Anda di halaman 1dari 69

1.

SISTEM POLITIK
a. Pengertian Sistem Politik

Dalam arti umum, politik adalah “macam-macam


kegiatan dalam suatu sistem politik/negara yang
menyangkut proses menentukan dan sekaligus
melaksanakan tujuan-tujuan sistem itu”.

Kata ”politik” (Yunani) ”polis” = negara kota. “Polis” berarti “city state” –
merupakan segala aktivitas yang dijalankan oleh Polis untuk
kelestarian dan perkembangannya “politike techne” (politika).
Politik pada hakikatnya “the art and science of government” atau seni
dan ilmu memerintah.
Dalam pengertian lain, politik dapat diartikan :
• Seni dan ilmu meraih kekuasaan secara konstitusional maupun
nonkonstitusional.
• Usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan
kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles).
• Hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan
dan negara.
• Merupakan kegiatan yangg diarahkan untuk mendapatkan dan
mempertahankan kekuasaan di masyarakat.
• Segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan
kebijakan publik.
Batasan sistem politik menurut beberapa ahli ;
a. Rusandi Simuntapura, sistem politik ialah mekanisme seperangkat
fungsi atau peranan dalam struktur politik dalam hubungan satu
sama lain yang menunjukkan suatu proses yang langgeng.
b. Sukarna, sistem politik ialah tata cara mengatur negara.
c. David Easton, sistem politik dapat diperkenalkan sebagai interaksi
yang diabstraksikan dari seluruh tingkah laku sosial sehingga nilai-
nilai dialokasikan secara otoritatif kepada masyarakat.
d. Robert Dahl, sistem politik merupakan pola yang tetap dari
hubungan antara manusia serta melibatkan sesuatu yang luas dan
berarti ttg kekuasaan, aturan-aturan, dan kewenangan.
Sistem Politik Menurut Kautsky

 Sistem Tradisional, ada pada masyarakat pra-industrialisasi (Kelas


Ningrat = menguasai tanah dan produksi yang menduduki
pemerintahan; Tani = menerima kekuasaan dari kaum ningrat;
Menengah = menduduki pemerintahan, militer dan agama).
 Sistem Totalitarianisme, ingin mengendalikan masyarakat secara
total (agama, keluarga, olah raga, dll). Mereka memerlukan teknologi
dan senjata modern.
 Sistem Totalitarianisme Ningrat, kelas ini memegang kekuasaan
dengan metode totaliter dalam memerintah, buruh dan tani tidak
memiliki cukup kekuatan. Proses industrialisasi dan gerakan
nasionalis merupakan ancaman.
 Sistem Totaliterianism Cendekiawan, sistem ini dipimpin kaum
ningrat yang didukung oleh kaum menengah/cendekiawan dan
kapitalis.

 Sistem Demokrasi, semua golongan mempunyai kesempatan


turut serta dalam proses politik dan pemerintah, dengan ciri-ciri
:
a. kedaulatan ada ditangan rakyat,
b. pemerintah berdsrkan persetujuan dari yang diperintah,
c. kekuasaan mayoritas,
d. jaminan HAM dan jaminan golongan minoritas,
e. pemilu jujur dan adil,
f. persamaan didepan hukum,
g. pembatasan kekuasaan secara konstitusional.
FUNGSI SISTEM POLITIK

 Kapabilitas, adalah kemampuan sistem politik dalam menjalankan


fungsinya (eksistensi) di lingkungan yang lebih luas.
 Konversi, menggambarkan kegiatan pengolahan input menjadi ouput
mulai dari : penyampaian tuntutan, perangkuman tuntutan menjadi
tindakan pembuatan aturan, pelaksanaan peraturan, menghakimi,
dan komunikasi.
 Adaptif, yaitu menyangkut sosialisasi dan rekruitmen yang bertujuan
memantapkan bangunan struktur politik dari sistem politik.

2 Fungsi Utama Sistem politik : Perumusan kepentingan rakyat, dan


Pemilihan pemimpin serta pejabat pembuat keputusan.
KAPABILITAS SISTEM POLITIK

 Regulatif, merupakan penyelenggaraan pengawasan terhadap


tingkah laku individu dan kelompok yang ada di dalamnya.
 Ekstraktif, merupakan pengelolaan SDA dan SDM untuk mencapai
tujuan dari sistem politik.
 Distributive, hasil pengelolaan SDA untuk didistribusikan kepada
masyarakat.
 Responsif, kemampuan sistem politik dalam menanggapi tekanan
dari masyarakat.
 Simbolik, efektivitas simbol dari sistem politik terhadap lingkungan
intra dan ekstra masyarakat.
 Domestik dan Internasional, suatu sistem politik berinteraksi di
lingkungan domestik dan internasional.
1. Fungsi integrasi dan adaptasi terhadap
SISTEM POLITIK masyarakat, baik ke dalam maupun
MENCAKUP : keluar.
2. Penerapan nilai-nilai dalam masyarakat
berdasarkan kewenangan.
3. Penggunaan kewenangan atau
kekuasaan, baik secara sah ataupun
tidak.
B. CIRI-CIRI UMUM SISTEM POLITIK

Sistem Politik Menurut Almond,


Memiliki 4 (Empat) Ciri-ciri :

 Mempunyai kebudayaan politik .


 Menjalankan fungsi-fungsi .
 Memiliki spesialisasi.
 Merupakan sistem campuran.
C. MACAM-MACAM SISTEM POLITIK
Almond dan Powell, membagi 3 (tiga) kategori sistem politik yakni :

 Primitif yang intermittent (bekerja dengan sebentar-sebentar


istirahat).
 Tradisional dengan struktur-struktur bersifat pemerintahan politik
yang berbeda-beda dan suatu kebudayaan “subyek”.
 Modern di mana struktur-struktur politik yang berbeda-beda,
berkembang dan mencerminkan aktivitas budaya politik
“participant”.
Klasifikasi sistem politik menurut Alfian :
• Otoriter/Totaliter
• Anarki
• Demokrasi
• Demokrasi dalam transisi.

Ramlan Surbakti mengklasifikasikan


sistem politik dengan kriteria :
1. Otokrasi Tradisional,
2. Totaliter,
3. Demokrasi,
4. Negara Berkembang
MENURUT ALMOND DAN COLEMAN, MACAM-MACAM SISTEM
POLITIK YANG BANYAK BERLAKU DI NEGARA BERKEMBANG:

1. Demokrasi Politik,
2. Demokrasi Terpimpin,
3. Oligarki Pembangunan,
4. Oligarki Totaliter,
5. Oligarki Tradisional
D. DEMOKRASI SEBAGAI SISTEM POLITIK

Menurut Bingham Powel, Jr., sistem politik


demokrasi ditandai :
• Legitimasi pemerintah didasarkan pada klaim bahwa pemerintah tersebut mewakili
keinginan rakyatnya.
• Pengaturan yang mengorganisasikan perundingan untuk memperoleh legitimasi,
dilaksanakan melalui pemilu.
• Sebagian besar orang dewasa dapat mengikuti proses pemilihan (memilih/dipilih).
• Penduduk memilih secara rahasia dan tanpa dipaksa.
• Masyarakat dan pemimpin menikmati hak-hak dasar (kebebasan berbicara,
berorganisasi dan pers). Setiap partai politik berusaha untuk memperoleh
dukungan.
2. SUPRA STRUKTUR DAN INFRA STRUKTUR POLITIK
DI INDONESIA

a. Infrastruktur Politik

Berdasarkan teori politik, infra struktur politik mencakup :


a. Partai politik (political party),
b. Kelompok kepentingan (interest group),
c. Kelompok penekan (pressure group),
d. Media komunikasi politik (political communication media), dan
e. Tokoh politik (political figure).
Hak dasar sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat serta bebas
dari segala macam bentuk penjajahan (Pembukaan UUD 1945,
alinea I), dan hak dasar sebagai warga negara :

• Sebagai warga negara dan penduduk Indonesia (Pasal 26),


• Bersamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 ayat (1)),
• Memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak (Pasa 27 ayat 2),
• Kemerdekaan berserikat, mengeluarkan pikiran lisan dan tulisan (Pasal 28),
• Mempertahankan hidup sebagai hak asasi manusia (Pasal 28A)
• Jaminan beragama dan pelaksanaanya (Pasal 29 ayat (2)),
• Ikut serta dalam usaha hankam negara (Pasal 30),
• Mendapat pendidikan (Pasal 31),
• Mengembangkan kebudayaan nasional (Pasal 32),
• Mengembangkan usaha di bidang ekonomi (Pasal 33) dan
• Jaminan pemeliharaan sebagai fakir miskin (Pasal 34).
b. PARTAI POLITIK (POLITICAL PARTAI) DI INDONESIA

Cara Memperoleh Kekuasaan ;


Eksistensi parpol
merupakan prasyarat,
baik sebagai sarana
penyaluran aspirasi
rakyat, maupun dalam
proses  Pertama, secara legal (ikut
penyelenggaraan pemilu legislatif).
negara melalui wakil-
wakilnya di dalam  Kedua, secara ilegal
badan perwakilan (melakukan subversib, revolusi
rakyat. atau coup d`etat).
1) MASA PRA KEMERDEKAAN

Budi Utomo (Jkt, 20 Mei 1908), merupakan organisasi modern pertama


yang melakukan perlawanan secara non fisik.

 Sarekat Islam (1912),


dalam perkemba-ngannya  Muhammadiyah (1912),
menjadi partai-partai politik  Indische Partij (1912),
yang didukung kaum  PKI (1921),
terpelajar dan buruh tani.  PNI (1927),
 Partai Rakyat Indonesia (1930),
 Partai Indonesia (1931),
 Partai Indonesia Raya (1931).
2) MASA PASCA KEMERDEKAAN (TAHUN 1945 – 1965)
Tumbuh suburnya partai-partai politik, didasarkan pada Maklumat
Pemerintah tanggal 3 November 1945.

KLASIFIKASI PARTAI POLITIK MENURUT DASAR/ASASNYA


KETUHANAN KEBANGSAAN MARXISME NASIONALISME
 Partai Masjumi,  Partai Nasional Indonesia (PNI)  Partai Partai Demokrat
 Partai Sjarikat Komunis Tionghoa (PTDI)
 Partai Indonesia Raya (Parindra)
Indonesia, Indonesia Partai Indonesia
 Partai Rakyat Indonesia (PRI) (PKI) Nasional (PIN)
 Pergerakan
Tarbiya Islamiah  Partai Demokrasi Rakyat  Partai IPKI
(Perti), (Banteng) Sosialis
Indonesia
 Partai Kristen  Partai Rakyat Nasional (PRN)
Indonesia  Partai
 Partai Kebangsaan Indonesia Murba
(Parkindo),
(Parki)  Partai Buruh
 Dll.
 Dll.  Permai
Alfian, mengelompokkan partai politik hasil Pemilu 1955 :

1. Aliran Nasionalis (Partai Buruh, PNI, PRN, PIR Hazairin, Parindra,


SKI, dan PIR-Wongsonegoro).
2. Partai Islam (Masjumi, NU, PSII, dan Perti).
3. Aliran Komunis (PKI)
4. Aliran Sosialis (PSI, dan GTI).
5. Aliran Kristen (Partai Katolik, dan Parkindo).
Kehidupan politik masa demokrasi liberal (1955–1959), banyak
ditandai pergantian kabinet.
Persaingan antar elit partai politik besar, telah membawa negara pada
instabilitas politik, sehingga mandeknya pembangunan ekonomi dan
rawannya keamanan.

Akibat konflik berkepanjangan pada Badan


Konstituante (merumuskan UUD yang bersifat),
mendorong Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 yang selanjutnya melahirkan
demokrasi terpimpin.
3) MASA ORDE BARU (TAHUN 1966 - 1998)

PARPOL PESERTA PEMILU 1971 :


• Golongan Karya (Golkar),
Orde Baru (1966)
• Partai Nasional Indonesia (PNI),
melakukan • Nahdatul Ulama (NU),
pembenahan • Partai Katolik,
institusi politik, • Partai Murba,
karena jumlah • Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII),
• Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia
parpol yang
(IPKI),
banyak, tidak • Partai Kristen Indonesia (Parkindo),
menjamin stabilitas • Partai Muslimin Indonesia (Parmusi),
politik • Partai Islam Perti (Persatuan Tarbiyah
Islamiyah).
Hasil Pemilu 1971, menunjukkan kemenangan Golongan Karya
Terjadi penyederhanaan partai politik ;
Partai berbasis Islam (NU, Parmusi, PSII, dan Partai Islam) menjadi
Partai Persatuan Pembangunan (PPP);
Partai berbasis sosialis dan nasionalis (Parkindo, Partai Katolik, PNI,
Murba dan IPKI) menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI).

Berdasarkan UU No.
3 Tahun 1975,
Pemilu 1977 dan
1982 hanya diikuti 3
(tiga) peserta : 1. PPP (ke-Islaman dan ideologi Islam)
2. Golongan Karya (kekaryaan dan keadilan sosial)
3. PDI (demokrasi, kebangsaan/ nasionalisme dan keadilan).
PERBANDINGAN PEROLEHAN SUARA PARTAI PESERTA
PEMILU SELAMA ORDE BARU
Partai Politik Peserta Pemilu
Tahun
No
Pemilu Partai Persatuan Partai Demokrasi
Golongan Karya (Golkar)
Pembangunan (PPP) Indonesia (PDI)

1. 1971 14.833.942 (96) 34.348.673 (236) 5.516.849 (30)

2. 1977 18.722.138 (99) 39.313.354 (232) 5.459.987 (29)

3. 1982 20.871.880 (94) 48.334.724 (242) 5.919.702 (24)

4. 1987 13.701.428 (61) 62.783.680 (299) 9.324.708 (40)

5. 1992 16.624.647 (62) 66.599.331 (282) 14.565.556 (56)

6. 1997 25.340.028 (89) 84.187.907 (325) 3.463.225 (11)


4) MASA/ ERA REFORMASI (TAHUN 1999 S.D. SEKARANG)
Berdasarkan UU No. 3/1999, partai-partai politik di Indonesia diberikan
kesempatan hidup kembali mengikuti pemilu multi partai

NO NAMA PARTAI POLITIK NO NAMA PARTAI POLITIK

1. Partai Indonesia Baru (PIB) 12. Partai Kebangsaan Merdeka (PKM)


2. Partai Kristen Indonesia (Krisna) 13. P. Demokrasi Kasih Bangsa (PDKB)
3. Partai Nasional Indonesia (PNI) 14. Partai Amanat Nasional (PAN)
4. Partai Aliansi Demokrat Indonesia 15. Partai Rakyat Demokrat (PRD)
5. P. Kebangkitan Muslim Indonesia 16. P. Syarikat Islam Indonesia 1905
6. Partai Umat Islam (PUI) 17. Partai Katolik Demokrat
7. Partai Kebangkitan Umat (PKU) 18. Partai Pilihan Rakyat (Pilar)
8. Partai Masyumi Baru (PMB) 19. Partai Rakyat Indonesia (PARI)
9. P. Persatuan Pembangunan (PPP) 20. Partai Bulan Bintang (PBB)
10. P. Syarikat Islam Indonesia (PSII) 21. ................
11. P. Demokrasi Indonesia Perj (PDIP) 48. Partai Pekerja Indonesia
c. KELOMPOK KEPENTINGAN (INTEREST GROUP)

Jenis-jenis kelompok kepentingan :


 Kelompok Anomik (kelompok spontan dan tidak memiliki
nilai/norma),
 Kelompok Asosiasional (biasanya jarang terorganisir dan
kegiatannya kadang-kadang),
 Kelompok Institusional ( merupakan kelompok pendukung
kepentingan institusional; seperti partai politik, korporasi bisnis,
dll.),
 Kelompok Assosiasonal (merupakan kelompok yang terorga-nisir
yang menyatakan kepentingan dari suatu kelompok dan memiliki
prosedur teratur).
Kegiatan kelompok kepentingan di dalam suatu negara, sangat
bergantung kepada sistem politik pemerintah apakah menerapkan
sistem kepartaian tunggal/ dua partai/ lebih.

Pada sistem partai tunggal,


kelompok kepentingan sangat
dibatasi, karena pemerintahan Pada sistem dua partai/
totaliter. Pada umumnya dianut lebih, kelompok kepentingan
oleh negara komunis (Rusia, berpeluang tumbuh dan
RRC, Vietnam, Korea Utara, berkembang dengan pesat.
Kuba dll.). Pada umumnya dianut oleh
negara-negara yang
Demokratis.
d. KELOMPOK PENEKAN (PRESSURE GROUP)
Kelompok penekan, dapat dipergunakan rakyat untuk menyalurkan
aspirasinya dengan sasaran mempengaruhi atau membentuk
kebijaksanaan pemerintah.

 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),


Contoh institusi  Organisasi sosial keagamaan,
Kelompok  Organisasi Kepemudaan,
penekan  Organisasi Lingkungan Hidup,
 Organisasi pembela Hukum dan HAM,
 Yayasan atau Badan hukum lainnya.
e. MEDIA KOMUNIKASI POLITIK (POLITICAL
COMMUNICATION MEDIA)

Media komunikasi politik, dapat berfungsi untuk menyampaikan


informasi dan persuasi mengenai politik baik dari pemerintah kepada
masyarakat maupun sebaliknya.

Media komunikasi ;
surat kabar, telefon,
faximile, internet,
televisi, radio, film, dan
sebagainya.
Dapat memainkan peran penting
terhadap penyampaian informasi
serta membentuk/mengubah
pendapat umum dan sikap politik
publik.
f. TOKOH POLITIK (POLITICAL FIGURE)

Pengangkatan tokoh politik dilakukan melalui proses :


 Transformasi dari peranan-peranan non-politis
(keagamaan, kebudayaan, status sosial, dll.) untuk
memainkan peranan politik yang bersifat khusus.
 Pengangkatan dan penugasan untuk menjalankan
tugas-tugas politik.
Menurut Lester G. Seligman, bahwa proses
pengangkatan tokoh-tokoh politik berkaitan dengan :

 Legitimasi elit politik,


 Masalah kekuasaan,
 Representativitas elit politik, dan
 Hubungan antara pengangkatan tokoh-
tokoh politik dengan perubahan politik.
G. SUPRASTRUKTUR POLITIK

Merupakan
mesin politik
resmi sebagai
penggerak
politik formal. Pada Negara Monarki, pemerintahan dikuasai oleh
keluarga bangsawan. Raja/Ratu, berperan sebagai
lambang kebesaran/alat pemersatu. Kabinet dapat
dibentuk berdasarkan pemilu (tergantung tingkat
pendemokrasiannya).

Pada Negara Republik, elit politik ada yang


memegang kekuasaannya secara diktator. Namun
juga banyak yang bersifat demokratis (tergantung
Konstitusi/UUD negaranya).
Perkembangan ketatanegaraan modern, pd umumnya
elit politik pemerintah dibagi dalam kekuasaan :
 Eksekutif (pelaksana undang-undang),
 Legislatif (pembuat undang-undang), dan
 Yudikatif (mengadili pelanggaran undang-undang)
dengan sistem pembagian atau pemisahan kekuasaan.

Didukung infra struktur politik


Supra struktur
(rakyat, partai politik dan ormas),
politik mantap dalam pemerintahan melalui
wakil-wakilnya.
Mekanisme pemerintahan (infrastruktur dan suprastruktur
politik) dapat memenuhi fungsinya, manakala Sistem Politik
mampu :

1. Mempertahankan pola (tata cara, norma-norma dan prosedur-


prosedur yang berlaku).
2. Menyelesaikan ketegangan (menyelesaikan, konflik dan perbedaan
pendapat) yang memuaskan semua pihak.
3. Melakukan perubahan (kemampuan adaptasi dengan
perkembangan baik di dalam maupun luar negeri).
4. Mewujudkan tujuan nasional (kristalisasi keinginan masyarakat
untuk mencapai tujuan tersebut).
5. Mengintegrasikan dan menjamin keutuhan seluruh sistem.
3. PERBEDAAN SISTEM POLITIK DI BERBAGAI NEGARA
a. Pendekatan Sistem Politik Negara
Setiap negara memiliki sistem politik yang berbeda. untuk
mempelajari proses politik suatu negara diperlukan beberapa
pendekatan :

 Sejarah
 Sosiologis
 Kultural / Budaya
 Psycho-Sosial (Kejiwaan
masyarakat)
 Filsafat
 Ideologi
 Konstitusi dan Hukum
B. PERBEDAAN SISTEM POLITIK NEGARA
a). Sistem Politik Negara Inggris
FAKTOR YANG
NO URAIAN / KETERANGAN
MEMPENGARUHI
1. Latar Belakang Sejak abad 19, Inggris berubah menjadi masyarakat industri modern. Para
Sejarah politisi mulai menyesuaiakan sistem politik tsb. Mereka juga dihadapkan
pada masalah upaya membangun kesejahteraan warganegaranya.

2. Kondisi Sosiologis Kondisi masyarakat Inggris dalam waktu cepat mampu bersaing dengan
negara–negara lain yang lebih dahulu merintis ke arah industrialisasi.
Meskipun masyarakat Inggris ”bersifat kekotaan”, namun tetap
menghendaki sistem monarki dengan satu raja dan banyak bangsa.

3. Kondisi Kultural/ Sebagian masyarakat Inggris dikenal sebagai masyarakat yang disiplin
Budaya dan taat pada aturan. Nilai-nilai dan kebudayaan politik diwariskan dari
generasi ke generasi melalui suatu rangkaian pengalaman dalam
keluarga, di sekolah dan ditempat kerja.
4. Kondisi Psycho- Mayoritas masyarakat sangat menghormati simbol-simbol
Sosial / Kejiwaan kekuasaan negara (ratu/raja, lembaga pemerintah, dll). Mereka
masyarakat senantiasa menunjukkan ketaatannya kepada undang-undang
politik azasi.
5. Pedoman Masyarakat sangat mendukung rejim yang berkuasa, manakala
Filsafat para penguasa juga mentaati undang-undang politik asasi, dan
jika dilanggar maka akan mengahadapi perlawanan. Kejahatan
sangat tercela dan dianggap melawan masyarakat.

6. Paham atau Penerapan ideologi negara, adalah ideologi liberal. Dalam


Ideologi yang kehidupan sehari-hari, sangat menghormati kebebasan dan hak-
diterapkan hak asasi manusia.
7. Pedoman Kekuasaan pemerintah, lebih banyak dibatasi oleh konvensi dari
Konstitusi dan pada hukum formal. Rakyat hidup dalam ketenangan dan
Hukum kepastian hukum, karena pemerintah memberikan perlindungan
hukum yang baik dan penghormatan terhadap hak-hak asasi
warganegaranya. Aturan yang dibuat, ditaati oleh semua
komponen elit politik, pemerintah maupun masyarakat demi
jaminan keamanan dan kesejahteraan bersama.
Penyelenggaraan pemerintah, dilaksanakan oleh :

 Kabinet (Perdana menteri dan dewan menteri) serta parlemen


(Majelis Rendah dan Majelis Tinggi).
 Parlemen dalam merumuskan kebijakan pemerintah dibatasi, karena
cara kerjanya diawasi oleh kabinet.
 Perdana Menteri dapat memastikan bahwa setiap usul yang diajukan
pemerintahnya, akan disetujui dalam bentuk yang dikehendaki
parlemen.
b). Sistem Politik Negara RRC
FAKTOR YANG
NO MEMPENGARUHI
URAIAN / KETERANGAN

1. Latar Belakang Proses kehidupan sistem politik di China, merupakan produk


Sejarah revolusi menggantikan sistem kerajaan yang telah bertahan
berabad-abad. Revolusi demi revolusi, menjadikan Partai Komunis
Cina (PKC) sebagai penguasa dan membentuk pemerintahan
komunis sampai dengan sekarang.

2. Kondisi Sosiologis Pada masyarakat Cina, lembaga-lembaga sosial yang dominan


adalah keluarga. Mereka mengakui wewenang kekuasaan para
pemimpinnya atas tingkah laku sosialnya. Kesetiaan harus
diarahkan pada kepentingan kolektif dan bukan pada ikatan-ikatan
pribadi.

3. Kondisi Kultural/ Pemerintah Cina sejak tahun 1949, telah mengupayakan


Budaya pendidikan sabagai salah satu alat yang paling efektif untuk
mengubah sikap politik orang-orang Cina. Melalui pendidikan,
masyarakat ikut menanggung beban sosialisasi dan menciptakan
masyarakat yang melek huruf sebagai syarat pendidikan politik dan
keterlibatan politik.
4. Kondisi Negara Cina memiliki wilayah dan penduduk terbesar di dunia.
Psycho-Sosial Sebelum menjadikan Partai Komunis Cina berkuasa, selalu dilanda
/ Kejiwaan perang saudara. Dewasa ini, mereka bangga karena memiliki
masyarakat kekayaan budaya tinggi yang diwariskan oleh para pendahulunya.

5. Pedoman Mayoritas masyarakat Cina memiliki tingkat kepercayaan diri tinggi.


Filsafat Sifat-sifat antusiasme, kepahlawanan, pengorbanan, dan usaha
bersama – mendapatkan nilai tinggi. Azas percaya diri sendiri
mempunyai implikasi nasional maupun internasional.
6. Paham atau Revolusi Cina telah berlangsung selama puluhan tahun sebelum
Ideologi partai komunis menjadi kekuatan yang besar dalam politik Cina dan
yang mulai menguasai pemerintahannya. Anti imperialisme merupakan
diterapkan unsur paling kuat dalam pembentukan ideologi komunis.

7. Pedoman Berdasarkan Konstitusi 1954, organ wewenang negara tertinggi dan


Konstitusi pemegang wewenang legislatif adalah ”Konggres Rakyat Nasional”
dan (KRN). Selain KRN, adalah Dewan Negara (Perdana Menteri, Wakil-
Hukum wakil Perdana Menteri dan kepala-kepala dari semua kementerian
dan komisi). Selain itu juga ada Mahkamah Rakyat Tertinggi dan
Kejakasaan Rakyat Tertinggi.
PENGUASA KOMUNIS CINA SELALU BERUPAYA:
 Mengikutsertakan warganya dalam kegiatan politik secara teratur
dan terorganisir melalui; gerakan masa, keanggotaan dalam
organisasi masa, dan partisipasi dalam pengelolaan unit-unit
produksi).
 Dalam kaderisasi calon-calon pemimpin komunis, dilakukan;
rekruitmen aktivis, kader dan anggota partai.
 Masuk menjadi anggota PKC merupakan tindakan yang
menentukan dalam rekruitmen politik yang akan memperoleh
promosi dan kekuasaan.
C). SISTEM POLITIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Faktor Yang
No Uraian / Keterangan
Mempengaruhi
1. Latar Belakang Bangsa Indonesia harus menghadapi kolonial Belanda dan bala
Sejarah tentara Jepang untuk mewujudkan Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945. Pasca proklamasi kemerdekaan, para pemimpin
Indonesia terlibat dalam proses politik dengan mencari format
berdasarkan demokrasi Pancasila.

2. Kondisi Sosiologis Masyarakat Indonesia yang multi agama, ras dan antar Golongan telah
dipersatukan dalam kesatuan politik dengan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika. Dengan demikian, upaya saling menghormati dan kerja
sama dalam membangun kerukunan hidup penting untuk ditegakkan.

3. Kondisi Kultural/ Negara Kesatuan Republik Indonesia dibangun atas dasar sendi-sendi
Budaya multi kultural. Bangsa Indonesia memiliki semangat untuk selalu
menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan, serta rela berkorban untuk
bangsa dan negaranya. Budaya musyawarah, toleransi, dan saling
menghormati telah diwariskan kepada calon-calon pemimpin melalui
jalur-jalur pendidikan formal, in-formal, maupun nor-formal.
4. Kondisi Bangsa Indonesia, sebelum menjadikan Pancasila sebagai dasar
Psycho- negara selalu dapat dipecah belah oleh bangsa lain. Dengan semangat
Sosial / rela berkorban dan cinta tanah air bangsa Indonesia mampu sejajar
Kejiwaan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Bangsa Indonesia sangat
masyarakat menentang segala mecam bentuk penjajahan.
5. Pedoman Pancasila dalam sistem politik Indonesia, telah dijadikan dasar dan
Filsafat motivasi dalam segala sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan
nasionalnya sebagaimana terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945.

6. Paham atau Ideologi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, akan selalu
Ideologi yang dikaitkan dengan proses politik dalam pengaturan penyelengga-raan
diterapkan pemerintahan negara yang meliputi bidang ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya dan pertahanan keamanan. Dalam struktur politik,
Pancasila menjadi sumber segala sumber hukum.
7. Pedoman Sejak pemilu 2004, presiden dipilih oleh rakyat sehingga tanggung
Konstitusi jawabnya kepada rakyat. Lembaga negara, terdiri dari ; MPR, Presiden,
dan Hukum DPR, Badan Pengawas Keuangan (BPK), dan Mahkamah Agung.
DEMOKRASI DI INDONESIA DENGAN SISTEM DEMOKRASI
PANCASILA DENGAN PRINSIP :

a. Harus berdasarkan Pancasila sebagaimana disebut di dalam


Pembukaan UUD 1945, serta penjabarannya dalam Batang Tubuh
dan Penjelasan UUD 1945.
b. Menghargai dan melindungi hak-hak asasi manusia.
c. Dalam ketatanegaraan, harus berdasar atas kelembagaan yang
diharapkan segala sesuatunya dapat diselesaikan melalui saluran-
saluran tertentu sesuai UUD 1945.
d. Bersendi atas hukum sebagaimana dijelaskan di dalam penjelasan
UUD 1945.
SISTEM POLITIK DEMOKRASI PANCASILA MENGHARGAI NILAI-NILAI
MUSYAWARAH SEBAGAI BERIKUT:

1.Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat;


2.Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain;
3.Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama;
4.Musyawarah harus diliputi olh semangat kekeluargaan;
5.Dengan itikad baik dan rasa tanggungjawab menerima dan
melaksanakan keputusan musyawarah;
6.Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur;
7.Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung-jawabkan secara
moral kepada Tuhan YME, menjun-jung tinggi harkat dan martabat
manusia, serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
Demokrasi Pancasila Pada Hakikatnya Demokrasi
Yang Bercorak Khas Indonesia, Yang Penerapannya
Dijabarkan Dalam :

 Pemerintahan Berdasarkan Hukum.


 Perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia
 Pengambilan Keputusan Berdasakan Musyawarah
 Peradilan yang Bebas dan Merdeka
 Partai Politik (Parpol) dan Organisasi Sosial Politik (Orsospol)
 Pelaksanaan Pemilihan Umum (pemilu)
ASPEK - ASPEK DEMOKRASI PANCASILA:
a. Aspek formal
b. Aspek materiil
c. Aspek normatif (kaidah)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SESUAI DENGAN


PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI PANCASILA:
a. Keseimbangan antara hak dan kewajiban,
b. Persamaan,
c. Kebebasan yang bertanggungjawab,
d. Mengutamakan persatuan dan kesatuan.
C. PERAN SERTA DALAM SISTEM POLITIK DI INDONESIA

a. Partisipasi Politik Warga Negara

Partisipasi politik, merupakan penentuan sikap dan


 keterlibatan hasrat setiap individu dalam situasi dan kondisi
organisasinya, sehingga pada akhirnya :
 Mendorong individu tersebut berperan serta dalam pencapaian
tujuan organisasi,
 Mengambil bagian dalam setiap pertanggungjawaban bersama.
PENGERTIAN PARTISIPASI POLITIK MENURUT
PARA AHLI :

 Herbert Mc. Closky, Partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga
masyarakat melalui darimana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan
penguasa dan secara langsung, dalam proses pembentukan kebijaksanaan umum.

 Norman H. Nie dan Sidney Verba, Partisipasi politik adalah kegiatan pribadi warga
negara yang legal yang sedikit banyak langsung bertujuan untuk mempengaruhi seleksi
pejabat-pejabat negara dan/atau tindakan-tindakan yang diambil oleh mereka.

 Prof. Miriam Budiardjo, Partisipasi politik merupakan kegiatan seseorang dalam partai
politik. Partisipasi politik mencakup semua kegiatan sukarela melalui mana seseorang
turut serta dalam proses pemilihan pemimpin-pemimpin politik dan turut serta – secara
langsung atau tak langsung – dalam pembentukan kebijaksanaan umum.
BENTUK-BENTUK PARTISIPASI POLITIK
KONVENSIONAL NON-KONVENSIONAL

 Pemberian Suara (voting)  Pengajuan petisi

 Diskusi politik  Berdemonstrasi

 Kegiatan kampanye  Konfrontasi

 Membentuk dan bergabung  Mogok


dalam kelompok Kepentingan.  Tindak kekerasan politik terhadap
 Komunikasi individual dengan harta benda.
pejabat politik/administratif.  Tindak kekerasan politik terhadap
manusia.
7 (TUJUH) BENTUK PARTISIPASI POLITIK INDIVIDUAL
MENURUT MILBRATH M.L. GOEL :

BENTUK
NO URAIAN / KETERANGAN
PARTISIPASI
1. Aphatetic Tidak beraktifitas dan partisipatif, tidak pernah memilih.
Inactives
2. Passive Memilih secara reguler/teratur, menghadiri
Supporters Parade patriotik, membayar seluruh pajak,
“mencintai negara”.
3. Contact Pejabat penghubung lokal (daerah), propinsi
Specialist dan nasional dalam masalah-masalah tertentu.
4. Communicators Mengikuti informasi politik, mengirim pesan
dukungan dan protes terhadap pemimpin-pemimpin
partai politik.
5. Party and Bekerja untuk partai politik atau kandidat,
Campaign meyakinkan orang lain tentang bagaimana memilih,
Workers bergabung dan mendukung partai politik, dipilih jadi
kandidat partai politik.

6. Community Bekerja dengan orang-orang lain berkaitan dengan


Activist masalah-masalah lokal dan melakukan kontak
terhadap pejabat-pejabat berkenaan dengan isu-isu
sosial.

7. Protesters Bergabung dengan demonstrasi publik di jalanan,


melakukan protes keras bila pemerintah melakukan
sesuatu yang salah.
Tingkatan atau piramida partisipasi politik menurut
David F. Roth dan Frank L. Wilson (1980).

(Menyimpang)
Pembunuh politik, teroris, pembajak
Aktivis

Pejabat umum, pejabat parpol sepenuh waktu,


pimpinan kelompok kepentingan

Petugas kampanye, aktif dalam parpol/kelompok


kepentingan, aktif dalam proyek-proyek sosial
Partisipan

Menghadiri rapat umum, anggota kelompok kepentingan, usaha meyakinkan orang, memberikan suara dalam pemilu,
mendiskusikan masalah politik, perhatian pada perkembangan politik.
Pengamat

Orang Yang apolitis


TINGKATAN PADA PARTISIPASI POLITIK, SANGAT
TERGANTUNG DARI AKIBAT YANG DISEBABKANNYA :

 Menduduki jabatan politik atau administratif.


 Mencari jabatan politik atau administratif.
 Keanggotaan aktif suatu organisasi politik.
 Keanggotaan pasif suatu organisasi politik.
 Keanggotan aktif suatu organisasi semu politik (quasi-political).
 Keanggotan pasif suatu organisasi semu politik (quasi-political).
 Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi, dan sebagainya.
 Partisipasi dalam diskusi politik informal minat dalam bidang politik.
 Voting (pemberian suara).
b. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG PARTISIPASI POLITIK

1) PENDIDIKAN POLITIK
Menurut Alfian, Pendidikan politik dapat diartikan sebagai usaha
sadar untuk mengubah proses sosialisasi politik masyarakat
sehingga mereka memahami dan menghayati betul-betul nilai-nilai
yang terkandung dalam suatu sistem politik yang ideal yang hendak
dibangun.

Pendidikan politik sebenarnya dimaksudkan untuk mewujudkan atau


setidak-tidaknya menyiapkan kader-kader yang dapat diandalkan
untuk memenuhi harapan masyarakat luas, dalam arti yang benar-
benar memahami semangat yang terkandung di dalam perjuangan
sebagai kader bangsa.
Melalui pendidikan politik, diharapkan kader-kader anggota
partai politik akan memperoleh manfaat :
1. Dapat memperluas pemahaman, penghayatan dan
wawasan terhadap masalah-masalah atau isu-isu yang
bersifat politis.
2. Mampu meningkatkan kualitas diri dalam berpolitik dan
berbudaya politik sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Lebih meningkatkan kualitas kesadaran politik rakyat
menuju peran aktif dan partisipasinya terhadap
pembangunan politik bangsa secara keseluruhan.
2) KESADARAN POLITIK

Menurut Drs. M. Taopan, kesadaran politik adalah suatu proses


batin yang menampakkan keinsafan dari setiap warga negara akan
urgensi (hal terpenting) urusan kenegaraan dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.

Tingkat kesadaran politik masyarakat tidaklah sama, sangat


tergantung pada latar belakang pendidikannya. Kaum elit dan
kelompok menengah, nampak relatif lebih baik. Sedangkan
kelompok masyarakat yang tingkat pendidikannya rendah,
diperlukan pembinaan yang intensif.
PARTISIPASI POLITIK ANGGOTA MASYARAKAT DAPAT
DILAKSANAKAN DENGAN :
No Bidang Implementasi Partisipasi politik
1. Politik Setiap warga negara dapat ikut serta secara langsung ataupun tidak
langsung dalam kegiatan-kegiatan antara lain :
a. Ikut memilih dalam pemilihan umum,
b. Duduk dalam lembaga politik, seperti MPR, Presiden, DPR,
Menteri, dan sebagainya,
c. Berkampanye, menghadiri kelompok diskusi, dan lain-lain.
2. Ekonomi Setiap warga negara dapat ikut serta secara aktif dalam kegiatan-
kegiatan antara lain :
a. Menciptakan sektor-sektor ekonomi yang produktif baik dalam
bentuk jasa, barang, transportasi, komunikasi, dan sebagainya.
b. Melalui keahlian masing-masing, dapat menciptakan produk-produk
unggulan yang inovatif, kreatif dan kompetitif daripada produk luar.
c. Kesadaran untuk membayar pajak secara teratur demi
kesejahteraan dan kemajuan bersama.
3. Sosial- Setiap warga negara dapat mengikuti kegiatan-kegiatan a.l. :
Budaya a. Sebagai pelajar atau mahasiswa, harus dapat menunjukkan
prestasi belajar yang tinggi.
b. Menjauhkan diri dari perbuatan yang melanggar hukum ,
seperti: tawuran, narkoba, merampok, berjudi, dan sebagainya.
c. Profesional dalam bidang pekerjaannya, disiplin, dan
produktivitas tinggi untuk menunjang keberhasilan
pembangunan nasional.
4. Hankam Setiap warga negara dapat ikut serta secara aktif dalam kegiatan-
kegiatan antara lain :
a. Bela negara dalam arti luas, sesuai dengan kemampuan dan
profesinya masing-masing.
b. Senantiasa memelihara ketertiban dan keamanan wilayah atau
lingkungan tempat tinggalnya.
c. Memelihara persatuan dan kesatuan bangsa demi tetap tegak
negara Republik Indonesia.
d. Menjaga stabilitas dan kemanan nasional agar pelaksanaan
pembangunan dapat berjalan sesuai dengan rencana.
2) SOSIALISASI POLITIK

Sosialisasi politik adalah istilah yang digunakan untuk


menggambarkan proses dengan jalan mana orang belajar tentang
politik dan mengembangkan orientasi pada politik.

Sarana Dalam
Sosialisasi Politik

 Keluarga (family)
 Sekolah
 Partai Politik
SELESAI
Penugasan Praktik Kewarganegaraan

Setelah mempelajari materi-materi tentang : Partisipasi Politik, Faktor-faktor


Pendukung Partisipasi Politik, dilanjutkan Penugasan dengan menjawab
pertanyaan atau pernyataan sebagai berikut :

1. Berikan penjelasan singkat tentang bentuk-bentuk partisipasi politik sebagai


berikut :

BENTUK
NO URAIAN SINGKAT
PARTISIPASI
.......................................................................................................
1. Passive Support
.....................................................................................................
............................................................................
Contact
2.
Specialist ............................................................................
..
............................................................................
Community
3.
Activist ............................................................................
2. Berikan penjelasan pentingnya partisipasi politik warga negara di dalam sistem
politik negara
Indonesia ! ...............................................................................................................
.............
Berikan 2 (dua) contoh yang anda
ketahui : .................................................................................................................
..........

3. Berikan tanggapan penjelasan, pentingnya pendidikan politik warga negara


dalam sistem politik negara Indonesia dan berikan contohnya !
…………………………………………………………………………………......
SOAL ESSAY/URAIAN
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan singkat dan jelas !

1. Berikan penjelasan, ciri-ciri umum sistem politik menurut Almond !


2. Dalam hal penerapan, jelaskan perbedaan orientasi tujuan partai politik di
Indonesia pada masa orde baru dan era reformasi !
3. Pada akhir abad 20-an, gerakan partisipasi politik di Indonesia semakin
meningkat, berikan alasan penjelasannya !
4. Berikan penjelasan tentang pentingnya pendidikan politik dalam kegiatan
partisipai politik di Indonesia !
5. Berikan masing-masing 2 (dua) contoh wujud sosialisasi politik di dalam keluarga,
sekolah maupun melalui partai politik !
STUDI KASUS

PARTAI POLITIK ALAMI KRISIS,


DAYA ARTIKULASI MENURUN
Setelah pemilu (2004), daya artikulasi partai politik menurun. Tidak heran jika sekarang kekuatan di
luar negara muncul dengan kekuatan yang lebih kentara. Kondisi ini memperlihatkan betapa partai
politik sekarang mengalami krisis. Hal ini disampaikan oleh pengamat Fachry Ali dalam diskusi tentang
sikap partai politik terhadap masalah diplomasi pertahanan dan keamanan nasional yang
diselenggarakan Majelis Pakar Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di Jakarta, Kamis 4 Mei 2006.
Menurut Fachry, partai politik memang sudah bisa menerima hasil pemilu. Namun, pemerintah yang
terpilih tidak mampu membuatg koalisi nasional secara besar-besaran. “Problemnya, presiden terpilih
yang berasal dari partai kecil akan bermasalah ketika berhadapan dengan parlemen. Untungnya ada
Jusuf Kalla, yang berhasil menguasai Golkar sehingga bisa membuat stabilitas politik lebih kuat di
parlemen,” ujarnya.
Sayangnya, partai seperti PPP hampir tidak bersuara pada kebijakan pemerintah dan rakyat. Bahkan
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), yang sudah menempatkan diri sebagai oposisi, tidak
punya kepandaian menangkap esensi persoalan. Mereka tidak punya kemampuan meluncurkan
persoalan pada saat yang tepat. “Jadinya, fungsi oposisi hampir tidak berjalan, dan yang dilakukan
hanya hal-hal kecil. Padahal, PDIP potensial tampil berhadapan dengan pemerintah, ujarnya.
Sumber : Harian Kompas, 5/5/2006
TAGIHAN TUGAS :

1. Setelah disimak dan baca baik-baik, jelaskan kembali apa telah ditulis sesuai
dengan persepsi yang ada dibenak anda !
2. Berikan beberapa penjelasan indikasi tentang terjadinya “krisis” dan “menurunnya
daya artikulasi” partai politik di Indonesia pasca pemilu 2004 !
3. Tentukan langkah-langkah konkrit upaya-upaya dalam membangun artikulasi partai
politik guna meningkatkan kinerja di parlemen !
4. Sebagai pelajar, apa yang harus dilakukan sebagai bentuk partisipasi ploitik?
5. Berikan usulan konkrit, apa yang harus anda lakukan guna meningkatkan kinerja
pemerintah dengan mitra kerjanya parlemen :
a. Sebagai salah satu kelompok kepentingan !
b. Sebagai ketua suatu partai politik !
c. Sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat !
d. Sebagai Presiden Republik Indonesia !
INQUIRI

Carilah referensi dari berbagai sumber untuk mengkaji ulang tentang


rumusan dan penerapan sistem politik demokrasi Pancasila (berikut
gambar-gambar pendukungnya) yang berkaitan dengan tata cara
pengambilan keputusan !

1. Pahami kembali tentang rumusan “demokrasi Pancasila ”, dan


buatlah skenario (simulasi atau role play) wujud demokrasi
Pancasila dalam pengambilan keputusan di sekolah !
2. Carilah topik-topik dari berbagai sumber (mass media cetak atau
elektronik) sekitar pelaksanaan sistem politik demokrasi Pancasila
(cara pengambilan keputusan),
3. Kemudian lakukan demonstrasi dalam bentuk simulasi atau role
play di dalam kelas !

Anda mungkin juga menyukai