Anda di halaman 1dari 22

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

ANAK DENGAN SISTEM LUPUS


ERITEMATHOSUS (SLE)

NAMA KELOMPOK :
1. IMA AMITA SANTI
2. ERIKA NOVI I
3. SAMUEL
4. NURUL HIDAYATUL
5. SINTA ANGGI
6. RISA AINUL
DEFINISI

 SLE merupakan suatu penyakit auotoimun kronik yang


melibatkan berbagai organ dengan manifestasi klinis yang
bervariasi dari yang ringan sampai berat. (kapita selekta
2000). Sistemik lupus erytematosus adalah penyakit otoimun
kronis yang di tandai dengan berbagai antibodi yang membentuk
kompleks imun dan menimbulkan inflamasi padaa berbagai organ.
ETIOLOGI

1. Faktor genetik
Mempunyai peranan yang sangat penting dalam kerentanan
dan ekspresi penyakit SLE. Sekitar 10% – 20% pasien SLE
mempunyai kerabat dekat (first degree relative) yang menderita
SLE. Angka kejadian SLE pada saudara kembar identik (24-69%)
lebih tinggi daripada saudara kembar non-identik (2-9%).
2. Faktor lingkungan
 Infeksi
 Antibiotik
 Faktor sinar matahari
 Stres yang berlebihan
 Obat-obatan yang tertentu.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis SLE sangat luas.awalnya di tandai dengan
gejala klinis yang tidak spesifik antara lain: lemah, lesu, panas
mual nafsu makan turun dan berat badan menurun.
1. Manifestasi sistem muskulo skeletal
2. Sistem mukokutaneus

3. Manifestasi pada paru


4. Manifestasi pada jantung
5. Manifestasi hematologi
6. Manifestasi pada ginjal

7. Manifestasi sistem gastrointestinal


8. Manifestasi klinis pada sistem saraf pusat 
PATOFISIOLOGI
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang
menyebabkan peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan
imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor
genetik, hormonal ( sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang
biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya
matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin,
prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat
antikonvulsan di samping makanan seperti kecambah alfalfa turut
terlibat dalam penyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
Pada SLE, peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi
akibat fungsi sel T-supresor yang abnormal sehingga timbul
penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan
menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang antibodi tambahan
dan siklus tersebut berulang kembali.
PATHWAY
KLASIFIKASI
Ada tiga jenis lupus, yaitu :
1.    Lupus Eritematosus Sistemik (LES), dapat menimbulkan
komplikasi seperti lupus otak, lupus paru-paru, lupus pembuluh darah
jari-Jari tangan atau kaki, lupus kulit, lupus ginjal, lupus jantung,
lupus darah, lupus otot, lupus retina, lupus sendi, dan lain-lain.
2.    Lupus Diskoid, lupus kulit dengan manifestasi beberapa jenis
kelainan kulit. Termasuk paling banyak menyerang.
3.    Lupus Obat, yang timbul akibat efek samping obat dan akan
sembuh sendiri dengan memberhentikan obat terkait. Umumnya
berkaitan dengan pemakaian obat hydralazine (obat hipertensi) dan
procainamide (untuk mengobati detak jantung yang tidak teratur).
KOMPLIKASI
Lupus mungkin terlihat sebagai penyakit yang biasa terjadi
pada kulit. Namun jika tidak segera ditangani, lupus bisa menjadi
momok bagi kehidupan Anda. Berikut ini adalah beberapa
komplikasi yang bisa terjadi jika penyakit lupus tidak ditangani
dengan cepat dan tepat:
1. Penyakit ginjal
2. Penyakit jantung
3. Penyakit paru-paru
4. Gangguan peredaran darah darah
5. Gangguan saraf dan mental
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Patologi Anatomi
 Imunofluoresensi Kulit
 Serologi
 Hematologi
 Urinalisa
PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan medis
 Terapi Nonfarmakologi
 Terapi Farmakologi

2. Penatalaksanaan keperawatan
 Pendidikan terhadap pasien
 Monitoring yang teratur
 Mengatasi infeksi
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
a.       Identitas
Penyakit SLE ( sistemik lupus eritematosus ) kebanyakan
menyerang wanita, bila dibandingkan dengan pria
perbandingannya adalah 8 : 1. Penyakit ini lebih sering dijumpai
pada orang berkulit hitam dari pada orang yang berkulit putih.
b.      Keluhan utama
Pada SLE ( sistemik lupus eritematosus ) kelainan kulit
meliputi eritema malar ( pipi ) ras seperti kupu-kupu, yang dapat
mengenai seluruh tubuh, sebelumnya pasien mengeluh demam
dan kelelahan.
C.       RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
PADA PENDERITA SLE, DI DUGA ADANYA RIWAYAT
PENYAKIT ANEMIA HEMOLITIK, TROMBOSITOPENI, ABORTUS
SPONTAN YANG UNIK. KELAINAN PADA PROSES
PEMBEKUAN DARAH ( KEMUNGKINAN SINDROMA,
ANTIBODY, ANTIKARDIOLIPIN ).
D.      RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
FAKTOR GENETIK KELUARGA YANG MEMPUNYAI KEPEKAAN
GENETIK SEHINGGA CENDERUNG MEMPRODUKSI AUTO
ANTIBODY TERTENTU SEHINGGA KELUARGA MEMPUNYAI
RESIKO TINGGI TERJADINYA LUPUS ERITEMATOSUS.
E.       POLA – POLA FUNGSI KESEHATAN
A) POLA NUTRISI
PENDERITA SLE BANYAK YANG KEHILANGAN BERAT BADANNYA
SAMPAI BEBERAPA KG, PENYAKIT INI DISERTAI ADANYA RASA MUAL
DAN MUNTAH SEHINGGA MENGAKIBATKAN PENDERITA NAFSU
MAKANNYA MENURUN.
B) POLA AKTIVITAS
PENDERITA SLE SERING MENGELUHKAN KELELAHAN YANG LUAR
BIASA.
C) POLA ELIMINASI
TIDAK SEMUA DARI PENDERITA SLE MENGALAMI NEFRITIS
PROLIFERATIF MESANGIAL, NAMUN, SECARA KLINIS PENDERITA INI
JUGA MENGALAMI DIARE.
D) POLA SENSORI DAN KOGNITIF
PADA PENDERITA SLE, DAYA PERABAANNYA AKAN SEDIKIT
TERGANGGU BILA PADA JARI – JARI TANGANNYA TERDAPAT LESI
VASKULITIK ATAU LESI SEMI VASKULITIK.
E) POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI
DENGAN ADANYA LESI KULIT YANG BERSIFAT IRREVERSIBEL YANG
MENIMBULKAN BEKAS SEPERTI LUKA DAN WARNA YANG BURUK PADA
KULIT PENDERITA SLE AKAN MEMBUAT PENDERITA MERASA MALU
DENGAN ADANYA LESI KULIT YANG ADA.
f.     Pemeriksaan fisik  Paru – paru
   Sistem integument Penderita SLE mengalami pleurisy, pleural
Pada penderita SLE cenderung mengalami kelainan effusion, pneumonitis, interstilsiel fibrosis.
kulit eritema molar yang bersifat irreversibel.    Leher
   Kepala Penderita SLE tiroidnya mengalami
Pada penderita SLE mengalami lesi pada kulit kepala abnormal, hyperparathyroidisme, intolerance
dan kerontokan yang sifatnya reversibel dan rambut glukosa.
yang hilang akan tumbuh kembali.
 Jantung
  Muka
Pada penderita SLE lesi tidak selalu terdapat pada
Penderita SLE dapat mengalami perikarditis,
muka/wajah myokarditis, endokarditis, vaskulitis.
 Gastro intestinal
 Telinga
Pada penderita SLE tidak selalu ditemukan lesi di Penderita SLE mengalami hepatomegaly /
telinga. pembesaran hepar, nyeri pada perut.
   Mulut  Muskuluskletal

Pada penderita SLE sekitar 20% terdapat lesi mukosa Penderita mengalami arthralgias, symmetric
mulut. polyarthritis, efusi dan joint swelling.
  Ekstremitas  Sensori
Pada penderita SLE sering dijumpai lesi vaskulitik Penderita mengalami konjungtivitis, photophobia.
pada jari-jari tangan dan jari jari-jari kaki, juga sering  Neurologis
merasakan nyeri sendi.
Penderita mengalami depresi, psychosis,
neuropathies.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

DIAGNOSIS DAPAT DITEMUKAN DENGAN MELAKUKAN


BIOPSI KULIT. PADA PEMERIKSAAN HISTOLOGI TERLIHAT
ADANYA INFILTRAT LIMFOSITIK PERIADNEKSAL, PROSES
DEGENERASI BERUPA MENCAIRNYA LAPISAN BASAL
EPIDERMIS PENYUMBATAN FOLIKEL, DAN HYPERKERATOSIS
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan SLE
adalah:
a.     Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan peningkatan aktivitas
penyakit, kerusakan jaringan, keterbatasan mobolitas atau tingkat toleransi
yang rendah.
b.    Keletihan berhubungan dengan peningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri,
tidur/aktivitas yang tidak memadai, nutrisi yang tidak memadai dan
depresi/stres emosional.
c.    Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak,
kelemahan otot, rasa nyeri pada saat bergerak, keterbatasan daya tahan fisik,
kurangnya atau tidak tepatnya pemakaian alat-alat ambulasi.
d.   Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan
fisik serta psikologis yang diakibatkan oleh penyakit kronik
Perencanaan

Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

Nyeri akut Setelah dilakukan 1.    Kolaborasi pemberian 1.   Menggunakan agens


berhubungan tindakkan keperawatan analgetik dan kaji skala farmakologi untuk
dengan inflamasi dan selama ... x 24 jam nyeri meredakan atau
peningkatan aktivitas diharapkan nyeri berkurang   menghilangkan nyeri
penyakit, kerusakan dengan kriteria hasil:   2.   Mengetahui perubahan
jaringan, keterbatasan -     Skala nyeri berkurang   TTV pasien
mobolitas atau tingkat -     TTV dalam batas 2.    Ukur TTV pasien 3.   Mengetahui respon
toleransi yang rendah. normal   pasien terhadap nyeri
-     Kegelisahan berkurang 3.    Observasi respon
nonverbal dari
ketidaknyamanan
Keletihan Setelah dilakukan tindakkan keperawatan selama ... x 24 1.    Monitor 1.  Mengontrol
berhubungan jam diharapkan keletihan teratasi dengan kriteria hasil: nutrisi dan sumber asupan nutrisi
dengan -      Glukosa darah adekuat energi yang pasien untuk
peningkatan -      Kecemasan menurun adekuat mengurangi
aktivitas -      Istirahat cukup   keletihan
penyakit, rasa 2.    Kaji tingkat 2.  Mengetahui
nyeri, kecemasan pasien apakah pasien
tidur/aktivitas   cemas untuk
yang tidak   mengurangi
memadai, nutrisi 3.    Monitoring keletihan
yang tidak pola tidur dan 3.  Mengetahui
memadai dan lamanya tidur/ apakah istirahat/
depresi/stres istirahat pasien tidur pasien
emosional. cukup
Hambatan mobilitas -    Setelah dilakukan tindakkan keperawatan selama ... x 24 jam 1.   Latih pasien 1.   Melatih pasien
fisik berhubungan diharapkanpasien menunjukkan mobilitas fisik dengan kriteria hasil: berpindah dari tempat untuk berpindah
dengan penurunan -    Mampu berpindah dari tempat duduk ke kursi tidur ke kursi untuk menghindari
rentang gerak, -    TTV normal saat dan setelah beraktivitas   dissus atrofi.
kelemahan otot, rasa -    Mampu melakukan kebutuhan ADL secara mandiri   2.   Mengetahui
nyeri pada saat 2.   Ukur TTV pasien perubahan TTV
bergerak, saat dan setelah pasien saat dan setelah
keterbatasan daya beraktivitas pasien beraktivitas
tahan fisik,   3.   Memandirikan
kurangnya atau tidak   pasien dalam
tepatnya pemakaian 3.   Latih pasien dalam memenuhi kebutuhan
alat-alat ambulasi. pemenuhan kebutuhan ADL
ADL secara mandiri
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakkan keperawatan selama ... x 24 1.    Kaji secara 1.    Mengetahui
perubahan dan ketergantungan fisik serta jam diharapkanpasien dapat menerima keadaan verbal dan apakah body
psikologis yang diakibatkan oleh penyakit kronik. tubuhnya dengan kriteria hasil: nonverbal respon image pasien
-   Body image positif klien terhadap positif atau tidak
-  Mempertahankan interaksi sosial tubuhnya  
-  Mendeskripsikan secara faktual perubahan fungsi 2.    Fasilitasi 2.    Membantu
tubuh kontak dengan pasien untuk
individu lain mempertahankan
dalam kelompok interaksi
kecil sosialnya
3.    Dorong klien  
mengungkapkan 3.    Mendorong
perasaannya pasien untuk
mengungkapkan
secara faktual
tentang
perasaannya
terhadap
perubahan fungsi
tubuh
Diagnosa keperawatan Evaluasi

Nyeri akut berhubungan denganinflamasi dan peningkatan aktivitas 1.    Pasien mengatakan skala nyeri berkurang
penyakit, kerusakan jaringan, keterbatasan mobolitas atau tingkat 2.    TTV dalam batas normal
toleransi yang rendah. 3.    Kegelisahan berkurang

Keletihan berhubungan dengan peningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri, 1.    Glukosa darah adekuat
tidur/aktivitas yang tidak memadai, nutrisi yang tidak memadai dan 2.    Kecemasan menurun
depresi/stres emosional. 3.    Istirahat cukup

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak, 1.    Mampu berpindah dari tempat duduk ke kursi
kelemahan otot, rasa nyeri pada saat bergerak, keterbatasan daya tahan 2.    TTV normal saat dan setelah beraktivitas
fisik, kurangnya atau tidak tepatnya pemakaian alat-alat ambulasi. 3.    Mampu melakukan kebutuhan ADL secara mandiri

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dan 1.    Body image pasien terlihat positif
ketergantungan fisik serta psikologis yang diakibatkan oleh penyakit 2.    Pasien mampu mempertahankan interaksi sosial
kronik. 3.    Pasien mampu mendeskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai