Anda di halaman 1dari 85

Presentasi kasus

General Anesthesia
pada pasien Open Wound Facial &
Entroprion eyelid dextra
Penyusun:
Fahira Adipramesti (1102015068)
Pembimbing:
dr. Andri Julianto, Sp.An-KIC

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESI


FAKULTAS KEDOKTERAN YARSI JAKARTA
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. I R. SAID SUKANTO 2021
PERIODE 5-25 APRIL 2021
Anestesi
Pemblokiran/meniadakan rasa sakit di seluruh tubuh atau di bagian tubuh tertentu
dengan menggunakan obat-obatan atau metode lain yang bersifat reversible.

Anestesi Umum
Suatu keadaan tidak sadar yang bersifat sementara yang diikuti oleh hilangnya rasa
nyeri di seluruh tubuh akibat pemberian obat anestesia
Jenis Anestesi
Lokal/regional Anestesi, pasien dalam keadaan sadar.

Anestesi Umum, pemblokiran/meniadakan nyeri diseluruh tubuh dengan


cara menekan sistem saraf pusat.
• Intravenous → TIVA (Total Intravenous Anesthesia)
• Inhalation (volatile)
• Combined, Balanced Anesthesia
Anestesi Umum
Keuntungan:
● Mengurangi kesadaran & ingatan (khususnya Kekurangan:
ingatan buruk) intraoperatif pasien. ● Membutuhkan persiapan pasien
● Memungkinkan penggunaan pelumpuh otot. prabedah.
● Memfasilitasi kendali penuh pada saluran ● Membutuhkan perawatan dan biaya
napas, pernapasan, dan sirkulasi yang relatif lebih tinggi
● Dapat digunakan dalam kasus alergi atau ● Dapat menginduksi fluktuasi fisiologis
kontraindikasi terhadap agen anestesi lokal. yang memerlukan intervensi aktif.
● Dapat diberikan tanpa memindahkan pasien ● Menimbulkan komplikasi mual dan
dari posisi telentang. muntah, sakit tenggorokan, sakit kepala
● Dapat digunakan pada prosedur dengan durasi dan menggigil.
dan kesulitan yang tidak dapat diprediksi. ● Penggunaan agen inhalasi memicu
● Dapat diberikan dengan cepat dan reversibel. hipertermia maligna pada individu
penyandang kelainan genetik ini.
Stadium anestesia menurut Guedel
Stadium 1 : Analgesia

● Dimulai sejak diberikan


anestesi sampai
hilangnya kesadaran
● Ditandai dengan
hilangnya refleks bulu
mata
Stadium anestesia menurut Guedel
Stadium 2 : Eksitasi atau delirum

● Dimulai sejak diberikan


anestesi sampai hilangnya
kesadaran
● Pernapasan menjadi ireguler
● Timbul gerakan-gerakan
involunter.
● Pupil dilatasi sebagai tanda
peningkatan tonus simpatis.
Stadium anestesia menurut Guedel
Stadium 3 : pembedahan.
dimulai dari napas otomatis
sampai henti napas

Mulai napas otomatis


sampai gerak bola mata
berhenti.
Stadium anestesia menurut Guedel

Mulai gerak bola mata


berhenti sampai napas
torakal lemah
Stadium anestesia menurut Guedel

Mulai napas torakal


lemah sampai napas
torakal berhenti
Stadium anestesia menurut Guedel

Mulai napas torakal berhenti


sampai napas diafragma berhenti.
Stadium anestesia menurut Guedel

Stadium 4 : Intoksikasi/ overdoosis


obat anestesia

Dimulai dari paralisis


diafragma sampai henti
jantung atau meninggal.
Trias Anestesi

SEDASI/ ANALGESIA RELAKSASI


HIPNOTIK
Pasien
Pasien kehilangan
Pasien bebas mengalami
kesadaran,
nyeri, ditandai kelumpuhan
ditandai dengan
dengan hilangnya otot rangka,
hilangnya respon
respon nyeri pada ditandai dengan
palpebral dan
ransangan cubit hilangnya
hilangnya respon
refleks.
pupil
Urutan Tindakan Anestesi Umum

1. Evaluasi Pre-operasi dan Persiapan


2. Puasa (mengosongkan lambung)
3. Premedikasi (membuat pasien tenang, tidak cemas)
4. Mulai Anestesi (Induksi)
5. Maintenance (Mempertahankaan kedalaman anestesi)
6. Recovery (Menunggu siuman kembali)
TEKNIK
ANESTESI
UMUM
● Preoksigenasi : meningkatkan cadangan Kapasitas
residual fungsional & denitrogenisasi
● Induksi Anestesi : Umumnya IV, tetapi inhalasi dapat
dilakuka juga. Diberi tambahan opioid, Airway
management
● Maintenance (Rumatan anestesi)
● Monitored Anesthesia Care (MAC)
◼ Mengetahui status fisik pasien
◼ Mengetahui dan menganalisis
EVALUASI PRA ANESTESIA jenis operasi
◼ Memilih jenis/teknik anesthesia
yang sesaui
Anamnesis ◼ Memprediksi kemungkinan
• Riwayat anestesi dan operasi sebelumnya.
• Riwayat penyakit sistemik (diabetes melitus, hipertensi, penyulit yang dapat terjadi selama
kardiovaskuler, TB, asma) bedah atau pasca bedah
• Pemakaian obat tertentu, seperti antidiabetik, antikoagulan, ◼ Mempersiapkan obat untuk
kortikosteroid, antihipertensi secara teratur. menanggulangi penyulit yang
• Riwayat diet (kapan makan atau minum terakhir. jelaskan perlunya diprediksi
puasa sebelum operasi)
• Kebiasaan-kebiasaan pasien (perokok berat, pemakai alkohol atau P. Penunjang
obat-obatan) • Darah rutin (kadar hemoglobin, leukosit, bleeding
• Riwayat penyakit keluarga time, clothing time atau APTT & PPT)
• Kadar gula darah puasa
• Fungsi hati
P. Fisik • Fungsi ginjal
• Breath • Pemeriksaan radiologi : foto toraks atau lainnya
• sesuai indikasi
Blood
• Pemeriksaan pelengkap atas indikasi seperti gula
• Brain
darah 2 jam post prandial, pemeriksaan EKG untuk
• Bladder pasien > 40 tahun
• Bowel • Pada operasi besar dan mungkin bermasalah periksa
• Bone pula kadar albumin, globulin, elektrolit darah, CT
scan, faal paru, dan faal hemostasis.
Klasifikasi Status fisik
PERSIAPAN PRA ANESTESIA

◼ Persiapan psikis : beri penjelasan kepada pasien dan keluarga agar tetap tenang
◼ Persiapan fisik :
◼ Menghentikan kebiasaan merokok, minuman keras, atau obat tertentu minimal 2
minggu sebelum anesthesia atau minimal dimulai sejak evaluasi pertama kali di
poliklinik
◼ Melepas protesis atau aksesoris, tidak mengenakan kosmetik
◼ Puasa
◼ Diharuskan pasien mengajak keluarga atau kerabat untuk menemani/menunggu selama
proses pembedahan
◼ Membuat surat persetujuan tindakan medik
Puasa (Mengosongkan Lambung)
Masukan oral

Refleks laring mengalami penurunan selama anestesia. Regurgitasi isi lambung dan kotoran yang
terdapat dalam jalan napas merupakan risiko utama pada pasien-pasien yang menjalani anestesia. Untuk
meminimalkan risiko tersebut, semua pasien yang dijadwalkan untuk operasi elektif dengan anestesia
harus dipantangkan dari masukan oral (puasa) selamaperiode tertentu sebelum induksi anestesia.

● Dewasa : Umumnya puasa 6-8 jam


● Anak kecil : 4-6 jam
● Bayi : 3-4 jam
Premedikasi
→ pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anesthesia dengan tujuan untuk melancarkan
induksi, rumatan, dan bangun dari anesthesia diantaranya:
1. Mencegah terjadinya masalah-masalah pada saat diberi anestesi dan membantu proses
anestesi (mengurangi hipersalivasi, mengurangi sekresi bronkhial, mencegah
refleks vagal, mengontrol hipertensi /hipotensi)
2. Mencegah aspirasi
3. Memberi kenyamanan pada penderita (mengurangi atau menghilangkan kecemasan,
memberi sedatif amnesia, analgesia)
4. Mencegah mual-muntah
5. Mencegah Infeksi
Premedikasi

Sedatif
Analgesik opiat Analgesik non opiat Hipnotik
Anti cemas, nyaman
Diazepam/valium/stesolid
( amp 2cc = 10mg), dosis
0,1 mg/kgBB

-Petidin ( amp 2cc = Midazolam/dormicum


100 mg), dosis 1-2 (amp 5cc/3cc = 15
-Ketamin ( fl 10cc mg),dosis 0,1mg/kgBB
mg/kgBB Ponstan = 100 mg), dosis 1-
-Morfin ( amp 2cc = 10 2 mg/kgBB Propofol/recofol/diprivan
mg), dosis 0,1 mg/kgBB
Tramal
-Pentotal (amp 1cc (amp 20cc = 200 mg),
-Fentanyl ( fl 10cc = Toradol = 1000 mg), dosis dosis 2,5 mg/kgBB
500 mg), dosis 1- 4-6 mg/kgBB
3µgr/kgBB
Dehydrobenzperidon/DBP
(amp 2cc = 5 mg), dosis
0,1 mg/kgBB
Premedikasi

Antikolinergik Anti emetik

< sekresi kelenjar,


cegah spasme -Ondansentron
laring&bronkus, cegah Atropin sulfat
4 – 8 mg IV
bradikardi, 0,01
mg/kgBB -Metoclopramide
< motilitas usus, 10 mg IV
melawan efek depresi
narkotik terhadap pusat
napas
Mulai anestesi (Induksi)
→ tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar sehingga
memungkinkan dimulainya anesthesia dan pembedahan

Jenis induksi:
1. Induksi intravena : Disuntikkan scr bolus IV dengan kecepatan 30-60 detik (Thiopental, propofol, ketamin)
2. Induksi intramuscular : suntikan IM (ketamin)
3. Induksi inhalasi : pd bayi atau anak yang belum terpasang jalur IV atau dewasa yang takut disuntik (halotan,
sevofluran)
4. Induksi per rektal : bayi atau anak (thiopental, midazolam)
5. Induksi mencuri : pd anak atau bayi yang sedang tidur. Mencuri inhalasi, sungkup muka tidak ditempelkan di
muka, namun diberi jarak hingga px tertidur lalu ditempelkan.
Persiapan Induksi
S : Scope : Stetoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung. Laringo-Scope, pilih bilah atau daun
(blade) yang sesuai dengan usia pasien. Lampu harus cukup terang.
T : Tube : Pipa trakea. pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed) dan > 5 tahun
dengan balon (cuffed).
A : Airway : Pipa mulut faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-faring (naso-
tracheal airway). Pipa ini untuk menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk menjaga supaya
lidah tidak menyumbat jalan napas.
T : Tape : Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.

I : Introducer : Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastic (kabel) yang mudah
dibengkokan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan.

C : Connector : Penyambung antara pipa dan peralatan anestesia

S : Suction : Penyedot lender, ludah dan lain-lainnya.


Maintenance / Rumatan

Rumatan anastesia dapat dikerjakan secara intravena (anastesi intravena


total) atau dengan inhalasi atau campuran intravena - inhalasi.

Rumatan anastesia biasanya mengacu pada trias anastesia:


● Tidur ringan (hipnosis) sekedar tidak sadar,
● Analgesia cukup (diusahakan agar pasien selama dibedah tidak
menimbulkan nyeri)
● Relaksasi otot lurik yang cukup
Maintenance / Rumatan

Dapat dikerjakan dengan metode Intravena dan Inhalasi


RUMATAN INTRAVENA
❖ Fentanyl (opioid dosis tinggi): 10-50 mcg/kgBB : menyebabkan pasien
tidur dengan analgesia cukup
❖ Propofol : 4-12 mg/kgBB/jam
RUMATAN INHALASI
❖ Menggunakan campuran N2O dan O2 3:1 ditambah
Halotan 0,5-2 Vol% atau Isofluran 2-4 Vol% atau sevofluran 2-4 Vol%
(bergantung apakah pasien bernapas spontan, dibantu atau dikendalikan)
Recovery
Recovery
Volatile
anesthesia/
Anastesi Inhalasi
Mekanisme kerja anestesi inhalasi

Campuran gas atau uap obat anestesia & oksigen masuk mengikuti
aliran udara inspirasi → mengisi seluruh rongga paru→ mengalami difusi dari
alveoli ke kapiler paru sesuai dengan sifat fisik masing-masing gas.

Konsentrasi minimal fraksi gas atau uap obat anestesia di dalam alveoli
yang sudah menimbulkan efek analgesia pada pasien, dipakai satuan
potensi dari obat anestesia inhalasi tersebut yang populer disebut dengan "MAC"
(minimal alveolarconcentration).
Karakteristik Ideal anestesi inhalasi

• Tidak berbau
• Kerja cepat, dapat dititrasi
• Solubilitas rendah dalam darah – transpor ke otak cepat
• Stabil saat disimpan, tidak berekasi dengan bahan kimia lain
• Tidak dapat terbakar, tidak dapat meledak
• Metabolisme rendah di tubuh, eliminasi cepat, tidak ada efek
akumulatif
• Tidak membuat depresi sistem sirkulasi dan respirasi
Pembagian agen inhalasi
1. Gas:
• Nitrous Oxide (N2O)

2. Uap (cair): merupakan cairan yang mudah menguap.


• Halothan
• Enfluran
• Isofluran
• Sevofluran
• Desfluran
Nitrous Oxide (N2O)
● Sebagai obat dasar anestesia umum inhalasi dan selalu
dikombinasikan dengan oksigen
● Secondary gas effect
● N2O : O2 → 70 : 30 (Pasien normal)
Enfluran
● Bau dan rasa tidak menyengat
● Komponen hipnotik dalam maintenance.
● Komponen hipnotik, mempunyai efek
Efek analgetik ringan, relaksasi otot ringan.
analgetik ringan, relaksasi otot ringan. ● Resorpsinya setelah inhalasi , cepat dengan
● Famakokinetik: sebagian dimetabolisasikan waktu induksi 2-3 menit
● Efek samping: hipotensi, menekan
dalam hati bromide, klorida anorganik, dan
pernapasan, aritmia, dan merangsang SSP.
trifluoacetik acid. Pasca bedah dapat timbul hipotermi
● KI : Pasien dengan gangguan fungsi hepar, (menggigil), serta mual dan muntah, dapat
meningkatkan perdarahan pada saat
kraniotomi
persalinan, SC, dan abortus.
● Efek samping: menekan pernapasan dan
kegiatan jantung, hipotensi, hepatotoksik ● Sudah Jarang digunakan.
● Dosis: tracheal 0,5-3 v%.

Halothane
Isoflurane
Desflurane
∙ Bersifat iritatif thdp jalan napas → batuk ∙ Desfluran merupakan halogenasi eter yang rumus
∙ Komponen hipnotik dlm maintenance, analgetik bangun dan efek klinisnya mirip isofluran. 
∙ Mudah menguap → perlu menggunakan vaporizer
ringan & relaksasi otot ringan
khusus  (TEC-6).
∙ Pilihan anestetik dalam bedah saraf ∙ Potensinya rendah. Komponen Hipnotik
∙ Efek samping: hipotensi, aritmi, menggigil, konstriksi ∙ Bersifat simpatomimetik menyebabkan takikardia dan
bronkhi, meningkatnya jumlah leukosit. Pasca bedah hipertensi
dapat timbul mual, muntah, dan keadaan tegang ∙ Efek depresi napasnya seperti isofluran dan etran
∙ Sediaan : isofluran 3-3,5% dlm O2; + NO2-O2 = ∙ Merangsang jalan napas atas, sehingga tidak
induksi; maintenance : 0,5%-3% digunakan untuk induksi anestesi

Sevoflurane
∙ Merupakan halogenasi eter
∙ Tidak iritatif → baik untuk induksi
∙ Induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat daripada isofluran
∙ Efek terhadap kardiovaskular cukup stabil, jarang menyebabkan aritmia
∙ Efek terhadap sistem saraf pusat seperti isofluran dan belum ada laporan toksik terhadap hepar
∙ Setelah pemberian dihentikan sevofluran cepat dikeluarkan oleh tubuh
Intravenous anesthesia
Obat-Obat Anestesi Intravena

Anestesi intravena yang ideal adalah


– Cepat menimbulkan efek hipnosis
– Memiliki efek analgesia
– Menimbulkan amnesia pasca anesthesia
– Efek samping mudah dihilangkan dengan antagonisnya
– Cepat dieliminasi oleh tubuh
– Tidak atau sedikit mendepresi fungsi respirasi atau kardiovaskular
– Pengaruh farmakokinetiknya tidak tergantung pada disfungsi organ
Ketamin
Barbiturate (Thiopental)
∙ Analgesik, anestetik, kataleptik dg kerja singkat
∙ Hipnotik sangat kuat
∙ Simpatomimetik → meningkatkan TD dan HR
∙ Hambat pernapasan di medula oblongata
∙ Menimbulkan dilatas bronkus → pilihan pasien asma
∙ Hambat kontraksi otot jantung, tidak
∙ Sering menimbulkan takikardi, hipertensi, hipersalivasi,
menimbulkan sensitisasi jantung terhadap
nyeri kepala, pasca anestesi dapat menimbulkan mual-
ketekolamin
muntah, pandangan kabur, dan mimpi buruk.
∙ Dosis anestesi : rangsang SSP; dosis > = depresi
∙ Kalau harus diberikan sebaiknya sebelumnya diberikan
SSP
sedasi midazolam (dormikum) atau diazepam (valium)
∙ Dosis : induksi =3-6 mg/kgBB (i.v) dlm 60 dtk;
dengan dosis 0.1 mg/kgBB IV dan sulfas atropin 0.001
maintenance = ½ dosis induksi
mg/kg. → <salivasi
∙ Dosis bolus untuk induksi IV : 1-2 mg/kg &
IM : 3-10 mg. 
∙ Ketamin dikemas dalam cairan bening dengan kepekatan
1% (1ml=10mg), 5% (1ml=50 mg) dan 10 % (1ml=100
mg)
Propofol
● Propofol dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu bersifat isotonik
dengan kepekatan 1% (1 ml=10 mg).
● Suntikan intravena sering menyebabkan nyeri, sehingga beberapa detik sebelumnya
dapat diberikan lidokain 1-2 mg/kg intravena.
● Dosis bolus untuk induksi 2-2.5 mg/kg, dosis rumatan untuk anestesi intravena total
4- 12 mg/kg/jam dan dosis sedasi untuk perawatan intensif 0.2 mg/kg. 
● Pengenceran propofol hanya boleh dengan dekstrosa 5%.
● Pada manula dosis harus dikurangi, pada anak <3 tahun dan pada wanita hamil tidak
dianjurkan.
● Menghilangkan kegelisahan, efek
relaksasi otot yang bekerja secara sentral,
dan bila diberikan secara intravena
bekerja sebagai anti kejang.

Benzodiazepine
Opioid

● Opioid (morfin,
petidin, fentanil,
sufentanil) untuk
induksi diberikan
dosis tinggi.

● Opioid tidak
mengganggu
kardiovaskular,
sehingga banyak
digunakan untuk
induksi pasien
dengan kelainan
jantung. 
Muscle
Relaxants /
Pelemas Otot
Pembagian relaksan berdasarkan mekanisme kerja
1.Nondepolarising
Bergabung dengan reseptor asetilkolin seperti antagonis – merupakan mediator palsu yang
tidak menyebabkan kontraksi otot dan menghambat kerja asetilkolin.

2.Depolarising
Bergabung dengan reseptor Ach, namun tidak mengaktifkan kolinesterase sehingga
menyebabkan depolarisasi yang ditandai oleh fasikulasi lalu disusul oleh relaksasi otot lurik.
Atracurium

● Eliminasi non-enzimatik, independent


terhadap fungsi ginjal dan hati, sehingga
dapat digunakan pada pasien gangguan hati
atau ginjal Rocuronium
● Melepaskan histamin  hindari pd pasien
asma krn dapat menyebabkan bronkospasme ● Kerja cepat , bereaksi dalam 2 menit
berat ● Tidak melepaskan histamin
● Bekerja 20-45 menit ● Dimetaboisme di hati – penurunan fungsi hati
● Sediaan: Amp 10mg/ml, Amp 25 mg/2.5 ml dapat menghambat eliminasi
● Sediaan : vial 50 mg/5 ml, Amp 50 mg/5ml
Antagonis obat pelumpuh otot/Reverse of neuromuscular blockade
• Neostigmine – memblokir asetilkolinesterase sehingga terjadi akumulasi
asetilkolin pada hubungan saraf-otot atau pada ujung saraf kolinergik.
Akumulasi ini akan meningkatkan kemampuan asetilkolin sehingga
hantaran saraf otot Kembali berlangsung normal.

• Harus diberikan bersama sulfas atropine 1-1,5 mg untuk mencegah


bradikardia yang disebabkan aktivasi sistem parasimpatik
• Dosis diberikan secara bertahap mulai dari 0,5 mg IV, dapat diulang
hingga total dosis 5 mgm
Rumatan Anestesi
(Maintenance)

Rumatan intravena biasanya menggunakan opioid dosis tinggi, fentanil 10-50


µg/kgBB.

Rumatan inhalasi biasanya menggunakan campuran N2O dan O2 dengan


perbandingan 3:1 ditambah halotan 0,5-2 vol% atau enfluran 2-4% atau
isofluran 2-4 vol% atau sevofluran 2-4%
Modern Anesthesia Machine
Manajemen jalan nafas rutin yang berhubungan
dengan anestesi umum terdiri dari:

• Penilaian jalan napas sebelum anestesi


AIRWAY •

Persiapan dan pemeriksaan peralatan
Posisi pasien

MANAGEMENT •

Preoksigenasi (denitrogenasi)
Bag dan masker ventilasi
• Intubasi atau penempatan laryngeal
mask airway (jika ada indikasi)
• Konfirmasi pemasangan selang atau
jalan napas yang benar
• Ekstubasi
Peralatan Manajemen
Jalan Napas
• Sumber oksigen,
• Kemampuan ventilasi dengan bag dan masker,
• Laringoskop (direct dan video),
• Beberapa ETT ukuran berbeda dengan stylet dan bougie yang
tersedia,
• Perangkat jalan napas lain (bukan ETT),
• Suction,
• Pulse oximetry dan deteksi CO2,
• Stetoskop,
• Tape,
• Monitor tekanan darah & EKG,
• Akses intravena
Manuver Triple Jalan Napas

1. Kepala ekstensi pada sendi atlanto-oksipital.


2. Mandibula didorong ke depan pada kedua angulus mandibula
3. Mulut dibuka

Jalan Napas Faring


Jika maneuver tripel kurang berhasil, maka dapat
dipasang jalan napas mulut-faring lewat mulut (oro-
pharyngeal airway) atau jalan napas lewat hidung (naso-
pharyngeal airway).
Positioning

Sniffing position → Axis oral & faring


dalam satu garis lurus

Patologi cervical spine → kepala disimpan


dalam posisi netral & stabilisasi leher
dipertahankan selama manipulasi jalan
napas

Obesitas → elevasi bahu


Bag & Mask
Ventilation
Mengantar udara / gas anestesi dari alat resusitasi atau
system anestesi ke jalan napas pasien. Bentuknya
dibuat sedemikian rupa sehingga ketika digunakan
untuk bernapas spontan atau dengan tekanan positif
tidak bocor dan gas masuk semua ke trakea lewat
mulut atau hidung.
Indikasi

● Pasien dengan risiko aspirasi dan regurgitasi


● Pasien yang menjalani prosedur pembedahan
yang melibatkan rongga tubuh atau kepala dan
leher

Kontraidikasi

● Infeksi: abses mandibula, peritonsiler abses,


epiglotitis
● Trauma: fraktur laring, fraktur maxila/mandibula,
trauma cervical
● Extensi leher yang tidak maksimal: artritis
rematik, spondilosis
● Variasi anatomi: lidah besar, leher pendek
STATICS

A
T
• Mengantar gas anestesi langusng ke dalam
ENDOTRACHEAL trakea , paling sering dibuat dari polivinil

INTUBATION •
klorida.
Pipa trakea dapat dimasukan melalui mulut
(orotracheal tube) atau melalui hidung
(nasotracheal tube).
• Bentuk dan kekakuan ETT dapat diubah
dengan memasukkan stylet.
• Tabung murphy memiliki lubang (mata
Murphy) untuk mengurangi risiko oklusi, jika
bukaan tabung distal berbatasan dengan
karina atau trakea
Indikasi ETT pada anestesi Umum
● Potensi kontaminasi saluran napas. (Lambung
penuh/puasa tidak cukup, refluks gastroesofagus,
perdarahan gastrointesinal atau faring)
● Kebutuhan pembedahan untuk relaksasi otot
● Mempertahankan akses jalan napas tetap aman (ex.
Pasien posisi lateral atau pronasi)
● Operasi pada mulut, sekitar jalan napas atau wajah
● Prosedur pembedahan dengan durasi lama
Laryngeal Mask Airway

Merupakan alat jalan napas


berbentuk sendok terdiri dari pipa
besar berlubang dengan ujung
menyerupai sendok yang pinggirnya
dapat dikembang-kempiskan seperti
balon pada pipa trakea.

Tangkai LMA dapat berupa pipa


keras dari polivinil atau lembek dengan
spiral untuk menjaga supaya tetap
paten.
Indikasi:
• Ketidakmampuan penolong
memberikan ventilasi dengan alat
kantong napas-sungkup muka
• Henti napas dan henti jantung
Evaluasi sebelum intubasi
“LEMON”
L: Look externally. Melihat seluruh bagian wajah. Apakah ada hal-hal yg
menyebabkan sulit intubasi (trauma wajah, lidah besar, leher pendek,
prostrusi gigi).
E: Evaluate 3-3-2.
M: Mallampati score

O: Obstruction. 3 tanda utama: muffle voice/hot potato voice (abses


peritonsilar), kesulitan menelan ludah, stridor.
N: Neck mobility.
Teknik intubasi
KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. W
Umur : 51 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jakarta
Pekerjaan : IRT
Status pernikahan : Sudah Menikah
Tanggal MRS : 3 April 2021
Tanggal Operasi : 5 April 2021
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Pasien datang dengan keluhan Luka pada dahi dan kelopak mata kanan

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien datang ke Poli Bedah Rumah Sakit Bhayangkara Tk. I R. Said Sukanto dengan
keluhan luka pada dahi dan kelopak mata sebelah kanan, karena satu bulan yang lalu
pasien terbentur dashboard mobil akibat mobil yang dikendarai pasien menabrak mobil lai.
Luka tersebut sudah dilakukan Hecting dalam dan balut tekan di IGD sesaat setelah
kejadian.

Keluhan disertai dengan nyeri dan kelopak mata kanany ang tidak dapat menutup sempurna.
Keluhan lain seperti pusing, mual dan muntah disangkal. Pasien tidak ada pingsan segera
setelah kejadian hingga sekarang.
ANAMNESIS
RIWAYAT PENYAKIT
Riwayat Asma : tidak ada
Diabetes mellitus : Ada
Hipertensi : tidak ada
Alergi obat/makanan : tidak ada

RIWAYAT OPERASI:
- Tidak ada

RIWAYAT PENGOBATAN
Gliquidone, Glimepiride, Acarbose
PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran : Compos Mentis


Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Tanda Vital
- TD : 140/100 mmHg
- HR : 100x/menit
- RR : 20x/menit
- Suhu : 36,5

Antropometri
- BB : 60 kg - IMT : 23,4 (normal)
- TB : 160 cm
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : Normochepal, Tampak vulnus laseratum pada regio frontalis dextra
Mata : OD : Tampak vulnus laseratum dan kontraktur dan entropion
palpebra inferior(+), conjungtiva anemis(-), sklera ikterik (-)
OS : Conjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)

Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-), massa (-)


Thorax :
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di sela iga V linea midclavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung tidak melebar
Auskultasi : S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIK
- Paru
Inspeksi : simetris
Palpasi : vocal fremitus simetris
Perkusi : sonor kedua lapang paru
Auskultasi : suara napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
- Abdomen
Inspeksi : bentuk datar, simetris
Auskultasi : bising usus (+), normal
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar & lien tidak teraba
Perkusi : timpani seluruh abdomen
- Ekstremitas : akral hangat, crt<2 detik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium (preop)
● Hemoglobin : 9.9 g/dL (Post transfusi PRC 1 kantong → 300 mL)
● Hematokrit : 32%
● Leukosit : 8.990µL
● Trombosit : 428.000/µL
● GDS : 188 mg/dL
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Foto Thorax
● Jantung kesan normal, Aorta baik
● Corakan paru baik, tidak tampak infiltrat
● Sinus kostofrenikus kanan kiri tajam
● Tulang dan jaringan lunak, dinding dada baik
● Kesan : Jantung dan Paru kesan normal
DIAGNOSIS
• Open Wound Facial dan entropion lower eyelid

PLANNING
• Pro release kontraktur, Debridement, flap advancement
(pada periobital & fascial)
PERSIAPAN ANESTESI
LAPORAN ANESTESI

◼ DIAGNOSA PRE-OPERASI :
Open Wound Facial dan entropion lower eyelid
◼ JENIS OPERASI : Release kontraktur + Debridement + Flap
Advancement
◼ RENCANA TEKNIK ANESTESI : General Anestesi
◼ Status Fisik : ASA II
STATUS ANESTESI
● Breathing : • Brain :
• GCS 15 E4M6V5
• Airway tidak ada hambatan jalan • Compos mentis
nafas • Keadaan umum sedang
• Mallampati 1
• Gerakan leher baik kesegala arah • Bladder :
• Tidak terpasang kateter urin
• Respiration rate 20 kali permenit
• Thorax Vesikuler +/+, Rhonki -/-, • Bowel :
Wheezing -/- • Bising usus (+) supel, nyeri
tekan (-)
● Blood :
• Bone :
• Blood pressure 140/100 mmHg • Tidak ada gigi palsu dan gigi
• Heart rate 102 kali permenit goyang
• SpO2 99 % • Tidak ada fraktur dan
deformitas
• CRT < 2 detik
Pre-Operasi : Persiapan Obat
• Informed Consent • Pre medikasi
• Pasien puasa 6 jam pre-operatif - pemasangan IV RL
• Premedikasi di IBS
• Pasang infus 1 jalur

Persiapan Alat
• Stetoskop, Laringoskop
• Endotracheal Tube (ETT) ukuran 7
• Mesin Ventilator
• Sungkup muka dewasa
• Oropharyngeal Airway
• Plester / Tape
• Mandrin / Stillete
• Spuit 10 cc
• Suction
- Intubasi : jaw thrust → lalu memasukan laryngoscope dan ETT no. 7 → selanjutnya
pemberian oksigenasi dengan Oksigen 2L : Nitrous Oxide (N2O) 2L campuran dengan
sevoflurane 2% MCA
- Suara pernapasan: kanan = kiri
- Fiksasi pada kedalaman 21 cm
- Maintenance dgn N2O : O2 = 50% : 50% dan Isoflurane 2% MAC
Intra Operasi
• Lama operasi : 60 menit ( 14:00 – 15:00 WIB )
• Lama anestesi : 75 menit
• Posisi : Supine
Induksi : Propofol 150 mg IV, Fentanyl 160 mcg IV,Rocuronium Bromide 30 mg
Maintenance : O2 2L : N2O 2L Inhalasi Isofluran 2% MAC
Medikasi Intraop :
• Inj. Ketorolac 30mg
• Inj. Neostigmine 1mg
• Inj. Sulfate Atropine 0.5mg
• Inj Dexamethasone 5 mg
• Inj. Piralen 10 mg
Cairan Intraoperatif
RL 500 ml
Paska anestesi
Pasien sadar pada pukul 15.00 dan dipindah ke recovery room pukul 15.10.
TD: 180/100 mmHg, HR: 80 x/menit, RR : Spontan, 20 x/menit
Pemberian cairan : RL 20 tpm

Score Aldrete
• Aktivitas 2
• Pernapasan 2
• Sirkulasi 2
• Kesadaran 2
• Saturasi oksigen 2
• Total skor 10 → Pasien pemulihan
INSTRUKSI POST OPERASI
● Pemantauan kesadaran, tensi, nasi, respirasi tiap 15
menit
● Posisi pasien supine
● Pengelolaan nyeri: Ketorolac
● Penanganan mual muntah : ondansentron
● Diet dan nutrisi: sesuai DPJP
● Obat-obatan lain : sesuai DPJP
● Lain-lain : Sesuai DPJP
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai