Anda di halaman 1dari 77

PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN

Dan Keluarga Berencana


DR. Dr. H. Heriyadi Manan, SpOG (K)MARS
Latar Belakang
Sasaran MDGs (Millenium Development Goals)
1. Menghapus kemiskinan dan kelaparan
2. Pendidikan untuk semua orang
3. Promosi kesetaraan gender
4. Penurunan kematian anak
5. Meningkatkan kesehatan ibu
6. Memerangi HIV dan AIDS
7. Menjamin keberlanjutan lingkungan
8. Kemitraan global dalam pembangunan
Latar Belakang
Sasaran MDGs (Millenium Development Goals)
1. Menghapus kemiskinan dan kelaparan
2. Pendidikan untuk semua orang
3. Promosi kesetaraan gender
4. Penurunan kematian anak
5. Meningkatkan kesehatan ibu
6. Memerangi HIV dan AIDS
7. Menjamin keberlanjutan lingkungan
8. Kemitraan global dalam pembangunan
• Jumlah penduduk yang terus meningkat setiap
tahunnya, Indonesia belum mampu
menyejahterakan semua penduduknya.
• Berbagai dampak atas banyaknya penduduk
yang belum sejahtera akan mengakibatkan
berbagai persoalan yang berhubungan dengan
kependudukan.
• Berikut ini akan dibahas beberapa masalah
kependudukan yang ada di Indonesia.
A. Permasalahan Kuantitas
Penduduk
• Berbagai permasalahan yang berkaitan
dengan kuantitas penduduk adalah sebagai
berikut:
1. Jumlah penduduk
2. Pertumbuhan penduduk
3. Kepadatan penduduk (tidak dibahas, ranah
geografi)
4. Susunan Penduduk (tidak dibahas, ranah
geografi)
1. Jumlah Penduduk
• Jumlah penduduk negara Indonesia
merupakan urutan ke-4 terbesar setelah Cina,
India, dan Amerika.
• Jumlah penduduk Indonesia dari hasil sensus
2010 mencapai angka 237.641.326 jiwa.
• Dari tahun ke tahun jumlah penduduk
Indonesia semakin bertambah.
• Berikut ini merupakan jumlah penduduk
Kabupaten Selayar dari tahun ke tahun yang
dapat mewakili jumlah penduduk Indonesia:
• Dampak positif dari jumlah penduduk yang
banyak, antara lain:
– tersedianya tenaga kerja dalam masalah sumber
daya alam,
– Dapat mempertahankan keutuhan negara dari
ancaman yang berasal dari bangsa lain,
– dsb.
• Banyaknya jumlah penduduk juga akan
memberikan masalah-masalah baru bagi
negara ini, yakni:
– kelangkaan alat pemenuhan kebutuhan manusia,
– meningkatnya permasalahan lingkungan, seperti
beralihnya fungsi lahan pertanian, pencemaran
lingkungan, berkurangnya daerah resapan air, dsb.,
– meningkatnya pengangguran karena minimnya
lapangan pekerjaan,
– meningkatnya angka kemiskinan,
– terhambatnya pembangunan negara.
Krisis air bersih di beberapa daerah di Indonesia
Beralihnya fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman
di Karawang, Jawa Barat
Pencemaran sungai oleh limbah rumah tangga
Banyaknya jumlah pengangguran di Indonesia
2. Pertumbuhan Penduduk
• Tingkat atau laju pertumbuhan penduduk
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
jumlah penduduk di suatu negara.
• Besarnya laju pertumbuhan penduduk
membuat pertambahan jumlah penduduk
semakin meningkat, dengan kata lain, semakin
besar persentase kenaikannya maka semakin
besar pula jumlah penduduknya.
• Secara nasional pertumbuhan penduduk
Indonesia masih relatif cepat, walaupun ada
kecenderungan menurun.  
• Berikut adalah persentase pertumbuhan
penduduk Indonesia dari tahun 1961-2000: 
– Tahun 1961 – 1971 pertumbuhan penduduk
sebesar 2,1 % per tahun, 
– Tahun 1971 – 1980 sebesar 2,32% per tahun,
– Tahun 1980 – 1990 sebesar 1,98% per tahun,
– Tahun 1990 – 2000 sebesar 1,6% per tahun.
Berikut ini merupakan grafik pertumbuhan
penduduk Indonesia dari tahun 1960 sampai
2008:
KOMPONEN PERTUMBUHAN PENDUDUK

1. FERTILITAS
• CBR (18 Per 1000 Penduduk)
• TFR 2,6 anak per wanita usia
subur (SDKI 2007)

2. MORTALITAS
• CDR (6 Per 1000 Penduduk)
• IMR 34 per 1000 kelahiran hidup
• MMR 228 per 100.000 kelahiran
hidup

3. MIGRASI (internal dan eksternal)


• Berikut ini merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas
dan mortalitas:
1. Faktor demografi, antara lain:
 Struktur umur
 Struktur perkawinan
 Umur kawin pertama
 Paritas
 Disrupsi perkawinan
 Proporsi yang kawin
2. Faktor non demografi, antara lain:
 Keadaan ekonomi penduduk
 Tingkat pendidikan
 Perbaikan status perempuan
 Urbanisasi dan industrialisasi
B. Permasalahan Kualitas
Penduduk
• Kualitas penduduk adalah mutu kehidupan
penduduk pada suatu negara.
• Berbagai permasalahan yang berkaitan
dengan kualitas penduduk adalah sebagai
berikut:
1. Masalah Tingkat Pendidikan (tidak dibahas)
2. Masalah Kesehatan
3. Masalah Tingkat Penghasilan/Pendapatan
(tidak dibahas)
Masalah Kesehatan

• Tingkat kesehatan bisa dijadikan


indikator mutu kehidupan suatu negara.
• Tingkat kesehatan suatu negara
umumnya dilihat dari besar kecilnya
angka kematian, karena kematian erat
kaitannya dengan kualitas kesehatan.
• Dalam hal kesehatan yang akan menjadi
sorotan bagaimana gambaran
tingkat kesehatan adalah angka kematian
bayi.
• Besarnya kematian yang terjadi
menunjukkan bagaimana kondisi
lingkungan dan juga kesehatan pada
masyarakat.
Di atas merupakan grafik angka
kematian bayi dan balita di Indonesia
• Tingkat kesehatan tidak lepas dari pendapatan
seseorang, jika seseorang mendapatkan
pendapatan yang tinggi maka untuk
memperoleh pelayanan kesehatan juga tinggi.
 
• Jika penduduk suatu negara banyak yang sakit
maka pembangunan negara tidak berjalan
dengan lancar.
• Kualitas kesehatan yang rendah umumnya
disebabkan oleh:
– Kurangnya sarana dan pelayanan kesehatan,
– Kurangnya air bersih untuk kebutuhan sehari-hari,
– Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan,
– Gizi yang rendah,
– Penyakit menular,
– Lingkungan yang tidak sehat (lingkungan kumuh).
Kurangnya sarana dan pelayanan kesehatan di Indonesia
menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya tingkat kesehatan masyarakat
Kurangnya air bersih juga menjadi salah satu faktor penyebab
rendahnya tingkat kesehatan masyarakat
Di atas merupakan grafik gizi buruk tahunan di Indonesia
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya
tingkat kesehatan masyarakat Indonesia adalah lingkungan yang kumuh
SOLUSI PEMECAHAN
MASALAH KEPENDUDUKAN
• Untuk mengatasi masalah kependudukan,
pemerintah melakukan berbagai upaya
dengan menetapkan berbagai kebijakan.
• Beberapa cara yang dapat dilakukan antara
lain:
1. Pengendalian jumlah dan pertumbuhan
penduduk,
2. Pemerataan persebaran penduduk,
3. dst.
Solusi Permasalahan Kuantitas
Penduduk di Indonesia
Pengendalian Jumlah dan
Pertumbuhan Penduduk

• Dilakukan dengan cara menekan angka


kelahiran melalui pembatasan jumlah
kelahiran, menunda usia perkawinan
muda, dan meningkatkan pendidikan.
• Program Keluarga Berencana
EVALUASI PARUH WAKTU RPJMN 2015 - 2019

ANGKA KEMATIAN PREVALENSI TOTAL


IBU/100.000 KH PENDEK FERTILITY RATE

2010 SP 2015 SUPAS 2019 TARGET 2024 TARGET 2013 RISKESDAS 2016 SIRKESNAS 2019 TARGET* SDKI 2017 TARGET 2019
SDKI 2012

346 305 306 183 32.9 26.1 24.8 2.6 2.36 2.28
ANGKA KEMATIAN PREVALENSI PREVALENSI PEMAKAIAN
BAYI/1.000 KH GIZI KURANG KONTRASEPSI (MKJP)

SDKI 2012 SDKI 2017 2019 TARGET 2024 TARGET 2013 RISKESDAS 2016 SIRKESNAS 2019 TARGET* SDKI 2012 SDKI 2017 TARGET 2019

32 24 24 19 19.6 21 17 18.3 21.6 23.5


PENYEBAB KEMATIAN IBU PENYEBAB KEMATIAN NEONATAL
TEMPAT KEMATIAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR

Tempat
Kematian
Ibu

Tempat
Kematian
Neonatal /
Balita
Pengertian KB
• KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana.
Menurut Kamus Besar  Bahasa Indonesia
(1997) maksud daripada ini adalah: "Gerakan
untuk membentuk keluarga yang sehat dan
sejahtera dengan membatasi kelahiran.“
• Dengan kata lain KB adalah perencanaan
jumlah keluarga.
Problem KB
• Rendahnya pengetahuan dan kesadaran terkait KB
• Kepercayaan dan paham yang salah dari KB di
kalangan masyarakat
• Sebaran tenaga kesehatan yang tidak merata,
khususnya di daerah terpencil
• Unmet need
– Kesenjangan antara niat untuk tidak hamil di kalangan
wanita usia reproduksi dengan perilaku penggunaan
kontrasepsi yang sebenarnya
“UNMET NEED” KB

15.0
12.7 %
12.5
10.6 %
9.2 %
10.0 9.1 %
8.6 %

7.5

5.0

2.5

0
1991 1994 1997 2002/03 2007
SUMBER:
SUMBER: SDKI
SDKI
UNMET NEED MENURUT PROVINSI
NASIONAL 9.1
M ALUKU 22.4
SULBAR 17.4
NT T 17.4
PAPUA 16.6
PAPUA 15.8
SULSEL 13.9
M ALUT 13
SULT RA 12.9
NT B 12.9
SUM UT 12.3
SUM BAR 11.2
JABAR 10
RIAU 9.1
BANT EN 9
SULT ENG 8.3
JAT IM 8.2
KALT IM 7.7
KALBAR 7.7
JAT ENG 7.4
SUM SEL 7.4
JAM BI 7
DKI 6.9
DIY 6.8 9.1%
GORONT A 6.6
KALSEL 6.2
SULUT 6.1
BENGKULU 6.1
BALI 5.8
KALT ENG 5.7
LAM PUNG 5.5
BABEL 3.2

0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0 16.0 18.0 20.0 22.0 24.0

SDKI 2007
Kebijakan Operasional
Program KB Dalam JKN
Regulasi Terkait Pelayanan KB Dalam JKN

UU No. 40/2004 UU No. 36/2009 Perpres No. 82/2018


tentang SJSN tentang Kesehatan tentang Jaminan Kesehatan

Permenkes No. 97/2014 tentang Permenkes No. 28/2014 tentang


Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Pedoman Pelaksanaan Program JKN
Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Masa
Sesudah Melahirkan,
Permenkes No. 76/2014 tentang
Peyelenggaraan Pelayanan
Pedoman INA CBG dalam
Kontrasepsi, serta Pelayanan
Pelaksanaan JKN
Kesehatan Seksual
Permenkes No. 12/2016 tentang Perubahan
Permenkes No. 99 Tahun 2015 tentang Atas Peraturan Menteri Kesehatan No 59/2014
Perubahan Atas Permenkes No. tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan
71/2013 tentang Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Progra Jaminan
pada JKN Kesehatan

Permenkes No. 6/2018 tentang Perubahan Ketiga Atas Permenkes Nomor 52/2016
tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan
Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan
regulasi tata kelola kepemerintahan akuntabilitas leadership

Demand Side Supply Side

sistem data dan informasi


koordinasi-kolaborasi

Promosi KB Fasyankes
Transport
dan rujukan
Penggerakan
Tenaga kesehatan
masyarakat

Jaminan
Advokasi
kesehatan
Alokon
Tingkat
Obat dan Alkes
kesejahteraan

lit-bang perencanaan-penganggaran monitoring-evaluasi


Fasyankes Penyedia Layanan Kontrasepsi
Permenkes No. 99/2015
Upaya Dalam Meningkatkan Cakupan
MKJP dan CPR

MKJP: Metode Kontrasepsi Jangka Panjang


CPR: Contraceptive Prevalence Rate
Upaya Kementerian Kesehatan mencapai UHC 2019

Penguatan JKN sebagai Program Strategis Nasional dalam upaya mencapai


Sisi Supply Universal Health Coverage membutuhkan dukungan dari seluruh
o Peningkatan Fasiltas
Stake holder Terkait untuk menjaga kesinambungan Implementasinya
Kesehatan yang bekerjasama
o Pembangunan RS kelas A di
Indonesia Timur
Penguatan Sisi Regulasi Penguatan Sistem Manajemen
o Pemenuhan Tenaga Kesehatan o Terbitnya Inpres No. 8 Tahun 2017 Informasi dan Data
terutama Daerah Terpencil
tentang Optimalisasi Program JKN
Perbatasan dan Kepulauan
o Perpres 82 th 2018 tentang JKN o Penguatan Sistem Informasi dalam JKN
melalui Nusantara Sehat &
o FKTP, FKRTL, Rujukan dll o Pemanfaatan data dalam evaluasi JKN
WKDS
o Peningkatan Kualitas o Pemukhtahiran Data kepesertaan
pelayanan melalui PNPK 🡪
PPK & CP
o Penyediaan Sarana Prasarana
Fasilitas Kesehatan Meningkatkan Upaya Promotif Preventif
o Akreditasi
o Pengembangan Sistem
Telemedicine
18 Juta
keluarga di Indonesia telah
diidentifikasi dan diintervensi
dalam PIS-PK
Kebijakan Teknis Pelayanan
KB Dalam JKN
Program KB dalam Safe Motherhood
Terima Kasih
KRITERIA KELAYAKAN MEDIS DALAM PENGGUNAAN
KONTRASEPSI
(Medical Eligibility Criteria for Contraceptive Use)

DR. Dr. H. Heriyadi Manan, SpOG(K), M.Kes


↑ kesehatan perempuan & anak
Seksual
&
Reproduksi HAM  informasi KB  akseptor memilih
Kesehatan sendiri
Pelayanan

Pendekatan HOLISTIK
Rights-based Kebutuhan klien – kriteria kelayakan –
Kontrasepsi - -rekomendasi praktik-

2009 Medical Eligibility Criteria for


WHO Contraceptive Use (Kriteria Kelayakan
Medis Dalam Penggunaan Kontrasepsi).
RPJMN
(Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional)
2010-2014

MDG’15
pemberian pelayanan KB MKJP oleh PUS
(Pasangan Usia Subur) di semua tahapan keluarga

↓Total Fertility Rate (TFR) secara nasional


Kelayakan medis AKDR/IUD
KRITERIA KELAYAKAN MEDIS

Variasi praktik kesehatan & biaya yang tinggi - tidak


sesuai dengan pelayanan

Peningkatan pelayanan kesehatan di negara-negara
industri dengan pesat

Perlu rekomendasi konsensus dan pedoman klinis
WHO 1994-1995 (ed.1) – 2000 (ed.2)
(standar internasional kelayakan pasien)
KATEGORI KLASIFIKASI KELAYAKAN MEDIS

KRITERIA KONDISI M=Mulai; L=lanjut

KARAKTERISTIK INDIVIDU Usia/Riwayat Kehamilan

KONDISI MEDIS Diabetes, Hipertensi

KATEGORI 1/2/3/4

Klasifikasi 1 (kategori 1-2/Dapat Digunakan)


KLASIFIKASI Klasifikasi 2 (Kategori 3-4/ tidak dapat digunakan)
Kondisi Khusus
Pasien dengan Kecacatan

Keterbatasan Gerak  barier


RE
M
AJ
Klien Gangguan Sirkulasi &
A
Ekstremitas terfiksir, cacat mental
intelektual  Pil Kb oral
KEBUTUHAN
KHUSUS REMAJA  hampir OK
Pa

untuk semua metode


si
en

< 18 tahun  Suntik


Ca
ca
t
Plastik
Tembaga
Benang
Hormon

IUD
(Coope& IUS)
10 tahun
Haid
Efektif-
40 hari
Reversibel
Post
Jangka
Partum
Panjang
Jenis IUD
Copper T & Copper7 Multi Load Lippes Loop
(Polietieln) (Polietilen) (Polietilen)
Reaksi
Radang
Cara Garam
Steril
& Kerja Tembaga
Gangguan Sitotoksik
Ovulasi ↓
Pematangan
Proliferatif Normal Perubahan
sekretoir Mukosa
Lingkungan Serviks
Cedera Intrauterin
Ringan Spermisidal
Jaringan ↑PG
Uterus ↓ enzim
No endometrium
Cegah Fertilisasi
implantasi
KEUNTUNGAN KERUGIAN

-EFEKTIFITAS TINGGI -SAKIT/KEJANG 3-5 HARI PASCA


-EFEKTIF SETELAH PEMASANGAN
PEMASANGAN -PERDARAHAN HEBAT SAAT
-JANGKA PANJANG (10 THN) HAID
-TIDAK MEMPENGARUHI -PERFORASI DINDING UTERUS
HUBUNGAN SEKSUAL -TIDAK MENCEGAH PMS

-TIDAK ADA INTERAKSI OBA - TIDAK DIGUNAKAN PADA KLIEN


-DAPAT DIGUNAKAN SAMPAI DENGAN IMS, PRP
MENOPAUSE - PERLU PEMERIKSAAN PELVIK
-MENCEGAH KEHAMILAN -SPOTTING HINGGA 2 HARI
EKTOPIK PASCA PEMASANGAN
-TIDAK MEMPENGARUHI -TIDAK DAPAT DILEPAS SENDIRI
KUALITAS ASI -EKSPULSI IUD
ES Perubahan siklus haid (3bulan pertama
dan berkurang setelah 3 bulan)

ES
Menstruasi lebih lama dan lebih
banyak

- - Perdarahan (spotting) antara


ES menstruasi
- Dismenorea
IUD tipe T sangan efektif  0.6-0.8 kehamilan/100 perempuan

IUD progesteron  0.5-1 kehamilan/100 perempuan

Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas IUD :

1) Akseptor (Usia & Paritas, Frekuensi Senggalam)

2) IUD (ukuran, bentuk, Cu/Progesteron)


Indikasi9,14,20 Kontraindikasi9,14
1. Usia reproduktif 1. Sedang hamil
2. Keadaan nulipara
3. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka 2. Perdarahan vagina yang tidak
panjang diketahui
4. Perempuan menyusui yang menginginkan
menggunakan kontrasepsi 3. Sedang menderita infeksi alat
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui genital (vaginitis, servisitis)
6. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya
infeksi
4. Tiga bulan terakhir sedang
7. Risiko PMS rendah mengalami atau sering menderita
8. Tidak menghendaki metoda hormonal PRP atau abortus septik
9. Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap
hari 5. Kelainan bawaan uterus yang
10. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari abnormal atau tumor jinak rahim
senggama
11. Perokok yangdapat mempengaruhi kavum
12. Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila uteri
tidak terlihat adanya infeksi
13. Gemuk ataupun kurus
6. Penyakit trofoblas yang ganas
14. Penderita tumor jinak payudara 7. Diketahui menderita TBC
15. Penderita kanker payudara (Tuberculosis) pelvik
16. Pusing-pusing, sakit kepala
17. Tekanan darah tinggi 8. Kanker alat genital
18. Varises di tungkai atau di vulva 9. Ukuran rongga rahim kurang dari 5
19. Diabetes
20. Setelah kehamilan ektopik cm
• Setiap waktu dalam siklus haid (dipastikan tidak
hamil).
• Hari 1 – 7 siklus haid.
• Segera setelah melahirkan, (48 jam pertama/ 1
bulan pasca salin).
• Setelah menderita abortus (segera atau dalam
waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi
• Selama 1 – 5 hari setelah senggama tidak
terlindungi.
PROSEDUR PEMASANGAN
Konseling Konseling Konseling Pra
Awal Pemasangan
Metode Khusus
Seleksi pasien

Informasi KB Konfiidensialiti
Tujuan KB Anamnesis
Resiko, keuntungan
Data Pribadi Akseptor Riwaya Kesehatan
Kerugian
Efek Samping Diskusi Kebutuhan Reproduksi

Bentuk dan Cara Membantu Pemilihan KB PF panggul,


suprapubik
Penggunaan KB IUD (Efek Samping
Ditekankan) mengosongkan
Cara Kerja Kandung kemih
Konseling Pasca Pemasangan
• Ajarkan pasien bagaimana cara memeriksa sendiri
benang IUD dan kapan harus dilakukan (mengangkat
salah satu kaki pada posisi yang lebih tinggi).
• Tindakan apabila terjadi ES.
• Jadwal kontrol.
• Ingatkan kembali masa pemakaian IUDCuT-380A
adalah 10 tahun.
• Yakinkan pasien untuk datang ke klinik setiap saat bila
memerlukan konsultasi, pemeriksaan medik atau bila
menginginkan IUDtersebut dicabut.
• Minta pasien untuk mengulang kembali penjelasan
yang telah diberikan.
• Lengkapi rekam medik & kartu IUD untuk pasien.
Tabel 6 Penapisan pasien sesuai kriteria kelayakan
medis untuk penggunaan IUD

Kategori 1 (Aman Kategori 2 (Umum digunakan)


digunakan)
Usia ≥20 tahun Menars <20 th
Wanita multipara Nulipara
Postpartum ≥ 4minggu < 48 jam post partum
Postabortus trimester pertama Postabortus trimester kedua
Riwayat kehamilan ektopik Abnormalitas anatomi uterus
Riwayat Bedah Pelvis Dysmenore/perdarahan berat dan lama
Riwayat PID pada kehamilan Riwayat PID pada kehamilan lalu
lalu Vaginitis tanpa cervicitis purulent
Ectropion cervical Continuation pada wanita dgn PID akut
Neoplasia intraepithelial PID yg diobati atau STI 3 bulan terakhir
cervical Positif HIV pada wanita dan wanita yg
Diabetes melitus risiko STI meningkat
Fibroid uterine (dgn cavitas Komplikasi penyakit katup jantung
normal)
Kategori 3 Kategori 4
(Umumnya tidak (Tidak aman digunakan)
digunakan)
Postpartum .>48jam sd < 4 Hamil
minggu Trophoblastic gestasional
VTE dgn pengobatan Postsepsis abortus
anticoagulant Sepsis puerperal
Kanker Ovarium(awal) Perdarahan pervaginam tdk
Tbc pelvic (lanjutan) diketahui
Distorsi uterus
PID akut atau cervicitis purulent
(awal)
Kanker endometrium/Kanker
serviks(awal)
Tabel 7. Kriteria kelayakan medis IUD post
partum

Kategori 1 (Aman untuk Kategori 2 (Umum digunakan)


digunakan)
a)Segera setelah plasenta lahir Tidak ada
b)Selama SC
c)Dalam waktu <48 jam setelah
plasenta lahir
Kategori 3 (Umumnya tidak Kategori 4 (Tidak aman digunakan)
digunakan)
a)Antara 48 jam dan 6 minggu a)Perdarahan post partum
setelah persalinan b)Sepsis post partum
b)Choriomanionitis
c)Ketuban pecah dini dalam
waktu >18 jam
TRIMESTER 1
AKDR langsung
PASANG
jika tidak ada infeksi.
Tunda pemasangan

infeksi
perdarahan
anemia

TRIMESTER 2
Tunda Pemasangan

4-6 minggu pasca
Keguguran
Jika Infeksi
Tunda 3 bulan
IUD pasca keguguran
Kriteria kelayakan medis

Keuntungan :
↓ Rasa tidak nyaman &
Perdarahan selama
Pemasangan

Kerugian :
↓ Perforasi
Ekspulsi
spontan
Kriteria Kelayakan Medis IUD pasca keguguran

Kondisi Cu-IUD LNG-IUD Klarifikasi/Bukti


Trimester 1 1 1 Klarifikasi: IUD dapat dipasang segera
Trimester 2 2 2 setelah abortus trimester pertama, baik pada
abortus spontan atau diinduksi.
Segera setelah 4 4 Bukti: Tidak ada perbedaan risiko
abortus septik komplikasi antara pemasangan IUD pasca
kegugurab langsung dan tertunda. Ekspulsi
lebih tinggi ketika IUD dipasang setelah
setelah abous di trimester kedua
dibandingkan dengan trimester pertama.
Tidak ada perbedaan keamanan atau
ekspulsi anatara Cu- IUD dan LNG-IUD.
1976  8 kehamilan terjadi: berarti angka kehamilan
< 1/1000  bagus sebagai KB darurat
menurunkan risiko kehamilan sampai lebih dari 99%
Keuntungan
EOPE

Manfaat

kontrasepsi darurat (dipasang setelah


hubungan seksual tertjadi)
 mencegah terjadinya implantasi
Tabel 9. Kriteria kelayakan medis IUD sebagai
kontrasepsi darurat
Kondisi Kategori Klarifikasi/Bukti

Kehamilan 4 Klarifikasi: IUD tidak diindikasikan


selama kehamilan dan
meningkatkan risiko infeksi pelvis
kronis dan abortus spontan septik

Perkosaan
a) Risiko PMS 3
tinggi
b) Risiko PMS 1
rendah

Anda mungkin juga menyukai