Anda di halaman 1dari 26

KUSWARDANI

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI AKIBAT


GANGGUAN SISTEM PENSYARAFAN
1. HERPES ZOSTER

 Herpes zoster atau cacar api adalah infeksi pada


saraf dan kulit di sekitarnya. Penyakit ini
disebabkan oleh virus varisela zoster, yaitu virus
yang sama dengan penyebab cacar air. Virus
varisela dapat menetap di sekitar tulang belakang
atau dasar dari tulang tengkorak tubuh, bahkan
setelah cacar air sembuh, dan dapat kembali aktif
di kemudian hari sehingga menyebabkan herpes
zoster
GEJALA HERPES ZOSTER

 Ruam yang timbul pada satu sisi tubuh sesuai dengan saraf yang
terinfeksi.
 Nyeri berupa rasa panas seperti terbakar atau tertusuk benda tajam pada
ruam.
 Ruam berupa luka melepuh berisi air yang gatal dan menyerupai bintil
cacar air.
 Lepuhan akan mengering dan berubah menjadi koreng dalam beberapa
hari.
 Gatal dan mati rasa pada bagian yang terdapat ruam.
 Dapat disertai demam, nyeri kepala, sensitif terhadap cahaya, dan rasa
lelah.
 Gejala akan mereda setelah 14-28 hari.
PENYEBAB HERPES ZOSTER

 Virus varisela zoster penyebab cacar air dapat menetap


di dasar tulang tengkorak atau tulang belakang. Sistem
kekebalan tubuh membuat virus tidak aktif. Namun, di
kemudian hari, saat cacar air sudah sembuh, virus
tersebut dapat kembali aktif.
 Penyebab aktifnya kembali virus varisela zoster hingga
saat ini belum diketahui pasti. Namun, pada kebanyakan
kasus yang terjadi, penyebab herpes zoster adalah
sistem kekebalan tubuh yang menurun, sehingga tubuh
rentan terkena infeksi.
BEL’S PALSY E.C HERPES ZOSTER
 Bells’s palsy merupakan kelemahan atau
kelumpuhan pada nerve fasialis jenis perifer yang
timbul secara akut pada sisi sebelah wajah
kondisi ini mengakibatkan penderita mengalami
ketidakmampuan menggerakkan separuh
wajahnya secara sadar (volunter) pada sisi yang
bermasalah (Mujaddiah, 2017).
PATOLOGI
 Bells’ Palsy adalah Adalah paralisis fasialis idiopatik,
merupakan penyebab tersering dari paralisis fasialis
unilateral. Bells’ palsy merupakan kejadian akut, unilateral,
paralisis saraf fasial type LMN (perifer), yang secara gradual
mengalami perbaikan pada 80-90% kasus. Bells’ palsy
merupakan satu dari penyakit neurologis tersering yang
melibatkan saraf kranialis, dan penyebab tersering (60-75%
dari kasus paralisis fasialis unilateral akut) paralisis fasial di
dunia. Bells’ palsy lebih sering ditemukan pada usia dewasa,
orang dengan DM, dan wanita hamil. (PERDOSSI, 2016)
Penyebab kelumpuhan pada Bell’s Palsy ini masih menjadi perdebatan.
Beberapa ahli menyatakan penyebab berupa paparan angin dingin di salah
salah satu sisi wajah secara terus menerus, ada juga yang menyatakan hal itu
desebabkan oleh virus herpes yang menetap di tubuh dan teraktivasi kembali
karena trauma, faktor lingkungan, setres dll. Sebagian penderita dapat
sembuh tanpa tanpa pengobatan, tetapi tetap disarankan untuk menjalani
fisioterapi dan pengobatan, Penyebab tersering adalah virus herpes simpleks
tipe 1, Penyebab lain antara lain : Inveksi virus lain : mumps dan HIV,
neoplasma: Pengangkatan tumor otak lain (neuroma akustik) atau tumor
lain, trauma : fraktur basal tengkorak, luka di telinga tengah dan menyelam,
neurologis : sindrom guillain barre, metabolik: kehamilan, diabetes mellitus,
hipertirodisme dan hipertensi, dan toksik : alcohol, talidomid, tetanus, dan
karbondioksida. (Duus, 2014)
PROSES PATOLOGI PADA KASUS BELL’S PALSY YANG SESUAI
DENGAN TINGKAT KERUSAKAN SARAF PARIFER ANTARA LAIN ;

a. Neuropraksia
Neuropraksia yaitu suatu paralysis dimana saraf hanya
tertekan sehingga terjadi hambatan impuls tanpa
kerusakan atau dengenerasi pada akson dan selubung
myelin sehingga apabila tekanan ini hilang maka fungsi
saraf akan kembali sempurna dengan cepat. Keadaan ini
sering di sebut blockade aksonal fisiologik. Di sini
ketiga unsur serabut saraf (akson selubung, mylin, dan
neurilema) tidak mengalami kerusakan
b. Aksonotmesis
Aksonotmesi yaitu suatu paralysis dimana saraf
mengalami penekanan yang cukup kuat sehingga
akson di sebelah distal lesi akan mengalami
kematian atau degenerasi, pada kondisi ini yang
mengalami kerusakan hanya aksonnya saja
sedangkan pada myelin masih utuh. Keadaan ini
lebih berat dari pada kerusakan neuropraksia karena
aksonnya mengalami kerusakan.
c. Neuronotmeis
Neuronotmesis yairu paralysis dimana seluruh saraf di
distal lesi mengalami kerusakan. Untuk mendapatkan
penyembuhan terkadang perlu adanya suatu oprasi. Pada
kerusakaan ini biasanya sukar untuk mendapatkan
fungsinya saraf tersebut kembali . Di ganti oleh jaringan
penyokong yang disebut neuralgia, karena adanya
neuralgia ini, menyebabkan penghantar rangsang saraf
motoris dan sensoris mengalami gangguan, sehingga tidak
dapat mencapai motor and plate, maka akan menyebabkan
suatu daerah kurang peka terhadap rangsangan.
ETIOLOGI
 Teori Iskemik Vaskuler
Nervus fasialis dapat menjadi lumpuh (Parase Plarise) secara tidak langsung karena gangguan
sirkulasi darah di kanalis falopi. Kerusakan yang ditimbulkan oleh tekanan pada saraf perifer.

Teori Infeksi Virus


Virus yang dianggap paling banyak bertanggung jawab adalah Herpes Simplex Virus (HSV),
yang terjadi karena proses reaktivasi dari HSV (khususnya tipe 1).

 Teori Herediter
Bell’s palsy terjadi mungkin karena kanalis fasialis yang sempit pada keturunan dikeluarga
tersebut, sehingga menyebabkan predisposisi untuk terjadi paresis fasialis.

 Teori Imunologi
Dikatakan bahwa Bell’s palsy terjadi akibat reaksi imunologi terhadap infeksi virus yang
timbul sebelumnya atau sebelum pemberian imunisasi.
PATOFISIOLOGI
 Otot-otot wajah diinervasi saraf fasialis. Kerusakan pada saraf
fasialis di meatus akustikus internus (karena tumor), di telinga
tengah (karena infeksi atau operasi), di kanalis fasialis
(perineuritis, Bell’s palsy) atau di kelenjar parotis (karena
tumor) akan menyebabkan distorsi wajah, dengan penurunan
kelopak mata bawah dan sudut mulut pada sisi wajah yang
terkena. Ini terjadi pada lesi lower motor neuron (LMN). Lesi
upper motor neuron (UMN) akan menunjukkan bagian atas
wajah tetap normal karena saraf yang menginnervasi bagian
ini menerima serat kortikobulbar dari kedua korteks serebral
(Snell, 2012).
PEMERIKSAAN
 Pemeriksaan umum :
1. Anamnesis
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit
4. Inspeksi
5. Palapasi
6. Gerak dasar
7. dll
 Pemeriksaan khusus :
 Skala Ugo Fish (kriteria penilaian)
 Skala Normal dengan Skala Ugo Fish
 Manual Muacle Testing wajah :
Manual Muacle Testing merupakan sebuah metode yang
digunakan untuk pemeriksaan kekuatan otot yang
bertujuan untuk pemeriksaan kekuatan otot . Metode ini
digunakan pada masalah patologis dan cidera neurologis
atau cedera fisik. Dalam pemeriksaan MMT dilakukan
observasi, palpasi dan dorongan untuk menentukan nilai
kekuatan otot. Penilaian kekuatan otot wajah dengan
menggunakan skala “Daniel’s and Worthingham Manual
Muscle Testing (Bohannon, 2019).
TEKNOLOGI INTERVENSI
 Infra red
 Elektrical Stimulation
 Massage
 Mirror exercise
INFRA RED

 Persiapan alat : Pastikan kabel IR dalam keadaan aman (tidak putus,


Pastikan kabel IR tersambung dengan listrik dan yang terakhir
pastikan lampu IR aman digunakan.
 b. Persiapan pasien : Posisi pasien tidur tidur terlentang dengan posisi
pasien senyaman mungkin, dan lakukan tes sensabilitas terlebih
dahulu panas dingin pada sisi yang lesi terlebih dahulu.
 c. Penatalaksanaan : Tutup mata pasien dengan kain bersih untuk
menghindari mata dari sorot lampu, posisi lampu tegak lurus dengan
wajah yang sakit, kemudian tekan tombol ON pada IR, jarak lampu
sekitar 30-45 cm, durasi 15 menit. Setelah waktu selesai tekan tombol
OFF dan rapikan alat.
MASSAGE
 Tujuan diberiksn massage pada penderita Bell’s palsy adalah untuk
mencegah kemunduran sifat fisiologis otot serta rileksasi otot-otot wajah.

 Persiapan alat : Siaptak babioil atau gel (jika wajah pasien tidak
sensitive) dan Tisu
 b. Persiapan pasien : Posisikan pasien tidur terlentang diatas bed kepala
di sanggah bantal
 c. Persiapan terapis : Tangan terapis bersih bebas dari aksesoris seperti
gelang, cincin, jam tangan, dan kuku terapis tidak boleh panjang. Cuci
tangan terlebih dahulu dan gunakan handsanitaizer. Terapis juga wajib
menggunakan alat pelindung diri (APD), posisi pasien di atas atau
samping kepala pasien
 Penatalaksanaan : Pertama tuangkan gel/ babyoil pada tangan terapis kemudian
kemudiajn usapkan secara halus pada wajah pasien. Teknin massage yang digunakan
untuk meratakan gel yaitu stoking. Efek dari pemberian stroking adalah penenangan
dan mengurangi rasa nyeri. Kemudian teknik yang ke dua ada effluarage atau
gosokan halus dengan penekanan yang ringan pada kedua sisi wajah menggunkan
kedua telapak tangan dimulai dari tengah dahi menuju ke depan telinga selanjutnya
alis mulai dari sudut medial alis ditarik kearah lateral hingga ke depan telinga,
mengitari mata menuju depan telinga, hingga di mulai dari sisi hidung kemudian di
tarik ke depan telinga, pada bibir bagian atas dari tengah bibir ditarik ke sudut bibir
lalu menuju ke telingga, mengitari mulut dari tengah bibir ditarik kesudut bibir
kemudian kearah depan telinga, dan langsung menuju ke telinga. Lakukan Fingger
kneeding dengan cara penekanan ringan dan gerak memutar menggunakan ibu jari
dilakukan mulai dari sisi yang sehat menuju kearah telinga. Setelah itu lakukan
dengan teknik effluarage sama seperti gerakan awal, Kemudian yang terakhir
lakukan teknok tapotement yaitu dengan memberikan tepukan pada wajah yang
berirama dengan kekuatan tertentu dilakukan dengan menggunkan jari-jari. Setelah
melakukan teknik tapotemment lakukan lagi teknik effluarage pada kedua sisi.
Massage dapat dilakukan setiap hari dengan durasi 10-15 menit per sesi massage.
MIRROR EXERCISE
 Tujuan pemberian mirror exercise pada penderita Bell’s Palsy adalah
untuk meningkatkan kekuatan otot. Pemberian Mirror exercise
meliputi :

a. Persiapan alat : Siapkan cermin dan tempat duduk


b. Persiapan pasien : Minta pasien duduk dikursi menghadap ke arah
cermin
c. Persiapan Pasien : Tangan terapis bersih bebas dari aksesoris seperti
gelang, cincin, jam tangan, dan kuku terapis tidak boleh panjang. Cuci
tangan terlebih dahulu dan gunakan handsanitaizer. Terapis juga wajib
menggunakan alat pelindung diri (APD), posisi terapis berada di
belakang pasien
 d. Penatalaksanaan terapi : Pertama terapis memberikan contoh
kepada pasien gerakan apa saja yang akan digerakan seperti (1)
Menaikan alis seperti orang terkejut dan jangan biarkan sudut
mulut terangkat (2) Kemudian gerakan menarik pipi dengan arah
keatas dari mulut ketelinga lalu tersenyum, (3) mendekatkan
kedua sudut, (4) menutup mata secara perlahan (5) Kerutkan
hidung seolah-olah mencium sesuatu, (6) bibir didorong ke
depan (7) mengembangkan pipi menahan udara sehingga tidak
ada udara yang lolos tahab 3-5 detik. Terapis berada dibelakang
pasien, terapis meminta pasien melakukan gerakan yang sudah di
ajar oleh terapis, kemudian terapis mengkoreksi jika ada gerakan
pasien yang kurang tepat. Latihan dilakukan 2-3 kali sehari
dengan 8 kali pengulangan setiap gerakan.

Anda mungkin juga menyukai