
tertahan oleh acromion atau ligamentum coracoacromialis. Abduksi penuh hanya mungkin
bila ada exorotasi caput humeri. Pada posisi endorotasi abduksi hanya 60o . Hal ini sering
terjadi pada caput humeri yang sering mengalami dislokasi akibat abduksi pada posisi
endorotasi dan otot rotator yang lemah. Abduksi anggota atas 180o sedangkan abduksi gelang bahu
90o aktip atau 120o pasip,60o tambahannya terjadi akibat rotasi scapula dan clavicula. Dengan
demikian scapula dan clavicula turut aktip pada gerak scapula . (Humeral Rhytm).

SENDI SUPRAHUMERAL (THE SUPRAHUMERAL JOINT )


Supra Humeral bukan sendi sejati, lebih bersifat sendi untuk proteksi antara caput
humeri dan lengkung ligamentum triangulare yang menghubungkan processus coracoideus
dan acromion (ligamentum coracoacromial). Fungsi ligamentum ini adalah mencegah
trauma dari atas terhadap sendi glenohumeral,dan dislokasi ke atas dari humerus,menahan
caput humeri ditempat sewaktu abduksi anggota gerak atas..
Batas- batas sendi adalah sebelah atas dan belakang acromion (lengukung
coarcoacromialis), sebelah bawah caput humeri yang terletak disekitar cavitas glenoidalis.
Disekitar sendi suprahumeral juga terdapat bursa Sub Acromialis dan Sub.Coracoid, otot
dan tendon M. Supta Spinatus, tendon M. Biceps, bagian atas capsul sendi glenohumeral.
Gerakan pada sendi supra humeral memerlukan koordinasi kelenturan jaringan lunak, dan
gerak putar caput humeri yang benar,agar tidak terjadi penekanan jaringan yang
menyebabkan nyeri (immobilisasi dan disabilitas ).

SENDI SCAPULA THORASIS ( THE SCAPULA THORACIS JOINT)

Acromion ditahan pada jarak tetap dari dinding torak oleh clavicula yang berhubungan
dengan sternum dan acromion. Scapula membentuk jembatan antara pars acromialis
clavicula dan diding torak, sehingga margo vertebralisa scapula kontak erat dengan tulang
tersebut.
Sifat gerak sendi scapula thoracis adalah scapula bergerak meluncur (gliding) dengan dua
cara berputar (rotasi) pada poros tegak dan bergeser ( translatory) pada arah paralel ke muka
belakang,atas dan bawah . Dalam kenyataannya gerakan scapula merupakan kombinasi dan
translatori. Hal ini didukung oleh kenyataan letak dan arah tarikan serabut otot yang oblik
sehingga arah gaya tidak searah titik pusat gerak, yaitu sendi acromioclavicular. Hasil dari
aktivitas otot ini adalah berputarnya cavitas glenoidalis ke atas atau ke bawah.
OTOT DAN SARAF PRNGERAK SENDI
Gerak dari scapula ke atas adalah oleh dua otot primer mover, yaitu M. Trapezius dan
M. Seratus anterior.
M. Trapezius seperti kipas terdiri dari tiga bagian: atas, tengah dan bawah. Bagian atas
berjalan dari ligamentum Nuchae, Processys spinosus dan thoracis atas ke lateral menuju
margo medialis atas dan bagian tengah spina scapulae. Fungsinya adalah memutar cavitas
glenopidalis ke atas. Bagian tengah berasal dari processus spinosus thoracis menuju ke
spina scapulae dan fungsinya adalah menahan scapula selama abduksi anggota atas.
Bagian bawah berasal dari Processus spinosus thoracis menuju ke margo vertebralis
scapulae. Fungsinya bersama bagian atas memutar cavitas cavitas glenoidalis ke atas.
Persarafan N.XI (N. Accesorius). M. Serratus Anterior berasal dari 8 costa teratas menuju
margo vertebralis medialis sampai ke bawah scapula, terletak diantara scapula dan dinding
dada pada sendi scapula thoracis.
Fungsinya memutar cavitas glenoidalis ke atas pada pars acromioclavicularis. Inervasi oleh
N. Thoracicus longus Bell (C5,6,7).
Efek kombinasi M. Trapezius bagian atas dan bawah serta M. seratus anterior adalah
memutar cavitas glenoidalis ke atas.
(Gambar -8 (lihat lampiran.

Otot lain yang bekerja pada scapula untuk memutar cavitas glenoidalis ke bawah
adalah N. Rhomboideus mayor dan minor, M. Levator scapulae. M. Levator scapulae berasal
dari bagian belakang servikal menuju ke margo vertenralis scapulae. M. Rhomboideus
mayor berasal dari bagian atas tulang torakal dan menuju margo vertebralis scapula.
Persarafannya semua oleh N.Dorsalis scapulae ( C5-6). Fungsinya menarik margo
vertebralis ke atas sehingga cavitas glenoidalis berputar ke bawah . Otot pemutar cavitas
glenoidalis ke bawah lainnya adalah M. Pectoralis dan M. Latissimus dorsi. M. Latissimus
Dorsi berasal dari bagian bawah vertebra thoracalis costa bagian bawah, tulang lumbal,crista
iliaca dan os sacrum. Serabutnya menuju ke bibir medial sulcus bicipitalis . Fungsinya
extensor , internal rotator dan abductor, hiperextensor dan depresor bahu.
Otot ini termasuk crutch walking muscle dan bila ketiak ditahan oleh crutches maka pinggang
dapat ditarik ke atas sehingga seorang paraplegi dapat jalan dengan menangkat dan
mengayunkan paha/ panggul ( hip hiking), Persarafannya oleh N. Thoracodorsalis (C7-8).
M. Pectoralis mayor dibagi atas pars clavicularis (bagian atas) dan pars sternalis (bagian
bawah) termasuk bagian kecil pars abdominalis. Pars clavicularis berasal dari 2/3 bagian
medial clavicula, bagian sternal berasal dari sternum dan 6 costa atas bagian rawan,dan
M.obliqus externus abdominis. Serabutnya menuju ke pinggir (bibir) lateral sulcus
bicipitalis. Persarafannya pars clavicularis oleh N. Pectoralis lateralis, pars sternalis oleh N.
Pectoralis medialis bersama M. Pectoralis minor. Fungsinya secara keseluruhan adalah
adduksi sampai anggota atas menyilang dada didepannya. Secara tersendiri pars clavicularis
berfungsi menguatkan gerak menekan bahu dan clavicula ke bawah.
M. Pectoralis minor , berasal dari iga 3 sampai 5 serabutnya menuju processus coracoideus
dan berfungsi menarik bahu ke bawah depan ( menekan) walaupun minimal. Persarafannya
oleh N. Pectoralis medial. M. Teres mayor berasal dari scapula di bawah tempat M. Teres
minor dan bagian lateral scapula, serabutnya menuju ke bibir medial sulcus bicipitalis
bersama M. Latissimus dorsi terpisah dari tulang oleh bursa . Persarafannya oleh N. Sub.
Scapularis (C5-6) bawah. Fungsinya : Extensor,hiperextensor, internal rotator dan abduktor
humerus.
Antara gerakan sendi glenohumeral dan pergerakan scapula terdapat hunungan erat secara
teratur ,halus , terarah, sinkron atau ritmis disebut Scapulohumeral rhythem, dimana setiap
15o abduksi anggota atas 10o terjadi pada gelang bahu dan 50o terjadi pada scapula. Secara
perbandingan adalah 2 : 1 antara gerak humerus terhadap scapula terjadi pada seluruh gerak
abduksi secara halus dan ritmis. Keseluruhan scapula berputar 60o ,humerus berputar aktif
90o dan pasip 120o.
Gambar -9 & 10 ( lihat lampiran.

Peranan M. Deltoid adalah pada gerak abduksi gelang bahu dan mempunyai nilai efisien
tertinggi pada tengah ruang gerak sendi. Bila tidak ada rotasi scapula,abduksi 90 o
menyebabkan M. Deltoid sangat pendek dan tak dapat berfungsi menahan tangan.
Adanya rotasi scapula akan mempertahankan panjang optimal M. Deltoid selama abduksi.
Pada waktu abduksi maksimal, M. Deltoid tidak aktip bila scapula berputar penuh. Caput
humeri seluruhnya ditahan oleh cavitas glenoidalis yang berputar keatas. Bila cavitas
glenoidalis tidak berputar keatas , maka tahanan bawah dari caput tidak ada sehingga caput
akan keluar dari cavitas, akibatnya terjadilah dislokasi caput humeri. Inilah mekanisme
terjadinya dislokasi caput humeri. Sendi glenohumeral dan scapula hanya akan
membentuk gerak scapulo humeral rhythm bila ada gerakan pada sendi penghubung
keduanya yaitu sendi acromioclavicular dan sternoclavicular.

SENDI ACROMIO CLAVICULAR DAN STERNO CLAVICULAR


Sendi acromioclavicular adalah sendi datar menghubungkan permukaan ujung luar
clavicula dan permukaan konvex dari acromion, di pisahkan oleh fibrocartilago. Cavum
articularis tidak ada terjadi setelah usia 3 tahun dipisahkan oleh membran synovium dan
berubah jadi meniscus pada dekade ke 2 , dan mengalami degenerasi pada dekade ke 4.
Sendi ini sangat lemah dan diperkuat oleh ligamenti sekitarnya yaitu ligamentum acromio
clkavicular superior dan inferior, mencegah dislokasi posterior, Ligamentum coraco
clavicularis lateralis (Trapezoid) dan mediallis (conoid) berfungsi menahan dan mencegah
rotasi scapula pada sendi acromio clavicularis. Instabilitas hubungan scapula dan clavicular
lateralis terjadi bila ligamentum coraco clavicular dan acromio clavicular anterior dan
acromioclavicular is posterior putus.
Selama gerakan bahu clavicula yang berbentuk S (seperti enkel) akan mengadakan
elevasi 30o, diikuti oleh rotasi kedepan 45o seperti enkel mesin, menyebabkan sudut antara
garis garis yang ditarik melalui ujung lateralis clavicula ke ujung medial clavicula dengan
garis datar 60o .
Rotasi clavicula ini terjadi saat abduksi bahu melewati 90o ,rotasi clavicular ini juga
menyertai rotasi scapula.
Gambar -11 (lihat lampiran.

Sendi sterno clavicular


Merupakan sendi antara ujung sternal clavicular dengan manubrium sterni bagian
superiolateral dan pars cartilago costa pertama dipisahkan oleh diskus cartilago, sendi
diperkuat oleh ligamenta , sterno clavicular anterior,postewrior,lateroclavicular,costo
clavicular (dengan costa 2) , berjalan oblique dari costa pertama ke lateral bagian bawah
clavicula. Fungsi ligamenta adalah untuk menjaga stabilitas sendi dan bertindak sebagai
fulcrum untuk seluruh gerak gelang bahu.(shoulder complex). Maka dari itu sendi
sternoclavicular walaupun berbentuk datar, tetapi bertindak seperti sendi ball and socket.
Tetapi anehnya sendi ini tidak mudah mengalami Degenerasi seperti sendi acromioclavicular.
Otot-otot yang melekat adalah : M. Sub.Clavicular berasal dari costa I menuju bagian
lateral clavicula dan fungsinya menarik costa ke atas dan menekan clavicula ke bawah,
melindungi A. Subclavia sewaktu fraktur clavicula. M. Sterno cleido mastoideus, berasal dari
pars sternalis clavicula dan manubrium sterni , serabutnya menuju ke processus mastoideus.
Fungsinya menarik kepala dan fleksi leher ke sisi yang sama , memutar wajah ke sisi yang
berlawanan , sebagai otot pembantu pernafasan . Kelainan otot ini (biasanya menyebabkan
pemendekan) disebut TORTICOLIS CONGENITAL atau diperoleh. Stretching dilakukan
dengan gerak kebalikan fungsinya, biasanya dilakukan swaktu terapi..

BICEPS MECHANISM
Tendon caput longum biceps yang terletak intra scapular dan extra synovial di dalam
sendi glenohumeral merupakan tendon articular ,tidak mempengaruhi gerak gelang bahu dan
fungsi utamanya adalah supinasi dan flexor siku. Tendon caput longum ini berjalan ke
bawah pada sulcus bicipitalis, tendon akan bergerak sepanjang alur selama sendi
glenohumeral bergerak. Gerak maksimal ke bawah selama exorotasi , extensi dqn abduksi.
Gerak biceps ( bicipital mechanism) sebetulnya adalah pasip (passive mechanism) dimana
sulcus bicipitalis bergerak ke bawah dan tendon meluncur bergerak keatas.
Fungsi biceps sebagai abduktor lemah , dapat terjadi bila exorotasi humerus, dan bagian
distal lengan bawah (biceps) dipegang. Hal ini merupakan gerak Trik (palsu) abduksi bila
ternyata M. Deltoid lumpuh (paralisa)

Gambar – 12 (lihat lampiran.

GERAK SHOULDER GIRDLE ( SHOULDER GIRDLE RHYTM).


Gerak shoulder girdle rhytm merupakan gerak komplek, halus dan merupakan
sinkronisasi gerak yang tepat, sebab harus melibatkan koordinasi gerak sebanyak 6 sendi.
Pada gerakan ini sacapulo humeral rhytm termasuk didalamnya. Dalam kenyataannya
shoulder girdle rhytm terdiri atas empat fase.
Fase pertama
Lengan tergantung disamping badan 0o rotasi scapula (S) : 0o sudut spinoclavicular (SCA) ;
0ogerakan pada sendi sternoclavicular (SC)tidak ada elevasi ujung luar ( pars acromialis
clavicularis)©. Tidak ada abduksi dari humerus (H).
Fase ke dua
Humerus mengadakan abduksi 30o, bagian clavicular (C) mengadakan elevasi 12-25o tanpa
rotasi (C) ,elevasi terjadi pada sendi sterno clavicular dengan bertambahnya sudut antara
spina scapulae dan clavicula disebut spino clavicularis sebesar 10 o, Sudut yang dibentuk
scapula & Margo vertebralis dengan garis tegak adalah ± 15o sebagai hasil rotasi scapula.
Setiap abduksi 15o, rotasi scapula 5o dan abduksi humerus 10o.
Fase ke tiga
Humerus (H) mengadakan abduksi 90o ( 60o glenohumeral dan 30o rotasi scapula (S) ,
Clavicula mendakan elevasi 30o tanpa rotasi , SCA tidak berobah..
Fase ke empat
Elevasi penuh anggota atas ( scapula humeral (SH) 180o ) terdiri dari elevasi H-120o dan
S.60o SCA berobah menjadi 20o bagian acromialis clavicula tetap, kemudian clavicula
mengadakan rotasi ke depan 45o sehingga fase ini humerus mengadakan rotasi externa agar
tidak menyentuh acromion, tetapi tidak berpengaruh pada derajat elevasi.
(Gambar – 13 (lihat lampiran )..

PATOMEKANIKA GELANG BAHU YANG PARALYSIS

Terdiri dari kelainan gerak gelang bahu akibat paralise M.Seratus anterior, paralisis M.
Trapezius,paralisis M. Deltoid, patomekanis Shoulder Hand Syndrome.
1. Paralise M. Seratus anterior
Paralise M. Seratus anterior menyebabkan terbentuknya sayap scapula ke arah medial.
Acvromion masih tetap terangkat tetapi M. Rhomboideus dan levator scapula akan
mengangkat scapula sedemikian rupa sehingga margo vertebralis dan angulus inferior scapula
mendekati processus spinosus menghadap ke baeah. Akibat lebih lanjut gelang bahu seperti
sayap ( winging shoulder) sebab otot seratus tidak menahan lagi scapula pada tempatnya.Bila
tangan direntangkan ke depan (anti fleksi) pada bidang sagital dan mendorong dinding, maka
scapula terbuka seperti lembaran buku ( opening the book scapulae).

2.Paralise M. Trapezius.
Paralise M. Trapezius menyebabkan terjadainya sayap scapula ke arah lateral ; Margo
vertebralis scapulae bergerak ke arah lateral 10- 12 cm , meluncur ke arah bawah. Bila tangan
diangkat pada bidang frontal, scapula bergerak ke arah lateral seperti sayap dan tipe ini sesuai
dengan sliding door scapulae.
Gambar - 14 ( lihat lampiran).
3. Paralise M. Deltoid
Oleh karena M.Deltoid adalah prima mover
Gelang bahu, maka gerakan akibatnya terbatas. Tingkat keterbatasan ini tergantung pada
apakah paralise komplit atau tidak dan apakah ada otot lain yang terkena oleh penyakit. Pola
substitusi yang terjadi telah dibahas pada halaman sebelumnya.Sangat terbatas dilaporkan
hasil substitusi transplantasi atau substitusi untuk M. Deltoid yang mengalami paralise
terutama bagian yang berfungsi abduktor. Bila dilaksanakan operasi maka yang terbaik adalah
dengan fusi gelang bahu.Walaupun secara kosmetik kurang baik,posisi terbaik menurut
STEINDLER.

Untuk Anak Untuk Dewasa

Abduksi 70o 60o


Ante flexi 45o 45o
Rotasi interna 20 – 25o 20 -25o
PATOMEKANIK SHOULDER HAND SYNDROME
Kompresi abnormal pada A. Sub.Clavia atau A. Axillaris yang mungkin termasuk pelxus
brachialis akan menyebabkan timbulnya gejala dan keluhan yang merupakan sindrom yang
sama . Sindrom yang terjadi dikategorikan dalam kelompok yang disebut : Thoracic Outlet
Syndrom, Neurovascular Compression Syndrome dan Shoulder Gredle Syndrome.
Gejala dan keluhan yang terdapat pada anggota atas dapat berupa paresthesia,
numbness,pembengkakan,ulserasi,gangrene, kadang –kadang Raynaud
Phenomenon.]Walaupun simptom sama tetapi penyebabnya dapat bermacam-macam.
1. Scalenus anticus dan Cervical Rib Syndrome.
Kompresi A. Subclavia dan plexus brachialis oleh bagian serabut anterior dan medial M.
Scaleni anterior dimana kedua struktur lewat. Pada saat yang sama cervical rib akan
menambah kompresi struktur di atas ( arteri dan plexus brachialis.
Test dari sindrom adalah manuver Adson. Caranya : leher extensi penuh. Kemudian tarik
nafas dan ditahan dagu diputar ke sisi dimana A. radialis diraba terjadi perubahan volume dan
tekanan pulsasi A. Radialis.

2. Costo Clavicular Syndrome.


Setelah melewati Mm. Scaleni berkas neurovaskuler ( A. brachialis dan Plexus brachialis )
akan melewati celah bagian bawah scapula dan costa pertama. Bila clavicula manahan kr
bawah atau costa pertama bergerak ke atas, maka struktur diatas akan tertekan. Cara
manuver(tes)nya adalah tangan ditarik ke bawah dan pasien menahan nafas sambil A.
Radaialis di raba. Probahan karakter pulsasi merupakan tanda adanya kompresi.

3. Hyper Abduction Syndrome.


Selanjutnya berkas neurovascular akan tertekan selama melewati daerah insersi M.
pectoralis minor pada processus coracoideus. Bila tangan hiperabduksi maka berkas akan
tertarik seperti katrol di daerah insersi M. pectoralis. Tarikan n dan tekanan pada tempat
tersebut mengakibatkan perobahan pulsasi A. Radialis.

Catatan

Pergerakan gelang bahu ini tidak terlepas dari [ergerakan An ggota Badan atas( Extremitas
Supaerior)

I. Rangka Anggota Badan Atas ( Sceletum Extremitaitis Superiores )

a. Tulang-tulang gelang bahu ( ossa cinguli extremitatis superiors )


b. Tulang=tulang anggota badan atas yang bebas ( ossa xtremitatis sdiperiores
liberae )/
c. Tulang-tulang gelang bahu tdd tulang selangka ( clavicula) dan ruling belikat
( (scapula)
d, Tulang- tulang anggota badan atas yang bebas terdiri dari :
Os brachii : Humerus
Ossa antebrachii : ulna dan radius
Ossa manus : tdd ossa carpalia yaitu os naviculare manus, os lunatum,os
triqurtrum, , os pisiformis , os multangulum majus, os multangulum minus , os capitatum.,
dan os hamatum
dan ossa metacarpalia
II. Sendi anggota badan atas
Tdd : 1.Articulatio sternovlavicularis
2, Articulatio acromioclaviculria dengan lat-alat khusus :
1. Lig acromio claviculare memperkuat simpai sendi sebelah atas
2, Lig. coracoclaviculare / ikat ini mencegah terdesaknya scaula kearah tengah dan
terdoringnya acromion kebawah clavicula
Ikat-ikat antara bagian scapula :
1. Lig transversum scapulae
2. Lig. Coraco acromiale
3. Articulatio kumeri
Alat-alat khusus : tdd.
1. Lig. Acromio humerale dari procesus coracoideus ke kedua tubercula humeri
2. Lig. Glenojumeralis superius, medialis dasn inferius berjalan dan
memperkuat simpai sendi disebelah depan .

III. SUSUNAN OTOT ANGGOTA BADAN ATAS

Otot-otot anggota badan atas dilihat dari sudut topografi dapat dibagi atas :

1. Otot=otot dari bagian belakang batabg badan.


2. Otot-otot dari bagian depan batang badan,
3. Otot-otot bahu.
4. Otot-otot lengan atas.
5. Otot-otot lengan bawah,
6. Otot-otot tangan.

1. Otot-otot dari bagian belqkang batang badan:


a. Otot-otot yang bertempat lekat pada gelang bahu :

1. M.Trapezius
2. M. Rhomboideus major et minor.
3. M.levator scapulae.

b. Otot-otot yang bertempat lekat pada humerus


1. M.latissimus dorsi

2. Otot-otot dari bagian depan batang badan

Ototr-otot yang bertempat lekat pada gelang bahu :


1, M, Subclavius
2, M. pectoralis
KINESIOLOGI SENDI SIKU

Sendi siku merupakan salah satu dari susunan sendi-sendi ekstremitas atas yang ikut
berperan menentukan fungsi tangan dan jari tangan pada posisi yang benar.

Untuk fungsi tersebut sendi siku mempunyai dua macam gerakan, yaitu:

1. Fleksi dan ekstensi sebagai fungsi memendekkan dan memanjangkan ekstremitas atas
sehingga tangan dapat ditempatkan pada bidang sagital dan bidang frontal.
2. Pronasi dan supinasi, yang berfungsi mengatur posisi tangan pada bidang tranversal.

Kehilangan salah satu dari kedua fungsi gerakan tersebut maka modes dapat digerakkan akan
berubah gerakannya menjadi kaku dan kasar. Mobilisasi sendi tidak hanya terlihat pada fungsi
tetapi juga pada gerakan. Sendi siku dapat bergerak dalam rantai kinematik terbuka karena
gerakan yang bebas dari lengan bawah terhadap humerus, dan juga pada rantai kinematik
tertutup dengan fiksasi lengan bawah terhadap tahanan dari luar dan dengan bantuan gerakan
tubuh melawan fiksasi lengan bawah.

ANATOMI SENDI SIKU

Sendi siku mempunyai dua macam gerakan, tipe, sendinya adalah trochoginglymus
dengan gerakan yang satu seperti engsel dan yang lain rotasi. Untuk fungsi fleksi dan ekstensi,
terjadi gerakan antara incisura trochlearis ulnae dengan trochlea humeri dan antara caput radii
dengan capitulum humeri. Pronasi dan supinasi, terjadi gerakan dari caput radii berputar 160 0
terhadap capitulum humeri ulna bergerak sedikit ke arah lateral pada waktu pronasi karena itu
pronasi dan supinasi ditentukan oleh gerakan bagian proksimal dari radius dan ulna.

SUSUNAN SENDI SIKU

Bagian distal humerus bentuknya lebih gepeng ke arah lateral, terdapat penonjolan di
kedua sisinya disebut epicondylus medialis dan lateralis, merupakan origo dari otot fleksor dan
ekstensor lengan bawah /tangan. Inflamasi dari epicondylus disebut epikondilitis dikenal sebagai
Tennis elbow. Permukaan sendinya terdiri dari dua bagian, bagian lateral adalah capitulum
humerus berhubungan dengan caput radii, bagian medial adalah trochlearis ulnae. Di atas
trochlea terdapat lekukan, bagian depan disebut fossa coronoidea, bagian belakang fossa
olecrani masing-masing berhubungan dengan processus coronoideus ulnae dan olecranon. Di
bagian depan dan lateral terdapat fossa radialis berhubungan dengan caput radii. Trochlea
humeri adalah berbentuk hyperbal, mempunyai facies articularis hampir satu lingkaran 3300 .
Pada sisi medial trochlea dan di bawah epicondylus medialis terdapat sulcus nervi ulnaris,
karena letaknya superficial maka mudah kena kompresi. Capitulum humeri bentuk bundar dan
mempunyai ukuran sudut 1800 berhubungan dengan caput radii. Facies articularis bagian distal
humerus menghadap ke bawah dan sedikit ke depan dan mengisi hampir 2/3 bagian dari
bagian distal humerus antara kedua epicondylus.
Sumbu transversal sendi siku membuat sudut deviasi 100 dengan garis tegak lurus sumbu
memanjang dari humerus dimana bagian medialnya lebih bawah. Deklinasi ini menyebabkan
pada posisi ekstensi dan supinasi membuat jarak tangan badan 15 cm atau sudut: 100 – 150
pada pria, 200 – 300 pada wanita. Sudut ini disebut “CARRYING ANGLE” atau “CUBITAL
ANGLE”. Pada posisi fleksi humerus dan ulna berimpit sejajar.
Jika sudut tersebut lebih dari 300 disebut Cubitus Vagus sebaliknya jika lebih kecil dari 300
disebut Cubitus Varus. Bagian proksimal dari os ulna terdiri dari proc. Coronoideus dan proc.
Olecranii, membentuk lingkungan semilunar yaitu incisura trochlearis dengan nilai sudut: 1900
. Jika dibandingkan dengan sudut trochlea humeri yang 3300 perbedaan 1400 ini adalah
besarnya ruang gerak sendi siku: fleksi dan ekstensi.
Bagian lateral dari proc. Coronoideus terhadap incisura radialis, yang berartikulasi dengan
caput radii. Caput radii berbentuk diskus, bagian permukaan atasnya cekung dengan sudut 40 0
berhubungan dengan capitulum humeri yang mempunyai nilai sudut 1800. Perbedaan 1400,
antara keduanya merupakan besarnya ruang gerak sendi siku, sama halnya dengan perbedaan
antara trochlea humeri dengan incisura trochlearis ulnae. Pada bagian medial di bawah
columni radii terdapat tuberositas radii tempat insersi m. biceps brachii.
Artikulasi antara caput radii dengan ulna pada gerakan pronasi dan supinasi dari siku dan
pergelangan os radii berputar terhadap ulna dan kedua ujung proksimal dan distal, jika tangan
tidak difiksasi. Jika tangan difiksasi terhadap obyek pronasi dan supinasi terjadi pada ulna tapi
karena ulna tidak bias berputar terhadap humerus maka pronasi dan supinasi ini terjadi dengan
memutar pada sendi bahu. Pronasi dan supinasi normal 900 pada masing-masing gerakan.
KAPSUL DAN LIGAMEN
Kapsul sendi bagian proksimal melekat pada humerus di atas dari fossa coronoidea dan fossa
olecarni dan bagian distalnya melekat pada collum radii incissura sigmoidalis ulnae. Kapsul
ini bagian dalamnya dilapisi membrane synovium yang menutupi olecranon, pro.
Coronoideus, fossa radialis dan lig. Annulare.
Bursa ditemukan di beberapa tempat sekitar sendi siku, yaitu antara tendon m. triceps dan
olecranon, di antara kulit dan olecranon, antara caput radii dengan tendon m. biceps. Bursa ini
mudah terkena trauma.
Kapsul sendi diperkuat pada keempat sendinya oleh ligament-ligamen. Ligamen tersebut
adalah ligament anterior, posterior, collateralis ulnae dan collateralis radii. Lig. Anterior dan
posterior terdiri dari lapisan membranous yang tipis, memudahkan pada fleksi dan ekstensi
lebih longgar. Lig. Collateralis ulnae, berasal dari epiconoideus, medialis menuju ke sisi
medial proc. Conoideus bagian posteriornya membentuk dinding lateral dari sulcus
nerviulnaris.
Lig. Collateralis radii, berasal dari epycondilus lateralis menuju ke bagian lateral dari li.
Annulare. Lig. Annulare berbentuk band dengan ¾ lingkaran melingkari caput radii dan
melekat pada incisura radialis ulnae.
Lig. Interosseus menghubungkan antara radius dan ulna hampir di sepanjang tulang-tulang
tersebut. Merupakan membrane yang tipis, serabut-serabutnya sebagian besar berjalan dari
arah ulna miring ke lateral atas ke radius, berfungsi mencegah penggeseran ke atas dari os
radii pada waktu lengan bawah bertumpu pada meja/benda.
Pada bagian proksimal dan distalnya ligament ini mempunyai arah dari medial atas ke lateral
bawah, berfungsi mencegah penggeseran radius ke bawah pada waktu tarikan dari tangan.
Pada keadaaan pronasi dan supinasi, ligammen interosseus ini dalam keadaaan relaksasi. Pada
midposisi ligament ini tegang, karena jarak radius ulnae pada posisi ini paling maksimal,
Posisi ini penting untuk menghindari adanya synostosis antara radius dan ulna jika terjadi
fraktur.
OTOT-OTOT LENGAN ATAS
Dibagi 2 bagian: anterior dan posterior. Bagian posterior dipersyarafi oleh n.
musculoculaneus, bagian posterior dipersyarafi pleh n. radialis. Bagian anterior adalah m.
biceps posterior adalah m. triceps dan m. anconeus.
M. biceps: bersifat biarticularis melewati sendi bahu dan sendi siku sehingga mempunyai
fungsi terhadap kedua sendi tersebut. Mempunyai 2 caput, caput brevis dan caput longum.
Caput brevis origo di proc. Coracoideus bersama m. coracobrachialis, caput longum origo di
tuberculus infraglenoidalis, scapulae, melalui sulcus bicipitalis kedua caput ini pada bagian
bawahnya bersatu membentuk tendon yang kuat untuk berinsersi pada tuberositas radii.
Tendon ini member cabang yang melebar dan bersatu dengan fascia yang menutupi otot-otot
fleksor dari lengan bawah disebut laceratus fibrosus atau aponeurosis bicipitalis.
Menurut Duchene pada penyelidikannya dengan stimulasi listrik pada otot biceps,
menyebabkan gerakan fleksi dan supinasi. Basmajian biceps berfungsi fleksi sendi siku
terutama lengan bawah dalam keadaan supinasi. Supinasi tanpa tahanan pada posisi ekstensi
siku dapat dilakukan tanpa bantuan m. biceps tapi bila supinasi dengan tahanan, maka biceps
berkontraksi juga pada midposisi biceps antara supinasi dan pronasi dengan tahanan maka
biceps berkontraksi.
M. Coracobrachialis
Origo pada proc. Coracoideus bersama dengan caput brevis biceps. Insersi pada humeris,
berfungsi untuk fleksi dan adduksi sndi bahu tidak mempunyai efek terhadap sendi siku,
karena tidak melewatinya.
M. Brachialis
Origo permukaan anterior humeris, insersi pada proc. Coracoideus ulnae. Berfungsi untuk
fleksi sendi siku tanpa terjadi rotasi. Merupakan “pureflexor” untuk sendi siku dan merupakan
otot yang berkontraksi terus-menerus selama fleksi (work horse). Pada midposisi kekuatan
kontraksinya adalah paling kuat untuk fleksi sendi siku.
M. Triceps
Mempunyai 3 caput,caput longus, caput laterale, caput mediale.
Origo:
 Caput longum dari fossa infraglenoidalis scapula
 Caput laterale dari bagian bawah dan lateral sulcus spinalis radialis
 Caput mediale dari bagian bawah dan medial sulcus spinalis n. radialis

Insersi: bersatu menjadi tendon yang berinsersi pada olecranon dari ketiga caput ini caput
longum yang bersifat biarticular. Menyebabkan ekstensi dari bahu dan siku. Triceps
merupakan otot ekstensor yang utama karena mempunyai daya ungkit yang baik (lever arm)
dan penampang otot yang cukup besar. Masing-masing caput dapat berkontraksi sendiri-
sendiri tapi bila triceps berkontraksi serempak mulai yang berkontraksi adalah caput mediale,
diikuti laterale dan terakhir caput longum.
Caput mediale juga merupakan bagian yang berkontraksi terus-menerus selama ekstensi dari
sendi siku (work horse). M. anconius merupakan otot yang kecil, bentuk triangular arigo:
epicondylus lateralis, insersi pada bagian lateral olecranon dan bag. Proc. Ulnae. Berfungsi
aktif sebagai otot flexor sendi siku. Perbandingan kekuatan anatra group ekstensor dan fleksor
dilaporkan bahwa flexor 1 ½ kali lebih kuat dari ekstensor.
Otot-otot dari Lengan Bawah
Fleksi dan ekstensi lengan bawah tidak hanya oleh otot lengan atas, tapi juga oleh otot-otot
dari lengan bawah dibagi menjadi 2 grup fleksor dan ekstensor. Sedang n. radialis
mempersarafi otot-otot ekstensor. Secara umum otot-otot lengan bawah berfungsi untuk
gerakan sendi siku sendi pergelangan tangan dan sendi dari jari-jari tangan. Bentuk otot lengan
bawah pada umumnya mempunyai bentuk makin ke medial menjadi kecil dan mempunyai
tendo yang panjang, hal ini dimaksudkan karena lengan bawah yang mempunyai fungsi
gerakan yang kompleks jumlah otot yang banyak dengan ukuran dan bentuk yang optimal dari
lengan bawah.
Otot fleksor: origo pada epicondylus medialis dan mengisi bagian anterior lengan bawah
dibagi lagi menjadi superficial dan profunda m. flexor digitorum superficialis berada di antara
keduanya.
Otot ekstensor: origo pada epicondylus lateralis dan mengisi bagian posterior dari lengan
bawah. Terminologi otot-otot lengan bawah pada umumnya merupakan fungsi utamanya, atau
bentuknya atau lokasinya atau ukuran dari ototnya.
Otot-otot yang termasuk grup flexor superficial:
 M. Palamaris Longus
 M. Pronator Teres
 M. Flexor Carpi Radialis
 M. Flexor Ulnaris

M. Palamaris Longus : origo epicondylus medialis, insersi pada aponeurosis Palmaris. Otot ini
absent pada 12% dan bersifat herediter. Persarafan oleh n. medianus dan berfungsi untuk
fleksi sendi pergelangan tangan.
M. Pronator Teres: origo epicondylus medialis, insersi bagian lateral dari radius, persarafan: n.
medianus. Berfungsi untuk pronasi lengan bawah, bersama-sama dengan m. pronator
quadrates
M. Flexor Carpi Radialis: origo epicondylus medialis, insersi pada basis os metacarpal II,
dipersarafi n. medianus dan berfungsi untuk fleksi sendi pergelangan tangan, abduksi kea rah
radialis dan membantu fungsi pronasi.
M. Flexor Carpi Ulnaris : origo pada epicondylus medialis dan ulna, insersi pada os pisiforme,
persarafan oleh n. ulnaris, berfungsi untuk fleksi pergelangan dan abduksi ke arah ulnaris.
Karena origo otot-otot fleksor di antara sendi siku pada epicondylus medialis, maka otot
tersebut mempunyai efek terhadap fleksi sendi siku dengan efek yang ringan karena lever arm-
nya yang pendek jika origonya lebih ke proksimal, misalnya pada tindakan operasi untuk
memudahkan origo, maka lever arm bertambah maka flexor otot bertambah kuat.
M. Flexor Digitorum sublimis atau superficialis adalah otot di antara superficial dan profunda,
mempunyai 2 caput:
 Humeroulnaris, origo: epicondylus dan proc. Coronoideus ulnae
 Radialis, origo: bagian atas radius di bawah tubrositas radii.

Kemudian membentuk 4 tendo dalam 2 lapisan tendo jari III, IV lebih superficial, tendo jari
II-V lebih profundus. Insersi pada os phalanges medius jari II-III-IV-V. Persarafan oleh n.
medianus.
Otot-otot yang termasuk grup flexor bagian profunda:
 Flexor digitorum profundus
 Flexor pollicis longus
 Pronator quadratus

M. Flexor digitorum profundus: origo 2/3 bagian proximal dari ulnae, mempunyai 4 tendon
yang tersusun satu bidang dan berinsersi pada os phalanges bagian distal dari jari II, III, IV, V.
Persarafan: mempunyi double innervations bagian radialis oleh n. medianus, bagian ulnaris
oleh n. ulnaris.
M. Flexor pollicis longus, origo bagian permukaan anterior dari radius, insersi pada os
phalanges distal jari I. Persarafan: n. medianus
M. Pronator quadrates, merupakan otot yang tipis, origo pada ulna, insersia pada radius
arahnya hampir transversal. Persarafan oleh n. medianus. Fungsi utama untuk pronasi.
Otot-otot Fleksor
Persarafan oleh n. radialis dibagi menjadi superfisisal dan profunda. Hampir sebagian besar
otot-otot flexor superficialis mempunyai origo pada epicondylus lateralis, sedangkan profunda
tidak.
Ekstensor superficialis, ada 6 otot:
 M. brachioradialis
 M. extensor carpi radialis longus dan brevis
 M. extensor digitorum communis
 M. extensor digiti minimi
 M. extensor carpi ulnaris

m. brachioradialis: lebih jelas terlihat dari anterior, origo dari pars lateralis humeri di atas
epicondylus dan insersi pada sisi lateral radius bagian distal, berfungsi untuk fleksi sendi dan
sebagai pronator pada keadaan supinasi dari lengan bawah, atau sebaliknya, tapi lebih
berfungsi sebagai pronator.
m. extensor carpi radialis longus dan brevis keduanya berorigo pada epicondylus lateralis,
insersi pada basis ossis metacarpal II (longus) dan III (brevis). Berfungsi sebagai ekstensor
dari sendi pergelangan dan abduksi ke arah radial.
m. extensor digitorum communis: origo : epicondylus lateralis, bercabang menjadi 3-4 tendo.
Insersi pada os phalanges medius dan distal, berfungsi untuk ekstensi jari-jari dan pergelangan
tangan.
m. extensor digiti minimi, biasanya bersatu dengan origo extensor digitorum pada epicondylus
lateralis, insersi pada os phalanges medius dan distal jari ke V
m. extensor carpi ulnaris, origo epicondylus lateralis dan sebagian besar pada ulna, insersi os
metacarpal V fungsi untuk ekstensi sendi pergelangan dan adduksi kea rah ulna.
Grup ekstensor profunda
Terdiri dari:
Mm. supinator, origo pada humerus dan ulna dan lig. Collaterale radialis, berjalan miring ke
bawah lateral, insersi pada permukaan lateral dari radius.
m. abductor pollicis longus: origo pada radius dan ulna dan membrane interossea, insersi pada
basis os metacarpal I
m. extensor pollicis brevis: origo dari radius dan membrane interossea, insersi pada os phalang
proximal jari I
m. extensor pollicis longus: origo pada ulna, insersi pada os phalang distal jari I
m. extensor indicis: origo pada ulna, membrane interossis, insersi pada os phalange distal jari
II
Gerakan Sendi
Otot-otot untuk fleksi adalah biceps brachii, brachialis dan brachioradialis
Biceps brachii aktif selama fleksi pada posisi supinasi dari lengan bawah. Sedang dalam posisi
pronasi biceps brachii tidak berperan utama pada gerakan fleksi sendi siku, tetpai lebih
berfungsi sebagai supinator dari lengan bawah, pada posisi fleksi atau ekstensi dengan
tahanan. Pada supinasi tanpa tahanan, pada posisi lengan ekstensi biceps hanya berperan
sedikit.
Brakhialis, pada gerakan fleksi lebih berperan sebagai percepatan gerak daripada sebagai
kekuatan. Kekuatan mempunyai lever arm yang pendek. Merupakan otot yang berfungsi pada
semua posisi: pronasi, supinasi dan midposisi baik pada gerak cepat, lambat dengan/tanpa
tahanan. Sehingga brachialis disebut “work horse”nya dari fleksor sendi siku.
Brachioradialis, berfungsi sebagai flexor sendi siku pada midposisi dan beraksi pada gerakan
yang tiba-tiba atau dengan tahanan.
m. pronator teres dan flexor superficialis berfungsi sinergis pada fleksi sendi siku, terutama
pada fleksi dengan tahanan.
Ekstensi sendi siku oleh otot triceps dan anconeus caput longum triceps sedikit berfungsi pada
ekstensi sendi siku. Caput mediale dan laterale lebih berperan pada ekstensi sehingga caput
mediale merupakan ‘work horse’nya pada ekstensor sendi siku.
m. anconeus sebagai fleksor bersama-sama triceps
superficial group dari otot ekstensor lengan bawah membantu triceps dan anconeus untuk
ekstensitapi lemah.
Pronasi oleh m. pronator teres dan pronator quadrates, berfungsi aktif pada pronasi
Pronator quadrates merupakan prime move untuk pronasi pada semua posisi sendi siku
pronator teres berfungsi aktif pada gerakan cepat, dengan tahanan. Sedangkan quadratus
berfungsi aktif baik pada gerakan cepat ataupun gerakan lambat.
Flexor carpi radialis, brachioradialis dan extensor carpi radialis tidak mempunyai fungsi
pronasi
Brachiradialis kadang disebut juga”supinator Longus”, tapi ternyata sekarang pada supinasi
yang maksimal biceps ikut aktif berperan. Dengan kata lain supinasi dimulai oleh otot
supinator kemudian dibantu oleh biceps terutama supinasi dengan tahanan.
Kondisi Patologis Sendi Siku
Tennis elbow
Disebut juga Epicondylitis Lateralis. Suatu keadaan inflamasi kronis dari epikondilus lateralis
kadang juga mengenai epikondilus medialis. Tapi lebih sering pada lateral dan 7x lebih sering
pada laki-laki daripada wanita. Penyebabnya adalah trauma pada origo otot-otot ekstensor
lengan bawa, biasanya pada pemain tenis karena gerakan back hand. Obat anti inflamasi dan
pemanasan dalam (diathermi) merupakan treatment of choice.
Volks Mann Ischemic Contracture
Komplikasi yang mengikuti fraktur atau dislokasi dari sendi siku, disebabkan karena obstruksi
terhadap arteri dan vena. Sering terjadi pada fraktur supracondylus, hal ini disebabkan karena
perdarahan di bawah fascia
Atau di bawah jaringan yang tegang di sekitar area tersebut, terjadi fibrosis dari otot dan
atrofi, mengakibatkan flexi-contracture dan sendi pergelangan tangan dan jari-jari. Sebaiknya
setelah immobilisasi pada fraktur supracondylar, pulsasi a. radialis untuk mengetahui ada
tidaknya oklusi.
Myositis Ossificans
Kelainan dimana terjadi kalsifikasi pada otot-otot karena perdarahan dalam otot tersebut.
Sekitar sendi siku, mengakibatka fleksi yang menetap. Tindakan fisioterapi dalam hal ini harus
hati-hati karena proses penulangan tersebut.
Tendo Ulna Palsy
Perjalanan n. ulnaris pada sendi siku melalui sulkus nervi ulnaris yang dangkal sering dan
mudah kena trauma. Jika terjadi fraktur atau dislukasi sendi siku, menyebabkan tarikan yang
menetap terhadap n. ulnaris. Dengan akibat terjadi kerusakan syaraf dengan akibat atrofi otot
yang disarafi oleh n. ulnaris di bawahnya.
Paralise Otot Fleksor Sendi Siku
Biasanya karena poliomyelitis atau trauma pada syaraf ,. Musculocutaneus.
Fusi Sendi Siku
Arthrodesis sendi siku, biasanya tidak berdiri sendiri tapi bersamaan dengan kelainan
ditempatkan misalnya pada bahu.
Sindrom Pronator Teres
Lesi pada cabang profundus n. medianus, di bawah dan belakang m. pronator teres, secara
klinis terjadi kelemahan pada otot-otot fleksor profundus: pronator quadrates, flexor pollicis
longus dan flexor digitorum profundus
Kepustakaan
1. Reyes, Tyrone M & Reyes. Ofelia B, Luna: Kinesiology, vol. 4 of Philippines Physical
Therapy Text Book Series, Manilla, UST Printing-Office 1978.
2. Sfeindler, Arthur: Kinesiology of the Human Body, Illinois USA, Charles C. Thomas
Publisher 1964.
KINESIOLOGI PERGELANGAN TANGAN DAN TANGAN
 Fungsi tangan sangat penting dalam hubungan dengan kehidupan manusia, baik itu
untuk aktifitas mencari nafkah, melaksanakan hobi, atau aktifitas kita sehari-hari
lainnya.
 Kegunaan fungsi tangan sangat luas. Mulai dari fungsi sentuhan secara halus sampai
pada kegunaan fungsi tangan secara kasar, misalnya untuk memegang secara kuat.
 Tangan mempunyai sistem saraf sensibel kompleks yang berguna untuk fungsi
perabaan, misal: bentuk volume dan temperatur.
 Untuk aktifitas, misalnya menulis, mengambil barang, memanipulasi atau instrumen,
disamping perlu kekuatan dari otot-otot tangan juga memerlukan suatu koordinasi yang
baik dari tangan tersebut.
 Tangan juga berfungsi sebagai refleksi dari kepribadian seseorang atau sebagai
ekspresi dari organ vital, misalnya: gerakan atau sikap tangan pada waktu berdoa atau
sembahyang, gerakan tangan dari seorang pemimpin, dll.
 Kesemuanya gerakan tangan untuk bisa ditempatkan pada posisi yang benar,
memerlukan kontrol yang baik dari gerakan sendi-sendi pergelangan tangan dan sendi-
sendi pada tangan itu sendiri secara keseluruhan. Mulai dari artikulasi ujung distal
radius, ujung distal ulnar, barisan proksimal os carpal, metacarpal dan sendi-sendi
interphalangis.
 Perbandingan panjang antara tulang carpal, metacarpal dan phalangis adalah 2:3:5,
sedangkan pada kaki, perbandingan ini sebaliknya yaitu: 5:3:2.
SENDI PERGELANGAN TANGAN
 Artikulasi dari lengan bawah dengan tangan terutama ditopang oleh sendi antara radius
dengan os carpal, sendi antara radius dan ulna bagian distal dan sendi-sendi diantara
tulang-tulang carpal sendiri.
 Susunan tulang-tulang pada pergelangan tangan: radius yang pada sendi siku hanya
sebagai suplemen, pada sendi pergelangan tangan menjadi dominan, dimana artikulasi
dengan tangan hanya terjadi dengan bagian distal radius, sedang ujung distal ulna
tidak. Sehingga ujung distal radius harus menyangga semua kekuatan pada keadaan
dimana tangan mendapat tekanan atau tarikan. Kondisi ini memungkinkan bagian
distal radius lebih mudah fraktur. Selain itu bagian distal radius mempunyai struktur
tulang menjadi cancellous , dilapisi hanya oleh bagian korteks tulang yang tipis, juga
bentuknya yang melebar di bagian distal.
 Permukaan posterior bagian distal radius agak cembung dan mempunyai sulkus untuk
tendo otot ekstensor, di samping tuberkel yang disebut Lister’s tubercle dan tuberkel
ini bisa mengakibatkan laserasi atau ruptur dari tendon terutama bila kena rheumatoid
arthritis.
 Pada bagian medial terdapat lekukan kecil tempat artikulasi dengan ulna.
 Permukaan anterior agak cekung tempat otot pronator kuadratus. Facius artikularis
miring ke bawah dari dorsal ke ventral, sedikit cekung, ke arah anterior posterior
terdapat peninggian yang membatasi artikulasi dengan os scapodeum dan lunatum.
Bagian lateral dari facies artikularis terdapat penonjolan ke lateral disebut processum
styloideus radii dan sebelah medial adalah processus styloideus ulnae.
 Ulnar: merupakan tulang yang berperan utama pada sendi siku, tapi pada sendi
pergelangan tangan berperan sekunder setelah radius. Terdapat diskus artikularis yang
memisahkan hubungan langsung dengan os triquetrum dan os lunatum, sehingga
merupakan bantalan yang menekan pada tarikan atau kompresi sehingga bagian distal
ulna jarang mengalami fraktur. Sebelah lateral dan anterior terdapat fasies artikularis,
berhubungan dengan radius untuk gerakan pronasi dan supinasi.
 Tulang-tulang carpalia: terdiri dari 8 buah tulang yang tersusun menjadi dua barisan,
proksimal dan distal.
 Barisan proksimal dari lateral ke medial adalah: os scapoideum, os lunatum, os
triquetrum, dan os pisiforme. Dari ke-4 tulang ini yang berhubungan dengan os radius
adalah scapoideum dan lunatum. Os triquetrum berartikulasi sebelah atas dengan
diskus artikularis, sebelah bawah dengan os hamatum lateral dengan os lunatum dan
anteromedial dengan os pisiforme. Os pisiforme hanya berartikulasi dengan os
triquetrum, membentuk penonjolan pada basis dari telapak tangan dan merupakan
origo dari m. abductor digiti minimi dan intrinsik dari m. flexor carpi ulnaris.
 Barisan distal tulang carpalia, dari lateral ke medial: os trapezium, os trapezoideum, os
capitatum dan os hamatum.
 Os trapezium: berartikulasi dengan os scapoideum dan os matacarpale I, dengan
trapezoideum dan dengan bagian lateral os metacarpale II. Trapezium merupakan origo
dari m. abductor pollicis brevis dan m. flexor pollicis, juga oponeus pollicis. Os
trapezoideum berartikulasi di atas dengan os scapoideum dan dengan os metacarpale II
di bawahnya, dan dengan os trapezium ke lateral, dengan os capitatum sebelah medial.
 Os capitatum: berartikulasi di atas dengan os scapoideum dan lunatum, di kedua sisi
dengan os trapezoideum sebelah lateral dengan os hamatum sebelah medial dan distal
dengan os metacarpale II, III, IV terutama dengan metacarpale III, merupakan kunci
utamanya dari lengkungan carpalia atau “Carpal Tunnel” sehingga jika terjadi tekanan
atau tarikan maka os capitatum paling banyak mengabsorpsi beban, kemudian dapat
ditemukan ke os scapoideum dan menyebabkan fraktur. Fraktur scapoideum biasanya
penyebabnya tak diketahui, tapi aseptik nekrosis bisa terjadi pada os scapoideum.
 Os hamatum: berartikulasi di antaranya dengan triquetrum, sebelah lateral dengan os
capitatum dan dengan os metacarpal IV, V pada bagian distal. Mempunyai penonjolan
seperti topi ke depan disebut hamulus os hamati.


LIGAMENTUM DAN KAPSUL
Kapsul sendi radiocarpalis bentuknya berbelok-belok, pada bagian tengahnya agak menyempit
karena artikulasi antara os lunatum dan radius. Pada bagian atasnya ada penonjolan
membentuk membran sinovium dan masuk di antara kedua ujung distal radius dan ulna dan
diskus artikularis. Kapsul diperkuat oleh beberapa ligamen dengan arah longitudinal,
transversal dan oblique.
Ligamentum collaterale radiale dan lig. Collaterale ulnar mempunyai/merupakan ligamentum
yang mempunyai arah longitudinal.
Lig. Collaterale ulnar berasal dari processus styloideus ulnar, melalui kartilago dari ulna dan
melekat pada os pisiforme. Menjadi tegang pada gerakan abduksi ke arah medial.
Lig. Collaterale radiale berasal dari processus styloideus radii, melalui kapsul sendi dan
melekat pada os scapoideum, os trapezium sampai ke os metacarpale I. Menjadi tegang pada
gerakan abduksi ke arah ulna.
Ligamentum transversal dan oblique membentuk jaringan baik pada bagian Palmaris dan
dorsalis dari pergelangan.
Pada bagian palmaris adalah lig. Arcuata, lig. Radiocarpalis, dan lig. Ulnacarpalis. Pada
bagian dorsal adalah lig. Arcuata dorsalis, lig. Radiocarpalis dorsalis.
Semua ligamentum ini membentuk kekuatan untuk persendian di antara tulang-tulang carpalia
dan mempertahankan bentuk dari lengkungan carpal/carpal tunnel. Dua ligamentum pada
bagian volaris yaitu radio carpalis dan ulna carpalis, bersifat konvergen menuju ke garis
tengah dan melekat pada os lunatum dan capitatum, ligamentum ini disebut ligamentum dari
Henle.
Ligamentum pada bagian dorsal lebih simetris. Ligamentum radiokarpalis berjalan miring dari
radius ke os triquetrum dan ligamentum arcuata dorsalis berjalan dari os scapoideum ke os
triquetrum.
Ligamentum aktif dan transversal adalah lig. Radiocarpalis dorsalis dan volaris berfungsi
menahan tangan pada waktu pronasi dan supinasi. Selain ligamen tersebut di atas ada ligamen-
ligamen interossea yang menghubungkan masing-masing tulang carpalia.
Arcus carpi transversa atau carpal tunnel ditopang oleh ligamentum carpi transversum atau
retinaculum.
Ligamentum ini sangat kuat, pada bagian proksimal terikat dengan ligamen carpi palaris
menuju ke medial ke os pisiforme dan humulus ossis hamati dan ligament di antaranya,
kemudian terus ke lateral dan melekat pada tuberositas dan os scapoideum dan trapezium.
Memberikan cabang ke dalam dan berinsersio pada os trapezium, membagi dua bagian untuk
perjalanan tendo dari flexor carpi radialis. Bagian lain dari pemisahan carpal tunnel ini terdiri
dari n. medianus, 4 tendon profendus dan tendon dari m. flexor digit sublimis, 4 tendon
profundus dan tendon dari m. flexor pollicis longus. Pada carpal tunnel ini mudah terjadi
kelainan karena komposisi seperti di atas, terjadi kompresi pada n. medianus oleh inflamasi
dari sarung tendo sekitarnya. Keadaan ini disebut CARPAL TUNNEL SYNDROME.
Untuk mengetahui gangguan tersebut ada beberapa tes yaitu Phalen test, Prayer test, dan Tinel
test. Tes positif terjadi nyeri yang menjalar pada jari-jari tangan atau bisa juga ke arah
proksimal.
Aponeurosis Palmaris letaknya lebih ke superfisial dan menutupi hampir semua tengah dari
bagian volar tangan. Aponeurosis ini pada bagian proksimalnya bersatu dengan bagian bawah
dari flexor retinaculum dan juga menerima insertia dari m. Palmaris longus.
Bagian distal bercabang ke masing-masing jari tangan dan insersi pada sarung tendo juga
insersio pada os phalanx proximal. Kontraktur dari aponeurosis Palmaris menyebabkan
keadaan flexion contracture dari jari, sering pada sendi metacarpophalangeal disebut
Dupuytren Contracture.
Gerakan Sendi Pergelangan Tangan
Sendi pergelangan tangan adalah ‘tipe condyloid’.
Gerakan sendi adalah: fleksi, ekstensi, deviasi, radialis dan ulnaris kombinasi dari semua
gerakan di atas, sehingga sendi pergelangan tangan dapat bergerak ke semua arah seperti pada
sendi tipe ‘ball & socket’.
Mobilitas sendi terjadi terutama pada sendi radiocarpalis kecuali pada ekstensi agak terbatas
untuk gerakan radialis dan ulnaris sendi-sendi intercapilla memegang peranan lebih besar.
Gerakan fleksi 800 , ekstensi 700 , deviasi ke ulna 300 , deviasi ke radial 200.
Perbedaan besar sudut tersebut di atas karena adanya facies articularis pada distal radius yang
membentuk sudut miring dari medial atas ke lateral bawah, di samping itu ligamen pada
dorsum lebih lembek daripada ligamen pada bagian volar.
Gerakan sendi tidak bisa rotasi pada sumbu memanjang, pada pronasi dan supinasi sendi
radiocarpalis sehingga tidak ikut serta tapi terjadi pada sendi radioulnaris. Gerakan sendi
pergelangan tangan tidak terjadi pada 1 bidang langsung, hal ini disebabkan tergantung
daripada otot dan tendo yang beraksi melewati sendi pergelangan tangan.
Pemeriksaan secara praktis untuk sendi pergelangan tangan yaitu untuk ekstensi kedua telapak
tangan dan jari dirapatkan bersama-sama kemudian angkat siku (Prayer test). Untuk fleksi
bagian punggung tangan dan jari masing-masing dirapatkan dan siku digerakkan ke bawah
(Phalen test)
Stabilitas dari pergelangan tangan karena adanya otot-otot ekstrinsik yang melewati bagian
dorsal dan palmar support dari ekstensor pada bagian dorsal bersifat statik, sedangkan bagian
palmar bersifat dinamik. Karena itu paralise dari otot-otot ekstensor hanya terutama terhadap
gangguan stabilitas tapi paralise dari fleksor mempunyai akibat yang lebih serius terutama
pada fungsi tangan.
Gerakan deviasi ke arah ulnaris terutama untuk fungsi gerakan mempertahankan pada gerakan
sendi, kedua otot ekstensor memberikan balans terhadap deviasi ulnar dan pada keadaan biasa
hanya satu dari otot tersebut yang beraksi, sehingga beberapa ahli bedah dapat menstransfer
otot ini ke insersio yang lain untuk mengganti otot yang lemah.
Jika terjadi paralise dari otot ekstensor, kekuatan fleksor juga akan terganggu karena tidak
adanya otot yang bekerja sinergistik.
Jika gerakan pergelangan dikaitkan dengan gerakan jari-jari tangan maka terdapat modifikasi
dari kedua gerakan sendi-sendi tersebut.
Jika pergelangan dalam keadaan fleksi, maka fleksi jari-jari tangan akan terbatas/berkurang,
demikian juga pada ekstensi.
Jadi baik ekstensor maupun fleksor harus dalam keadaan memanjang untuk mendapatkan
gerakan yang maksimal pada arah yang ssama dan waktu yang sama. Dengan kata lain posisi
kedua sendi harus dalam keadaan netral.
Kesimpulan: fungsi jari-jari tangan yang baik dan kuat perlu pergelangan tangan yang stabil
dan gerakan sendi pergelangan yang baik dan kuat memerlukan gerakan jari tangan baik
ekstensi maupun fleksi.Kegunaan lain dari mekanisme di atas adalah untuk mengatasi pasien
yang kehilangan fungsi jari untuk fleksi memegang, maka dengan membantu ekstensi dari

pergelangan tangan bias membantu fleksi jari.


TANGAN
Gerakan dari tangan ditentukan oleh mobilitas 2 bagian:
1. Mobilitas dari ibu jari yang bisa digerakkan bebas ke arah telapak tangan maupun
gerakan searah atau berlawanan jari lainnya.
2. Mobilitas dari bagian ulnar yaitu os metacarpalis IV dan V pada persendian
metacarpophalangeal. Kedua bagian ini lebih mobile jika dibandingkan dengan bagian
tengah yang dibangun oleh metacarpal II dan III yang relative lebih kaku.

Untuk mempertahankan kekuatan dan mobilitas yang normal, tulang-tulang tersusun


membentuk lengkungan dimana bagian cekungnya menghadap bagian volar.
Ada 2 lengkungan transversum, yaitu: bagian proksimal dibentuk oleh tulang-tulang carpalia
dan bagian distal dibentuk oleh caput-caput metacarpal.
Lengkungan longitudinal merupakan deretan lengkungan yang dibentuk oleh tiap tulang jari-
jari arcus longitudinal yang lebih mobile, untuk fungsi memegang.
 Sendi Carpometacarpale

Tulang carpal bagian distal berartikulasi dengan tulang metacarpal. Metacarpal IV dan V
berartikulasi dengan os hamatum. Metacarpal I berartikulasi dengan os trapezium, metacarpal
II dan III berartikulasi dengan os capitatum.
 Sendi Metacarpophalangeal
Antara caput metacarpal dengan os phalanx proksimal. Gerakan sendi: fleksi, ekstensi,
abduksi, adduksi, pronasi dan supinasi pasif. Gerakan fleksi 900 , hiperekstensi 200.
 Ligamentum

Gerakan sendi metacarpophalangeal adduksi dan abduksi bila keadaan jari ekstensi. Pada
keadaan jari fleksi, gerakan abduksi dan adduksi. Jadi terbatas disebabkan oleh ligamentum
kolateral, berjalan oblique dari bagian atas caput metacarpale, ke bagian bawah basis os
phalangus proksimal, juga karena insersio ligament ini di atas dari aksis/sumbu putar sendi
tersebut. Sehingga pada ekstensi ligament menjadi kendur dan pada fleksi menjadi tegang.
Ditambah dengan caput metacarpale yang membesar ke arah volaris.
Pada bagian volar sendi metacarpophalangeal diperkuat dengan adanya volar plate, merupakan
fibrocartilagenous plate, pada bagian distal bersifat cartilaginous dan melekat dengan bagian
proksimal os phalanx bagian proksimal bersifat fbrous melekat pada os metacarpal, subluksasi
sendi metacarpal seringkali menarik bagian cartilaginous dari volar plate. Flexi contracture
disebabkan karena pemendekan dari bagian proksimal yang bersifat fibrous.
SENDI INTERPHALANGES
Merupakan sendi engsel dengan gerakan sendi fleksi dan ekstensi. Hiperekstensi terjadi pada
orang yang mempunyai kelenturan ligament.
OTOT-OTOT TANGAN
Otot-otot tangan dibagi menjadi: otot intrinsic dan ekstrinsik. Intrinsik yaitu: otot yang
mempunyai origo dan insersi pada tangan, sedang ekstrinsik origo pada lengan, insersi pada
tangan dan jari tangan.
OTOT-OTOT EKSTRINSIK
Semua otot-otot lengan bawah kecuali m. Supinator, brachioradialis dan pronator, adalah otot
yang bekerja untuk pergerakan sendi pergelangan tangan, tangan dan jari. Pada bagian ini
akan dibicarakan perjalanan dan insersinya dari tendon-tendon otot tersebut dibagi menjadi
fleksor dan ekstensor.
1. Tendon Fleksor

Tendon dari profundus masing-masing berinsersi pada basis os phalanx distal. Tendon
superficial insersi pada os phalanx media pada kedua crista lateralis, membentuk
percabangan bentuk V, sehingga tendo profundus bisa lewat di bawahnya.
 Tendon-tendon ini dibungkus oleh sarung tendon berisi cairan seperti cairan sinovium
untuk lubrikasi tendon tersebut waktu bergerak. Sarung tendon pada jari ke I dan V
berakhir sampai pada pergelangan sarung tendon jari II, III, IV berakhir pada pangkal
jari yang bersangkutan, sehingga infeksi pada sarung tendon I dan V bias menjalar
sampai pergelangan tangan.
 Selain sarung tendon, terdapat juga sarung fibrous yang membungku tendon dimana
fibrous tersebut lebih tebal dan lebih kuat pada sepanjang tulang-tulang jari tapi lbih
tipis pada daerah persendian untuk memungkinkan pergerakan yang lebih mobile.
 Vincula merupakan meso tendon, mengandung pmbuluh darah yang member nutrisi
pada tendon.
2. Tendon Ekstensor

Tendon dari m. ekstensor digitorum communis, berjalan pada dorsum tangan di bawah
ekstensor retinaculum pada pergelangan tangan, dibungkus dengan sarung tendon dan
berjalan pada bagian dorsal os phalanx. Pada daerah os phalanx proximal, tendon
bercabang 3 menjadi:
1. Cabang sentral yang berinsersi pada os phalanx medius.
2. Cabang lateral berjlan ke lateral bawah dan berinsersi pada basis os phalanx distal
bersama-sama dengan tendo dari otot-otot intrinsic yaitu: m. interosseus dan m.
lumbricales.

OTOT-OTOT INTRINSIK
Terdiri dari 3 grup:
1. Thenar untuk fungsi ibu jari
2. Hipothenar untuk fungsijari ke V
3. Interosseus dan lumbricales untuk abduksi dan adduksi

Otot thenar terdiri dari:


1. Abductor policis brevis

Origo : os trapezium
Insersi : basis os phalanx proximal
Inervasi : n. medianus
2. Flexor policis brevis

Origo : os trapezium
Insersi : basis os phalanx proximal
Otot ini mempunyai pars profunda yang mempunyai origo basis os metacarpal I dan
insersi pada os sesamoidal ulnar. Inervasi pars superficial oleh n. medianus dan pars
profunda oleh n. ulnaris.
3. Opponeus pollicis

Terletak di bawah dari otot-otot abductor pollicis brevis dan otot flexor pollicis brevis.
Origo : os trapezium
Insersi : os metacarpal I
Inervasi : n. medianus
4. Abductor pollicis

Pars transversalis
Origo : metacarpal III
Insersi : os sesamoid
Pars oblique
Origo : basis os metacarpal II dan III
Insersi : os sesamoid
Inervasi : n. ulnaris
HIPOTHENAR terdiri dari:
1. Abductor digiti minimi, membentuk 3 bagian yang cembung dari telapak tangan
bagian ulnaris. Origo: os pisiforme, insersi: basis os phalanx V pada sisi ulnaris.
2. Flexor digiti minimi

Origo : hamulus ossis hamati


Insersi : basis os phalanx proximal V
3. Opponeus digiti minimi di bawah I dan II

Origo : hamulus ossis hamati


Insersi : os metacarpal V sisi ulnaris
4. Palmaris brevis

Origo : ligamentum carpi transversum


Insersi : kulit bagian ulnar dari tangan
5. Semua insersi dipersarafi n. ulnaris. Pergerakan dari ibu jari dan kelingking, bisa
pada semua arah. Pergerakan ibu jari karena sendi carpometacarpal I adalah tipe
sendi pelana (Saddle Shape).
 Gerakan ekstensi ibu jari adalah menjauhi dari sisi radialis pada bidang sejajar telapak
tangan
 Abduksi gerakan menjauhi telapak tangan pada bidang tegak lurus telapak tangan
 Fleksi gerakan pada bidang sejajar telapak tangan dan melalui telapak tangan ke arah
ulnaris
 Adduksi gerakan mendekati telapak tangan pada bidang tegak lurus telapak tangan
 Oposisi adalah gerakan kombinasi, dimulai pada posisi ekstensi dan abduksi kemudian
fleksi dan adduksi
 Gerakan dari jari kelingking V fleksi, ekstensi dan abduksi

OTOT-OTOT INTEROSSEUS DAN LUMBRIKALIS


Interosseus terdiri dari dorsalis dan Palmaris. Ada 4 otot interosseus dorsalis dan 3 otot
interosseus Palmaris. Interosseus Palmaris adalah otot untuk adduksi jari-jari yaitu jari I, II, IV
dan V, terhadap jari tengah III. Sebenarnya perlu 4 ototo untuk pergerakan adduksi ini, tapi
karena untuk adduksi ibu jari punya otot tersendiri yaitu m. adductor pollicis, maka
kenyataannya hanya ada 3 otot interosseus Palmaris. Origo: dari sisi lateral os metacarpal II,
IV, V berjalan melewati sendi metacarpophalangeal. Insersi: bersama-sama dengan ekstensor
digitores communi pada percabangan lateralis (lateral band). Bentuk fusiformi, dengan ukuran
besar separonya dari dorsal interosseus. Persarafan oleh n. ulnaris
 Interosseus dorsalis adalah otot untuk abduksi jari. Dua otot terletak pada sisi ulnar dan
radial jari tangan untuk abduksi jari ini kea rah radial dan ulnar, otot lainnya pada sisi
ulnar dari jari IV dan pada sisi radial jari II. Ibu jari dan kelingking mempunyai otot
abductor tersendiri. nPersarafan oleh n. ulnaris

Lumbrikalis terdiri dari 4 buah:


Mempunyai origo pada tendon dari otot fleksor dan insersi pada phalanx dorsal bersama
tendon dari grup ekstensor.
Merupakan otot yang lemah, fungsinya tidak begitu jelas, tampak jelas bila terjadi paralise,
pada fungsi jari telunjuk karena mempunyai insersi langsung pada tulang, terdapat sedikit
kelemahan pada waktu ekstensi. Keadaan defect dari otot lumbrikalis misalnya congenital
tidak menimbulkan kelainan klinis, karena fungsinya diambil oleh otot interosseus. Persarafan:
lumbrikalis pada telunjuk dan jari tengah oleh n. medianus, sedang pada jari manis dan
kelingking oleh n. ulnaris.
Keseimbangan antara ekstrinsik dan intrinsik
Otot ekstrinsik berfungsi terutama untuk memberi kekuatan pada tangan, sedang otot instrinsik
mengontrol gerakan halus jari tangan.
Antara otot ekstrinsik yaitu fleksor dan ekstensor tidak mempunyai kekuatan otot yang sama
dan bukan sebagai antagonis yang sempurna. Untuk efek balans adalah otot intrisik. Pada
sendi metacarpophlangeal otot intrinsic membantu fleksi jari untuk counter balance dari otot
ekstensor digitorus communis. Pada sendi inter phalangeal proksimal intrinsic membantu otot-
otot ekstensor ekstrinsik untuk counter balance terhadap fleksor ekstrinsik. Pada sendi inter
phalangeal distal, otot intrinsic membantu ekstensi untuk counter balance terhadap fleksor
digitorus profundus.
Otot lumbrikalis tidak mempunyai kekuatan yang berarti, tapi membantu ekstensi otot
interosseus dorsalis untuk fleksi jari. Otot interosseus dorsalis, bagian dorsal adalah untuk
lateral deviasi, tapi harus keadaan ekstensi dari sendi metacarpophalangeal. Jika terjadi
paralise otot-otot intrinsic maka akan terjadi gangguan keseimbangan kekeuatan otot. Terjadi
hiperekstensi dari sendi metacarpophalangeal, karena otot ekstensor lebih dominan, disebut
“Intrinsic Minus Hand” sebaliknya “Intrinsic Plus Hand”.
Persarafan Tangan
Bagian Palmaris tangan dan jari tangan adalah yang paling sensitive dan lebih sensitive lagi
pada ujung jari tangan. Miller mengemukakan bahwa terdapat 2500 ujung saraf pada area 9
mm2 . Konsentrasi dari ujung saraf memerlukan areal yang luas pada cortex cerebri. Kekuatan
untuk pegangan dikontrol oleh sensasi dari tekanan terhadap telapak tangan dan jari-jari, tidak
oleh muscle spindle pada otot. Secra klinis dapat dilihat pada penyakit dimanan terdapat
kehilangan dari sensasi. Misalnya: Syringo myelia dan Leprosy.
 Serabut sensori dari n. medianus mempersarafi ibu jari, telunjuk dan jari tengah serta
setengah bagian radial dari jari manis bagian distal jari-jari.
 Serabut sensori n. ulnaris mempersarafi kulit bagian dorsal dari jari manis, permukaan
dari jari kelingking.
 Serabut sensori dari n. radialismempersarafi kulit bagian dorsal ibu jari, telunjuk dan
jari tengah seperti pada sisi radial dan jari manis yang tidak dipersarafi n. medianus.

Lesi pada Saraf


Kerusakan pada n. medianus biasanya serig pada pergelangan menyebabkan kelemahan
otot-otot intrinsic yang dipersarafinya. Secara klinis terlihat intrinsic minus deformity jari
telunjuk, jari tengah dan sedikit jari manis. Ibu jari dalam keadaan adduksi, strofi dari
thenar. Kadang-kadang disertai kekakuan dari jari-jari tersebut di atas.
Kerusakan pada n. ulnaris pada pergelangan atau lebih bawah yaitu canalis dan guyor
yang terdapat di bawah lengkungan dari os hamatum dimana n. ulnaris membelok,
biasanya menyertai keadaan deformitas yang menyebabkan intrinsik minus jari manis dan
kelingking. Dikatakan makin ke proksimal lesi n. ulnaris makin sedikit kemungkinan
gejala intrinsik minus deformity. Untuk tes lesi n. ulnaris yaitu dengan Proment’s sign
pasien
Disuruh menjepit kertas antara ibu jari dan telunjuk. Tes posititf jika terjadi fleksi pada
ujung dorsal ibu jari, karena untuk adduksi ibu jari pasien ini dengan menggunakan otot
fleksor sebagai substitusi.
Kerusakan pada n. radialis,menyebabkan gangguan sensori, karena tidak ada otot yang
disarafi oleh n. radialis pada daerah pergelangan dan tangan. Lesi biasanya pada sulkus
spinalis os humerus atau pada axilla, menyebabkan dropped hand.
Gerakan Tangan
Gerakan tangan terdiri dari gerakan ibu jari lebih dominan terhadap jari-jari lainnya.
Secara anatomis ibu jari merupakan satu jari yang menumpu kekuatan paling besar di
antara jari lainnya.
Bunnel mengemukakan, bagaimana ibu jari disuplai oleh 4 otot ekstrinsik dan 6 otot
intrinsic, dan disuplai oleh n. radialis, n. ulnaris dan n. medianus.
Merupakan jari yang mempunyai gerakan paling luas pada semua gerakan sendinya
(Saddle Joint).
Ada 6 tipe untuk pengertian dari cara memegang:
1. Tip
2. Palmar
3. Lateral
4. Cylindrical
5. Spherical
6. Hook

Secara umum ada 2 pengertian memegang:


1. Picking up
2. Holding

Picking up terjadi:
 Palmar : 50 %
 Lateral : 33 %
 Tip : 17 %

Holding :
 Palmar : 80 %
 Lateral : 10 %
 Tip :2%

Kegunaan dari pada tersebut di atas, yaitu apabila kita akan membuat prothese tangan
untuk fungsi. Sebelum melakukan aktifitas memegang maka tangan kanan dalam
keadaan stabil dan seimbang.
Pergelangan ekstensi, ujung jari fleksi sendi metacarpophalangeal ekstensi dan posisi
ini dipertahankan oleh balans dari otot ekstrinsik maupun intrinsik.
Ibu jari, telinjuk dan jari tengah merupakan tripod sedang kelingking dan jari manis
sebagai support dan control dari kekuatan dan ketahanan.
Misalnya: pada gerakan memegang hammer reflex, memegang scalpel pada incisi dan
pada waktu mengikat tali sepatu dll.

DEFORMITAS PERGELANGAN TANGAN DAN TANGAN


Pada Rheumatoid Arthritis
Rheumatois Arthritis adalah penyakit sistemik, yang menyerang terutama bagian
jaringan ikat, sehingga dapat mengenai organ-organ tubuh yang mempunyai jaringan
ikat. Tapi inflamasi pada sendi merupakan yang paling dominan dan memberikan
gejala klinis terutama pada synovitis atau tendinitis. Pada sendi pergelangan tangan
bias terjadi baik dorsal atau volar synovitis.
Dorsal Synovitis
Pada sebagian besar kasus terjadi mula-mula pembengkakan pada bagian ulnar dari
sendi pergelangan tangan, karena terjadi tenosynovitis dari sarung tendon m. ekstensor
carpi ulnaris kemudian diikuti synovitis dari sendi radio ulnar bagian distal. Kemudian
menyebar melalui synovium sendi dan menybabkan kerusakan ligament yang menahan
bagian ulna, sehingga terjadi subluksasi dari ulna. Terjadi juga perubahan pada tulang
sering pada Lister’s Tubercle dan perubahan struktur tulang tersebut menyebabkan
rupture dari tendo karena kompresi. Pada stadium akhir interosseus ligament terkena
menyebabkan subluksasi tulang-tulang karpal.
Volar Synovitis
Gejala awal dari synovitis ini sulit dideteksi karena struktur dari tendo otot-otot fleksor
tertututp kuat oleh retinakulum dan fascia Palmaris. Paling sering secara klinis adala
Carpal Tunnel Syndrome.
Tindakan untuk kelainan di atas dapat dipertimbangkan sbb:
1. Darrack’s procedure : yaitu amputasi bagian distal ulna jika subluksasi
disertai nyeri pada pergerakan
2. Pada stadium akhir : dilakukan arthrodesis
3. Pada carpal tunnel syndrome jika tidak ada respons terhadap terapi
konservatif, misalnya istirahat, anti inflamator, steroid, maka tindakan
bedah yaitu: merelaksasi fleksor retinakulum

Pada tangan dan jari, rheumatoid arthritis dapat menyebabkan kelainan:


1. Deformitas sendi metacarpophalangeal (MCP)

Yaitu: deviasi ke ulna dan subluksasi ke volar dari phalanx proximal,


penyebabnya adalah:
(a) Faktor fisiologis:
 Gravitasi
 Tekanan dari ibu jari pada waktu memegang
 Pada aktifitas pegangan yang kuat
 Tendo flexor yang cenderung untuk menyebabkan subluksasi
(b) Bentuk anatomi:
 Asimetri dari caput metacarpal
 Asimetri dari ligament kolateral
 Asimetri dari otot-otot intrinsic
 Arah perjalanan dari tendo otot fleksor
(c) Akibat penyakitnya sendiri:
 Osteoporosis
 Pegangan dari lig. Collaterale karena synovitis
 Pegangan lig. Accessory collaterale karena synovitis
 Inflamasi dari sarung tendon menyebabkan ruangan untuk terjadi
subluksasi
 Kontraktur dan spasme otot-otot intrinsic
 Dislokasi dari tendon ekstensor pada MCP

2. Deformitas sendi jari (DIP, PIP)


(a) Subluksasi ke arah ulnaris, seperti pada MCP
(b) Deformitas dari ibu jari terjadi pada 50% kasus rheumatois arthritis.
Biasanya tidak bisa fleksi pada MCP dan hiperekstensi dari PIP
(c) Swan neck deformity. Hiperekstensi dari sendi PIP dan fleksi dari sendi
DIP. Pasien ini tidak bisa memegang dengan tangan tapi masih bisa dengan
ujung jari (pinching).
(d) Boutonmiere’s deformity: fleksi dari PIP, ekstensi atau hiperekstensi DIP

Kepustakaan:
1. Reyes, Tyrone & Reyes Ofelia B. Luna, Kinesiology vol.4. The Philippines
Physical Therapy Text Book Series, UST Printing Office, Manila
Philippines, 1978.
2. Steindler, Arthur, Kinesiology of the Human Body, Charles Thomas C.
Publisher, Illnois USA, 1964.
3. ynn . ippert, linical Kinesiology and Anatomy, 5 th edition E.A. Davis Company,
Pjiladelphia, USA, 20
KINESIOLOGI KOLUMNA VERTEBRALIS / TULANG BELAKANG / TRUNK

Kolumna Vertebralis ( CV ) atau Spine, dibentuk oleh bagian ruas tulang yang dapat
bergerak satu sama lain yang masing-masing dihubungkan secara erat oleh ligamenta dan
tulang otot.
Columna Vertebralis terbentuk untuk beberapa tujuan :
1. Columna vertebralis merupakan tongkat yang tegak secara tetap, seolah-olah tertanam
pada pelvis dan menjaga tubuh pada posisi tegak.
2. Membawa rongga dada dan menahan keseimbangan antara columna vertebralis dan
rongga abdomen.
3. Tempat lekatnya otot-otot para vertebralis yang kuat dan mempunyai fungsi
mempertahankan stabilitas tulang belakang.
4. Tempat asal semula dan lekatnya shoulder girdel dan pelvic gilder.
5. Sebagai tempat pelindung medulla spinalis.
6. Selain berperan sebagai alat penyangga statik juga berperan dalam fungsi kinetik.

Menurut RENE CAILLIET, Columna vertebralis manusia harus dianggap masih


termasuk dalam fase evaluasi adaptasi tubuh manusia terhadap gaya gravitasi. Sangat banyak
problem manusia akibat tidak sesuainya struktur anatomi dan fungsi tulang belakang sebagai
penahan utama dari posisi tegak. Salah satu usaha untuk mengatasi / menahan beberapa
penyakit yang dapat membuat manusia menderita dan mengurangi akibat stress yang
mengganggu tulang belakang dalam kehidupan sehari-hari adalah mengerti bentuk dan dapat
mengevaluasi fungsi Columna vertebralis.

STABILITAS COLUMNA VERTEBRALIS

Stabilitas Columna vertebralis dipengaruhi oleh adanya Curvatura ( lengkungan )


tulang belakang dan letak Center of gravity.

1. Curvatura.
Sejarah terjadinya posisi tegak pada manusia ( individu ) ada hubungan dengan
perkembangan Curvatura pada anak ( Primer ) pada arah antero-posterior dan Columna
vertebralis dewasa. Pada waktu lahir lengkung primer Columna vertebralis adalah dua buah,
yang mana permukaan cembung keduanya menghadap ke belakang yaitu kipotik torakal dan
sakral ( Thoracal dan Sacralkhypotik Primary Curve ).
Pada usia 2-3 bulan dimana kepala anak mulai tegak, lengkung kompensasi lordosis cervicalis
timbul. Bila anak mulai berdiri dan jalan, tumbuh pula lengkung kompensasi cordatik
lumbalis. Kedua lengkung diatas baru disebut Lengkung sekunder ( Secondary Curvature )
yang memungkinkan berdiri tegak yang seimbang dengan usaha yang ringan dari columna
vertebralis.
Dalam kehidupan sehari-hari lengkung sekunder ini menjadi datar sehingga terjadi perubahan
letak pusat gaya tarik bumi ( Center of gravity ). Untuk mengembalikan atau menahan gerak
perubahan letak center of gravity maka otot pada vertebralis harus aktif.
Dalam keadaan normal, bila tubuh dalam keadaan posisi tegak (erect posture) hanya beberapa
otot yang aktif untuk menahan stabilitas tubuh dan secara intermittent otot berkontraksi bila
posisi tubuh berubah ( goyah ). Secara electromyography otot belakang sangat aktif, bila
terjadi fleksi tubuh kedepan sampai batas maksimal sehingga berhenti dan selanjutnya diambil
alih / ditahan oleh ligamenta. Itulah sebabnya banyak atlit angkat berat yang menderita cedera
urat dan tulang pada permulaan mengangkat, sebab pada fleksi maksimal otot tidak aktif dan
berat badan hanya ditahan oleh ligamenta.
Posisi tegak yang statis merupakan masalah sekitar keseimbangan yang tergantung
kepada netralisasi gaya tarik bumi oleh lawan gaya interna ( Internal counter force ).
Memperhatikan hebatnya gaya internal dan eksternal yang berpengaruh pada center of
gravity maka Basma yang mengambil kesimpulan bahwa paling sedikit energi expediture
untuk mempertahankan posisi keseimbangan posture adalah posisi terlentang ( recumbent
posture ).

2. Center of gravity ( CG ).
Dalam menilai posture atau tubuh yang baru bergerak maka lebih mudah dipahami bila
tubuh secara keseluruhan dianggap sebagai masa yang terkonsentrasi pada satu titik tersebut
center of gravity. Letak center of gravity yang disepakati bersama adalah satu inchi didepan
sakral dua. Garis yang melewati titik CG disebut Line of Gravity ( garis gravitasi ).
Menurut Kendale garis gravitasi ini berjalan tegak dan dilihat dari samping akan melalui
meatus acusticus externus, melalui badan tulang cervical dan lumbal melalui promotarium lalu
berjalan dibelakang sendi paha, didepan lutut dan akhirnya sedikit disebelah depan maeleolus
lateralis.
Menurut R. Cailler garis gravitasi akan melalui proses mastoid badan T1 dan T12.
Suatu hal yang penting perlu diperhatikan bahwa titik potong ini dianggap tepat,
sehingga bila daerah diantara dua titik potong curvanya berubah, maka akan menimbulkan
perubahan pada curva yang lain. Hal ini terjadi untuk menjaga stabilitas dari tubuh.Bila jarak
antara tulang lumbal dan sakral berubah maka akan mempengaruhi lengkungan daerah
lumbale hyperlordosis. Secara fisiologis hyperlordosis terjadi pada wanita sebab sudut
lubosakralnya lebih besar bila dibandingkan dengan laki-laki.

STRUKTUR UMUM DAN FUNGSI TULANG BELAKANG


Secara umum tulang belakang terdiri dari tulang cervical 7, tulang toracal 12, tulang
lumbale 5, tulang sacral 5 yang bersatu menjadi Os Sacrum dan tulang coccygis 4, yang
bersatu seluruhnya berjumlah 33 buah. Pada daerah toracal terdapat bangunan seperti sangkar
burung ini adalah sebelah belakang tulang belakang 12 dan bagian belakang 12 costa, sebelah
lateral adalah bagian lateral 12 costa, sebelah depan adalah 12 tulang rawan dan satu tulang
sternum. Dinding sangkar burung rongga dada ini dipisahkan oleh 12 ruang antara iga
( spatium intercortale ) yang berisi otot intercostal dan syaraf serta pembuluh darah.
Bila diperhatikan susunan kadarnya masa tulang belakang dari atas sampai kebawah,
maka dari cervical sampai ke lumbal akan membentuk segitiga tegak sama kaki dan dari
lumbal 5 sampai os coccygis akan membentuk segitiga terbalik dengan alas kaki yang
berhimpit. Perkembangan besarnya masa ruas tulang belakang ini berhubungan erat dengan
makin tambah besarnya beban berat yang dipikulnya. Tulang lumbal akan terbesar
dibandingkan dengan cervical pertama sebab terberat memikul beban. Sampai ke lumbosacral
beban dipindahkan ke sendi paha. Akibatnya tulang sacral pertama akan lebih besar daripada
tulang sacral 5 begitu juga dengan tulang coccygis. Perubahan dari curvatura columna
vertebralis dipengaruhi oleh letak pelvis, letak pelvis yang normal adalah SIAS dan symphisis
pubis pada satu bidang frontal.
Gambar : -1 lihat lampiran
Pubis hampir tegak, letak garis spina iliaca anterior superior ( SIAS ) dan spina iliaca posterior
inferior adalah datar. Pada posisi ini memungkinkan pelvis berputar ke depan ( anterior tilt ).

ANATOMI DARI TULANG

Tulang belakang mempunyai ciri-ciri umum dan khusus yang dimiliki oleh tiap jenis
kelompok tulang belakang. Ada 2 kelompok besar dari tulang belakang :
1. Tulang typical yang mempunyai sifat hampir sama.
2. Tulang a-typical yang mempunyai ciri-ciri khusus.
Seluruh tulang belakang dibagi atas 2 bagian fungsional yaitu :
1. Bagian depan / segmen depan ( Anterior compartement / Anterior segment ) fungsi
utama menahan berat.
2. Bagian belakang / segmen belakang ( Posterior compartment / Posterior segment )
yang berfungsi melindungi medulla spinalis dan tempat lekatnya ligamenta dan otot,
neural arch ( lengkung neural terdiri dari processus spinosus, 2 pasang pendikel dan
lamina, processi transversus dan fasia alticularis superior dan inferior ). Antara dua
ruas tulang belakang dibentuk cabang yang disebut foramen intervertebralis yang
dibatasi sebelah atas dan bawah oleh pedikel.

Gambar : -2 lihat lampiran


Foramen intervertebralis ini akan menyempit pada gerak ( kedua foramen ) atau lateral fleksi (
pada sisi arah gerak ).
Canalis spinalis akan menyempit sewaktu ekstensi dan memendek sewaktu fleksi.

1. ARTICULASI TULANG VERTEBRALIS.


Tulang belakang secara regional memperlihatkan perbedaan, sehingga dengan mudah
dapat dikenal asal grup tulang tersebut.
Perbedaan tampak baik pada besar dan bentuk corpus, processus, jumlah dan jenis artikulasi,
bentuk discus, letak dari facies articularis, dan bentuk ligamenta yang menghubungkan tulang
satu sama lain.
Akibat dari adanya perbedaan ini menimbulkan perubahan pada tulang belakang yaitu adanya
curvatura ke depan ( lordosis ) dan ke belakang ( kyposis ), derajat kebebasan dari sendi pada
tiap kelompok tulang belakang.
Perbedaan ini harus menjadi pegangan dalam pemeriksaan fisik tiap daerah tulang belakang
pada prinsip pengobatan dan pencegahan.

1.1. Lokasi Articulasi

1.2.
1.2.1. Tulang Cervical.
Tulang cervical mempunyai ciri-ciri khusus yaitu processus transversus mempunyai
lubang disebut foramen transversum, processus articularis pendek, mempunyai fascies
articularis 5 buah, berhubungan dengan tulang yang berdekatan. Ke 5 articularis
tersebut terdiri dari :
1. Satu articularis corpus vertebral yang dipisahkan oleh diskus intervertebralis
terletak di depan dan bersifat sendi cartikasinus.
2. Dua sendi oncovertebral von luscha terletak pada sisi luar bagian ujung
belakang corpus bersifat sendi palsu ( false joint / pseudo arthosis ) tidak
dibatasi membrana synovial dan dibentuk oleh proyeksi tulang yang disebut
processus uncinatus. Dalam keadaan patologis dapat menikam jaringan sensitif
sehingga menimbulkan nyeri leher.
3. Dua articulasi facet terletak dibelakang corpus pada batas pedikel dan lamina
merupakan sendi sejati ( true joint ) sebab mempunyai membrana synovium,
rongga sendi dan cairan sendi.
Letak fascies articularis adalah pada bidang oblique sedikit miring, dari atas dan
depan menuju ke bawah berubah miring ke arah bawah belakang. Secara
keseluruhan sendi “tulang cervical” memungkinkan gerakan sendi seperti SADEL
sehingga dapat terjadi gerak dengan derajat kebebasan tiga yaitu fleksi ekstensi
pada bidang sagital, lateral fleksi pada bidang frontal dan rotasi pada bidang
horizontal. Orientasi dari facies yang oblique ini mudah menimbulkan dislokasi
akibat trauma tanpa adanya patah tulang.
Pada daerah cervical ada dua tulang a-typical :
1. Tulang Atlas dengan perbedaan tidak adanya corpus, facies articularis superior
yang luas dan cekung, berhubungan dengan bagian menonjol condylus occipitalis.
Gerakannya berupa ayunan atau Rocking motion sehingga menimbulkan gerak
fleksi. Sendi atlanto occipital ini disebut Yes Joint ( sendi angguk ).
2. Tulang AXIX ( Epystropheus )
Tulang ini mempunyai tonjolan corpus disebut DENS atau Processus odontoid
berhubungan dengan lengkung depan tulang Atlas dikuatkan oleh ligamentum
transversum sehingga sendi ini seperti “poros roda” ( pivot ). Akibatnya tulang
atlas dapat berputar. Adanya gerak putar ini menyebabkan sendi Atlas-Axis disebut
No Joint dan gerak putar seluruh leher 50% terletak pada sendi ini.

1.2.2. Tulang Thoracal ( dorsal ).


Tanda-tanda khusus adalah corpus lebih besar dari cervical dan berbentuk seperti
jantung, facies articularis T1 - T10 hampir terletak frontal, facies superior ke arah
belakang sedang facies inferior ke arah depan. Akibat adanya letak facies seperti ini,
maka ruang gerak sendi T1 – T10 ke arah fleksi dan ekstensi terbatas. Bila ada gerakan
harus disertai fraktur costa. Facies articularis T11 – T12 lebih ke arah sagital sehingga
ruang gerak sendi fleksi - ekstensi lebih bebas dan dengan adanya costa dan discus
akan mengurangi kebebasan sendi. Walaupun demikian gerakan masih ada sekitar 5˚.

1.2.3. Tulang Lumbal.


Tanda-tanda khusus tulang lumbal bentuknya lebih besar dan masif, processus
spinosus lebih besar. Hal ini ada kaitannya dengan fungsi menahan berat yang lebih
besar antara L1 – L4 dengan letak facies articularis pada bidang sagital sedangkan
antara L1 – L5 berubah ke bidang frontal. Gerakan yang timbul adalah fleksi dan
ekstensi sebab facies articularis terletak pada bidang sagital. Gerakan ini lebih mudah
karena facies articularis dan discus lebih luas sehingga ekstensi hanya terbatas oleh
adanya processus spinosus yang panjang. Gerak lain yang dapat dilakukan adalah
lateral fleksi
1.2.4. Tulang Sacro Iliaca.
Os sacrum berbentuk segitiga terbalik dan merupakan fusi dari 5 os sacrum. Tulang S1
menghadap ke kepala dan hanya tiga tulang sacrum berhubungan dengan os ilium
melalui sendi sacro iliacal. Sendi ini bersifat true joint sebab mempunyai cavum den
membrana synovium diperkuat oleh ligamentum sacroiliaca. Sehingga ruang gerak
terbatas. Bila hamil pada wanita ligamenta ini lebih rilex / longgar, sehingga ruang
gerak sendi lebih mudah.

1.2.5. Tulang Coccygis


Terdiri dari 3 – 4 segmen yang bersatu membentuk tulang rudimenter, kecuali yang
pertama yang lebih nyata.

1.3. Ligamenta yang memperkuat Articulasi


Ligamenta yang memperkuat stabilitas articulasi adalah ligamenta yang menghubungkan :
1. Corpus dengan corpus
2. Antara processus transversus dan
3. Antara processus spinosus ligamenta yang menyatukan tulang belakang dibagi atas :
1. Ligamen : sistem tractus longitudinalis yang mengikat tulang belakang dalam
suatu sistem mekanik ( mechanical system ) disebut Inter Segmental Ligament.
2. Ligamen sistem longitudinal yang menguatkan hubungan ruas tulang satu sama
lain disebut Intra Segmental Ligament.
3. Ligamen yang menguatkan sendi dan kapsulnya.

1.3.1. Ligament Inter Segmental


1.3.1.1. Yang menguatkan corpus vertebral terdiri dari
1. Ligamentum longitudinale anterior berjalan dari tuberculum Os occipitale menuju
ke bawah sepanjang bagian anterior corpus sampai ke Os sacrum yang lebarnya
makin tambah ke arah bawah. Waktu ekstensi ligamen menjadi tegang dan longgar
bila fleksi.
2. Ligamentum longitudinale posterior berjalan dari basis cranii dan corpus vertebral
menjadi sempit didaerah lumbal dan Os coccygis. Ligamenta menjadi tegang
sewaktu fleksi dan longgar sewaktu ekstensi.
1.3.1.2. Ligamenta yang menyatukan columna posterior ( ligamentum supraspinosus ).
Ligamenta berjalan dari protuberantia occipitalis externa turun ke bawah menjadi
ligamentum nuchae, kemudian melanjutkan diri sepanjang puncak processus spinosus
sampai ke Os sacrum. Ligamen ini tegang sewaktu fleksi dan rileks sewaktu ekstensi.
1.3.2. Ligamentum Longitudinal Intra Segmental. Terdiri dari :
1.3.2.1. Ligamentum inter spinosa terbentang antara processus spinosus.
1.3.2.2. Ligamentum inter traversum terbentang antara processus tranversus.
1.3.2.3. Ligamentum flavum berjalan didepan lainnya atau arcus merupakan ligamenta
yang luas dan datar
1.3.2.4. Ligamentum yang memperkuat sendi atlanto occipital dan atlanto axial.
Ligamenta ini merupakan modifikasi ligamenta sebelumnya.
Gambar : -3
Pada daerah tertentu sendi dan kapsul diperkuat oleh ligamenta :
1. Antara tulang Atlas dan Os occipital oleh ligamentum accesorium.
2. Antara odontoid dan acciput oleh ligamentum aloris.
3. Antara Atlas dan axis oleh ligamentum atlanto axial.
4. Kapsul articulasi intervertebralis dikuatkan oleh ligamentum flavum.
5. Sendi sacro iliaca oleh ligamentum sacro iliaca.

1.4. Diskus Intervertebralis ( Non Contractile Soft Structure )


Diskus intervertebralis menghubungkan dua ruas tulang belakang dan merupakan 25%
seluruh panjang columna vertebralis. Diskus tidak ada antara C1 dan Occiput serta antara
C1 – C2.
1.4.1. Fungsi dari Diskus :
1. Menyatukan ruas tulang belakang membentuk columna vertebralis.
2. Memungkinkan adanya gerakan pada tulang belakang makin besar. Diskus
makin luas maka gerakan makin bebas.
3. Memungkinkan terbentuknya curva / lengkungan tulang belakang terutama
pada tulang lumbal dan cervical.
4. Karena sifat mampu mengisi sendiri cairan sehingga seperti bursa elastik maka
diskus berfungsi sebagai shock breaker.
5. Karena ada cairan dalam diskus, maka diskus dapat mendistribusikan tekanan
secara sama rata ke seluruh bagian arah.

1.4.2. Struktur dari Diskus.


Diskus merupakan lempeng cartilago hyalin yang melekat dengan corpus vertebra
dengan annulus fibrosus bersifat semi permeable.
Terdiri dari dua bagian :
1. Sebelah luar disebut fibrosus yang sebelah depan lebih tebal
2. Sebelah dalam adalah nucleus pulposus mengisi 40% dari diskus dan 80% berisi air
yang berfungsi sebagai bantalan pengantar dan distributor tekanan berdasarkan
hukum Pascal. Cairan banyak mengandung protein poli saccharida yang dapat
menghisap air.
1.4.3. Vascularisasi dan Inervasi Diskus.
Vascularisasi hanya berjalan sampai usia dekade ke 2 dan selanjutnya adalah akibat
proses osmose yang terjadi selama proses kompresi dan relaxasi, seperti bursa dalam
air. Inervasi tidak jelas dan terbatas pada daerah annulus bagian belakang.
1.4.4. Sifat Diskus Pada Daerah Tulang Belakang.
1. Pada daerah cervical diskus adalah besar dibandingkan dengan besarnya corpus.
Bagian depan lebih tebal, sehingga memungkinkan adanya lordosis cervicalis dan
letak nukleus lebih ke depan.
2. Pada daerah torakal.
- Diskus tebalnya sama sehingga adanya kyposis thoracalis adalah akibat
diskus bagian depan lebih tipis.
- Diskus bagian depan lebih tebal terutama jelas ampak pada L5. Akibatnya
timbul lordosis lumbalis. ( gambar : -4 )
1.4.5. Gerak dan Tekanan pada Diskus.
1.4.5.1. Diskus isinya akan bergerak selama perubahan gerak posisi tulang disertai
perubahan bentuk WEDGE.
- Bila fleksi maka bagian belakang annulus teregang dan nucleus bergerak ke
belakang. Kejadian dan sebaliknya selama ekstensi.
- Bila fleksi lateral ke arah kanan maka anulus sebelah kiri teregangkan dan
nucleus bergerak ke arah kiri.
1.4.5.2. Tekanan dalam diskus akan berubah sesuai dengan letak posisi tubuh, berat
tubuh dari beban yang dibawa. Menurut ”NACHEMSON” bila seseorang mempunyai
berat badan 70 kg, maka tekanan pada diskus L3 adalah :
1. Waktu duduk 140 kg.
2. Waktu berdiri 100 kg.
3. Waktu duduk bungkuk ke depan 20 kg – 190 kg.
4. Waktu duduk bungkuk ke depan 20˚ dan membawa beban 20 kg – 270 kg.
5. Waktu bersandar 70 kg.
6. Waktu terlentang 16 kg.
7. Waktu berdiri dan bungkuk ke depan sambil membawa beban 50 kg – 300 kg.
Otot tubuh yang kuat terutama otot perut dan otot pada vertebral, yang memungkinkan
tekanan intra abdominal dan intra thoracal meninggi, dapat mengurangi tekanan pada
diskus 30%. Inilah prinsip pemakaian korset yang bersifat sementara, sebab pemakaian
korset yang lama akan melemahkan otot tersebut. yang terbaik adalah menguatkan otot
diatas.

1.5. Otot sekitar Columna Vertebralis


Otot tubuh dibagi atas kelompok besar :
1. Bagian posterior berfungsi untuk memulai gerakan dan mengontrolnya.
2. Bagian depan terutama untuk fungsi pernafasan dan yang lainnya untuk mengontrol
posture.
1.5.1. Otot Posterior.
Berjalan dari occiput sampai ke Os sacrum dengan beberapa arah melewati 2 sampai 6
tulang, berlapis superfisial dan dalam. Otot sekitar leher pendek.
Secara garis besar otot dibagi dua kelompok.
1.5.1.1. Kelompok transverso castalis ( superfisialis )
- berjalan dari medial ke lateral
- berfungsi sebagai otot ekstensi lateral fleksor dan rotator ke sisi yang lain.
1.5.1.2. Kelompok transverso spinal ( dalam )
- berjalan dari medial ke lateral
- berfungsi sebagai otot ekstensi lateral fleksor dan rotator ke sisi yang lain.
1.5.2. Otot Bagian Depan.
Otot dinding rongga abdomen terdiri dari :
1. Mm Rectus abdominis berfungsi sebagai fleksor.
2. Mm Liqus sebagai otot rotator dan lateral fleksor. Bila keduanya aktif akan
menyebabkan fleksi ( membantu M. Rectus abdominis sewaktu bangkit dari tidur
terlentang ke depan / M Rectus yang aktif ).
Pada waktu berdiri tegak otot tubuh terutama otot anti gravitasi tidak semuanya aktif.
Selama berdiri berat tubuh ditampung oleh tumpuan tulang tulang-tulang sendi
sehingga otot sedikit yang aktif mempertahankan stabilitas / keseimbangan tubuh.
Atas hasil catatan Electromyography ( EMG ) maka selama berdiri tegak, otot yang
aktif hanyalah :
1. M. Temporalis untuk mempertahankan sendi temporo mandibular dan gigi tetap
kontak satu sama lain.
2. M. Supra spinatus untuk mencegah sub luxatio gelang bahu.
3. M.m Erector leher menegakkan leher terkulai ke depan.
4. M.m Erector spinae untuk mempertahankan stabilitas tubuh pada posisi tegak.
5. M. Iliopsoas mencegah hiperekstensi sendi paha.
6. M. Oblique abdominis internus mencegah hernia inguinalis.
Sewaktu bangun dari tidur ke duduk otot perut mulai aktif sedangkan bungkuk ke
depan dan berdiri M iliopsoas aktif. Aktivitas otot ekstensor belakang ( erector spinal )
aktif pada posisi fleksi ringan untuk mencegah jatuh ke depan. Bila fleksi ke depan
banyak, otot tulang belakang tidak aktif. Maka dari itu atlit angkat berat akan
menderita rupture ligament sewaktu mengangkat barbel karena otot tidak aktif.
Kekuatan mengangkat barbel hanyalah mengandalkan tenaga bohong.

1.6. Susunan Saraf Spinal.


Susunan radix saraf spinal waktu keluar dari tulang belakang berbeda. Hal ini disebabkan
perkembangan embryonal tulang belakang yang lebih cepat dibandingkan medulla
spinalis pada usia 3 bulan dalam kandungan. Radix keluar dari foramen secara horizontal
dan mempunyai nama yang sesuai dengan vertebra yang berdekatan. Setelah bulan ke 3
terjadi perbedaan pertumbuhan sehingga akhirnya conus hampir pada L3 sewaktu lahir
dan akan terletak pada L1 – 2 pada usia lima tahun sampai dewasa. Nama radix
dihubungkan dengan segmen tulang yang berdekatan berbeda. Nama radix untuk cervical
sesuai dengan nama vertebral dibawahnya, sedangkan untuk torakal sesuai dengan radix
diatasnya. Contoh : antara C2-3 radix yang keluar radix C3, antara Th2-3 yang keluar
radix Th2.
GERAK COLUMNA VERTEBRALIS
Gerak Columna vertebralis secara lokal akan ditentukan oleh sifat articulasi dari tiap
kelompok tulang belakang.
1. Pada daerah cervical.
Gerak tulang cervical dimulai oleh gerak sendi C1 dan occipital dan C1-2, selanjutnya
diikuti oleh gerak antara C2-C7. Antara C4-C6 adalah paling mobile. Fleksi yang
terbanyak pada daerah mid cervical antara C4-C5 dan C5-C6, sedangkan untuk gerak
ekstensi terbanyak antara C4-5. Gerak maksimal fleksi ekstensi memungkinkan.
Mudah terjadi aus tulang, sehingga timbul degenerasi tulang dan yang terbanyak
terjadi antara C4-6

Gambar : -5
TABEL GERAK TOTAL TULANG CERVICAL
JENIS GERAK DAERAH GERAKAN
ATLAS OCC ATLAS AXIS C2 – C7 TOTAL
FLEKSI 10˚ 5˚ 45˚ 60˚
EKSTENSI 25˚ 10˚ 45˚ 80˚
LAT. FLEKSI 5˚ 10˚ 30˚ 45˚
ROTASI - 45˚ 30˚ 75˚

2. Pada daerah Thoracal


Gerak pada tulang thoracal terbatas, akan tetapi masih ada gerak fleksi ekstensi dan
lateral fleksi 5˚. Rotasi terjadi akibat gerak kompensasi sewaktu fleksi ke arah lateral
( rotasi untuk menambah lurus dan memanjangkan kurva ).
3. Daerah Lumbal
Gerak pada daerah lumbal adalah fleksi-ekstensi, lateral-fleksi. Dari seluruh gerak
pada daerah lumbal dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel gerak Lumbo Sacral.
JENIS GERAK DAERAH GERAK
L4 – S1 L1 – L4 TOTAL
FLEKSI EKSTENSI 80% 20% 100%
L4 – L5 : 20% - 25%
L5 – S1 : 60% - 75%
LATERAL FLEKSI 20% 20%
Dari seluruh gerak daerah lumbal : 80% - 90% diambil oleh L4 – S1 pada daerah
L5 – S1 :
- 20% - 25% pada daerah L4 – L5.
- 60% - 70% pada daerah L5 – S1.
Antara L5 – S1 terdapat sudut lumbosacral. Sudut lumbosacral diukur sebagai
pertolongan garis yang ditarik diatas S1 dan garis horizontal.
4. Gerak pada sendi lumbale tidak lepas dari gerak pelvis pada sendi paha, terutama
setelah fleksi ke depan lebih dari 90%. Maka dari itu terjadi hubungan gradasi ratio
yang secara gradual dan halus antar sendi lumbal. Hubungan rational gerak ini disebut
lumbal pelvic rhythm.
Lumbal pelvic rhythm adalah gerak simultan dengan ratio yang rhythmis antara gerak
fleksi ekstensi lumbal dan rotasi pelvis. Kumpulan gerakan yang terdiri dari gerak
tubuh melengkung ke depan dan kembali pada posisi tegak. Pada beberapa phase yang
dibentuk untuk mencapai fleksi lumbal total, pendataran curva daerah lumbal harus
disertai dengan perputaran pelvic yang proposional.
Gambar : -6 ( lihat lampiran )
Pada lumbal pelvic rhythm total kerah fleksi terjadi :
1. Posisi awal columna vertebralis pada posisi statik tegak, sudut lumbosacral A˚,
center of gravity dan garis gaya gravitasi satu garis, tulang lumbal pada posisi
lordosis ( x ).
2. Posisi berubah ke arah fleksi sehingga lordosis lumbalis berubah berlawanan
dengan lordosis ( x ), center of gravity, bergerak ke belakang, perputaran pelvis
hingga sudut lumbosacral mencapai besar B˚.
3. Pada posisi ini tulang lumbal telah melewati phase pendataran dan telah mencapai
fleksi maksimal, disertai rotasi penuh sendi pelvis sampai mencapai sudut C. Sudut
lumbosacral diukur antara garis melalui bagian atas S1 dan garis horizontal.
Phase Kebalikan Lumbal Pelvic Rhythm.
Gambar : -7 ( lihat lampiran )
1. Fleksi lumbal 2. Pendataran 3. Ekstensi 4. Lordosis 5. Columna vertebralis
tegak.
Dua stadium yang menyebabkan tabel radix terjepit.
1. Pada waktu stadium pendataran segera menjadi hiperlordosis pada waktu bergerak
dari fleksi.
2. Adanya rotasi dari tulang lumbal, ke arah lateral tanpa scoliasis.
Pada peristiwa 1 – 2 segera terjadi penyempitan membrana synovium disertai reflex
proteksi spasme otot. Adanya spasme otot menyebabkan komponen pada diskus dan
secara spontan menambah penekanan pada diskus dan facet posterior.
Peristiwa ini disebut Acut facet imprigement.
Pada lumbal pelvic rhythm, ada dua hal yang menyebabkan timbulnya hambatan
( kelainan ) pada stadium yang berjalan :
1. Bila otot hamstring kaku, maka putaran pelvic terhambat hingga pendataran
lumbale terganggu dan otot, ligamenta sangat diregangkan. Akibatnya rasa nyeri
punggung timbul.
2. Bila otot para lumbale kaku, maka pada phase pendataran tidak terjadi dan
peregangan hamstring berlebihan. Akibatnya timbul nyeri pada daerah lumbosacral
dan hamstring serta lumbal pelvic rhythm tidak terjadi sempurna.

KELAINAN PADA TULANG BELAKANG

1. Hernia Nucleus Purposus


Karena tahanan berat badan pada diskus, maka diskus kemungkinan besar akan rupture
atau dislokasi. Rupture atau slip atau hernia diskus paling banyak pada daerah L5 – S1
dan L4 – L5. Berikut pada daerah thoracal, hanya kadang-kadang saja. Lokasi hernia
terutama pada daerah postero lateral sebab :
1. Strees terbanyak yang menyebabkan degenerasi terdapat pada annulus fibronus
posterior.
2. Annulus posterior.
3. Setelah postero lateral terbuka sebab ligamentum longitudinale di bagian
posterior tidak ada / tidak komplit.
KINESIOLOGI SENDI LUTUT

Sendi lulut dibentuk oleh bagian distal dari femur, bagian proximal dari tibia, dan
menisceus serta patella.
Dalam tubuh manusia, beban sandi lutut sangat besar dibandingkan dengan sendi-sendi yang
lain., permukaan sendi lulut lebar karena berfungsi sebagai penyanga berat badan, gerak sendi
yang luas dan terletak diantara 2 luas yaitu femur dan tibia. Pergerakan sendi dan lutut adalah
memendek dan memanjangkan anggota bawah dalam rangka gerakan ambulasi.
Dilihat dari jenisnya, sendi lutut termasuk sendi ginglimus, dengan gerakan, flexi extensi =
130 derajat.
Permukaan sendi dari bagian distal femur mempunyai 2 permukaan yang terdiri, dari bagian
anterior yang disebut permukaan patellar dan bagian posterior yang disebut dengan permukaan
tibia.
- Permukaan patellar berbentuk sadel/pelana dengan bentuk asimetris dengan sisi bagian
lateral yang lebih luas dan lebih convex daripada sisi bagian medial. Bagian ini
bersendi dengan Patella.
- Permukaan tibial femur, berbentuk datar dibagian antero lateral dan melengkung
dibagian postero lateral.
Bagian permukaan inferior dari femur dibentuk oleh 2 condilus, dengan permukaan berbentuk
U yang disebut dengan fossa intercondilar. Tibial platear mempunyai 2 permukaan , bagian
medial berbentuk oval, lebih dalam dan lebih concove (cembung) dari lateral.
Patela terdiri dari tulang sesamoid yang terletak dekat perlekatan dari otot quadriceps.
Kontraksi quaddriceps akan mencegah terjadinya dislokasi ke lateral dari tibia, juga mencegah
condylus lateralis dari femur lebih menonjol.
MENISCUS (SEMILUNAR CARTILAGE)

Untuk mengkomprensir permukaan yang tidak sama antara condylus femoralis dan
condilus tibialis, dihubungkan oleh meniseus yang merupakan fibrocartilago diantara kedua
tulang.
Fungsi dari meniscus adalah sebagai penghubung antara femur, tibia dan capsul sendi, sebagai
distributor tekanan dalam sendi lutut, menaikan elastisitas dan sebagai pelumas sendi.
Ada 2 macam meniscus yaitu : - Meniscus Medialis
- Meniscus lateralis

Meniscus medialis mempunyai ukuran 10 mm, dengan bagian posterior lebih lebar dari
bagian tengah. Meniscus madialis lebih melengkung dari meniscus lateralis.
Meniscus lateralis mempunyai ukuran 12- 13 mm. Bagian anterior dan posterior
melekata pada eminentia intercondylaris dan sebagai penghubung lig. Cruciatum Posterior dan
lig. Menisci Fibularis.
LIGAMENT-LIGAMENT DI SENDI LUTUT

Kekuatansendi lutut tergantung kepada kekuatan otot-otot disekitar sendi lutut berserta
ligament-ligamentnya.
Ligament-ligament disekita lutut antara lain :

1. Ligament Crutiatum
Ligament ini terdiri dari : - Ligamentum cruciatum anterior
- Ligamentum cruciatum posterior

- Ligamantum cruciatum anterior terletak dibagian superior dan posterior dari bagian
antero medial tibia ke sisi medial dan condylus lateralis femur.
- Lig. cruciatum posterior terletak dibagian belakang tibia menuju condylus medialis
femur.

Fungsi dari lig. Cruciatum anterior :


- Mencegah abnormal external rotasi
- Untuk menstabilisir extensi lutut
- Untuk mencegah hyperextensi lutut
Sedangkan funsi lig. Cruciatum posterior adalah mencegah internal rotasi yang
berlebihan antara tibia dengan femur.

2. Ligamentum Collateral Mediale dan Lateralle


Fungsi dari ligament ini adalah menstabilisir sendi lutut.

3. Ligamentum Capsulare
Ligamentum ini terdiri dari bagian Mediale dan laterale
 Bagian mediale terdiri dari bagian dalam & bagian superficial dan bagian dalam ini
dibedakan bagian anterior dan posterior.
 Sedangkan bagian laterale disebut juga ligamentum callaterale fibulare.

BURSA DISEKITAR SENDI LUTUT

Didalam sendi lutut terdapat 11 bursa, antara lain :


1. Bursa Suprapatelar
2. Bursa Popliteale
3. Bursa Gastronemius Medialis
Peradangan pada suprapatelar bursa disebut Housemaid’s knee. Dan rasa sakit
dibagian belakang dari sendi lutut biasanya disebabkan oleh peradangan dari bursa
semimebranosus, yang disebut Baker’s Cyst. Gejala ini harus dibedakan dengan
aneurisma dari arteri poplitea.
4. Bursa Prapatelar
5. Bursa Infrapatelar Superficialis
6. Bursa Infrapatellar dalam
7. Bursa Semimembranosus
Bursa ini ada 2, yang menghubungkan, terletak diantara gastronemius dan semi
membranosus dan condylus tibia.
8. Dua bursa lagi terletak di bagian superfisial dari lig. Collaterale.

OTOT-OTOT DI DAERAH LUTUT


1. M. Quadriceps Femoris
Otot ini termasuk kelompok ekstensor dari lutut yang melekat pada patella dan tibia
pada tiga permukaan
 Kelompok otot Rectus melekat di bagian superfisial
 Otot vastus lateralis dan vastut medial melekat di bagian tengah.
 Otot intermedius melekat di bagian dalam.
2. M. Hamstring
Otot ini adalah kelompok flexor dari lutut.
Hamstring terdiri dari 2 bagian ialah :
 Bagian lateral adalah m. Biceps femoris berfungsi untuk flexi dan eternal rotasi
tibia.
 Bagian medial terdiri dari m. Semimembranosus dan M. Semitendinosus,
fungsinya untuk flexi sendi lutut dan internal rotasi tungkai bawah.
3. M. Gastrocnemius
Otot ini termasuk kelompok plantar flexor yang melekat dari epicondylus medialis dan
lateralis, menuju calcaneus dengan membentuk tendon achilles.
4. M. Popliteus
AXIS MEKANIK, AXIS ANATOMIS DAN AXIS TRANSVERSAL

Axis mekanik dari anggota bawah agak membengkok, hal ini disebabkan oleh bentuk tulang
femur yang melengkung, sedang tulang tibia berbentuk lurus. Dalam keadaan normal sendi
lutut, axis mekanik ini agak melebar (valgus) sebesar 5-10 0. Besar sudut ini dapat diukur
dengan menarik garis horizontal pada sendi lutut.
Axis mekanik dan axis anatomis dari anggota gerak bawah akan menjadi satu garis
(berimpit) pada tengah-tengah tulang tibia. Apabila tibia membentuk sudut 90 0 terhadap garis
horizontal maka axis anatomi tulang femur hanya membentuk sudut 810, sementara axis
mekanikal femur membentuk sudut 870 terhadap garis horizontal.
Bergesernya letak mekanikal axis akan menyebabkan genu valgum atau genu varum,
tergantung dari kenaikan atau penurunan besarnya sudut yang dibentuk oleh mekanikal axis
dengan garis horizontal tersebut. Axis transversal sendi lutut hampir membentuk garis
horizontal/lurus di tengah-tengah sendi lutut.

GERAKAN SENDI LUTUT


Gerakan flexi maupun extensi dari sendi lutut akan disertai dengan gerakan meluncur
dari tibia terhadap femur, yang terjadi pada saat lutut extensi dan terjadi gerakan internal rotasi
pada posisi lutut flexi.
Didalam gerakan flexi lutut 0 – 200 akan terjadi gerakan mengayun, dalam gerakan
flexi lebih dari 200 disertai dengan gerakan meluncur. Pada posisi lutut flexi lebih 200,
ligament-ligament disekitar sendi lutut akan relax dan membiarkan terjadinya gerakan
meluncur dan axial rotasi. Rotasi yang paling besar terjadi pada saat geralkan mendekati full
flexi juga sewaktu gerakan 30-400 mendekati full extensi.
Gerakan flexi sendi lutut yang dilakukan dari posisi full extensi dimulai dengan
internal rotasi dari tibia terhadap femur dengan kontraksi dari otot poplitea. Gerakan flexi ini
dihasilkan oleh kontraksi dari kelompok otot hamstring.
Dalam keadaan lutut extensi, karena kontraksi dari otot-otot Quadriceps, patella akan
menekan keatas. Ligament dan kapsul sendi menekan kedepan dan keatas untuk mencegah
gerusan. Pada saat lutut bergerak dari flexi ke extensi, gerakan dari condylus lateralis berhenti
pada 1600 karena tahanan dari lig. Cruciatum anterior dan log. Colaterale lateral. Kemudian
diteruskan oleh kontraksi dari otot Quadriceps yang menyebabkan condylus medialis bergerak
dari 200 ke 1800 dan terjadi gerakan external rotasi dari tulang tibia terhadap femur.

MEKANISME GERAKAN FLEXI SENDI LUTUT


Pada gerakan flelxi 0 – 200 terjadi gerakan mengayun. Flexi lebih dari 200, tulang
femur meluncur diatas tibia sehingga condylus bergulir diatas tibial plateau. Ligamentum
cruciatum posterior relax selama gerakan flexi dimulai, kemudian ikut aktif membantu
terlaksananya gerakan flexi tersebut.
KINESIOLODI PERGELANGAN KAKI DAM KAKI

PENDAHULUAN
Pergelangan kaki dan kaki merupakan salah satu struktur dari tubuh ,amusia yang
paling dinamis. Dalam fungsinya yang saling mempengaruhi dengan fungsi tubuh yang
lainnya kadang\-kadang ,mudah terlupakan , sehingga gangguan pada fungsi kaki sering di
terapi sebagai suatu struktur statis. Keberhasilan terapi perlu pertimbangan antara kekuatan
yang alami dan kaki itu sendiri dengan alat Bantu yang diberikan ,
Pergelangan kaki dan telapak kaki berfungsi dalam pengaturan keseimbangan tubuh
pada waktu istirahat maupun pada waktu bergerak. Hal ini berguna untuk kontak secara
fisiologis dengan lingkungan terutama pada saat permulaan maupun akhir kontak tubuh
dengan tanah pada posisi berdiri menutupi seluruh permukaan ;ateral talus. Dalam ankle
mortise , talus berfungsi sebagai sendi Engsel ( hinge), Jika dilihat dari atas , ankle ,ortise
terletak lebih ke lateral, dimana maleolus medialis lebih keanterior daripada maleolus
lateralis.
Corpus tali berbentuk baji dimana pada bagian anteriormya lebih lebar, sehingga pada
dorsifleksi bagian anterior ini lebih terjepit diajntara kedua maleolus, dengan dermikian
gerakan kearah ini jadi terebatas. Pada plantar fleksi n lebih longgar karena karena kontak
dengan kedua maleolus lebih kurang sehingga memungkinkan juga untuk gerakan ke
medial dan lateral.
Gerakan ke medial lebih memungkinkan karena maleolus mdial lebih pendek. Keadaan
ini penting sehingga untuk stabilisasi kaki diperlukan liga,entum yang kuat pada sisi
lateralis/
Jumlah tulang – tulang kai ada 26 buah, semuanya berhubungan / berfungsi di dalam
support b terhadap berat badan pada semua posisi , terdiri dari 7 os tarsalia, 5 os metatarsalia
dan 14 os phalangs, dibagi menjadi 3 segmen.
1. Posterior dibentuk oleh maleolus dan talus.
2. Medial dibentuk oleh cuneiforme (3) cuboideum dan naviculare.
3. Anterior dibentuk oleh 5 os tarsalia, 14 os phalanges.
Calcaneus dan tulang tumit menonjol kebelakang dari sendi pergelangan kaki dan
membantuyk lengan gaya untuk otot triceps sural yang berinsertio pada ujung posterior
calcabeus,. Penonjolan kebawah pada bagian posteriornya berfungsi untuk penahan berat
badan. Permukaan atas berartikulasi dengan talus dan permukaan ini mempunyai penonjolan
ke medial disebut : Sustentaculum tali. Permukaan abteriornya berartikulasi dengan
cuboideum.
Tulang lainnya kecil dan sederhana. Os naviculare dan cuboideum tetletak didepan tralus
pada sisi medial. Dibagian depan tulang ini berhubungan dengan 3 tulang yaitu tulang
cuneiform (I,II,III). Tulang s=cuboideus bagian proximalnya berhubungan dengan calcaneus
dan disrtal berhubungan dengan 2 tulang metatarsaliua bagian lateral ( IV, V(.
Tulang- tu;lang metatarsal seperti juga metacarpal pada tangan mempunyai bagian basis,
corpus dan caput.; Tulang jari juga mempunyai bagian yang sama seperti tarsalia tiap jari
mempunyai ruas jari (phalax) tiap phalax mempunyai basis, corpus dan caput.
III. PERSENDIAN ( ANKLE & FOOT )
Semdi utama dari pergelangan kaki yaitu ankle mortise dibentuyk oleh ujung distal
fibula, tibia dan talus berada diantara kedua maleolus.
Gerakan sendi + 200 dorsi flexi dan 500 plantar flexi . Sumbu garakan ini melewati
corpus dari talus dengan arah transeversal.
Sendi subtalar atau sendu sendi talocalcaneal, sendi ini terdiri dari berbagai artikulasai
dengan bidang gerak yang berbeda yang memungkinkan secara simultan dapat bergherak
pada arah yang berbeda.
Sendi subtralar dibagi menjadi 2 bagian oleh salran oblique yang dibentuk oleh sulcus
pada calcaneus sendiri. Sulcus diatas nerhadapan dengan tarsal canal ( Canalis tarsalis).
Tarsal canal berbentuk cerobong asap dengan bagiab lateralnya yang lebih besar. Bagian
lateral yang terbuka ini disebut Sinustarsi dan dapat diraba pada daerah dideoan maleolus
lateralis terutama pada posisis inversi.. Calnal ini ber4jalan kemedial dan posterior dan berada
terbuka pada daerah dibelakang atas dari subsentacuilum tali.
Bagian posterior dari sendi sybtakar dibentuk oleh permukaan cembung bagian atas
calcaneus dan bagian cekung dari peermukaan bawah dari tralus. Bagian antewrior dari
sendi subtalar dibentruk oleh bagian cembung dari collum dan corous dari talus dan bagian
cekung dari permukaan atas calcaneus,
Gerakan sendi subtalar adalah :
1. Inversi dan versi dimana sendi ankjle moortise dalam kaeadaan
terfixir yaitu pada posisi dorsiflexi. Sumbu adalah longitudinal/
2. Abduksi dan adduksi adalah rotasi pada sumbu vertikal.
3. Dorsi dan plantar flexi pada sumbu transversal seperti pada ankle
mortise tapi dengan gerakan yang lebih kecil.
Jika semua gerakan ini secara simultan menghasilkan gerakan supinasi yaitu kombinasi
inversi, adduksi dan plantar flexi, pronasi: Kombinasi wversi, abduksi dan dorsiflexi.
Sendi tarsale transversum = Surgeon tarsal joint = mtatarsal joint = Chopart joint adalah sendi
yang dibentuk oleh talo- navicular dan calcaneo- cuboid. Sendi ini meruopakan tempat yang
biasa untuk amputasi pada waktu yang laluy, sekarang relah ditinggalkan kareana tidak stabil
dalam mempertyahankan keutuhan dari stump juga kurang e4fektif jika memakai prothesa.
Jika sumber Talonaviculare dan calcaneocuboid sejajar gerakan lebih bebas dan kaki lebih
tidak stabil. Hal ini terjadi misalnya pada prenatal foot atau flat foot. Jika kedua sumber
tidak sejajar (menyevar) serperti pada supinated foot , gerakan jadi teerbatas dan kaki jadi
lebih stabil , ditambah dengan ketgangan dari lig. Interosseus yang menambah kestabulan
sendi .
Secara klinis sendi subtalar yang berhubungan dengfan tiga persendian subcalvaneal ,
subnavicular dan calcaneo cuboid , Jika terjadi fusi atau arthrodesis disebut Triple
arthrodesis. Jika selain 3 sendi diatas juga termasuk sendi tibia talar atau ankle mortis
disebut Pan arthrodesis.

Sendi tarsalis yang letaknya lebih distal / anterior dari sybtalar , memberikan kemunbgkinan
gerakan sedemikian rupa sehingga kaki deapat berajomodasi diatas permukaan pada waktu
berjalan , walaupun gerakan ini dibatasi jika memekaiai sepatu.
Sendi metatarsophalangeal (MTP) antara caput metratrsal dengan basis ossus phalangeal
mempunyai tiga derajat kebebasan gerak m walaupun sacara aktif hanya gerakan fleksi dan
ekstensi..
Dibawah caout metatarsal I , ditewmukan 2 tlang kecil ( sesamoid ) merpakan foramen
tendi otot hallucis brevis, Projeksi panjang dari metatarsal mempunyai yrutan 2-3-4-5,
Perbedaan yang terlebih dari metatarsal I pada keadaan pada keadaan patologis
mengakibatkan beban berat badan didorong oleh metatarsal II.
POLA JALAN (GAIT PATTERN)

PENDAHULUAN
Mekanisme jalan sebagai bagian dari Human Locomotion telah lama dipelajari, sejak
zaman Aristoteles dan Leonardo da Vinci. Yang kemudian berkembang pesat setelah Perang
Dunia ke-2, seubungan dengan kebutuhan prostetik atau kaki palsu untuk pasien amputasi
(amputee). Setelah adanya penyelidikan biomekanik maka penyelidikan pola jalan atau gait
pattern berkembang dengan pesat pula.
Untuk kepentingan praktis terutama dibidang Orthopedik dan Rehabilitasi Medik
mengetahui bentuk normal dari Human Locomotion, yaitu gait pattern akan memudahkan
penanganan pola jalan yang patologis terutama bila anggota gerak bawah memakai alat
prostetik atau ortotik, setelah suatu tindakan orthopedis yang disertai gangguan gerak sendi
atau kelemahan otot yang mengganggu fungsi berjalan.
DEFINISI
Normal locomotion/gait pattern, adalah “satu rangkaian pergantian gerak yang ritmis
dari anggota gerak bawah yang menghasilkan pergerakan ke depan dari pusat berat badan
(Center Gravity/CG) yang terletak 1-2 cm di depan vertebra S1-2, di pertengahan garis
pengubung pusat ke dua sendi paha (kanan dan kiri)”.
Gerakan locomotion merupakan pergeseran tubuh dari satu tempat ke tempat yang lain.
Gerakan ini dipengaruhi oleh gaya tarik bumi, moment inertia dan kontraksi otot yang
semuanya mempunyai aksis/poros pada jari-jari anggota gerak bawah.
Istilah-istilah dalam gait pattern :
1. Gait cycle/stride length
Adalah satu periode antara saat tumit satu kaki mencapai lantai (Heel Strike/HS)
hingga HS berikutnya dari kaki yang sama.
2. Stand phase
Adalah satu rangkaian gerakan yang dimulai saat HS hingga ibu jari dari kaki yang
sama meninggalkan lantai (toe off).
Stand phase terdiri dari :
a. Heel strike : dimulai saat tumit dari kaki atau sepatu mengenai lantai atau tanah.
b. Flat foot/FFl : segera setelah HS dimana seluruh telapak kaki menapak lantai.
c. Mid stance/Mid st : segera setelah FFl dimana posisi kaki yang mengenai lantai
tersebut menjadi tegak lurus searah dengan badan, dan seluruh berat badan (BB)
terpusat pada kaki.
d. Push off : satu fase yang dimulai saat tumit lepas dari lantai (heel off) dan
berakhir bila ibu jari meninggalkan lantai (toe off). Heel off terjadi segera setelah
Mid st.
3. Swing phase
Adalah rangkaian gerakan mulai toe off hingga HS dari kaki yang sama.
Swing phase terdiri dari :
a) Acceleration : dimulai saat ibu jari lepas meninggalkan lantai (toe off).
Gerakan selanjutnya tungkai harus dipercepat untuk mencapai lantai (HS) dari
kaki berikutnya.
b) Mid swing : terjadi saat kaki mengayun cepat dan berada pada posisi persis
dalam satu garis dengan badan. Kaki tersebut pada posisi cukup pendek dengan
fleksi pada paha dan lutut agar tumit tidak menyentuh lantai.
c) Deceleration : adalah gerakan lambat dari kaki yang terkontrol sebelum tumit
mengenai lantai (HS) berikutnya.
4. Double support
Adalah periode dimana kedua kaki kontak dengan tanah, dimana satu kaki pada posisi
HS dan telapak kaki lainnya pada posisi toe off.
Double support ini akan berkurang bila langkah menjadi cepat (cadence meningkat)
dan bertambah bila langkah menjadi lambat (cadence menurun). Double support dapat
digunakan untuk membedakan antara lari dan jalan cepat.
5. Distribusi waktu selama satu periode gait
a. Stand phase – 60%
b. Swing phase – 40%
c. Double support – 25%
Langkah yang cepat akan mengurangi swing phase, sebaliknya bila langkah menjadi
lambat maka swing phase akan bertambah.
Gambar 1 : Gait cycle
SIFAT UMUM GAIT NORMAL
Sifat umum dari gait yang normal meliputi kejadian-kejadian adanya :
1) Vertical displacement dari pusat berat badan (CG)
Merupakan perpindahan pada garis frontal dari CG ke atas dan bawah. Gerakan ke
atas terjadi pada saat Mid st dan ke bawah pada saat double support. Jarak
perpindahan adalah sekitar 2 (dua) inci.
2) Lateral displacement
Merupakan perpindahan CG dalam bidang horizontal saat BB dipusatkan pada satu
kaki pada mid swing phase. Jarak perpindahan sekitar 2(dua) inci.
3) Horizontal dip of the pelvic
Merupakan perpindahan panggul secara turun naik dalam bidang horizontal (bergerak
pada bidang frontal) sekitar 50. Mula-mula bergerak ke arah sendi yang menopang
berat badan kemudian ke sisi yang lainnya.
4) Width of walking phase
Merupakan garis lurus yang ditarik melalui titik pusat dari masing-masing tumit
sejajar dan searah gerak tubuh, berjarak 2-4 inci. Sudut miring telapak kaki dengan
garis tersebut adalah 6-70.
5) Flexion of the knee during stance phase
Fleksi dari lutut yang terjadi segera setelah HS, berguna untuk mengurangi gerakan ke
atas dari CG. Tubuh hampir tetap pada posisi semula. Fleksi lutut biasanya sekitar 15-
200 (rata-rata 150).
6) Cadence
Merupakan jumlah langkah selama 1 menit (step/menit). Jalan normal berjumlah 110,
yang lambat 70 dan yang cepat 130, jika lebih dari 130 sudah termasuk lari. Jumlah
cadence rata-rata yang normal adalah 90 dengan kecepatan 70-75 m/menit akan
memerlukan energi 2,5 Cal/menit untuk menempuh jarak sejauh 2,5 mil.
Energi yang dibutuhkan untuk jalan kaki dengan langkah lambat lebih tinggi daripada
jalan cepat. Hal ini berkaitan dengan energi yang dibutuhkan untuk stabilisasi tubuh
yang berasal dari kontraksi otot lebih banyak.
Gambar 2 : Sifat umum Gait

FAKTOR PENENTU GAIT (DETERMINANTS OF GAIT)


CG harus tidak berubah agar satu siklus gait tidak memerlukan energi yang banyak.
CG akan tetap pada tempatnya yaitu pada bidang horizontal bila sendi paha, lutut dan
pergelangan kaki bergerak sedemikian rupa sehingga menghasilkan pola jalan yang menarik
dengan kebutuhan tenaga yang sedikit. Syarat terjadinya gerak seperti diatas disebut sebagai
determinants of gait.
Determinant gait akan menentukan pergerakan CG pada garis horizontal sesuai dengan
Hukum Newton : “Tubuh akan bergerak ke arah horizontal secara tetap apabila tidak ada
tenaga berlawanan yang menahan dan akan memerlukan energi yang sedikit”.
Tujuan dari determinant
1. Mengurangi perubahan posisi CG sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi
pengeluaran energi yang dibutuhkan untuk menaikkan dan menurunkan CG.
2. Untuk mempertahankan panjang relatif dari kaki sehingga langkah kaki dengan
sendirinya tetap besar sehingga jalan lebih cepat, tanpa meningkatkan cadence dan
energi yang dibutuhkan lebih sedikit.

Ada enam determinant :


1) Pelvic rotation
Putaran pelvis pada bidang horizontal sebesar 4 0 pada tiap sendi paha (total 80)
menyebabkan sudut sendi paha dan sudut kaki dengan lantai berkurang. Akibatnya
gerakan vertikal dari CG berkurang 3/8 inci.
2) Pelvic tilt
Gerakan pada bidang frontal yang terjadi pada waktu stand phase. Posisi kaki yang sedang
melakukan stand phase adalah adduksi dan pada swing phase abduksi disertai fleksi pada
paha dan lutut agar kaki terangkat.
Trendelenburg position (menggerakkan pelvis 50 ke bawah) dan fleksi dari paha
menyebabkan gerakan vertikal CG berkurang 1/8 inci.
3) Fleksi lutut waktu stance phase
Waktu HS, lutut tetap lururs akan tetapi sewaktu badan bergerak ke arah depan agar CG
tidak naik maka anggota gerak bawah harus diperpendek, dengan jalan memfleksikan lutut
150, akibatnya CG akan dikurangi sekitar 7/16 inci (1,1 cm).
4) Foot and ankle mechanism
Gerakan HS & dorsofleksi telapak kaki dengan posisi lutut yang ekstensi, CG akan turun.
Tetapi saat badan bergerak maju maka telapak kaki akan menjadi FFl (datar) lalu heel off
maka terjadi 2 arkus putaran dari kaki sehingga secara teoritis CG akan terangkat lebih
atas. Arkus I – sebagai akibat putaran pada sendi subtalar, dan arkus II- pada sendi tarso
metatarsal, dimana oleh karena adanya felksi lutut yang menyertai pemberhentian arkus
maka tungkai menjadi pendek dan elevasi CG dicegah sehingga seolah-olah CG hanya
bergerak pada bidang datar saja.
5) Pelvic shift/lateral/displacement of pelvis
Telah disebutkan bahwa sewaktu berjalan maka CG bergerak ke arah lateral ekstremitas
yang menopang BB (weight bearing / WB). Hal ini terjadi sebagai akibat pelvis yang
bergerak ke arah lateral > 3 inci. Akan tetapi pergerakan 3 inci tersebut tidak terjadi karena
adanya sudut yang sedemikian besarnya antara kolum femoris dan diafise, dan antara
femur dan tibia sehingga anggota gerak bawah dalam posisi adduksi. Akibat adanya
adduksi ini, perpindahan ke arah lateral (lateral displacement pelvis) < 2 inci. Pada wanita
pelvisnya lebih luas sehingga mengakibatkan sudut kolum dan diafise serta sudut antara
femur dan tibia lebih besar sehingga kedua lutut menjadi berdekatan (physiologic knocked
knee).
Double support merupakan bagian dari siklus gait dan memerlukan waktu 25% nya.
Selama fase double support, CG berada pada posisi paling rendah dan terletak ditengah-
tengah. Bila BB ditumpukan pada kaki kanan seluruhnya, maka CG akan berada pada
posisi teratas dan mengadakan pergeseran maksimal ke arah lateral. Hal yang sama terjadi
bila BB difokuskan pada kaki kiri. Perubahan CG dari kanan ke kiri ini merupakan bagian
yang 75% dari satu siklus gait. Perubahan berupa displacement ke kanan membutuhkan
energi yang lebih, hal ini dapat diatasi dengan adanya foot and ankle mechanism.
6) Axial rotation
Axial rotation terjadi sewaktu pelvis berputar diikuti oleh perputaran dari tulang femur
pada tungkai bawah (tibia dan fibula), pergelangan kaki dan telapak kaki pada poros
dengan arah panjang. Jumlah putaran yang terjadi adalah 230, terdiri dari 50 putaran pelvis
90 putaran femur dan 90 putaran tibia.
Selama periode swing phase, rotasi interna terjadi sampai FFl dari stand phase, disertai
inversi telapak kaki pada poros subtalar tidak pada ankle portise. Kemudian diikuti oleh
eksorotasi sampai fase heel dan toe off disertai inversi telapak kaki. Besarnya sudut eversi
dan inversi adalah 6-70, dan sudut tersebut akan bertambah bila ada mekanisme perbaikan
keseimbangan dan usia lanjut. Sebaliknya sudut ini akan berkurang bila berjalan dengan
langkah yang cepat.
Berat badan pada telapak kaki
Bila diperhatikan cara distribusi BB pada telapak kaki sewaktu menopang seluruh BB,
maka segera setelah FFl dimulai BB akan didistribusikan ke ibu jari dan sebagian kecil ke jari
yang lainnya.

METODE MEMPELAJARI GAIT YANG NORMAL


Di dalam mempelajari gait yang normal, harus diperhatikan faktor gaya yang bergerak
pada mahluk yang bergerak, disebut Biomekanik. Gaya biomekanik yang berpengaruh
diantaranya : gaya tarik bumi, gaya kontraksi otot, moment inersia dan sudut yang dibentuk
oleh sendi.
Ilmu Biomekanik terdiri dari :
1) Kinematik
Adalah bagian dari ilmu mekanik yang berhubungan dengan cara untuk
menentukan lokasi gerakan sendi tubuh di ruangan, tanpa memperhatikan faktor
gaya yang mempengaruhi timbulnya gerak tersebut. Cara menentukan lokasi ini
disebut Geometris biomekanik.
2) Kinetik
Adalah bagian dari ilmu mekanik yang berhubungan dengan analisa gaya-gaya
yang mempengaruhi timbulnya gerakan tubuh tersebut, yang terdiri dari tenaga
luar (gaya tarik bumi) dan gaya dalam (kontraksi otot).
Analisa gerak dan posisi sendi pada bidang sagital dari beberapa fase gait
Fase-fase gait yang dimaksud adalah :
I. Heel strike - Mid stance
II. Mid stance - Toe off
III. Swing phase
Semua fase tersebut dilihat pada sendi paha, lutut dan pergelangan kaki. Analisa ini
berdasarkan KINEMATIK.

KINEMATIK ANKLE (Pergelangan KNEE (Lutut) HIP (Paha)


kaki)
I
 HS (Heel  900 netral antara  Lutut lurus 1800  Fleksi 250 lalu
strike) plantar dan (ekstensi), mulai bergerak ke arah
dorsofleksi FFl maka fleksi ekstensi sesuai
dimulai dengan gerak
badan ke depan
 FFl (Flat  Bergerak ke arah  Akhir FFl, fleksi  Fleksi – 200
foot) plantar fleksi sampai
150
 Tibia bergerak ke  Oleh karena  Sendi paha netral
 Mid st (Mid – badan bergerak
depan telapak kaki 00 (1800)
stance) ke depan, fleksi
seolah-olah
dorsofleksi 2 – 3 lutut berkurang
150
 Tulang tungkai  Tulang tungkai
berputar ke luar terputar ke luar
(eksorotasi)
II
 Mid st (Mid –  3 – 50 dorsofleksi  Fleksi bergerak  Sendi paha netral
stance) ke arah ekstensi
 Heel off  150 dorsofleksi  Ke ekstensi 1800  Hiperekstensi
 Toe off  Bergerak ke arah  Fleksi 400  Hiperekstensi
plantar fleksi 350 maksimal 200
hingga telapak kaki
200 plantar fleksi
Putaran tungkai
adalah endorotasi
III
 M. Tibialis anterior,  Perubahan fleksi  Mula-mula 1800
M. Ext. digit longus, sampai 650
M. Ext. hall. Longus (acceleration)
aktif sampai posisi
900
 Waktu akselerasi  Paha fleksi
0
Mm. Quadriseps dan sampai 25 mid
Iliopsoas aktif untuk swing
mencegah naiknya
tumit ke belakang
dan membantu
akselerasi ke depan  Selama fase
 Waktu deselerasi M. decceleration
Hamstring aktif sendi paha tetap
Selama fase ini untuk mencegah fleksi 250
tungkai terputar gerak berlebih dari
ke dalam
(endorotasi) lutut ke depan

OTOT YANG AKTIF SELAMA GAIT BERDASARKAN PEMERIKSAAN


ELECTROMYOGRAPHY (EMG)
NAMA OTOT SWING PHASE STAND PHASE
TO ACC MIDS DECC HS FFL MID S HO TO
Pre tibial + + + + + - - - +
Quadriseps - - + + + - - - +
Hamstring - + - + + - - - +
Glutei - - - + + - - - -
Gastroc (Fleksor jari) - - - - - + + + -
Otot tapak kaki - - - - - + + + -
Ilio psoas - + + - - - - - +
Keterangan : TO, toe off; ACC, acceleration; MIDS, mid stance; DECC, decceleration; HS,
heel strike; FFl, flat foot; HO, heel off

ABNORMAL GAIT
Abnormal gait perlu dianalisa secara sistimatik dan yang perlu diperhatikan adalah
penyimpangan dari pola gait yang normal. Penyimpangan tidak hanya diperhatikan pada
dasar-dasar fase atau bagian badan tetapi perlu diperhatikan juga kelainan yang terjadi pada
bagian-bagian dari suatu fase gait. Unsur-unsur yang perlu diperhatikan selama menganalisa
gait yang abnormal:
1. Apakah fase-fase gait ditempuh normal disertai gerakan tubuh yang simetris. Panjang
langkah, ayunan tangan, dan gerak badan perlu diperhatikan.
2. Kehalusan gerakan tanpa kehilangan keseimbangan atau gerakan yang mendadak.
3. Jarak antara kedua telapak kaki apakah normal, sempit atau lebar.
4. Apakah ada keluhan sakit, bila ada harus dicatat kapan dan pada fase mana.
Bagian tubuh yang harus diperhatikan selama analisa gait
1. Kepala dan bahu
Gerakan yang perlu diperhatikan adalah gerakan bah dan kepala ke arah atas dan bawah, muka
dan belakang, rotasi dan jenis gerak abnormal lainnya.
2. Anggota atas
Yang harus diperhatikan adalah ayunan tangan apakah berkurang atau berlebih, simetris atau
tidak, atau tidak ada sama sekali.
3. Badan
Gerakan badan yang harus diperhatikan adalah gerak ke muka belakang, gerak ke samping,
rotasi, gerak panggul-pinggang yang ritmis (lumbal-pelvic rhytm)
4. Panggul
Harus diperhatikan adalah gerakan rotasi ke depan, gerakan ke samping, gerakan ke atas
bawah, garis penghubung crista illiaca datar atau miring.
5. Paha
Harus diperhatikan kekuatan otot sekitarnya dan gerakan yang ditimbulkannya seperti: fleksi-
ekstensi, abduksi-adduksi, rotasi dan sirkumduksi.
6. Lutut
Yang harus diperhatikan adalah stabilitas sendi, gerak fleksi-ekstensi, kekuatan ototnya.

7. Pergelangan kaki dan telapak kaki (kaki)


Yang harus diperhatikan adalah gerak pergelangan kaki: plantar-dorsi fleksi, eversi-inversi,
perubahan selama fase ayun (swing phase) dan stand phase, terutama push off. Juga harus
diperhatikan kekuatan ototnya.
Kita sering melihat kelainan gait tersebut disebabkan oleh suatu kebiasaan atau kelelahan otot
temporer, sehingga fase-fase gait akan tampak normal. Secara keseluruhan gerak tubuh akan
tampak seperti orang lelah.

KLASIFIKASI PATOMEKANIK GAIT ( PATHOMECHANIC GAIT )


Gait atas dasar mekanik yang patologis (pathomechanic gait) dibagi dua:
I. Physiologic borderline type
II. Pathologic gait
I. Physiologic borderline type
Ada dua jenis:
1. Kelainan akibat gerakan berlebihan dari fase-fase gait sehingga menunjukkan bentuk
spesifik dari gait:
1.1 Gerakan berlebih dari ayunan terdiri dari:
1.1.1. The Sailor’s gait
Terdiri dari gerakan berlebihan dari sisi panggul yang berdiri (stand phase) dan
turun pada sisi yang lainnya (swing phase). Bahu bergerak ke arah sisi stand phase sebagai
kompensasi gerakan ke bawah dari sisi panggul lainnya. Kedua garis penghubung titik sentral
sendi-sendi paha dan bahu masing-masing disebut garis paha dan bahu akan bergerak seolah-
olah mendekati satu sama lain.
1.1.2. Swinging gait
Hampir sama dengan the Sailor’s gait, tetapi disertai dengan gerakan berlebih
dari sisi panggul dimana kaki menahan (stand phase) ke atas dan belakang sedemikian rupa
sehingga pinggang tampak lordosis. Bentuk gait ini banyak terdapat pada wanita.
1.1.3. Funeral gait
Kelainan yang ada adalah fase swing yang diperpanjang pada saat deselerasi.
1.1.4. Majestic gait (jalan seorang ksatria)
Kelainan yang ada adalah swing phase yang diperpendek, sehingga panjang
langkah (cadence) bertambah. Hal ini terjadi bila kaki pendek dan tipe gait ini memerlukan
energi lebih banyak.
2. Defisiensi faktor dinamis dalam batas-batas normal (Asthenic group)
2.1. Incoordinate Gait
Bentuk kelainan patologis ini terjadi pada setiap kondisi fisiologis tetapi bersifat
temporer. Tanda-tanda dari jenis kelainan ini adalah:
- Langkah dengan kedua kaki yang terbuka sebagai usaha menahan berat badan efisien.
- Gangguan koordinasi disebabkan oleh gangguan fungsi saraf atau otot. Tipe ini banyak
terdapat pada pasien dengan keluhan gangguan jalan akibat isrirahat lama.
2.2. Malposture gait (Sloch / Sauntering Gait)
Kelainan pada tipe ini akan tampak dari posisi tubuh yang tidak normal, jalan lemah
lunglai (slouch). Tanda-tanda utama kelainan adalah:
- Jalan dengan badan bungkuk (fleksi) ke depan
- Otot-otot tubuh lemas sehingga postur tubuh tidak benar/ sempurna.
- Osilasi badan ke arah lateral tidak ada.
Sikap wajah dan bentuk jalan sebagai salah satu tanda orang yang sedang merana.
2.3. The Fatigue Gait
Tanda-tanda bentuk gait ini adalah:
- Badan membungkuk ke depan, lutut agar fleksi mengikuti badan condong.
- Langkah kaki lambat, cadence berkurang.
- Bentuk jalan seperti orang membawa barang berat.
- Perpindahan COG ke segala arah berkurang untuk menghemat energi. Bentuk gait ini
banyak ditemukan pada pekerja berat, terlalu lelah, pada pemain sepak bola setelah
bertanding berat.
II. Pathological Gait
Terdiri dari: structural pathological gait, painfull pathological gait, pathologic gait due to
neurological or muscle deficit.

1. Structural Pathological Gait


1.1. Perbedaan panjang kaki
Ada dua jenis kelainan:
1.1.1. Bila perbedaan panjang kaki lebih dari 1.5 inch (3.81 cm) maka perubahan yang terjadi
adalah pada stand phase kaki yang pendek pada posisi tip-toe (jinjit).
1.1.2. Bila perbedaan panjang kaki kurang dari 1.5 inch, maka tampak gerakan tubuh selama
stand phase:
Bahu pada posisi kaki yang pendek tampak turun dan bahu sisi yang lain naik sesuai
dengan posisi kaki yang sedang mengayun (swing phase):
- Panggul pada sisi kaki yang pendek akan turun sebagai kompensasi
- Sendi paha, lutut, dan tumit selama fase mengayun (swing phase) pada sisi fleksi agar
ibu jari tidak menyentuh lantai.
1.2. Ankylose dari sendi paha
Tanda-tanda dari kelainan ini adalah:
- Tampak gerakan berlebih dari tulang pinggang dan sendi paha yang tidak kaku
(normal)
- Pusat gerakan panggul akan terfokuskan pada sendi paha dan lumbal sisi yang normal,
baik untuk gerak rotasi pelvis (pelvic rotation) atau pelvic.
- Bila tulang pinggang atau lumbal kaku, maka gerakan bahu berputar tampak susah dan
penderita jelas capek sebab energi yang dibutuhkan lebih banyak.
1.3. Hip Instability (sendi paha yang tak stabil)
Tidak stabilnya sendi paha dapat disebabkan oleh beberapa hal, pertama, adanya
dislokasi sendi paha dan bentuk coxa vara, kedua, akibat keadaan yang pertama otot glutei
menjadi lemah akibat atrofi otot atau insersi yang pendek sebab trochanter ebih dekat ke os
coxae (os ilium), sudut coxa vara lebih kecil dari 150°.
Akibat sendi yang tidak stabil maka akan terjadi perubahan pada gait: jalan seperti
bebek, dimana sendi paha dan bahu bergerak naik turun secara berlebihan. Bila disokasi hanya
sebelah, maka bentuk gaitnya seperti bentuk kaki pendek sebelah. Akibat lebih lanjut tidak
stabilnya sendi paha atau hip instability adalah hiperlordosis sendi tulang lumbal.

1.4. Knee Instability (sendi lutut yang tidak stabil)


Akibat sendi yang tidak stabil, selama stand phase gerakan sendi berlebihan disertai
tidak mampunya lutut menahan berat badan sehingga sering terjadi lutut mendadak fleksi.
1.5. Knee Contracture (kontraktur sendi lutut)
Adanya kontraktur sendi lutut pada posisi fleksi akan menyebabkan kaki seperti
pendek, sehingga kelainan gait yang timbul sama seperti gait akibat kaki yang pendek. Bila
kontraktur hanya kurang dari 30°, kelainan jalan hanya tampak sewaktu jalan cepat.
Sebaliknya bila kontraktur sendi lebih dari 30°, maka kelainan jalan akan tampak bahakan
pada jalan lambat. Bila kontraktur sendi paha pada posisi 180 , selama fase ayun (swing
phase), kaki akan tampak masih panjang sehingga akan menjamah lantai. Untuk menghindari
kaki atau jari kaki tidak menjamah lantai, maka kaki yang patologis ini harus mengadakan
gerak sirkumduksi agar kaki sedikit sedikit terangkat oleh paha, atau kaki yang normal
mengadakan tip-toe (jinjit).
1.6 Gerakan terbatas pada pergelangan dan telapak kaki
Bila kelainan patologis berupa equinus menyebabkan adanya perbedaan panjang kaki
sehingga bentuk gait yang terjadi adalah fleksi paha dan lutut yang berlebihan untuk
mengengkat ibu jari kaki agar tidak menjamah lantai selama fase ayun. Bentuk gait ini disebut
steppage gait. Bila kelainan yang timbul pada kaki berupa calcaneus (calcaneus deformity),
maka fase push off yang terdiri dari heel off dan toe off berkurang sebab tidak ada toe off.
2. Painfull Pathologic gait (Antalgic Gait)
Sakit ada anggota badan merupakan salah satu tanda manifestasi reaksi perlndungan dengan
tubuh terhadap anggota tesebut. Bila anggota bawah sakit, maka sewaktu jalan berat badan
yang ditumpukan ke anggota yang sakit tersebut harus dikurangi. Akibatnya stand phase
diperpendek.
2.1 Kelainan Columna vertebralis (Pott’s Disesase type, Sciatic Gait, Sacrolum antalgic gait)
Kelainan kolumna vertebralis menyebabkan perobahan bentuk jalan :
- Langkah gait (stand phase dan swing phase) lambat dan pendek sekali.
- Posisi dada dan pinggang tergantung pada lokasi kelainan; bila kelainan pada leher,
maka posisi leher dan dada akan flexi ke depan; bila kelainan terdapat pada daerah lumbal,
maka akan hiperextensi.
- Bila ada HNP, maka columna vertebralis pada umumnya akan melengkung ke daerah sakit
untuk mengurangi rasa sakit dan kompresi pada HNP.
2.2 Kelainan sendi paha (Coxalgic gait)
Tanda-tandanya adalah:
- Adanya rasa sakit pada sendi paha disertai kaki pada posisi equinus untuk mengurangi
ketegangan pada kapsula sendi.
- Heel strike lambat sekali untuk mengurangi benturan dari tumit.
- Selama fase berdiri (stand phase) C.G dekat dengan sendi paha
- Bahu pada sisi yang sakit turun dan naik pada sisi yang normal, lutut pada posisi flexi.
- Selama swing phase sendi paha pada posisi rotasi externa, sedikit flexi dan abduksi,
agar capsul sendi tidak tegang. Hal ini penting terutama bila cairan sendi bertambah.
2.3 Kelainan sendi lutut (Gonalgic Gait)
Tanda-tandanya adalah :
- Lutut mengalami flexi 25% dari rotasi interna tibia untuk mengurangi ketegangan
kapsul sendi.
- Pergelangan kaki pada posisi equinus untuk mengurangi sakit akibat benturan.
- Stand phase akan pendek sedangkan swing phase normal.
2.4. Kelainan pada sendi pergelangan kaki dan telapak kaki (Podalgic gait)
Bentuk kelainan tergantung dari pada daerah yang sakit. Bila rasa sakit terdapat pada daerah
tumit, maka jalannya seperti kaki equinus. Bila arkus medialis yang sakit maka jalan dengan
telapak kaki setelah lateral. Bila itu jari yang sakit maka bentuk jalannya seperti Calcaneus
gait.

3. Pathologic gait due to neurologic or muscular deficit (Primary Dynamic Defficiency )/ Gait
patologis akibat gangguan otot atau neurologis.
Terdiri atas dua jenis : Pertama paralytic gait dan kedua spastic gait.

3.1. Paralytic gait


Tanda-tanda umumnya adalah: tak dapat mengontrol gerakan pelvis, dan lutut, tidak dapat
mengontrol fase deselerasi malah dipercepat, fase akselerasi dipercepat.
3.1.1. Gluteus Maximus Gait
Sebagai penyebab adalah lemahnya otot Gluteus Maximus dan tanda-tandanya adalah: pada
saat heel strike sisi yang tidak normal, terjadi ekstensi (gerakan ke belakang dari dada dan
pelvis) disertai gerakan ke depan dari sendi paha secara berlebihan. Lutut akan ekstensi pada
mid stand dan sedikit fleksi pada saat heel strike.
3.1.2. Gluteus Medius Gait
Turunnya pelvis ke sisi yang normal (Trendelenburg sign) mulai terjadi pada saat heel strike
sampai stand phase sisi yang abnormal. Sendi paha sisi yang tidak normal menonjol atau
bergerak ke lateral. Lalu timbul steppage gait pada sisi normal yaitu fleksi paha, lutut dan
dorsi fleksi dari pergelangan kaki yang berlebihan agar kaki tidak menjamah lantai.
3.1.3. Hip fleksor paralitic gait
Paralisis otot fleksor paha menyebabkan gangguan pada waktu push off dari swing phase
dimana kenyataannya kaki susah digerakkan kedepan. Untuk mengatasi kekurangan ini agar
kaki dapat diayunkan kedepan, dilakukan hiperekstensi badan sedemikian rupa sehingga
tungkai terlempar kedepan.
3.1.4. Quadriceps Paralitic Gait
Paralisis otot Quadriceps menyebabkan gangguan pada swing dan stance phase. Lutut harus
fleksi setelah waktu heel strike dan ekstensi pada mid stance. Awal heel strike lutut harus
ekstensi, sendi paha, femur bergerak ke belakang. Extensi sendi lutut dapat terjadi bila :
- Dengan bantuan gerakan tangan mendorong sendi paha ke belakang sambil merogoh saku
celana (a)
- Berat badan dijatuhkan kedepan melalui tangan yang memegang lutut sisi yang tidak normal.
(b)
- Lutut pada posisi extensi dan exorotasi sejak awal swing phase, sehingga lutut pada posisi
terkunci. (c)

3.1.5. Gastrocnemius Paralitic Gait.


Tanda-tandanya: Tumit pada posisi dorsiflexi (calcaneus), heel strike normal, push off
terganggu sedemikian rupa sehingga terjadi rotasi kedepan selama periode stance phase.
Swing phase normal.

3.1.6. Paralitic drop foot (Dorsofleksor paralitic gait)


Tanda-tandanya: Posisi kaki equinus sehingga pada waktu heel strike diikuti dengan segera
fase foot flat sehingga terjadi steppage gait. Sebagai kompensasi maka terjadi fleksi paha dan
lutut yang berlebihan, agar telapak kaki tidak menjamah lantai. Hal ini menyebabkan swing
phase terganggu.

3.2. Spastik Gait


Tanda-tanda umum: Adanya gangguan posisi hubungan badan dan pelvis dan gangguan
peritmis perpendekan dan perpanjangan pada sendi paha akibat adanya spastisitas dan rigiditas
yang berlebihan.
3.2.1. Hemiplegic atau paralitic spastik gait.
Ada 2 jenis: flexor dan extensor synergic pattern, yang terbanyak adalah extensor synergic
pattern.
Tanda-tanda extensor synergic pattern: dengan extensi, adduksi, internal rotasi paha, extensi
lutut dan plantar flexi pergelangan kaki.
Tanda-tanda tipe gait: pada waktu swing phase terjadi sirkumduksi untuk mencegah ibu jari
menjamah lantai. Stance phase tak ada heel strike langsung flat foot. Sendi panggul naik
keatas oleh karena tak ada flexi lutut. Langkah tak teratur dan tidak ada push off, telapak kaki
pada posisi inversi sehingga pergelangan kaki tidak stabil. Trendelenburg tes positif. Tangan
atau anggota gerak atas pada posisi adduksi, flexi siku, tangan pronasi dan flexi. Bentuk flexor
synergic pattern seperti gait kaki pendek.
3.2.2. Diplegic gait (Scissor Gait)
Tanda-tanda: Gerakan anggota bawah kaku dan kedua paha adduksi sebab adduktor
berlebihan tonusnya. Basis kedua tungkai berdekatan seperti genting, kadang-kadang sampai
melewati garis tengah sehingga tidak dapat jalan. Fleksi sendi paha sering menyertainya.

Anda mungkin juga menyukai