SUMBER HUKUM

ISLAM
Muhammad Sodik
• Pondasi pokok ajaran islam adalah al-Qur’an.
Sementara untuk memperjelas keterangan-keterangan
di dalamnya, dibutuhkanlah penjelasan langsung dari
Rosulullah s.a.w., baik melalui perkataan maupun
perbuatannya. Yang kemudian bentuk penjelasan
tersebut dikenal dengan sebutan Sunnah atau Hadits
Nabi. Dua hal inilah yang disepakati oleh mayoritas
umat Islam sebagai sumber utama hukum Islam (al-
adillah as-syar’iyyah) dari zaman ke zaman.
• Mayoritas ulama Islam menyepakati, bahwa
sumber hukum dalam Islam dibagi menjadi
dua bagian. Sumber hukum pokok (primer)
yang disepakati kehujjahannya (muttafaqun
’alaih) dengan memasukkan Ijma’ dan Qiyas
setelah al-Qur’an dan Hadits. Dan sumber
hukum furu’iyyah (sekunder) yang kerap
kali diperselisihkan (mukhtalaf ‘alaih)
Sumber Hukum Primer
1. Al-Qur’an. Firman Allah s.w.t. kepada manusia
yang diwahyukan kepada nabi Muhammad
melalui Malaikat Jibril a.s. dengan bahasa Arab
yang dinukilkan kepada kita secara mutawattir,
tertulis dalam mushaf-mushaf, membacanya
merupakan ibadah, dimulai dengan surah al-
Fatihah dan ditutup dengan surah an-Nas.
2. Sunnah / Hadits. Semua ucapan, perbuatan, arahan dan
ketetapan yang berasal dari Rosulullah s.a.w.

Posisi kehujjahan Hadits/sunnah dalam konteks sumber

hukum Islam setelah al-Qur’an adalah terpaut empat hal :
3. Sunnah/Hadits menjadi penguat (ta’kid) dari ayat al-
Qur’an.
4. Sebagai penjelas lebih dalam terhadap al-Qur’an.
5. Menghapus hukum al-Qur’an.
6. Memberikan putusan hukum yang tidak disebut dalam al-
Qur’an.
3. Ijma’ (konsensus). Kesepakatan para mujtahid dari ummat nabi
Muhammad pada suatu masa ke masa setelah Rosulullah wafat
terhadap suatu hokum syara’.

Terpenuhinya ijma’ sebagai hujjah/dalil, harus memenuhi lima rukun :

1) Orang yang terlibat dalam pembahasan hukum adalah mujtahid.
2) Mujtahid yang terlibat dalam pembahasan hukum adalah mujtahid
yang ada pada waktu itu.
3) Ijma’ dimulai dengan mendengarkan pendapat para mujtahid.
4) Hukum yang disepakati harus actual dan belum ada
pembahasannya dalam al-Qur’an dan Hadits.
5) Ijma’ tidak boleh tidak merujuk pada al-Qur’an dan Hadits.
4. Qiyas. Menganalogikan suatu hukum dengan hukum yang lain yang
memiliki kesamaan illat/sebab. Secara sederhana qiyas adalah
analogi atau mempersamakan.

Rukun qiyas :
1) Al-Ashl yakni kasus yang sudah memiliki ketetapan hukum
berdasarkan nas dan ijma.
2) Al-Faru’ yakni kasus yang sedang dipelajari status hukumnya.
3) Hukmul ashl yakni hukum yang sudah ditentukan oleh nas dan ijma’.
4) Al-illah yakni motivasi hukum pada ashl yang ditengarai wujudnya
oleh seorang mujtahid.
Sumber Hukum Sekunder
1. Qaul shahabi.
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ِم ْن َق ْوٍل مَلْ يَْرَف ْعهُ إِلَْي ِه َومَلْ يَ ُك ْن لَهُ ُح ْك ُم‬ ‫يِب‬َّ
‫ن‬ ‫ال‬ ‫ب‬ ِ ‫ما نُِقل ع َّمن ص‬
‫ح‬
َ َّ َ َ ْ َ َ
‫الرفْ ِع‬
َّ
Pendapat para sahabat rosulullah tentang suatau masalah yang status
hukumnya tidak ditegaskan dalam al-Qur’an maupun Sunnah.
Anas bin malik radhiyallahuanhu pernah berfatwa tentang batas
minimal wanita mendapat haidh. Dalam fatwa itu, beliau mengatakan
bahwa minimal mendapat darah haid selama tiga hari.
2. Syar’u man qablana. Syari’at yang berlaku pada umat-umat nabi
terdahulu
3. Al-istishab. Menetapkan sesuatu berdasarkan suatu keadaan yang
berlaku sebelumnya hingga adanya dalil yang menunjukan adanya
perubahan keadaan itu.
4. Al-’Urf. Kebiasaan mayoritas masyarakat dalam perkataan atau
perbuatan tertentu.
5. Al-Istihsan. Berpaling dari hasil qiyas tertentu kepada qiyas yang
lebih kuat,atau mengkhususkan qiyas pada dalil yang lebih kuat.
6. Sadduzz-Zariah. Upaya preventif agar tidak terjadi sesuatu yang
menimbulkan dampak negatif.
7. Al-maslahatul Mursalah. Merealisasikan manfaat dan melenyapkan
kemudharatan dalam upaya pemeliharaan tujuan-tujuan syara’.
Konsep maslahah dibagi tiga bagian : 1). Maslahah mu’tabaroh. 2).
Masalah Mulghoh. 3) Maslahah mu’tabarah
• Sumber hukum Islam dapat difahami bahwa
memahami ajaran Islam tidak cukup dengan
mengambil sumber hukum Islam dari al-Qur’an
dan Hadits.