Bisnis
untuk
UKM
“Setiap agama
besar memulai
konsepsinya
dari anggapan
tertentu
tentang
manusia dan
alam semesta”
Dr. Sir Muhammad Iqbal
Hakikat Kebenaran …
Dalam pandangan E.E. Schumacher (Wijayanto, 2002), misteri eksistensi semesta dapat
didekati dengan menengok empat kebenaran besar (the big truth).
Dalam pandangan Pitirin A. Sorokin (Wijayanto, 2002), terjadi perubahan besar dalam
kehidupan manusia berdasarkan skema tiga sistem nilai:
Mascular Anal Stage, Latency Stage, 6 Young Adulthood Stage, Maturity Stage, 65
18 bln sd 3 thn thn sd 12 thn 19 thn sd 40 thn th ke atas
Oral Sensory Stage, Locomotor Stage, 3 Adolescence Stage, Middle Adulthood Stage, 40
0 – 18 bln thn sd 6 thn 12 thn sd 18 thn thn sd 65 thn
Pengaruh Pikiran dan Makna Kehidupan …
Filsafat dan ilmu, pada hakikatnya, dapat dibedakan dengan mengacu pada tiga hal: ontologis,
epistemologis, dan aksiologis.
Filsafat Ilmu
Ontologis: segala sesuatu yang bersifat fisik Ontologis: segala sesuatu yang bersifat fisik
dan nonfisik; yang dapat direkam melalui indera (materi), dan dapat direkam dan dicatat melalui
(empiris) atau tidak. indera (empiris)
Aksiologis: sangat abstrak, memiliki guna dan Aksiologis: sangat konkret (realitas), langsung
manfaat, tapi tidak secara langsung bagi dapat dimanfaatkan bagi kepentingan umat
seluruh umat manusia. manusia.
Pengertian dan Unsur Agama …
Agama (a = tidak, gam = pergi): pegangan atau pedoman hidup bagi manusia
untuk mencapai kehidupan yang kekal (Harjana, 2005)
Kitab suci yang menjadi pedoman pelaksanaan perintah dan larangan agama.
Ada nabi dan rasul yang menerima wahyu, yang menjadi perintah dan larangan
bagi umatnya.
Ada lembaga yang berwenang untuk membina, menuntun umatnya, dan yang
Unsur Agama
memiliki otoritas untuk menafsirkan makna kitab suci bagi kepentingan
umatnya.
Bersisi ajaran dan pedoman bagi umat dalam bentuk dogma, doktrin, atau
filsafat; ritual, upacara, dan tata cara beribadah; tatasusila, etika, dan moral;
tujuan akhir yang dituju dari praktek agama yang dilakukan.
Hakikat dan Unsur Etika …
Secara etimologis, kata etika berasal dari “ethos”: tempat tinggal, padang rumput, kebiasaan, adat,
watak, perasaan, sikap, cara berpikir, dan kebiasaan. Moral (Latin: mores): adat istiadat, kebiasaan,
perilaku, watak, tabiat, atau cara hidup (Kanter, 2001)
Etika dilihat dari dua sisi: praktis dan refleksi. Secara praktis, etika berarti nilai
dan norma yang baik yang dapat dipraktikkan. Etika = moral. Secara reflektif,
etika adalah ilmu pemikiran tentang moral (Bertens, 2001).
Etika, secara etimologis, adalah “ilmu tentang apa yang biasa dilakukan” atau
Etika “ilmu tentang adat kebiasaan yang berkaitan dengan kehidupan yang baik atau
buruk” (Kanter, 2001).
Etika = Susila, yaitu ilmu tentang kebiasaan atau tingkah laku yang harus
dikerjakan atau yang harus dihindari terkait dengan hubungan sesame
(Suhardana, 2006).
Interelasi Agama, Etika, dan Nilai …
Tiga kualitas tersebut merupakan satu kesatuan yang padu, dan mustahil terpisahkan. Sebab, jika
terpisahkan keutuhan “religiusitas” dalam diri seseorang akan hilang dan sia-sia. Tujuan
utamanya adalah terwujudnya hidup yang bermakna, dunia dan akhirat.
Kecerdasan, Karakter, dan Etika …
Jika tingkat kecerdasan disintesiskan dengan etika, hasil yang didapat adalah terbentuknya tiga istilah
baru: a) teo-etika—berkaitan dengan interaksi antara “aku” dan Tuhan; b) psiko-etika—berkaitan
dengan interaksi “aku” dengan “aku”; c) sosio-etika—berkaitan dengan interaksi “aku” dengan “orang
lain” (Nafis, 2006).
Model ini
Kaya Tapi Tidak Karakter Negatif yang
Bahagia Dominan menggambarkan
tentang tidak hadirnya
keseimbangan antara
Makanan enak kecerdasan IQ, EQ,
PQ Sehat (Fisik, Jasad)
dan olahraga dan SQ dalam diri
seseorang hingga ia
terjangkiti penyakit
Sains dan
IQ Tinggi (Intelektual) Ego yang Tinggi
batin yang akut. Hidup
Teknologi pun tidak pernah
menemukan dan
EQ Rendah meraih kebermaknaan
Cemas, Sombong, dll.
EQ dan SQ (Emosional) yang sesungguhnya.
Tdk Kondisi inilah yang
Dikembangkan dialami manusia
SQ Rendah (Spiritual) Tidak Percaya Tuhan modern.
Model Pembangunan Manusia Seutuhnya …
Model ini
Bahagia, Hayâtan Karakter Positif yang
Thoyyibah Dominan menggambarkan
tentang hadirnya dan
kuatnya keseimbangan
Makanan enak antara kecerdasan IQ,
PQ Sehat (Fisik, Jasad)
dan olahraga EQ, dan SQ dalam diri
seseorang hingga ia
batinnya terbebas dari
Sains dan
IQ Tinggi (Intelektual) Psiko-etika (sabar, dll.)
penyakit batin. Hidup
Teknologi pun menemukan dan
meraih kebermaknaan
Dzikir, Sosio-etika (Amanah, yang sesungguhnya.
EQ Tinggi (Emosional)
Kontemplasi dll.) Kondisi seperti inilah
yang ideal untuk
Pemahaman manusia modern yang
SQ Tinggi (Spiritual) Teo-etika (Takwa, dll.) utuh.
Agama
Absolutisme versus Relativisme Etika …
Hingga kini masih terdapat perbedaan pendapat (baca: ikhtilaf) dan perbedaan pandangan tentang
posisi etika: apakah bersifat absolut-mutlak ataukah relatif.
Etika Relativisme: Etika tidak memiliki prinsip dan nilai moral yang berlaku umum
dan mutlak. Sebab, prinsip dan nilai moral yang dianut dan berlaku dalam
kehidupan masyarakat berbeda-beda sesuai dengan situasi dan kondisi di
tempat mereka berada. Jelasnya, kebudayaan dan adat kebiasaan yang
berbeda menghasilkan prinsip etika yang berbeda pula. Tokoh Pemikir: Joseph
Fletcher.
Teori-Teori Etika: Egoisme
“Egoisme Etis” berbasis kebutuhan pribadi, dan karena itu, prinsip ini lebih mementingkan diri. Sikap
“mementingkan diri” berbeda dengan sikap “berkutat diri”. Berikut adalah beberapa pokok pikiran atau
pandangan “Egoisme Etis”.
• “Egoisme Etis” tidak beranggapan bahwa seseorang harus membela kepentingannya sendiri atau
kepentingan orang lain;
• “Egoisme Etis” hanya berkeyakinan bahwa satu-satunya tugas adalah membela kepentingan diri;
• “Egoisme Etis” memang membela kepentingan diri, tapi ia tidak menyatakan bahwa seseorang
tidak perlu membela atau menolong orang lain;
• Bagi “Egoisme Etis”, tindakan menolong orang lain dianggap sebagai tindakan untuk menolong diri
karena, boleh jadi, tindakan itu langsung atau tidak langsung bertautan dengan kepentingan diri
sehingga memberi pertolongan kepada seseorang sama dengan menolong diri sendiri.
• Bagi “Egoisme Etis”, keuntungan yang diperoleh seseorang karena bantuan seseorang bukanlah
alasan untuk “menjudge” bahwa tindakan itu benar; sebuah tindakan dikatakan benar jika pada
akhirnya memberi keuntungan kepada orang yang memberi pertolongan.
Teori-Teori Etika: Egoisme …
Seperti layaknya teori lain, Teori Egoisme pun mendapatkan dukungan, sekaligus penentangan.
Kehadiran pendukung dan penentang merupakan sebuah keniscayaan. Berikut adalah beberapa
alasan yang dikemukakan pada pendukung:
• Konsep “altruisme” memiliki beberapa kelemahan: a) tindakan menghancurkan diri; b) gangguan
ofensif bagi kepentingan diri; c) merendahkan martabat dan kehormatan si penerima;
• Pandangan tentang kepentingan diri, bukan berkutat diri, merupakan pandangan yang sesuai
dengan moralitas akal sehat.
“Utilitarianisme” (asal kata: utility, bermanfaat atau berguna). Menurut “Utilitarianisme”, sebuah
tindakan dikatakan baik jika tindakan itu membawa atau mendatangkan manfaat sebanyak mungkin
bagi anggota masyarakat, “the greatest happiness of the greatest numbers”. Jadi, ukuran baik atau
tidaknya suatu tindakan dapat dilihat dari tiga hal: akibat, konsekuensi, dan tujuan dari tindakan itu.
Ada nama lain dari Teori “Utilitarianisme”, yaitu Teori Teleologis. Kata “Teleologis” berarti tujuan
(Bertens, 2000). Tokoh pendukung: David Hume dan Jeremy Bentham.
Adakah perbedaan yang mendasar antara “Egoisme” dan “Utilitarianisme”? Perbedaan mendasar
antara “Egoisme” dan “Utilitarianisme” terletak pada “siapa yang memperoleh manfaat”.
Secara garis besar, Teori “Utilitarianisme” memiliki beberapa pandangan. Pandangan itu terangkum
dalam ringkasan berikut:
• Menurut “Utilitarianisme”, tindakan harus dinilai benar atau salah hanya dari konsekuensinya:
akibat, tujuan, atau hasil yang diperoleh;
• Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, salah satu parameternya yang terpenting untuk dilihat
adalah jumlah kebahagiaan atau ketidakbahagiaan yang dirasakan;
• Kesejahteraan hidup setiap orang merupakan sesuatu yang sangat penting dan karena itu harus
menjadi bahan pertimbangan apa pun.
Kata “deontologi” berasal dari dua kata yang digabungkan: “deon” dan “logos”. Kata “deon”
(bahasa Yunani) artinya kewajiban (Bertens, 2000). Paham “deontologi” mulai dikenal
tatkala Immanuel Kant (1742-1804) memopulerkannya, dan didukung oleh banyak filosof
lainnya, seperti Anscombe and Peter Geach (Rachel, 2004)
• Menurut “Egoisme” dan “Utilitarianisme”, baik atau buruknya suatu tindakan berasal atau
disebabkan oleh “akibat, konsekuensi, dan tujuan” dari tindakan tersebut. Suatu tindakan
disebut “etis” jika ia bermanfaat untuk individu (Egoisme), atau untuk kepentingan
masyarakat (Utilitarianisme alias Teleologis).
• Menurut “Deontologi”, etis atau tidaknya suatu tindakan
“tidak ada kaitannya sama sekali dengan tujuan,
konsekuensi atau akibat dari tindakan tersebut”. Artinya,
konsekuensi dari suatu tindakan tidak boleh menjadi
pertimbangan untuk menilai etis atau tidaknya suatu
tindakan.
Teori-Teori Etika: Deontologi …
1. Kalau Anda ingin menjadi sarjana akuntansi, Anda harus (ought) memasuki Fakultas Ekonomi
Jurusan Akuntansi.
Deontologi 2. Kalau Anda ingin menjadi pemain sepak bola yang berhasil, Anda harus rajin berlatih sepak
bola.
3. Kalau Anda ingin berhasil dalam studi, Anda harus rajin belajar.
Imperative Catagories: Etika tidak memiliki prinsip dan nilai moral yang berlaku umum
dan mutlak. Sebab, prinsip dan nilai moral yang dianut dan berlaku dalam kehidupan
masyarakat berbeda-beda sesuai dengan situasi dan kondisi di tempat mereka
berada. Jelasnya, kebudayaan dan adat kebiasaan yang berbeda akan menghasilkan
prinsip etika yang berbeda pula. Tokoh Pemikir: Joseph Fletcher.
Teori-Teori Etika: Deontologi …
Imannuel Kant berpendapat: “Bertindaklah sedemikian rupa sehingga prinsip kehendakmu sekaligus
dapat menjadi prinsip pemberian hukum umum. Kewajiban moral harus dilaksanakan demi kewajiban
itu sendiri, bukan karena keinginan untuk memperoleh tujuan kebahagiaan, bukan pula karena
kewajiban moral itu diperintahkan oleh Tuhan”.
• Teori “Egoisme” dan “Utilitarianisme”: kebaikan moral memiliki kaitan yang sangat erat
dengan tujuan seseorang dalam melakukan sebuah kebaikan;
• Teori “Deontologi”: kebaikan moral seseorang harus terbebas dari tujuan apa pun,
termasuk tujuan karena perintah Tuhan, kecuali karena kewajiban itu sendiri.
Kritik:
• Teori Kant ,“Deontologi”, dibangun atas rasional semata-semata, hanya untuk memenuhi
kewajiban itu sendiri;
• Kebaikan moral harus mengabaikan tujuan, termasuk tujuan karena perintah Tuhan—
langsung atau tidak langsung, teori ini mengabaikan eksistensi Tuhan, tujuan tertinggi.
Teori-Teori Etika: Teori Hak …
Menurut Teori Hak (Right Theory), suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik apabila tindakan
tersebut sesuai dengan hak asasi manusia (HAM). Pemikirnya adalah Immanuel Kant.
Bagi Bertens (2000), teori hak merupakan salah satu aspek dari Teori Deontologi (Teori
Kewajiban). Sebab, hak dan kewajiban tidak dapat dipisahkan. Sesuatu hak seseorang berarti
menjadi kewajiban bagi orang lain. Demikian pula sebaliknya.
Sebagai bagian dari PBB, Indonesia terikat dengan konsensus Hak Asasi Manusia (HAM)
sebagaimana yang diatur oleh Declaration of Human Right. Untuk menindaklanjuti masalah
itu, pemerintah menetapkan dan memberlakukan Undang-Undang No. 39 Tahun 1999
tentang HAM di Indonesia.
Hak-hak warga negara yang diatur oleh UU No. 39 Tahun 1999 ini meliputi:
1. Hak untuk hidup
2. Hak untuk berkeluarga dan melanjukan keturunan
3. Hak untuk memperoleh keadilan
4. Hak untuk kebebasan pribadi
5. Hak atas rasa aman
6. Hak atas kesejahteraan
7. Hak untuk turut serta dalam pemerintahan
8. Hak wanita
9. Hak anak
Teori-Teori Etika: Teori Keutamaan (Virtue Theory) …
Teori Keutamaan (Virtue Theory) berangkat dari konsep manusia utama—Dr. Muhammad Iqbal
menyebutnya “manusia khudhu”, insan kamil. Jelasnya, Teori Keutamaan menjadikan sifat-sifat atau
karakter yang harus dimiliki oleh sesorang agar dapat disebut sebagai “manusia utama”, dan juga
sifat-sifat atau karakter yang mencerminkan karakter “manusia hina”. Pemikir Teori Keutamaan:
Aristoteles dan Ertens.
Karakter atau sifat utama adalah disposisi secara sifat-watak yg melekat dan dimiliki oleh seseorang
yang dengannya memungkinkannya untuk selalu bertingkah laku yang secara moral dinilai baik.
Sebaliknya, mereka yang selalu melakukan tingkah laku buruk secara moral disebut “manusa hina”
(Bertens, 2000).
Ada perbedaan yang mendasar antara Teori Egoisme, Teori Utilitarianisme, dan Teori
Keutamaan.
1. Teori Egoisme: tindakan disebut etis jika ia memenuhi kepentingan pribadi (self-interest);
2. Teori Utilitarianisme: tindakan disebut etis jika ia mampu memberikan manfaat bagi
orang yang bersangkutan.
3. Teori Keutamaan: tindakan disebut etis jika mencerminkan kemuliaan karakter orang
yang bersangkutan, yang secara moral dinilai baik.
Self Belief
Karakter Tujuan Hidup/Visi Mind-Set
Knowledge
Teori-teori sebelumnya (Teori Egoisme dan Teori Utilitarianisme yang lazim disebut
Teleologi (Konsekuensi), Teori Deontologi (Kewajiban), Teori Keutamaan (Virtue Theory),
seperti berbeda, padahal semuanya mempunyai kesamaan. Kesamaan tersebut terletak
pada kajian aspek moralitas. Dalam hal ini, moralitas hanya dikaji berdasarkan proses
penalaran atau akal manusia tanpa mengakui atau mengaitkannya dengan kekuatan tak
terbatas (Tuhan).
Moralitas dikatakan mutlak hanya apabila moralitas itu dikaitkan dengan tujuan tertinggi
umat manusia. Segala sesuatu yang bersifat mutlak tidak dapat diperdebatkan dengan
sekadar pendekatan rasional. Sebab, semua yang bersifat mutlak pasti melampaui tingkat
intelejensia atau kecerdasan rasional yang dimiliki manusia.
Para penggagas teori itu keliru dalam menafsirkan tujuan hidup manusia yang seolah-olah
hanya ditujukan pada kenikmatan duniawi-material. Mereka memiliki tujuan tertinggi, dan
Tujuan Tertinggi (Transenden) umat manusia hanya dapat dicapai bila potensi kecerdasan
tak terbatas yang dimilikinya dapat dimanfaatkan dengan maksimal.
Teori-Teori Etika: Teori Etika Otonom …
Teori Teonom Berbasis Ilahi. Menurut Teori Teonom, karakter moral manusia ditentukan
secara hakiki oleh kesesuaian hubungannya dengan kehendak Allah. Perilaku manusia
dianggap baik secara moral jika sesuai dengan kehendak Allah. demikian pula sebaliknya.
Ada empat persamaan yang sangat fundamental antara filsafat etika di semua agama:
1. Semua agama mengakui bahwa umat manusia memiliki tujuan yang tertinggi, yang
sifatnya Transenden, selain tujuan hidup di dunia, yaitu kehidupan akhirat, the afterlife.
2. Semua agama mengakui eksistensi Tuhan karena Dialah sumber kekuatan tak terbatas
yang mengatur dan mengelola alam raya ini.
3. Etika bukan saja diperlukan untuk mengatur perilaku hidup manusia di dunia, tetapi juga
salah satu syarat mutlak untuk mencapai tujuan akhir atau tujuan tertinggi umat manusia.
Tujuan tertinggilah inilah yang terpenting.
4. Semua agama mempunyai ajaran moral-etika yang bersumberdari kitab suci. Di
dalamnya terdapat prinsip-prinsip etika yang bersifat universal-mutlak dan spesifik.
Teori Etika dan Paradigma Hakikat Manusia…
Teori Paradigma Berpikir Kriteria Etis Tujuan Hidup Hakikat Manusia dan
Kerdasaran
Egoisme Tujuan dari sebuah Memenuhi kepentingan Kenikmatan duniawi secara Hakikat tidak utuh (PQ,
tindakan pribadi individu IQ)
Utiliarianisme Tujuan dari sebuah Mampu memberi banyak Kesejahteraan dunia Hakikat tidak utuh (PQ,
tindakan manfaat pada semua orang kehidupan masyarakat IQ, EQ)
Deontologi Tindakan itu sendiri Kewajiban mutlak yang Demi kewajiban itu sendiri, Hakikat tidak utuh (IQ,
harus dilakukan setiap tidak lebih. EQ)
orang
Teori Hak Tingkat kepatuhan Aturan yang ketat tentang Demi martabat kemanusiaan Hakikat tidak utuh (IQ)
yang kuat terhadap HAM
HAM
Teori Disposisi karakter Karakter positif dan negatif Kebahagiaan duniawi dan Hakikat tidak utuh (EQ,
Keutamaan individu mental IQ)
Teori Teonom Disposisi karakter Karakter mulia dan Kebahagiaan dunia dan Hakikat yang utuh (PQ,
dan tingkat kepatuhan terhadap firman uknrowi IQ, EQ, dan SQ)
keimanan Tuhan atau kitab suci
Hakikat Ekonomi …
Istilah "ekonomi" berasal dari bahasa Yunani yaitu “oikos” (keluarga, rumah tangga) dan “nomos”
(peraturan, aturan, hukum, distribusi). Jadi, secara garis besar, “ekonomi” artinya "aturan rumah
tangga" atau "manajemen rumah tangga." Adapun “ahli ekonomi” atau ekonom adalah orang yang
menggunakan konsep ekonomi, dan data dalam bekerja.
Kata "ekonomi“, untuk pertama kali, digunakan pada karya tulis yang dibuat oleh sebuah gereja pada
tahun 1440 M. Namun, saat itu, kata "ekonomi“ hanya digunakan untuk menggambarkan sistem
pengelolaan atau administrasi—makna yang sangat sederhana.
Kini, kata “ekonomi” digunakan sebuah sistem yang
digunakan di sebuah negara atau wilayah, yang baru
berkembang pada abad ke-19 atau ke-20. Maat ini,
makna yang lazim digunakan untuk menyebut kata
“ekonomi” menunjuk pada salah satu ilmu sosial yang
mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan
produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap baraang dan
jasa.
Hakikat Ekonomi …
DAMPAK
kebutuhan hidup yang
Paradigma tak terbatas (the Meyakini kekuatan pikiran logis-
Ekonomi unlimited needs). rasional, dan mengabaikan kekuatan
transendental.
Untuk merealisasikan
dan mewujudkan Manusia cenderung tamak-serakah
kebutuhan hidupnya, hingga menimbulkan petaka bagi
manusia bertindak logis- lingkungan sekitarnya
rasional, konsisten.
Etika dan Sistem Ekonomi …
Sistem ekonomi jaringan berbagai unsur yang terdiri atas pola pikir, konsep, teori, asumsi dasar,
kebijakan, infrastruktur, institusi, seperangkat hukum, pemerintahan, negara, rakyat, dan unsur
lainnya yang saling terkait dengan tujuan utama meningkatkan produksi dan pendapat masyarakat.
Sistem Sistem Ekonomi Pancasila: “core value” terletak pada aplikasi sila-sila pada
Ekonomi Pancasila sebagai dasar negara: a) mewujudkan masyarakat yang adil dan
sejahtera, sila ke 5; b) landasan operasionalnya: sila ke 1, ke 2, ke 3, ke 4.
Sistem Ekonomi Komunis: “core value” terletak pada pembatasan hak setiap
individu untuk memiliki dan menguasai modal dan alat-alat produksi—karena ia
harus dikuasai oleh masyarakat (melalui negara).
Etika dan Sistem Ekonomi: Kapitalis …
Peletak dasar sistem ekonomi kapitalis adalah John Lock (1632-1704) dengan
Teori Kebebasan (Liberalisme) sebagai jargonnya. Konsep utamanya adalah
Life, Freedom, and Property (Bertens, 200).
DAMPAK
“Hasil Karya” antarnegara;
Ekonomi • Masalah sosial yang semakin besar:
Kapitalis Kekuasaan para pemilik kemiskinan, pengangguran;
modal yang melebihi batas- • Korupsi, kejahatan kerah putih (white
batas wilayah suatu negara collar crime), dan penyalahgunaan
dan cenderung kekuasan (abuse of power);
mengembamgkan hegemoni • Narkoba, kebebasan seks,
dan pengendalian terhadap pembunuhan, dan kriminalitas lainnya;
pemerintah suatu negara. • Gaya hidup hedonis dan konsumtif;
• Dampak psikologis: stres, bunuh diri,
split personality.
Etika dan Sistem Ekonomi: Komunis …
Peletak dasar sistem ekonomi komunis adalah Karl Marx (1818-1883). Analisis
Karl Marx yang menjadi cikal bakal ekonomi komunis berpijak pada konsep
pertentangan kelas. Menurutnya, “sejarah perkembangan berbagai masyarakat
hingga saat ini, pada dasarnya, adalah sejarah pertentangan kelas”.
Ekonomi
Komunis a. Latar belakang teori “sejarah pertentangan kelas” adalah penindasan yang
dilakukan oleh kelompok kecil pengusaha atau para pemodal terhadap
kelompok mayoritas buruh yang menjadi tulang punggung kegiatan
ekonomi.
b. Kelompok pemodal yang menguasai alat-alat produksi dan modal
semamkin. Sebaliknya, mayoritas buruk yang tak bermodal semakin
tertindas.
Etika dan Sistem Ekonomi: Komunis …
GAGAL
masyarakat melalui negara diberi otoritas penuh dan tak terbatas (atas
Dasar”
untuk menghilangkan nama rakyat) untuk mengatur pengelolaan
Ekonomi dan penggunaan untuk kepentingan
eksploitasi sekelompok
Komunis orang terhadap kelompok bersama.
lain. • Hilangnya semangat berkompetisi dan
meningkatkan produktivitas kerja. Sebab,
konsep yang diterapkan adalah PBPS—
Kemakmuran milik seluruh pintar dan bodoh pendapatan sama.
masyarakat, bukan milik • Kemakmuran bersama tidak terwujud. Sebab,
orang per orang. pemborosan anggaran negara oleh aparat
pemerintah.
Etika dan Sistem Ekonomi: Pancasila …
TARGET
bernegara.
“Asumsi Menciptakan keselarasan,
Dasar” keserasian, keseimbangan, dan
Menegaskan tentang perlunya kebulatan yang utuh dalam seluruh
Ekonomi menciptakan keadilan dan
Pancasila kegiatan pembangunan: unsur
kebersamaan. manusia, sosial budaya, dan unsur
lainnya dengan porsi perhatian yang
Hak dan kebebasan individu seimbang.
dihargai sepanjang tidak
mengganggu hak orang lain.
Etika dan Sistem Ekonomi: Benefit dan Kerugian …
Bisnis adalah usaha yang dijalankan yang tujuan utamanya adalah meraih
keuntungan (Kasmir dan Ja’far, 2012: 7).
Bisnis adalah seluruh aktivitas dan usaha untuk mencari keuntungan dengan
menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan bagi sistem perekonomian,
beberapa bisnis memproduksi barang berwujud sedangkan yang lain
memberikan jasa (Louis E. Boone, 2007: 5).
Bisnis dan Sudut Pandang Etika …
Pandangan Praktis-Realistis:
Bisnis adalah aktivitas produksi dan
distribusi barang sebagai sarana
with
mencari dan meraih keuntungan (profit)
competition
Sudut
Pandang Pandangan Idealistis:
Bisnis Bisnis adalah aktivitas menghasilkan
dan mendistribusikan barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan without
masyarakat, sedangkan keuntungan
yang diperoleh merupakan konsekuensi competition
logis dari kegiatan itu.
Bisnis dan Sudut Pandang Etika …
Ekonomi: Bisnis adalah kegiatan produktif dengan tujuan memperoleh keuntungan (profit).
Keuntungan diperoleh dari penghasilan (revenue) dikurangi harga pokok penjualan (cost of goods
sold) dan biaya yang dikeluarkan (expenses).
Profit =
Revenue – (Cost of Goods Sold + Expenses)
Dalam pandangan De George (Keraf, 1998), dari aspek hukum, bisnis perusahaan ditinjau dari
dua sisi: “legal creator” dan “legal recognition”.
Pengelolaan perusahaan memiliki beragam pandangan. Dua pandangan yang kini menonjol adalah
“enlightened company” (dikemukakan oleh Hansen and Allen, 2009) dan “spiritual company”
(dikemukakan oleh Zohar and Marshal, 2004).
The capitalism as we know it today-an amoral culture of short-term self-interest, profit maximization,
emphasis on shareholder value, isolationist thinking, and profligate disregard of long-term
consequences. Based on narrow assumptions about human nature and motivation, this system is
unsustainable, a monster set to consume itself. The alternative is "spiritual capital"—a values-based
business culture in which wealth is accumulated in order to generate a decent profit while acting to
raise the common good. Rather than emphasizing shareholder value, spiritual capital emphasizes
"stakeholder value," where stakeholders include the whole human race, present and future, and the
planet itself. Spiritual capital nourishes and sustains the human spirit.
Hansen and Allen (2009) suggest that greed on its own is not enough to become rich - though I
can think of any number of millionaires who might disagree. What is required is an "enlightened"
approach to accumulating vast wealth, which means you have to be prepared to give as well as to
receive.
Bisnis dan Teori Pemangku Kepentingan …
Teori Dana, Fund Theory: Memandang unit bisnis (bussines unit) terdiri atas
sumber daya ekonomi (dana), dan karena itu, ia memiliki kewajiban dan
restriksi terkait mengenai penggunaan sumber daya.
Bisnis dan Teori Pemangku Kepentingan …
Pemangku kepentingan (stakeholders) adalah semua pihak (individu atau lembaga) yang turut
mempengaruhi keberadaan perusahaan dan atau dipengaruhi oleh tindakan-tindakan perusahaan
(Lawrence, Weber, and Post, 2005).
Stakeholder
Non-Market Stakeholder, pemangku kepentingan nonpasar. “non-market
environment” (Baron, 2006); “kelompok sekunder” (Keraf, 1998). Mereka
adalah pemerintah, media massa, aktivis lingkugan hidup, masyarakat
lokal, akademisi.
Bisnis dan Teori Pemangku Kepentingan …
Kelompok
Sekunder
Kelompok
Primer
Hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan berdasarkan
pendekatan pemangku kepentingan, antara lain:
• Lakukan identifikasi semua pemangku kepentingan, baik yang nyata maupun yang masih bersifat
potensial.
• Cari tahu kepentingan dan kekuasaanlompok pem setiap golongan pemangku kepentingan
• Cari tahu apakah ada koalisi kepentingan dan kekuasaan antar golongan pemangku kepentingan
tersebut.
3. Pemodal Memperoleh deviden dan capital gain Tidak mau membeli saham perusahaan
• Pemegang saham dari saham yang dimiliki Memberhentikan para eksekutif perusahaan
• Kreditur Memperoleh penerimaan bunga dan Tidak memberikan kredit
pengembalian pokok pinjaman sesuai
jadwal yang telah ditetapkan. Membatalkan/menarik kembali pinjaman yang
telah diberikan.
4. Karyawan Memperoleh gaji/upah yang wajar Melakukan aksi unjukrasa / mogok kerja
dan ada kepastian kelangsungan Memaksakan kehendak melalui organisasi
perusahaan buruh yang ada
Kepentingan dan Kekuasaan Kelompok Sekunder …