Anda di halaman 1dari 39

Laporan Pagi

23 Maret 2021
IDENTITAS PASIEN

 Nama : An. Y

 Jenis Kelamin : Laki-laki

 Usia : 12 tahun

 BB : 62,3 kg
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Kejang

Keluhan Tambahan : Demam


Riwayat penyakit sekarang
Pasien anak laki-laki datang ke RSUD Bekasi dengan keluhan kejang 2 jam sebelum masuk rumah sakit.
Kejang muncul pada malam hari dan berlangsung selama 5 menit. Pada saat kejang, orang tua pasien mengaku
saat kejang mata pasien mendelik keatas dan lidah pasien menjulur keluar. Kejang hanya sekali dan setelah
kejang pasien sadar. Sebelum kejang, pasien demam sejak pagi hari. Pasien sudah minum obat Paracetamol
namun demam tidak kunjung turun, Keluhan disertai muntah sebanyak kurang lebih 2-3 kali sejak 1 hari yang
lalu sehingga pasien merasa tidak nafsu makan. Muntah berisi cairan. BAB dan BAK tidak mengalami
gangguan. Orang tua pasien mengaku bahwa di lingkungan tempat tinggalnya tidak ada yang mengalami
keluhan seperti ini.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya

Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur


Alergi - Difteri - Penyakit Jantung -
Cacingan - Diare - Peny. Ginjal -
Demam Berdarah - Kejang - Peny. Darah -
Demam Tifoid - Kecelakaan - Radang Paru -
Otitis - Morbili - Tuberculosis -
Parotitis - Varicella - Asma -
Riwayat Penyakit Keluarga
• Keluarga pasien mengaku belum pernah mengalami
keluhan yang sama dan kedua orang tua pasien tidak
memiliki Riwayat DM dan hipertensi
Riwayat Imunisasi
Vaksin Umur
0 bulan 1 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan 9 bulan 18 bulan
BCG V V V V V - -
DPT V V V V V - -
Polio V V V V V -
Campak - - - - - - -
Hepatitis B V V V V V - -
PEMERIKSAAN FISIK
•• Keadaan
  Umum : Anak tampak lemah
• Kesadaran : Compos Mentis
• Tekanan Darah : 110/80 mmHg
• Frekuensi Nadi : 120 x/menit
• Frekuensi Napas: 22 x/menit
• Suhu Tubuh : 38,0 C
Data Antopometri
• Berat Badan : 62,3 kg
PEMERIKSAAN FISIK
GENERALIS
•Kepala dan Leher
o Kepala: normocephali, pertumbuhan rambut merata, tidak mudah dicabut
o Wajah: warna kulit sama dengan sekitar
o Mata: konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, edema periorbita -/-, cekung +/+

o Hidung: hiperemis (-), concha eutrofi/eutrofi, nyeri tekan tragus (-)


o Telinga: liang telinga lapang, membrane timpani intak
o Mulut: geographic tongue (-), mukosa kering
o Tenggorokan: tonsil T1/T1 , mukosa hiperemis (-)

o Leher: tidak tampak pembesaran kelenjar getah bening


PEMERIKSAAN FISIK
GENERALIS

•Thoraks
o Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
o Palpasi : vocal fremitus simestris, pergerakan dinding dada simteris,

o Perkusi : sonor-sonor
o Auskultasi : bunyi nafas dasar vesikuler, bunyi ronki -/-, bunyi wheezing -/-

•Jantung
• Inspeksi : Ictus cordis terlihat

• Palpasi : Ictus cordis teraba


• Perkusi : Batas kanan dan kiri jantung dalam batas normal (tidak dilakukan)
• Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, gallop (-) murmur (-)
PEMERIKSAAN FISIK
GENERALIS
•Abdomen :
•Inspeksi: perut tampak mendatar

•Auskultasi: bising usus 4x/menit

•Perkusi: Timpani, nyeri ketok (-)


•Palpasi: nyeri tekan (+) pada regio epigastric, defense muscular (-), nyeri ketok CVA (-), turgor kulit normal

•Ekstremitas
•Superior : akral hangat, edema -/-, CRT<2detik
•Inferior : akral hangat, edema -/-, CRT<2detik
Pemeriksaan Fisik Neurologis
• Refleks Fisiologis • Refleks Patologis
– KPR (+) – Babinski (-)
– APR (+) – Chadock (-)
– Biseps (+) – Gordon (-)
– Triceps (+) – Schaeffer (-)
• Rangsang Meningeal – Gonda (-)
– Kaku Kuduk (-) – Rosolimo (-)
– Brudzinski I (-)
– Mendel-bechterew (-)
– Brudzinski II (-)
– Brudzinski III (-)
– Brudzinski IV (-)
Hasil Lab
Diagnosis Kerja
• Kejang Demam Simpleks
Penatalaksanaan
•IVFD RL 500cc 20 tpm
•Paracetamol Drip (500mg IV)
•Omeprazole (1x20 mg IV)
•Ondancentron (2x4 mg IV)
•Ranitidin (2x20 mg)
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

National Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, yang biasanya terjadi pada usia
3 bulan sampai dengan 5 tahun, berhubungan dengan demam, namun tanpa bukti adanya
Institute of infeksi intrakranial atau penyebab tertentu dari kejang.
Health (NIH) Mengeksklusi kejang dengan demam pada anak yang pernah mengalami kejang tanpa
demam.
International Kejang demam adalah bangkitan kejang yang berhubungan dengan demam, tanpa adanya
infeksi susunan saraf pusat atau ketidakseimbangan elektrolit akut, pada anak berusia lebih
League dari 1 bulan, yang tidak pernah mengalami kejang tanpa demam sebelumnya.
Against
Epilepsy
(ILAE) Unit
Konsensus Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
Kerja Koordinasi (suhu di atas 38°C) yang tidak disebabkan oleh suatu proses intrakranial.
Neurologi Ikatan
Mengeksklusi anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam dan kejang yang
Dokter Anak disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan.
Indonesia
KLASIFIKASI

Konsensus UKK Neurologi


IDAI 2016
Kejang demam sederhana Kejang demam kompleks
(simple febrile seizure) (complex febrile seizure)
• Berlangsung singkat < 15 menit • Kejang lama > 15 menit atau kejang
• Akan berhenti sendiri. berulang lebih dari 2 kali dan di
• Kejang berbentuk umum tonik dan antara bangkitan kejang anak tidak
atau klonik, tanpa gerakan fokal. sadar.
• Kejang tidak berulang dalam 24 • Kejang fokal atau parsial satu sisi,
jam. atau kejang umum didahului kejang
parsial.
• Berulang atau lebih dari 1x dalam
24 jam
ETIOLOGI KEJANG DEMAM

● Etiologi kejang demam sampai saat ini belum diketahui, akan tetapi umur anak, tinggi
dan cepatnya suhu meningkat mempengaruhi terjadinya kejang.
● Faktor hereditas juga mempunyai peran yaitu 8-22% anak yang mengalami kejang
demam mempunyai orang tua dengan riwayat kejang demam pada masa kecilnya.
● Penyakit yang paling sering menimbulkan kejang demam adalah infeksi saluran
pernafasan atas akut terutama tonsillitis dan faringitis, otitis media akut,infeksi saluran
kemih, dan infeksi saluran cerna.
PATOFISIOLOGI
Paling sering penyebabnya adalah
Demam adalah meningkatnya suhu
infeksi, dalam hal ini adalah infeksi
tubuh diatas nilai normal dalam rentang
saluran nafas disusul dengan infeksi
waktu tertentu.
saluran cerna pada anak-anak.

Pada keadaan demam, kenaikan suhu Pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat
terjadi perubahan keseimbangan dari
1oC akan mengakibatkan kenaikan membran sel neuron dan dalam waktu
metabolism basal 10%-15% dan yang singkat terjadi difusi dari ion K+
maupun ion Na+ melalui membran
kebutuhan oksigen akan meningkat tersebut, dengan akibat akan terjadi
lepas muatan listrik.
20%.

Tergantung dari ambang kejang yang


dimilikinya, seorang anak menderita
Lepas muatan listrik ini demikian kejang pada kenaikan suhu tertentu.
besarnya sehingga dapat meluas ke • Pada anak yang memiliki ambang kejang rendah,
seluruh sel maupun ke sel-sel kejang dapat terjadi pada suhu 38oC
tetangganya melalui bantuan • Pada anak yang memiliki batas ambang kejang
yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40oC
neurotransmitter dan terjadilah kejang. atau lebih.
MANIFESTASI KLINIS
Serangan kejang pada kejang
demam biasanya berkaitan Umumnya serangan kejang
dengan peningkatan suhu pusat terjadi dalam 24 jam pertama
(core temperature) yang tinggi
(39°C atau lebih) dan cepat. timbulnya demam.

Sebagian besar serangan kejang Bangkitan kejang dapat berupa


umum yakni postur tonik
demam berlangsung singkat (kontraksi dan kekakuan otot
(kurang dari 15 menit) umumnya menyeluruh), gerakan klonik
(kontraksi dan relaksasi otot yang
kejang tidak berulang dalam 24 kuat dan berirama), ataupun
kejang fokal.
jam.

Mata dapat berputar-putar, mulut


berbusa, lidah atau pipinya dapat Pada fase setelah kejang (fase
tergigit, gigi atau rahangnya
post-iktal), anak sadar kembali,
terkatup rapat, inkontinensia,
gangguan pernafasan, apnea atau namun biasanya tampak
henti nafas, dan kulitnya menjadi
kebiruan. kelelahan atau tertidur.
ANAMNESIS
● Perlu ditanyakan kepada orang tua/ pengasuh yang menyaksikan anak kejang mengenai
kejang: jenis kejang, lama kejang, frekuensi dalam 24 jam, serta kondisi sebelum,
diantara, dan setelah kejang (termasuk kesadaran).

● Hal yang menyertai kejang seperti muntah, kelemahan anggota gerak, kemunduran,
dan lainnya juga perlu ditanyakan. Penting juga ditanyakan suhu sebelum/saat
kejang.

● Pola demam (apakah mendadak tinggi atau perlahan-lahan meningkat, apakah


demam menetap atau hilang timbul, apakah membaik dengan pemberian obat, dan
lainnya)

● Keluhan lain yang menyertai demam, seperti batuk, pilek, sesak nafas, mual,
muntah, diare, manifestasi perdarahan dan lainnya perlu ditanyakan. Hal ini
bertujuan mengidentifikasi sumber infeksi.
ANAMNESIS

● Riwayat penyakit dahulu perlu ditanyakan apakah sebelumnya pernah mengalami


kejang dengan demam atau tanpa demam. Apakah anak mengalami gangguan
neurologi sebelum demam. Apakah anak mengkonsumsi obat-obatan anti kejang,
atau obat-obatan lainnya. Selain itu, riwayat trauma kepala juga penting ditanyakan

● Riwayat kehamilan dan persalinan, perlu ditanyakan riwayat kehamilan ibu, apakah
pernah mengalami sakit selama kehamilan, apakah ibu merokok selama kehamilan.

● Riwayat tumbuh kembang, perlu ditanyakan pola tumbuh kembang anak apakah
sesuai dengan usianya. Pada riwayat vaksinasi, ditanyakan apakah anak baru saja
menerima vaksinasi.
PEMERIKSAAN FISIK

● Nilai kesadaran anak


● Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan
● Pada anak dengan kejang demam penting untuk melakukan pemeriksaan neurologis,
antara lain :

1. Rangsang meningeal : kaku kuduk, Bruzinski I dan II, Kernigue, dan laseque.

2. Pemeriksaan nervus kranialis

3. Tanda peningkatan intracranial : ubun-ubun menonjol, papil edema

4. Tanda diluar penyakit SSP : ISPA,OMA,ISK, dll

● Pada kejang demam rangsang meningeal (-)


PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM PUNGSI LUMBAL

• Pemeriksaan lab ditujukan untuk mencari • Pemeriksaan cairan serebrospinal


penyebab demam dengan pungsi lumbal dilakukan untuk
• Pemeriksaan laboratorium yang dapat menegakkan atau menyingkirkan
dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit, kemungkinan meningitis. Resiko
dan gula darah. terjadinya meningitis bakterialis adalah
0.6 - 6.7%.
• Bayi kurang dari 12 bulan sangat
dianjurkan untuk dilakukan
Konsensus Tatalaksana Kejang Demam • Bayi antara 12 - 18 bulan dianjurkan
IDAI 2016 • Bayi > 18 bulan tidak rutin
PEMERIKSAAN PENUNJANG
ELEKTROENSEFALOGRAF
I (EEG) X-RAY

• Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) • Foto X-ray kepala dan pencitraan


tidak dapat memprediksi berulangnya seperti computed tomography scan (CT-
kejang, atau memperkirakan kemungkinan scan) atau magnetic resonance imaging
kejadian epilepsi pada pasien kejang (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak
demam. Oleh karenanya, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti:
• Kelainan neurologis fokal yang menetap
direkomendasikan.
(hemiparesis)
• Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan
• Paresis nervus VI
pada keadaan kejang demam yang tidak • Papiledema

khas
Konsensus Tatalaksana Kejang Demam
IDAI 2016
DIAGNOSIS BANDING

● Infeksi intrakranial: meningitis dan ensefalitis


● Epilepsi
● Gangguan metabolik bawaan
● Trauma kepala
● Penghentian obat antiepilepsi mendadak
● Lain-lain: ensefalopati hipertensi, tumor otak, perdarahan intracranial
● Idiopatik
TATALAKSANA
ANTIPIRETIK

● Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko


terjadinya kejang demam.
● Meskipun demikian, dokter neurologi anak di Indonesia sepakat bahwa
antipiretik tetap dapat diberikan.
● Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali diberikan
tiap 4-6 jam.
● Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.
Konsensus Tatalaksana Kejang Demam
IDAI 2016
ANTIKONVULSAN Konsensus Tatalaksana Kejang Demam
IDAI 2016

● PEMBERIAN OBAT ANTIKONVULSAN INTERMITEN

● Yang dimaksud dengan obat antikonvulsan intermiten adalah obat antikonvulsan yang diberikan

hanya pada saat demam.


● Proflaksis intermiten diberikan pada kejang demam dengan salah satu faktor risiko di bawah ini:

○ Kelainan neurologis berat, misalnya palsi serebral

○ Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun

○ Usia <6 bulan

○ Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius

○ Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu tubuh meningkat dengan cepat.
ANTIKONVULSAN Konsensus Tatalaksana Kejang Demam
IDAI 2016

● PEMBERIAN OBAT ANTIKONVULSAN INTERMITEN


● Obat yang digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral atau rektal 0,5

mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan <12 kg dan 10 mg untuk berat badan >12 kg),

sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis maksimum diazepam 7,5 mg/kali.


● Diazepam intermiten diberikan selama 48 jam pertama demam. Perlu diinformasikan

pada orangtua bahwa dosis tersebut cukup tinggi dan dapat menyebabkan ataksia,

iritabilitas, serta sedasi.


ANTIKONVULSAN Konsensus Tatalaksana Kejang Demam
IDAI 2016

● PEMBERIAN OBAT ANTIKONVULSAN RUMAT


● Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping

yang tidak diinginkan, maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek
● Indikasi pengobatan rumat:

○ Kejang fokal

○ Kejang lama >15 menit

○ Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya palsi serebral, hidrosefalus,

hemiparesis.
ANTIKONVULSAN Konsensus Tatalaksana Kejang Demam
IDAI 2016

● PEMBERIAN OBAT ANTIKONVULSAN RUMAT


● Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan

belajar pada 40-50% kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat, Pada sebagian

kecil kasus, terutama yang berumur kurang dari 2 tahun, asam valproat dapat

menyebabkan gangguan fungsi hati.


● Dosis asam valproat adalah 15-40 mg/kg/ hari dibagi dalam 2 dosis, dan fenobarbital 3-4

mg/kg/hari dalam 1-2 dosis.


EDUKASI
● Meyakinkan bahwa kejang ● Beberapa hal yang harus dikerjakan saat kejang:
demam umumnya mempunyai ○ Tetap tenang dan tidak panik.
prognosis baik.
● Memberitahukan cara ○ Longgarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher.

penanganan kejang. ○ Bila tidak sadar, posisikan anak telentang dengan kepala
● Memberi informasi mengenai miring.

risiko berulang.
○ Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung.
● Pemberian obat untuk mencegah
rekurensi efektif, tetapi harus ○ Walaupun lidah mungkin tergigit, jangan memasukkan
sesuatu ke dalam mulut.
diingat risiko efek samping obat.
○ Ukur suhu, observasi, catat lama dan bentuk kejang.

○ Tetap bersama pasien selama kejang.

○ Berikan diazepam rektal. Jangan diberikan bila kejang telah


berhenti.

○ Bawa ke dokter atau ke rumah sakit bila kejang


berlangsung 5 menit atau lebih.
KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS
● Kecacatan atau kelainan neurologis.

○ Prognosis kejang demam secara umum sangat baik.

○ Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.


Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang
sebelumnya normal. Kelainan neurologis dapat terjadi pada kasus kejang lama atau
kejang berulang, baik umum maupun fokal. Suatu studi melaporkan terdapat gangguan
recognition memory pada anak yang mengalami kejang lama. Hal tersebut
menegaskan pentingnya terminasi kejang demam yang berpotensi menjadi kejang
lama.
KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS
● Kemungkinan berulangnya kejang demam

○ Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah:

■ Riwayat kejang demam atau epilepsi dalam keluarga.

■ Usia kurang dari 12 bulan.

■ Suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius saat kejang.

■ Interval waktu yang singkat antara awitan demam dengan terjadinya kejang.

■ Apabila kejang demam pertama merupakan kejang demam kompleks.

○ Bila seluruh faktor tersebut di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%, sedangkan bila
tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam hanya 10-15%. Kemungkinan
berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.
● Kematian

○ Kematian langsung karena kejang demam tidak pernah dilaporkan. Angka kematian pada kelompok anak yang
mengalami kejang demam sederhana dengan perkembangan normal dilaporkan sama dengan populasi umum.
KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS

● Faktor risiko menjadi epilepsi di kemudian hari.

○ Terdapat kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum

○ kejang demam pertama

○ Kejang demam kompleks

○ Riwayat epilepsi pada orangtua atau saudara kandung

○ Kejang demam sederhana yang berulang 4 episode atau lebih dalam satu tahun.
● Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi sampai 4-6%,
kombinasi dari faktor risiko tersebut akan meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi
10-49%. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat
rumatan pada kejang demam.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai