Anda di halaman 1dari 60

Etika

Bisnis
untuk
UKM
“Setiap agama
besar memulai
konsepsinya
dari anggapan
tertentu
tentang
manusia dan
alam semesta”
Dr. Sir Muhammad Iqbal
Hakikat Kebenaran …

Dalam pandangan E.E. Schumacher (Wijayanto, 2002), misteri eksistensi semesta dapat
didekati dengan menengok empat kebenaran besar (the big truth).

Kebenaran tentang eksistensi: benda, tumbuhan, hewan, manusia.


Pembedanya adalah kesadaran (awareness).

Kebenaran “tools”: ketepatan alat untuk dapat memahami esensi


empat eksistensi tersebut: rasionalitas dan objektif.
Kebenaran
Kebenaran cara belajar untuk memahami empat eksistensi yang tentu
saja berbeda satu sama lain: lahir, batin.

Kebenaran hidup terdapat dua corak yang dominan: a) konvergen,


bertitik temu, mengerucut; b) divergen, bertitik pisah, berpencar.
Hakikat Manusia …

Dalam pandangan Pitirin A. Sorokin (Wijayanto, 2002), terjadi perubahan besar dalam
kehidupan manusia berdasarkan skema tiga sistem nilai:

Inderawi: semua nilai bersifat relatif dan bahwa persepsi indrawi


merupakan satu-satunya sumber pengetahuan dan kebenaran
karena bersifat “nyata”..

Ideasional: realitas sejati berada di luar dunia materi (berada di alam


Perubahan spiritual) dan bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui
Besar dan pengalaman batin.
Fluktuasi
Sistem Nilai Idealistis: perpaduan harmonis antara pandangan indrawi dan
ideasional; konsep indrawi diperlukan untuk memastikan sesuatu,
daya spiritual pun dibutuhkan bagi jiwa manusia.
Hakikat Manusia dan Pertumbuhannya …

“The personality is engaged with the hazards of existence


continuously, even as the body’s metabolism copes with decay”.
“Personalitas (kepribadian) itu akan terus bergulat dengan
tingkat kerusakan (lingkungan) secara terus menerus, sekalipun
metabolism tubuh seseorang sudah mulai rapuh”.

Mascular Anal Stage, Latency Stage, 6 Young Adulthood Stage, Maturity Stage, 65
18 bln sd 3 thn thn sd 12 thn 19 thn sd 40 thn th ke atas

Oral Sensory Stage, Locomotor Stage, 3 Adolescence Stage, Middle Adulthood Stage, 40
0 – 18 bln thn sd 6 thn 12 thn sd 18 thn thn sd 65 thn
Pengaruh Pikiran dan Makna Kehidupan …

Menurut Hart (1997), “manusia diciptakan untuk


Membent
berpikir. Di dalam aktivitas berpikir itu terletak uk
semua martabat dan kebajikannya. Seluruh Spiritual
kewajiban yang dibebankan kepada manusia
Menempa Membent
adalah berpikir sebagaimana seharusnya”. uk Pikiran
sikap,
watak
Descartes (Walter, 1996): “Cogito
ergo sum”, Aku ada karena aku PIKIRAN
berpikir.
Rakhmat (2001), berpikir merupakan “Proses Mempeng Formatisa
komunikasi intrapersonal yang meliputi sensasi aruhi si Sistem
(penginderaan), persepsi (pemberian makna Perilaku
pada sensasi), memori (penyimpanan informasi), Menguba
dan olah-pikir (pengolahan informasi). h Emosi
Otak Normal dan Kesehatan Spiritual …

OTAK OTAK KESEHATAN KUALITAS


NORMAL SEHAT
Memory Driven SPIRITUAL HIDUP

Keterampilan • Memiliki makna • Hidup tertata dalam


Spiritualitas
Berpikir hidup kerangka aturan
• Keyakinan • Konfidensi yang baik normatif;
yang kokoh, • Berhati lapang • Mampu membangun
self belief (pemaaf) interaksi sosial dengan
• Sikap patuh • Memiliki rujukan nilai
dan
sangat baik
berperilaku • Komitmen • Suka berderma
baik yang • Konsisten terhadap orang lain
berkelanjutan • Kemurahan hati • Memiliki integritas,
• Rasa syukur akuntabilitas,
• Kasih sayang, dll. responsibilitas
Perbedaan Filsafat dan Ilmu …

Filsafat dan ilmu, pada hakikatnya, dapat dibedakan dengan mengacu pada tiga hal: ontologis,
epistemologis, dan aksiologis.

Filsafat Ilmu

Ontologis: segala sesuatu yang bersifat fisik Ontologis: segala sesuatu yang bersifat fisik
dan nonfisik; yang dapat direkam melalui indera (materi), dan dapat direkam dan dicatat melalui
(empiris) atau tidak. indera (empiris)

Epistemologis: pendekatannya bersifat reflektif Epistemologis: pendekatannya bersifat ilmiah


atau rasional-deduktif. (deduktif dan induktif) yang saling melengkapi.

Aksiologis: sangat abstrak, memiliki guna dan Aksiologis: sangat konkret (realitas), langsung
manfaat, tapi tidak secara langsung bagi dapat dimanfaatkan bagi kepentingan umat
seluruh umat manusia. manusia.
Pengertian dan Unsur Agama …

Agama (a = tidak, gam = pergi): pegangan atau pedoman hidup bagi manusia
untuk mencapai kehidupan yang kekal (Harjana, 2005)

Agama: bentuk ketetapan ilahi untuk mengarahkan makhluk yang berakal,


dengan pilihan mereka, kepada kebaikan hidup dunia dan akhirat (Ismail dan
Mutawali, 2003)

Agama Interaksi manusia dengan Kekuatan Transenden dan adanya keharusan


menerapkan perintah dan larangan, serta petunjuk hidup untuk kebaikan hidup
(Muhammad, 2006).

Hubungan manusia dengan Kekuatan Transenden, mengacu pada pedoman


(wahyu) dalam rangka meraih kebahagiaan hidup dunia dan akhirat (Agoes
dan Ardana, 2009).
Pengertian dan Unsur Agama …
Sebagaimana filsafat, agama pun memiliki unsur yang menjadi ciri khas dari agama tersebut, baik
agama “samawi” maupun agama “ardhi”. Unsur-unsur itulah yang menjadi pembentuk kekuatan
beragama bagi umatnya.

Kitab suci yang menjadi pedoman pelaksanaan perintah dan larangan agama.

Ada nabi dan rasul yang menerima wahyu, yang menjadi perintah dan larangan
bagi umatnya.

Ada lembaga yang berwenang untuk membina, menuntun umatnya, dan yang
Unsur Agama
memiliki otoritas untuk menafsirkan makna kitab suci bagi kepentingan
umatnya.

Bersisi ajaran dan pedoman bagi umat dalam bentuk dogma, doktrin, atau
filsafat; ritual, upacara, dan tata cara beribadah; tatasusila, etika, dan moral;
tujuan akhir yang dituju dari praktek agama yang dilakukan.
Hakikat dan Unsur Etika …
Secara etimologis, kata etika berasal dari “ethos”: tempat tinggal, padang rumput, kebiasaan, adat,
watak, perasaan, sikap, cara berpikir, dan kebiasaan. Moral (Latin: mores): adat istiadat, kebiasaan,
perilaku, watak, tabiat, atau cara hidup (Kanter, 2001)

Etika dilihat dari dua sisi: praktis dan refleksi. Secara praktis, etika berarti nilai
dan norma yang baik yang dapat dipraktikkan. Etika = moral. Secara reflektif,
etika adalah ilmu pemikiran tentang moral (Bertens, 2001).

Etika, secara etimologis, adalah “ilmu tentang apa yang biasa dilakukan” atau
Etika “ilmu tentang adat kebiasaan yang berkaitan dengan kehidupan yang baik atau
buruk” (Kanter, 2001).

Etika = Susila, yaitu ilmu tentang kebiasaan atau tingkah laku yang harus
dikerjakan atau yang harus dihindari terkait dengan hubungan sesame
(Suhardana, 2006).
Interelasi Agama, Etika, dan Nilai …

Kualitas keimanan (spiritualitas)

Kualitas peribadatan/ritual Kualitas moral/etika (hubungan


(hubungan manusia dengan Tuhan manusia dengan manusia dalam
yang bersifat intens) masyarakat dan alam)

Tiga kualitas tersebut merupakan satu kesatuan yang padu, dan mustahil terpisahkan. Sebab, jika
terpisahkan keutuhan “religiusitas” dalam diri seseorang akan hilang dan sia-sia. Tujuan
utamanya adalah terwujudnya hidup yang bermakna, dunia dan akhirat.
Kecerdasan, Karakter, dan Etika …

Jika tingkat kecerdasan disintesiskan dengan etika, hasil yang didapat adalah terbentuknya tiga istilah
baru: a) teo-etika—berkaitan dengan interaksi antara “aku” dan Tuhan; b) psiko-etika—berkaitan
dengan interaksi “aku” dengan “aku”; c) sosio-etika—berkaitan dengan interaksi “aku” dengan “orang
lain” (Nafis, 2006).

1. Teo-etika; saling ketergantungan; 1. Terbentuknya sikap: a) takwa; b) tulus ikhlas


masalah “aku” dengan Tuhan; tanpa batas;c) tawakal—bersandar
sedemikian kuat.
2. Psiko-etika; kemandirian; masalah “aku” 2. Terbentuknya sikap yang kuat untuk: a)
dengan “aku” (intrapersonal) tawadhu, rendah hati; b) bersyukur kepada
Allah; c) bersabar atas segala ujian.
3. Sosio-etika; ketergantungan terhadap 3. Semangat yang kuat untuk melakukan: a)
yang lain; masalah “aku” dengan orang silaturahim; b) amanah (integritas); c)
lain husnuzhon (selalu berbaik sangka);
Model Pembangunan Manusia Seutuhnya …

Model ini
Kaya Tapi Tidak Karakter Negatif yang
Bahagia Dominan menggambarkan
tentang tidak hadirnya
keseimbangan antara
Makanan enak kecerdasan IQ, EQ,
PQ Sehat (Fisik, Jasad)
dan olahraga dan SQ dalam diri
seseorang hingga ia
terjangkiti penyakit
Sains dan
IQ Tinggi (Intelektual) Ego yang Tinggi
batin yang akut. Hidup
Teknologi pun tidak pernah
menemukan dan
EQ Rendah meraih kebermaknaan
Cemas, Sombong, dll.
EQ dan SQ (Emosional) yang sesungguhnya.
Tdk Kondisi inilah yang
Dikembangkan dialami manusia
SQ Rendah (Spiritual) Tidak Percaya Tuhan modern.
Model Pembangunan Manusia Seutuhnya …

Model ini
Bahagia, Hayâtan Karakter Positif yang
Thoyyibah Dominan menggambarkan
tentang hadirnya dan
kuatnya keseimbangan
Makanan enak antara kecerdasan IQ,
PQ Sehat (Fisik, Jasad)
dan olahraga EQ, dan SQ dalam diri
seseorang hingga ia
batinnya terbebas dari
Sains dan
IQ Tinggi (Intelektual) Psiko-etika (sabar, dll.)
penyakit batin. Hidup
Teknologi pun menemukan dan
meraih kebermaknaan
Dzikir, Sosio-etika (Amanah, yang sesungguhnya.
EQ Tinggi (Emosional)
Kontemplasi dll.) Kondisi seperti inilah
yang ideal untuk
Pemahaman manusia modern yang
SQ Tinggi (Spiritual) Teo-etika (Takwa, dll.) utuh.
Agama
Absolutisme versus Relativisme Etika …

Hingga kini masih terdapat perbedaan pendapat (baca: ikhtilaf) dan perbedaan pandangan tentang
posisi etika: apakah bersifat absolut-mutlak ataukah relatif.

Absolutisme: Etika berlaku mutlak karena berlaku secara unibersal, di


manapun, kapan pun, dan oleh siapa pun. Sebab, masyarakat menganut dan
mengikuti aturan-aturan normatif yang dilaksanakan dengan kesepakatan
bersama dalam rangka melestarikan kehidupan masyarakat. Tokoh Pemikir:
Immanuel Kant dan James Rachel.

Etika Relativisme: Etika tidak memiliki prinsip dan nilai moral yang berlaku umum
dan mutlak. Sebab, prinsip dan nilai moral yang dianut dan berlaku dalam
kehidupan masyarakat berbeda-beda sesuai dengan situasi dan kondisi di
tempat mereka berada. Jelasnya, kebudayaan dan adat kebiasaan yang
berbeda menghasilkan prinsip etika yang berbeda pula. Tokoh Pemikir: Joseph
Fletcher.
Teori-Teori Etika: Egoisme

Teori Egoisme mengacu Egoisme Psikologis menjelaskan bahwa semua tindakan


pandangan seseorang dalam manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri (selfish).
menempatkan diri di tengah dan Menurut teori ini, tindakan ada tindakan “altruisme”. Sebab,
terhadap orang lain. Egoisme setiap orang bertindak selalu atas dasar motivasi tertentu
dibagi dua: egoisme psikologis terhadap sesuatu. Sebaliknya, Egoisme Etis adalah tindakan
dan egoisme etis. yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri (self interest).
Jadi, pembeda antara “Egoisme Psikologis” dan “Egoisme
Etis” adalah “akibat apa yang dialami oleh orang lain”.

“Egoisme Psikologis” (berkuat diri) bersikap


mengabaikan atau bahkan cenderung merugikan
orang lain; sedangkan “Egoisme Etis”
(mementingkan diri) tidak selalu merugikan
kepentingan orang lain. “Egoisme Psikologis”
berbasis ketamakan dan kerakusan. “Egoisme Etis”
berbasis kebutuhan pribadi.
Teori-Teori Etika: Egoisme …

“Egoisme Etis” berbasis kebutuhan pribadi, dan karena itu, prinsip ini lebih mementingkan diri. Sikap
“mementingkan diri” berbeda dengan sikap “berkutat diri”. Berikut adalah beberapa pokok pikiran atau
pandangan “Egoisme Etis”.
• “Egoisme Etis” tidak beranggapan bahwa seseorang harus membela kepentingannya sendiri atau
kepentingan orang lain;
• “Egoisme Etis” hanya berkeyakinan bahwa satu-satunya tugas adalah membela kepentingan diri;
• “Egoisme Etis” memang membela kepentingan diri, tapi ia tidak menyatakan bahwa seseorang
tidak perlu membela atau menolong orang lain;
• Bagi “Egoisme Etis”, tindakan menolong orang lain dianggap sebagai tindakan untuk menolong diri
karena, boleh jadi, tindakan itu langsung atau tidak langsung bertautan dengan kepentingan diri
sehingga memberi pertolongan kepada seseorang sama dengan menolong diri sendiri.
• Bagi “Egoisme Etis”, keuntungan yang diperoleh seseorang karena bantuan seseorang bukanlah
alasan untuk “menjudge” bahwa tindakan itu benar; sebuah tindakan dikatakan benar jika pada
akhirnya memberi keuntungan kepada orang yang memberi pertolongan.
Teori-Teori Etika: Egoisme …

Seperti layaknya teori lain, Teori Egoisme pun mendapatkan dukungan, sekaligus penentangan.
Kehadiran pendukung dan penentang merupakan sebuah keniscayaan. Berikut adalah beberapa
alasan yang dikemukakan pada pendukung:
• Konsep “altruisme” memiliki beberapa kelemahan: a) tindakan menghancurkan diri; b) gangguan
ofensif bagi kepentingan diri; c) merendahkan martabat dan kehormatan si penerima;
• Pandangan tentang kepentingan diri, bukan berkutat diri, merupakan pandangan yang sesuai
dengan moralitas akal sehat.

Sementara para penentangnya mengemukakan dua alasan berikut:


• Teori yang dikemukakan “Egoisme” terbukti tak mampu memecahkan konflik kepentingan (conflict of
interest). Dalam hal ini, aturan dan kaidah moral sangat diperlukan karena berbagai kepentingan
seringkali bertabrakan.
• Konsep yang dikemukakan “Egoisme” itu sewenang-wenang. Sebab, pemilik kepentingan pasti
mendahulukan apa yang menjadi kepentingannya. Praktek ini bisa menjadi penyebab awal munculnya
rasisme.
Teori-Teori Etika: Utilitarianisme …

“Utilitarianisme” (asal kata: utility, bermanfaat atau berguna). Menurut “Utilitarianisme”, sebuah
tindakan dikatakan baik jika tindakan itu membawa atau mendatangkan manfaat sebanyak mungkin
bagi anggota masyarakat, “the greatest happiness of the greatest numbers”. Jadi, ukuran baik atau
tidaknya suatu tindakan dapat dilihat dari tiga hal: akibat, konsekuensi, dan tujuan dari tindakan itu.
Ada nama lain dari Teori “Utilitarianisme”, yaitu Teori Teleologis. Kata “Teleologis” berarti tujuan
(Bertens, 2000). Tokoh pendukung: David Hume dan Jeremy Bentham.
Adakah perbedaan yang mendasar antara “Egoisme” dan “Utilitarianisme”? Perbedaan mendasar
antara “Egoisme” dan “Utilitarianisme” terletak pada “siapa yang memperoleh manfaat”.

• “Egoisme Etis” melihat dari sudut pandang


kepentingan individu;
• “Utilitarianisme” melihat dari sudut pandang
kepentingan yang banyak, kepentingan bersama atau
kepentingan masyarakat, “the greatest happiness of
the greatest numbers”.
Teori-Teori Etika: Utilitarianisme …

Secara garis besar, Teori “Utilitarianisme” memiliki beberapa pandangan. Pandangan itu terangkum
dalam ringkasan berikut:
• Menurut “Utilitarianisme”, tindakan harus dinilai benar atau salah hanya dari konsekuensinya:
akibat, tujuan, atau hasil yang diperoleh;
• Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, salah satu parameternya yang terpenting untuk dilihat
adalah jumlah kebahagiaan atau ketidakbahagiaan yang dirasakan;
• Kesejahteraan hidup setiap orang merupakan sesuatu yang sangat penting dan karena itu harus
menjadi bahan pertimbangan apa pun.

Sebagaimana Teori “Egoisme”, Teori “Utilitarianisme” pun mendapatkan kritikan:


• “Utilitarianisme” hanya mampu menekankan tujuan atau manfaat pada pencapaian kebahagiaan
yang duniawi (materialis), dan mengabaikan aspek ruhani (spiritual).
• “Utilitarianisme” mengorbankan prinsip keadilan (equity) dan hak individu demi keuntungan
sebagian besar orang.
Teori-Teori Etika: Deontologi …

Kata “deontologi” berasal dari dua kata yang digabungkan: “deon” dan “logos”. Kata “deon”
(bahasa Yunani) artinya kewajiban (Bertens, 2000). Paham “deontologi” mulai dikenal
tatkala Immanuel Kant (1742-1804) memopulerkannya, dan didukung oleh banyak filosof
lainnya, seperti Anscombe and Peter Geach (Rachel, 2004)
• Menurut “Egoisme” dan “Utilitarianisme”, baik atau buruknya suatu tindakan berasal atau
disebabkan oleh “akibat, konsekuensi, dan tujuan” dari tindakan tersebut. Suatu tindakan
disebut “etis” jika ia bermanfaat untuk individu (Egoisme), atau untuk kepentingan
masyarakat (Utilitarianisme alias Teleologis).
• Menurut “Deontologi”, etis atau tidaknya suatu tindakan
“tidak ada kaitannya sama sekali dengan tujuan,
konsekuensi atau akibat dari tindakan tersebut”. Artinya,
konsekuensi dari suatu tindakan tidak boleh menjadi
pertimbangan untuk menilai etis atau tidaknya suatu
tindakan.
Teori-Teori Etika: Deontologi …

Imperative Hypothesis: Etika berlaku mutlak karena berlaku secara unibersal, di


manapun, kapan pun, dan oleh siapa pun. Sebab, masyarakat menganut dan
mengikuti aturan-aturan normatif yang dilaksanakan dengan kesepakatan bersama
dalam rangka melestarikan kehidupan masyarakat. Tokoh Pemikir: Immanuel Kant dan
James Rachel.

1. Kalau Anda ingin menjadi sarjana akuntansi, Anda harus (ought) memasuki Fakultas Ekonomi
Jurusan Akuntansi.
Deontologi 2. Kalau Anda ingin menjadi pemain sepak bola yang berhasil, Anda harus rajin berlatih sepak
bola.
3. Kalau Anda ingin berhasil dalam studi, Anda harus rajin belajar.

Imperative Catagories: Etika tidak memiliki prinsip dan nilai moral yang berlaku umum
dan mutlak. Sebab, prinsip dan nilai moral yang dianut dan berlaku dalam kehidupan
masyarakat berbeda-beda sesuai dengan situasi dan kondisi di tempat mereka
berada. Jelasnya, kebudayaan dan adat kebiasaan yang berbeda akan menghasilkan
prinsip etika yang berbeda pula. Tokoh Pemikir: Joseph Fletcher.
Teori-Teori Etika: Deontologi …

Imannuel Kant berpendapat: “Bertindaklah sedemikian rupa sehingga prinsip kehendakmu sekaligus
dapat menjadi prinsip pemberian hukum umum. Kewajiban moral harus dilaksanakan demi kewajiban
itu sendiri, bukan karena keinginan untuk memperoleh tujuan kebahagiaan, bukan pula karena
kewajiban moral itu diperintahkan oleh Tuhan”.

• Teori “Egoisme” dan “Utilitarianisme”: kebaikan moral memiliki kaitan yang sangat erat
dengan tujuan seseorang dalam melakukan sebuah kebaikan;
• Teori “Deontologi”: kebaikan moral seseorang harus terbebas dari tujuan apa pun,
termasuk tujuan karena perintah Tuhan, kecuali karena kewajiban itu sendiri.

Kritik:
• Teori Kant ,“Deontologi”, dibangun atas rasional semata-semata, hanya untuk memenuhi
kewajiban itu sendiri;
• Kebaikan moral harus mengabaikan tujuan, termasuk tujuan karena perintah Tuhan—
langsung atau tidak langsung, teori ini mengabaikan eksistensi Tuhan, tujuan tertinggi.
Teori-Teori Etika: Teori Hak …

Menurut Teori Hak (Right Theory), suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik apabila tindakan
tersebut sesuai dengan hak asasi manusia (HAM). Pemikirnya adalah Immanuel Kant.
Bagi Bertens (2000), teori hak merupakan salah satu aspek dari Teori Deontologi (Teori
Kewajiban). Sebab, hak dan kewajiban tidak dapat dipisahkan. Sesuatu hak seseorang berarti
menjadi kewajiban bagi orang lain. Demikian pula sebaliknya.

Sumber Otoritas Hak Asasi Manusia (Weiss, 2006)


1. Hak hukum (legal right): hak yang didasarkan atas sistem
yuridiksi hukum suatu negara, yang sumber tertingginya adalah
UUD.
2. Hak moral atau kemanusiaan (moral or human right): hak yang
berkaitan individu dan kepentingannya, selama hak itu tidak
melanggar hak orang lain.
3. Hak kontraktual (contractual right): hak yang mengikat individu
melalui kesepakatan atau kontrak bersama yang di dalamnya
tercantum hak dan kewajiban setiap individu.
Teori-Teori Etika: Teori Hak …

Sebagai bagian dari PBB, Indonesia terikat dengan konsensus Hak Asasi Manusia (HAM)
sebagaimana yang diatur oleh Declaration of Human Right. Untuk menindaklanjuti masalah
itu, pemerintah menetapkan dan memberlakukan Undang-Undang No. 39 Tahun 1999
tentang HAM di Indonesia.
Hak-hak warga negara yang diatur oleh UU No. 39 Tahun 1999 ini meliputi:
1. Hak untuk hidup
2. Hak untuk berkeluarga dan melanjukan keturunan
3. Hak untuk memperoleh keadilan
4. Hak untuk kebebasan pribadi
5. Hak atas rasa aman
6. Hak atas kesejahteraan
7. Hak untuk turut serta dalam pemerintahan
8. Hak wanita
9. Hak anak
Teori-Teori Etika: Teori Keutamaan (Virtue Theory) …
Teori Keutamaan (Virtue Theory) berangkat dari konsep manusia utama—Dr. Muhammad Iqbal
menyebutnya “manusia khudhu”, insan kamil. Jelasnya, Teori Keutamaan menjadikan sifat-sifat atau
karakter yang harus dimiliki oleh sesorang agar dapat disebut sebagai “manusia utama”, dan juga
sifat-sifat atau karakter yang mencerminkan karakter “manusia hina”. Pemikir Teori Keutamaan:
Aristoteles dan Ertens.
Karakter atau sifat utama adalah disposisi secara sifat-watak yg melekat dan dimiliki oleh seseorang
yang dengannya memungkinkannya untuk selalu bertingkah laku yang secara moral dinilai baik.
Sebaliknya, mereka yang selalu melakukan tingkah laku buruk secara moral disebut “manusa hina”
(Bertens, 2000).

Sifat arif-bijak (hikmah);


Manusia Mulia;
bersikap dan bertindak adil;
rendah hati; tulus tanpa batas; Insan Kamil;
dan sederhana. Manusia Khudhu
Teori-Teori Etika: Teori Keutamaan (Virtue Theory) …

Ada perbedaan yang mendasar antara Teori Egoisme, Teori Utilitarianisme, dan Teori
Keutamaan.
1. Teori Egoisme: tindakan disebut etis jika ia memenuhi kepentingan pribadi (self-interest);
2. Teori Utilitarianisme: tindakan disebut etis jika ia mampu memberikan manfaat bagi
orang yang bersangkutan.
3. Teori Keutamaan: tindakan disebut etis jika mencerminkan kemuliaan karakter orang
yang bersangkutan, yang secara moral dinilai baik.

Self Belief
Karakter Tujuan Hidup/Visi Mind-Set
Knowledge

Kebiasaan Tindakan Berulang Experience


Teori-Teori Etika: Teori Etika Otonom …

Teori-teori sebelumnya (Teori Egoisme dan Teori Utilitarianisme yang lazim disebut
Teleologi (Konsekuensi), Teori Deontologi (Kewajiban), Teori Keutamaan (Virtue Theory),
seperti berbeda, padahal semuanya mempunyai kesamaan. Kesamaan tersebut terletak
pada kajian aspek moralitas. Dalam hal ini, moralitas hanya dikaji berdasarkan proses
penalaran atau akal manusia tanpa mengakui atau mengaitkannya dengan kekuatan tak
terbatas (Tuhan).
Moralitas dikatakan mutlak hanya apabila moralitas itu dikaitkan dengan tujuan tertinggi
umat manusia. Segala sesuatu yang bersifat mutlak tidak dapat diperdebatkan dengan
sekadar pendekatan rasional. Sebab, semua yang bersifat mutlak pasti melampaui tingkat
intelejensia atau kecerdasan rasional yang dimiliki manusia.
Para penggagas teori itu keliru dalam menafsirkan tujuan hidup manusia yang seolah-olah
hanya ditujukan pada kenikmatan duniawi-material. Mereka memiliki tujuan tertinggi, dan
Tujuan Tertinggi (Transenden) umat manusia hanya dapat dicapai bila potensi kecerdasan
tak terbatas yang dimilikinya dapat dimanfaatkan dengan maksimal.
Teori-Teori Etika: Teori Etika Otonom …

Teori Teonom Berbasis Ilahi. Menurut Teori Teonom, karakter moral manusia ditentukan
secara hakiki oleh kesesuaian hubungannya dengan kehendak Allah. Perilaku manusia
dianggap baik secara moral jika sesuai dengan kehendak Allah. demikian pula sebaliknya.
Ada empat persamaan yang sangat fundamental antara filsafat etika di semua agama:
1. Semua agama mengakui bahwa umat manusia memiliki tujuan yang tertinggi, yang
sifatnya Transenden, selain tujuan hidup di dunia, yaitu kehidupan akhirat, the afterlife.
2. Semua agama mengakui eksistensi Tuhan karena Dialah sumber kekuatan tak terbatas
yang mengatur dan mengelola alam raya ini.
3. Etika bukan saja diperlukan untuk mengatur perilaku hidup manusia di dunia, tetapi juga
salah satu syarat mutlak untuk mencapai tujuan akhir atau tujuan tertinggi umat manusia.
Tujuan tertinggilah inilah yang terpenting.
4. Semua agama mempunyai ajaran moral-etika yang bersumberdari kitab suci. Di
dalamnya terdapat prinsip-prinsip etika yang bersifat universal-mutlak dan spesifik.
Teori Etika dan Paradigma Hakikat Manusia…
Teori Paradigma Berpikir Kriteria Etis Tujuan Hidup Hakikat Manusia dan
Kerdasaran
Egoisme Tujuan dari sebuah Memenuhi kepentingan Kenikmatan duniawi secara Hakikat tidak utuh (PQ,
tindakan pribadi individu IQ)

Utiliarianisme Tujuan dari sebuah Mampu memberi banyak Kesejahteraan dunia Hakikat tidak utuh (PQ,
tindakan manfaat pada semua orang kehidupan masyarakat IQ, EQ)

Deontologi Tindakan itu sendiri Kewajiban mutlak yang Demi kewajiban itu sendiri, Hakikat tidak utuh (IQ,
harus dilakukan setiap tidak lebih. EQ)
orang
Teori Hak Tingkat kepatuhan Aturan yang ketat tentang Demi martabat kemanusiaan Hakikat tidak utuh (IQ)
yang kuat terhadap HAM
HAM

Teori Disposisi karakter Karakter positif dan negatif Kebahagiaan duniawi dan Hakikat tidak utuh (EQ,
Keutamaan individu mental IQ)
Teori Teonom Disposisi karakter Karakter mulia dan Kebahagiaan dunia dan Hakikat yang utuh (PQ,
dan tingkat kepatuhan terhadap firman uknrowi IQ, EQ, dan SQ)
keimanan Tuhan atau kitab suci
Hakikat Ekonomi …
Istilah "ekonomi" berasal dari bahasa Yunani yaitu “oikos” (keluarga, rumah tangga) dan “nomos”
(peraturan, aturan, hukum, distribusi). Jadi, secara garis besar, “ekonomi” artinya "aturan rumah
tangga" atau "manajemen rumah tangga." Adapun “ahli ekonomi” atau ekonom adalah orang yang
menggunakan konsep ekonomi, dan data dalam bekerja.
Kata "ekonomi“, untuk pertama kali, digunakan pada karya tulis yang dibuat oleh sebuah gereja pada
tahun 1440 M. Namun, saat itu, kata "ekonomi“ hanya digunakan untuk menggambarkan sistem
pengelolaan atau administrasi—makna yang sangat sederhana.
Kini, kata “ekonomi” digunakan sebuah sistem yang
digunakan di sebuah negara atau wilayah, yang baru
berkembang pada abad ke-19 atau ke-20. Maat ini,
makna yang lazim digunakan untuk menyebut kata
“ekonomi” menunjuk pada salah satu ilmu sosial yang
mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan
produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap baraang dan
jasa.
Hakikat Ekonomi …

Mikro: mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan, serta penentuan


harga pasar dan kuantitas faktor input, barang, dan jasa yang diperjualbelikan,
serta meneliti cara keputusan dan perilaku ekonomi memengaruhi  permintaan
dan penawaran atas barang dan jasa yang akan menentukan harga; dan cara
harga menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa.

Ekonomi Makro: Membahas aktivitas ekonomi secara keseluruhan, terutama mengenai


konsumsi, tabungan, pertumbuhan, ekonomi, inflasi, pengangguran, neraca
perdagangan, kurs valuta asing, dan berbagai kebijakan perekonomian yang
berhubungan, serta dampak atas beragam tindakan pemerintah (misalnya
perubahan tingkat pajak) terhadap hal-hal tersebut.
Hakikat Ekonomi: Asumsi Dasar …

Upaya menemukan proses atau


metode eksplorasi dan ekploitasi
yang tepat sasaran (efektif), dan
tepat guna (efisien)

Kebutuhan manusia Sumber daya yang


yang tak terbatas (the sangat terbatas (the
unlimited needs) scarce resources)

Perolehan (feedback) atau manfaat


(benefit) yang didapat oleh manusia
untuk menyejahterakan hidupnya
melalui pengelolaan sumber daya.
Hakikat Ekonomi: Paradigma Ekonomi Modern …

Manusia adalah makhluk


ekonomi (homo
economicus)
Meraih kekayaan material dan
Manusia memiliki melupakan tujuan spiritual

DAMPAK
kebutuhan hidup yang
Paradigma tak terbatas (the Meyakini kekuatan pikiran logis-
Ekonomi unlimited needs). rasional, dan mengabaikan kekuatan
transendental.
Untuk merealisasikan
dan mewujudkan Manusia cenderung tamak-serakah
kebutuhan hidupnya, hingga menimbulkan petaka bagi
manusia bertindak logis- lingkungan sekitarnya
rasional, konsisten.
Etika dan Sistem Ekonomi …

Sistem ekonomi jaringan berbagai unsur yang terdiri atas pola pikir, konsep, teori, asumsi dasar,
kebijakan, infrastruktur, institusi, seperangkat hukum, pemerintahan, negara, rakyat, dan unsur
lainnya yang saling terkait dengan tujuan utama meningkatkan produksi dan pendapat masyarakat.

Sistem Ekonomi Kapitalis: “core value” pada pemberian kebebasan individu


untuk memiliki, mengumpulkan, dan mengusahakan kekayaan secara individu.
Tokoh Penting: John Lock dan Adam Smith.

Sistem Sistem Ekonomi Pancasila: “core value” terletak pada aplikasi sila-sila pada
Ekonomi Pancasila sebagai dasar negara: a) mewujudkan masyarakat yang adil dan
sejahtera, sila ke 5; b) landasan operasionalnya: sila ke 1, ke 2, ke 3, ke 4.

Sistem Ekonomi Komunis: “core value” terletak pada pembatasan hak setiap
individu untuk memiliki dan menguasai modal dan alat-alat produksi—karena ia
harus dikuasai oleh masyarakat (melalui negara).
Etika dan Sistem Ekonomi: Kapitalis …

Peletak dasar sistem ekonomi kapitalis adalah John Lock (1632-1704) dengan
Teori Kebebasan (Liberalisme) sebagai jargonnya. Konsep utamanya adalah
Life, Freedom, and Property (Bertens, 200).

Adam Smith (1723-1790) menjadi pelopor ilmu ekonomi modern yang melalui


karyanya “The Wealth of Nations” menggambarkan dasar-dasar perdagangan
bebas dan kapitalisme. Teori ekonominya berbasis “laissez-faire”: hak individu
untuk memengaruhi kemajuan ekonomi diri sendiri dengan bebas, tanpa
Ekonomi dikendalikan oleh perkumpulan dan atau negara. Ciri utamanya: liberalisme
Kapitalis kepemilikan dan dukungan ekonomi pasar bebas. 

Konsep pendukung: “invisible hand”, yaitu bahwa mekanisme penetapan harga


harus dibiarkan untuk bergulir dan diatur secara alamiah oleh kekuatan
permintaan (demand) dan penawaran (supply), dan pemerintah dilarang
intervensi dalam mekanisme penetapan harga pasar.
Etika dan Sistem Ekonomi: Kapitalis …

• Pemanasan global (global warming) dan


Kekayaan perusahaan yang kerusakan lingkungan;
sangat besar dan melebihi • Ketidakadilan dalam distribusi kekayaan
pendapatan negara yang dan kesenjangan ekonomi yang sangat
sedang berkembang tajam;
• Potensi dan ancaman terjadinya konflik

DAMPAK
“Hasil Karya” antarnegara;
Ekonomi • Masalah sosial yang semakin besar:
Kapitalis Kekuasaan para pemilik kemiskinan, pengangguran;
modal yang melebihi batas- • Korupsi, kejahatan kerah putih (white
batas wilayah suatu negara collar crime), dan penyalahgunaan
dan cenderung kekuasan (abuse of power);
mengembamgkan hegemoni • Narkoba, kebebasan seks,
dan pengendalian terhadap pembunuhan, dan kriminalitas lainnya;
pemerintah suatu negara. • Gaya hidup hedonis dan konsumtif;
• Dampak psikologis: stres, bunuh diri,
split personality.
Etika dan Sistem Ekonomi: Komunis …

Peletak dasar sistem ekonomi komunis adalah Karl Marx (1818-1883). Analisis
Karl Marx yang menjadi cikal bakal ekonomi komunis berpijak pada konsep
pertentangan kelas. Menurutnya, “sejarah perkembangan berbagai masyarakat
hingga saat ini, pada dasarnya, adalah sejarah pertentangan kelas”.

Ekonomi
Komunis a. Latar belakang teori “sejarah pertentangan kelas” adalah penindasan yang
dilakukan oleh kelompok kecil pengusaha atau para pemodal terhadap
kelompok mayoritas buruh yang menjadi tulang punggung kegiatan
ekonomi.
b. Kelompok pemodal yang menguasai alat-alat produksi dan modal
semamkin. Sebaliknya, mayoritas buruk yang tak bermodal semakin
tertindas.
Etika dan Sistem Ekonomi: Komunis …

• Hilangnya hakikat manusia yang utuh.


Setiap individu dilarang Sebab, komunis meniadakan konsep
menguasai modal dan alat- transendental dan hanya mengandalkan
alat produksi kekuatan nalar-logika untuk memecahkan
persoalan hidup.
Alat-alat produksi dan modal • Tidak mengakui adanya alat-alat produksi
“Asumsi harus dikuasai oleh dan hak milik individu. Di sisi lain, aparat

GAGAL
masyarakat melalui negara diberi otoritas penuh dan tak terbatas (atas
Dasar”
untuk menghilangkan nama rakyat) untuk mengatur pengelolaan
Ekonomi dan penggunaan untuk kepentingan
eksploitasi sekelompok
Komunis orang terhadap kelompok bersama.
lain. • Hilangnya semangat berkompetisi dan
meningkatkan produktivitas kerja. Sebab,
konsep yang diterapkan adalah PBPS—
Kemakmuran milik seluruh pintar dan bodoh pendapatan sama.
masyarakat, bukan milik • Kemakmuran bersama tidak terwujud. Sebab,
orang per orang. pemborosan anggaran negara oleh aparat
pemerintah.
Etika dan Sistem Ekonomi: Pancasila …

Ekonomi yang berbasis


kepercayaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa sebagai pilar Terwujudnya manusia Indonesia
yang mewarnai seluruh aspek seutuhnya dan membangun
kehidupan berbangsa dan masyarakat Indonesia seluruhnya.

TARGET
bernegara.
“Asumsi Menciptakan keselarasan,
Dasar” keserasian, keseimbangan, dan
Menegaskan tentang perlunya kebulatan yang utuh dalam seluruh
Ekonomi menciptakan keadilan dan
Pancasila kegiatan pembangunan: unsur
kebersamaan. manusia, sosial budaya, dan unsur
lainnya dengan porsi perhatian yang
Hak dan kebebasan individu seimbang.
dihargai sepanjang tidak
mengganggu hak orang lain.
Etika dan Sistem Ekonomi: Benefit dan Kerugian …

Manfaat dan kerugian yang


dihadapi, dirasakan, dan dialami Indikator untuk menilai
oleh orang lain
baik atau buruknya
Kemampuan sebuah tindakan
atau perilaku untuk dapat suatu tindakan jika
menciptakan kebahagiaan
individu dan menemukan
dilihat dari konsep
makna hidup sesungguhnya “Hakikat Manusia Utuh”
Kemampuan sebuah tindakan atau “Manusia Mulia”.
atau perilaku untuk dapat
meningkatkan keimanan dan
kesadaran spiritual
Pengertian dan Peranan Bisnis …

Bisnis adalah usaha yang dijalankan yang tujuan utamanya adalah meraih
keuntungan (Kasmir dan Ja’far, 2012: 7).

Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang


berkecimpung di bidang perniagaan dan industri yang menyediakan barang
dan jasa untuk kebutuhan mempertahankan dan memperbaiki standar,
Hakikat Bisnis kualitas, hidup mereka (Raymond dalam Umar, 2005: 3).

Bisnis adalah organisasi yang menyediakan barang atau jasa dengan


maksud mendapatkan laba (Grififin dan Ebert, 2007: 4).

Bisnis adalah seluruh aktivitas dan usaha untuk mencari keuntungan dengan
menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan bagi sistem perekonomian,
beberapa bisnis memproduksi barang berwujud sedangkan yang lain
memberikan jasa (Louis E. Boone, 2007: 5).
Bisnis dan Sudut Pandang Etika …

Pandangan Praktis-Realistis:
Bisnis adalah aktivitas produksi dan
distribusi barang sebagai sarana
with
mencari dan meraih keuntungan (profit)
competition
Sudut
Pandang Pandangan Idealistis:
Bisnis Bisnis adalah aktivitas menghasilkan
dan mendistribusikan barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan without
masyarakat, sedangkan keuntungan
yang diperoleh merupakan konsekuensi competition
logis dari kegiatan itu.
Bisnis dan Sudut Pandang Etika …

Kriteria Etis Fokus


Individu Perusahaan Masyarakat
Egoisme (pendekatan Kepentingan diri Kepentingan Efisiensi
berpusat pada (self-interest) perusahaan ekonomi
kepentinan diri, self- (company-
interest) interest)
Benevolence Kepentingan Kepentingan tim Tanggung Budaya etis
merupakan
(pendekatan berpusat bersama (team-interest) jawab sosial
pemahaman tak
pada kepentingan orang (friendship) (social terucap dari semua
lain) responbility) karyawan/pelaku
Principles (pendekatan Moralitas Prosedur dan Kode etik dan bisnis tentang perilaku
berpusat pada pribadi peraturan hukum yang dapat dan tidak
integritas) (personal perusahaan dapat diterima
morality) (Lawrence, Weber,
and Post, 2005).
Dimensi Bisnis: Ekonomi …

Ekonomi: Bisnis adalah kegiatan produktif dengan tujuan memperoleh keuntungan (profit).
Keuntungan diperoleh dari penghasilan (revenue) dikurangi harga pokok penjualan (cost of goods
sold) dan biaya yang dikeluarkan (expenses).

Profit =
Revenue – (Cost of Goods Sold + Expenses)

unexpired cost expired cost of assets


Harta sebagai sumber daya Harta yang dikorbankan untuk
ekonomi yang dimanfaatkan untuk menciptakan penjualan
menciptakan penjualan
Kalangan “ekonom” menyebutnya sebagai faktor-faktor
produksi: tanah, tenaga kerja, modal, dan wirausahawan.
Dimensi Bisnis: Etis …

Kesadaran hewani (egoisme): tindakan dianggap etis bila tindakan itu


memberi manfaat atau menguntungkan bagi diri, dan dianggap tidak etis
jika ia merugikan.

Kesadaran manusia (utilitarianisme): tindakan dianggap etis jika tindakan


Ukuran itu memberi manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat, dan dianggap
Penilaian Etis tidak etis bila menimbulkan kerugian bagi masyarakat, sekalipun ia
dalam Bisnis menguntungkan secara pribadi.

Kesadaran spiritual: tindakan dianggap etis jika ia memberi manfaat dan


menguntungkan bagi diri, masyarakat, dan alam, serta sesuai pula dengan
ajaran atau perintah agama. Sebaliknya, ia dianggap rugi jika
bertentangan dengan ketiganya: individu, masyarakat, dan agama.
Dimensi Bisnis: Etis …

Bisnis adalah kegiatan produktif, yaitu


menghasilkan dan mendistribusikan Kegiatan bisnis
barang dan jasa untuk kebutuhan seluruh bersesuaian dengan
umat manusia sebagai media untuk kesadaran hewani,
menciptakan kehidupan yang sejahtera, manusia, dan spiritual.
Bisnis dari baik lahir maupun batin.
Sudut
Pandang Bisnis harus dapat memberikan manfaat
Etika dari profit atau keuntungan yang Kegiatan bisnis harus
diperoleh, dengan tetap memperhatikan tetap memperhatikan
dampak negatif yang mungkin timbul dampak yang mungkin
terhadap masyarakat dan lingkungan timbul
ekologi yang ditempati.
Dimensi Bisnis: Hukum …

Dalam pandangan De George (Keraf, 1998), dari aspek hukum, bisnis perusahaan ditinjau dari
dua sisi: “legal creator” dan “legal recognition”.

Legal Creator: perusahaan diciptakan oleh


legal-formal yang diberlakukan oleh negara Perusahaan Negara:
dan, karena itu, ia menjadi badan hokum fokus bisnisnya pada
yang di dalamnya terdapat hak dan pelayanan publik
Bisnis dari kewajiban perusahaan.
Sudut
Pandang Legal Recognition: perusahaan diciptakan
Hukum oleh seseorang atau sekelompok orang Perusahaan Swasta:
untuk memperoleh keuntungan melalui fokus bisnisnya pada
produk yang mereka buat perolehan untung
Dimensi Bisnis: Sosial …

Internal: sumber daya insani dan sumber Dari aspek sosial,


daya noninsani (uang, peralatan, bangunan, perusahaan didirikan
mesin, dan sebagainya). untuk menciptakan
Elemen Bisnis barang dan jasa yang
Perusahaan diperlukan masyarakat,
Eksternal: sumber daya insani (pemasok,
sedangkan keuntungan
pelanggan, pemodal, pemerintah,
akan datang dengan
masyarakat); sumber daya noninsani (alam,
sendirinya bila
teknologi, sistem, dll.)
perusahaan mampu
melayani kebutuhan
masyarakat.
Kaidah Dasar:
Dahulukan kepentingan publik (sesuai dengan
selera publik), perusahaan tidak saja “exist” dan
“survive”, bahkan pasti bisa “sustain”.
Dimensi Bisnis: Sosial …

God Devotion: para pemangku God Devotion, al


kepentingan (stakeholders) menyadari ‘Ibâdah
bahwa bisnis merupakan bagian dari
ibadah.

Prosperity Society: tujuan bisnis adalah


untuk menciptakan kesejahteraan hidup Profit
Paradigma bagi semua pemangku kepentingan dan
Bisnis masyarakat.
Prosperity Society, Planet Conservation,
Hablun min an Nâs Ihtifâzh al ‘Alâm
Planet Conservation: pelaksanaan atau
operasionalisasi kegiatan bisnis harus
mampu memberi jaminan bagi tetap
lestarinya alam.
Bisnis dan Teori Pemangku Kepentingan …

Pengelolaan perusahaan memiliki beragam pandangan. Dua pandangan yang kini menonjol adalah
“enlightened company” (dikemukakan oleh Hansen and Allen, 2009) dan “spiritual company”
(dikemukakan oleh Zohar and Marshal, 2004).
The capitalism as we know it today-an amoral culture of short-term self-interest, profit maximization,
emphasis on shareholder value, isolationist thinking, and profligate disregard of long-term
consequences. Based on narrow assumptions about human nature and motivation, this system is
unsustainable, a monster set to consume itself. The alternative is "spiritual capital"—a values-based
business culture in which wealth is accumulated in order to generate a decent profit while acting to
raise the common good. Rather than emphasizing shareholder value, spiritual capital emphasizes
"stakeholder value," where stakeholders include the whole human race, present and future, and the
planet itself. Spiritual capital nourishes and sustains the human spirit.
Hansen and Allen (2009) suggest that greed on its own is not enough to become rich - though I
can think of any number of millionaires who might disagree. What is required is an "enlightened"
approach to accumulating vast wealth, which means you have to be prepared to give as well as to
receive.
Bisnis dan Teori Pemangku Kepentingan …

Teori Kepemilikan, Proprietary Theory: Perusahaan merupakan “agen,


perwakilan atau susunan melalui wirausahawan individual atau pengoperasi
pemegang saham”, dan kelompok atau pemilik modal sebagai pusat
kepentingan terefleksi dalam cara memelihara catatan akuntansi dan
membuat laporan keuangan, dengan tujuan utama adalah untuk
menentukan dan menganalisis kekayaan bersih pemilik

Teori Entitas, Entity Theory: Entitas (perusahaan) merupakan sesuatu yang


Paradigma
terpisah dan berbeda dari pihak yang menyediakan modal pada entitas, dan,
Bisnis karena itu, unit bisnis (bukan pemilik) merupakan pusat kepentingan
akuntansi.

Teori Dana, Fund Theory: Memandang unit bisnis (bussines unit) terdiri atas
sumber daya ekonomi (dana), dan karena itu, ia memiliki kewajiban dan
restriksi terkait mengenai penggunaan sumber daya.
Bisnis dan Teori Pemangku Kepentingan …

Teori Komando, Command Theory: Pusat perhatiannya adalah mereka


yang memiliki kekuasaan atau wewenang untuk melakukan kontrol
ekonomi.

Teori Perusahaan, Enterprise Theory: peranan bisnis dilihat harus dilihat


secara menyeluruh, tidak hanya dari sisi kepentingan shareholder tapi
aspek sosial. Teori ini lazim disebut Stakeholder Theory.
Paradigma
Teori Ekuitas Sisa, Residual Equity Theory: Pemegang saham memiliki
Bisnis
ekuitas di perusahaan seperti pemegang saham ekuitas lainnya, tetapi
pemegang saham tidak dianggap sebagai pemilik. Di sini terdapat
hubungan khusus residual equity holder. Perubahan dalam penilaian
aktiva, laba bersih dan laba ditahan, dan perubahan dalam hak pemegang
ekuitas lain tercermin dalam “residual equity” pemegang saham biasa.
Bisnis dan Teori Pemangku Kepentingan …

Pemangku kepentingan (stakeholders) adalah semua pihak (individu atau lembaga) yang turut
mempengaruhi keberadaan perusahaan dan atau dipengaruhi oleh tindakan-tindakan perusahaan
(Lawrence, Weber, and Post, 2005).

Market Stakeholder, pemangku kepentingan pasar; “market environment”


(Baron, 2006); “kelompok primer” (Keraf, 1998). Mereka adalah
pelanggan, pemasok, pemodal, pemberi pinjaman, dan karyawan.

Stakeholder
Non-Market Stakeholder, pemangku kepentingan nonpasar. “non-market
environment” (Baron, 2006); “kelompok sekunder” (Keraf, 1998). Mereka
adalah pemerintah, media massa, aktivis lingkugan hidup, masyarakat
lokal, akademisi.
Bisnis dan Teori Pemangku Kepentingan …

Kelompok
Sekunder

Kelompok
Primer

Pemerintah Pemodal Masyarakat

Pemasok Perusahaan Pelanggan

Aktivis LH Karyawan Media Massa


Tingkat Kesadaran, Teori Etika, dan Paradigma Perusahaan …

Tingkat Teori Etika Paradigma Pengelolaan Sasaran Perusahaan


Kesadaran
Kesadaran • Teori egoisme • Paradigma • Memperoleh kekayaan dan keuntungan optimal bagi
Hewani • Teori hak Kepemilikan pengelola yang sekaligus merangkap sebagai pemilik
(proprietorship perusahaan
Paradigm) • Pengelola (manajemen sudah terpisah dari para
• Paradigma pemegang saham selaku pemilik perusahaan
Pemegang Saham • Sasaran perusahaan adalah memperoleh kekayaan
(stockholders dan keuntungan optimal bagi para pemegang saham
paradigm)
Kesadaran • Teori Utilitariasme Paradigma ekuitas Sasaran pengelolaan perusahaan untuk meningkatkan
Manusiawi • Teori keadilan (Equity paradigm) kekayaan dan keuntungan para investor (pemegang
(fairness theory) saham dan kreditur)
• Teori Kewajiban Paradigma Perusahaan Sasaran pengelolaan perusahaan adalah untuk
(Deontologi) (Enterprise Paradigm) kesejahteraan seluruh masyarakat (semua pemangku
• Teori Keutamaan kepentingan (stakeholders)
Kesadaran Teori Teonom Paradigma Perusahaan Tujuan pengelolaan perusahaan adalah sebagai bagian
Transdental Tercerahkan dari ibadah kepada Tuhan melalui pengabdian tulus
(Enlightened Company) untuk kemakmuran bersama dan menjaga kelestarian
alam.
Analisis Pemangku Kepentingan …

Hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan berdasarkan
pendekatan pemangku kepentingan, antara lain:
• Lakukan identifikasi semua pemangku kepentingan, baik yang nyata maupun yang masih bersifat
potensial.
• Cari tahu kepentingan dan kekuasaanlompok pem setiap golongan pemangku kepentingan
• Cari tahu apakah ada koalisi kepentingan dan kekuasaan antar golongan pemangku kepentingan
tersebut.

Keputusan diambil berdasarkan pertimbangan:


• Pemangku keputusan adalah pihak yang menerima manfaat
paling besar dari keputusan tersebut.
• Dampak kerugian yang menimpa pemangku kepentingan
hanya sedikit
• Keputusan yang diambil tidak membentur kepentingan dan
kekuasaan kelompok pemangku kepentingan yang dominan
Kepentingan dan Kekuasaan Kelompok Primer …

Pemangku Kepentingan Kepentingan (interest) Kekuasaan (power)


1. Pelanggan Memperoleh produk yang aman dan Membatalkan pesanan dan membeli dari
berkualitas sesuai dengan yang pesaing.
dijanjikan serta memperoleh Melakukan kampanye negatid tentang
pelayanan yang memuaskan perusahaan
2. Pemasok Menerima pembayaran tepat waktu Membatalkan atau memboikot order dan
Memperoleh order secara teratur menjual kepada pesaing.

3. Pemodal Memperoleh deviden dan capital gain Tidak mau membeli saham perusahaan
• Pemegang saham dari saham yang dimiliki Memberhentikan para eksekutif perusahaan
• Kreditur Memperoleh penerimaan bunga dan Tidak memberikan kredit
pengembalian pokok pinjaman sesuai
jadwal yang telah ditetapkan. Membatalkan/menarik kembali pinjaman yang
telah diberikan.
4. Karyawan Memperoleh gaji/upah yang wajar Melakukan aksi unjukrasa / mogok kerja
dan ada kepastian kelangsungan Memaksakan kehendak melalui organisasi
perusahaan buruh yang ada
Kepentingan dan Kekuasaan Kelompok Sekunder …

Pemangku Kepentingan (interest) Kekuasaan (power)


Kepentingan
1. Pemerintah Mengharapkan perutumbuhan ekonomi dan Menutup/menyegel perusahaan
lapangan kerja Mengeluarkan berbagai perturan
Memperoleh pajak
2. Masyarakat Mengharapkan peran serta perusahaan dalam Menekan pemerintah mellui unjuk rasa massal
program kesejahteraan masyarakat Melakukan aksi kekerasan
Menjaga kesehatan lingkungan
3. Media Massa Menginformasikan semua kegiatan perusahaan Memublikasikan berita negatif yang merusak citra
yang berkaitan dengan isu etika, nilai-nilai, perusahaan.
kesehatan, keamanan, dan kesejahteraan
4. Aktivis Lingkungan Kepedulian terhadap pengaru hpositif dan negatif Engampanyekan aksi boikot dengan memengaruhi
dari tindakan perusahaan terhadap lingkungan pemerintah, media massa dan masyarakat
hidup, HAM, dan sebagainya Melobi pemerintah untuk membatasi/melarang
impor produk perusahaan tersebut bila merusak
lingkungan hidup atau melanggar HAM

Anda mungkin juga menyukai