Anda di halaman 1dari 35

Saluran Pasangan

Saluran Pasangan
1.Kegunaan saluran pasangan
Saluran pasangan (lining) dimaksudkan untuk:
-Mencegah kehilangan air akibat rembesan
-Mencegah gerusan dan erosi
-Mencegah tumbuhnya tumbuhan air
-Mengurangi biaya pemeliharaan
-Tanah yang dibebaskan lebih kecil
Pasangan hanya diperlukan untuk ruas-ruas saluran
yang panjangnya terbatas. Untuk menghitung
besarnya rembesan di saluran dapat digunakan rumus
MORITZ (USBR):

Di mana:
-S= kehilangan air akibat rembesan m3/dt per km panjang saluran
-Q= debit (m3/dt)
-v= kecepatan (m/dt)
-C= koefisien tanah rembesan (m/hr)
-0,035 = faktor konstanta
• Tabel 1.11. Harga C (Koefisien Tanah Rembesan)
Jenis pasangan di Indonesia:
-Pasangan batu
-Beton
-Tanah
2. Perencanaan hidrolis
2.1.Kecepatan maksimum
-Pasangan batu: 2 m/dt
-Pasangan beton: 3 m/dt
-Pasangan tanah: kecepatan maksimum yang diizinkan
2.2.Koefisien kekasaranHarga koefisien kekasaran Strickler
(K) yang dianjurkan pemakaiannya adalah:
-Pasangan batu: 60
-Pasangan beton: 70
-Pasangan tanah: 35-45
Rumus :
Tabel 1.12. Harga Kemiringan Talud untuk Saluran
Pasangan
2.3. Tinggi jagaan
Tabel 1.13. Tinggi Jagaan untuk Saluran Pasangan
KECEPATAN MAKSIMUM
Kecepatan maksimum untuk aliran subkritis
dianjurkan pemakaiannya adalah:
•Pasangan batu: 2 m/dt
•Pasangan beton: 3 m/dt
•Pasangan tanah: sesuai kecepatan
maksimum yang diizinkan
BILANGAN FROUDE
Perhitungan bilangan Froude adalah penting apabila
dipertimbangkan pemakaian kecepatan aliran dan
kemiringan saluran yang tinggi.
Untuk aliran yang stabil, bilangan Froude harus
kurang dari 0,55 untuk aliran subkritis, sedangkan
Fr > 1,4 untuk aliran subkritis.Saluran dengan Fr
antara 0,55 dan 1,4 dapat memiliki pola aliran
dengan gelombang tegak (muka air bergelombang
yang akan merusak kemiringan talud).
• Rumus :

• Di mana:
• •Fr= bilangan Froude
• •v= kecepatan aliran (m/dt)
• •g= percepatan gravitasi (≈ 9,8 m/dt2)
• •m= kemiringan talud (1 vertikal : m horizontal)
• •n= perbandingan lebar dasar dan kedalaman air (n = b/h)•h=
kedalaman air (m)
KOEFISIEN KEKASARAN
•Pasangan batu: 60
•Pasangan beton: 70
•Pasangan tanah: 35-45
• Untuk potongan melintang dengan kombinasi
berbagai macam bahan pasangan, kekasaran
masing-masing permukaan akan berbeda-
beda (bervariasi). Koefisien kekasaran
campuran dihitung dengan rumus:
Di mana:
•K= koefisien kekasaran Strickler untuk potongan
melintang
•P= keliling basah (m)
•Pi= keliling basah bagian i dari potongan melintang (m)
•Ki= koefisien kekasaran bagian i dari potongan
melintang
• Tabel1.14. TabelDe Vos
Tabel 1.15 pedoman penentuan ukuran saluran irigasi
Sumber data:R. Sarah Reksokusumo, 1975. Dasar-dasar untuk Membuat Perencanaan
Teknis Jaringan Irigasi, Badan Penerbit PU.
• Catatan:
• ❑Tabel di atas digunakan untuk perencanaan teknis
saluran irigasi tanpa pasangan dengan bentuk
trapesium.
• ❑Penggunaan Tabel de vos = tembak nilai V
(kecepatan) dan menghitung nilai kemiringan saluran
(i), padahal dilapangan sangat tergantung pada nilai
kemiringan medan/lapangan. Sehingga penggunaan
table de vos dapat membuat tidak sinkronnya nilai
kemiringan rencana dan kemiringan medan
SALURAN PEMBUANG

1.Trase
Saluran pembuang umumnya terletak di daerah
cekungan, jika mungkin mengikuti saluran
pembuang yang ada. Untuk saluran pembuang
ekstern, saluran yang sudah ada akan lebih
dikembangkan daripada saluran pembuang
intern. Oleh karena itu, trase untuk jaringan
pembuang intern harus ditentukan
berdasarkan peta skala 1:5000 di sepanjang
daerah cekungan dan daerah-daerah rendah.
2.Pembuang intern
Kapasitas rencana jaringan pembuang intern untuk
sawah dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Di mana:
•Qd= debit rencana (l/dt)
•Dm= modulus pembuang (l/dt.ha)
•A= luas daerah yang akan dibuang airnya (ha)
•D(3)= limpasan pembuang permukaan selama 3
hari, mm
• Untuk modulus pembuang rencana, Dm adalah curah
hujan 3 hari dengan periode ulang 5 tahun.

D(n) adalah pembuang permukaan untuk satuan luas dan dinyatakan sebagai:
Di mana:
•n= jumlah hari berturut-turut
•D(n)= limpasan air hujan pembuang permukaan
selama n hari (mm)
•R(n)T= curah hujan selama n hari berturut-turut
dengan periode ulang T tahun (mm)
•IR= pemberian air irigasi (mm/hari)
•ET= evapotranspirasi (mm/hari)
•P= perkolasi (mm/hari)
•∆S= tampungan tambahan (mm)
(Sumber: Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP-01)
Gambar 1.23. Contoh Perhitungan Modulus Pembuang
Untuk perhitungan modulus pembuang,
komponen-komponen dapat diambil sebagai
berikut:
•Pemberian air irigasi IR= 0 jika pemberian
dihentikan atau: tampungan di sawah dengan
lapisan air maksimum 150 mm, tampungan
tambahan ∆S di akhir n hari berturut-turut
maksimum 50 mm.
•Perkolasi = 0
Contoh:
Dari analisis data curahhujan, jumlah curah
hujan 3 hari berturut-turut dengan periode
ulang R(3)5ditetapkan 198 mm.Curah hujan
per hari adalah 139,33 dan 26 mm berturut-
turut.Evapotranspirasi (ET) = 6 mm/hari
3.Dimensi saluran
Perbandingan lebar-kedalaman untuk saluran
pembuang intern dengan potongan melintang
trapesium dapat diandaikan sebagai berikut:
n=b/h=3
Dimana :
•n= perbandingan lebar-kedalaman
•b= lebar dasar
•h= kedalaman air rencana
•m= kemiringan talud
Untuk perhitungan perencanaan saluran
pembuang dibuat dalam bentuk tabel seperti
contoh berikut:
• 4.Pembuang ekstern
Debit rencanaDebit puncak untuk daerah yang
akan dihitung airnya sampai seluas 100
km2menggunakan rumus Der Weduwen:
Di mana:
•Qp= debit puncak (m3/dt)
•α= koefisien limpasan air hujan
•β= koefisien pengurangan luasan hujan
•q= curah hujan (m3/dt.km2)
•A= luas daerah yang akan dibuang airnya (km2)Debit puncak
diperlukan untuk menentukan kapasitas bangunan di saluran
pembuang dan tinggi tanggul banjir di atas elevasi sawah.Dari
analisis statistik, diketahui bahwa dalam 5 tahun curah hujan
harian adalah 160 mm. Sebagai contoh, untuk daerah seluas
35 km2dengan kemiringan 0,0005 debit puncak dapat dilihat
pada grafik terlampir. Debit puncak menjadi 70 m3/dt. Debit
rencana dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Di mana:
•Qd= debit rencana (m3/dt)
•α= koefisien limpasan air hujan
•A= luas daerah yang dibuang airnya (ha)
Deskripsi kel. hidrologi tanah adalah sebagai berikut:
-Kelompok C:
•Tanah yang memiliki laju infiltrasi rendah bila dalam keadaan jenuh
sama sekali terutama terdiri dari:
➔Tanah yang mampu menahan gerak turun air
➔Tanah berstruktur sedang sampai halus
-Kelompok D:
•Tanah yang memiliki laju infiltrasi sangat rendah dalam keadaan
jenuh sama sekali, terutama terdiri dari:
➔Tanah keras dengan potensi mengembang yang tinggi
➔Lempung dekat permukaan
➔Bahan-bahan tanah yang hampir kedap air
➔Tanah dengan lapisan keras
Pertemuan selanjutnya tentang :
Bab II
Bangunan Utama
Sekian dan terima kasih

Anda mungkin juga menyukai