Anda di halaman 1dari 160

TANDA VITAL

EKO SURYANI
TANDA VITAL
 Pemeriksaan TTV merupakan suatu cara untuk
mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh
 Mempunyai nilai sangat penting pada fungsi
tubuh
PEMERIKSAAN TTV UNTUK MENDETEKSI
PERUBAHAN SISTEM TUBUH
 Suhu → menunjukkan perubahan metabolisme dalam
tubuh
 Denyut nadi → menunjukkan perubahan pada sistem
kardiovaskuler
 Frekuensi pernafasan → menunjukkan fungsi
pernafasan
 Tekanan darah → menilai kemampuan sistem
kardiovaskuler yang dapat dikaitkan dengan denyut
nadi
 Semua tanda vital saling berhubungan dan
mempengaruhi.
PERUBAHAN TANDA VITAL
 Perubahan tanda vital terjadi bila tubuh
 dalam dalam kondisi aktivitas berat

atau
 dalam keadaan sakit

 Perubahan tanda vital merupakan


indikator adanya gangguan sistem
tubuh
PEMERIKSAAN TTV
 Untuk memantau perkembangan pasien
 Sebagai pengawasan terhadap perubahan atau
gangguan sistem tubuh (Bukan hanya kegiatan
rutin terhadap klien )
 Pemeriksaan TTV pada
semua klien berbeda satu
dengan yang lain
 Tingkat kegawatan (misal
kondisi kritis → pengawasan
TTV lebih ketat)
KAPAN DILAKUKAN PENGUKURAN
TANDA VITAL
 Setiap 4- 6 jam pada klien ranap
 Situasi akut setiap 1 – 2 jam
 Setelah pembedahan tertentu dan prosedur
lainnya setiap 15 menit
PROSEDUR PEMERIKSAAN TTV

 Pengukuran suhu tubuh


 Pemeriksaan denyut nadi
 Pemeriksaan pernapasan
 Pengukuran tekanan darah
Perawat mengobservasi tanda-tanda vital untuk

 1. membentuk pengukuran dasar


 2. Mengamati kecenderungan
 3. Mengidentifikasi masalah fisiologis
 4. Memantau respon klien terhadap terapi
JIKA MENDAPATKAN HASIL TIDAK
UMUM ATAU RAGU
 Ulangi pengukuran atau jika mungkin minta
perawat lain mengulangi
 Jika masih merasa tidak tidak pasti, periksa
alat, jika perlu ganti dan lakukan lagi
pengukuran
JIKA MENDAPATKAN HASIL
ABNORMAL
 Pertahankan sikap tenang dan profesional
 Ekspresi atau seruan yang cemas dapat
membuat klien kesal
 Jika klien mengekspresikan kekhawatiran
tentang pemeriksaan yang diulang-ulang,
jelaskan dengan tenang bahwa Anda
mendapatkan hasil pengukuran agak tinggi
atau rendah dan Anda hanya ingin
memeriksanya kembali
PEMERIKSAAN SUHU
TUBUH
PENGERTIAN
 Perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh
proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke
lingkungan luar.
 Nilai hasil pemeriksaan suhu merupakan indikator
untuk menilai keseimbangan antara pembentukan dan
pengeluaran panas
 Nilai menunjukkan
peningkatan bila pengeluaran
panas meningkat
 Kondisi demikian dapat
disebabkan oleh vasodilatasi,
berkeringat, hiperventilasi,
dll
 Bila pembentukan panas meningkat
maka nilai suhu tubuh akan
menurun
 Kondisi ini dapat dilihat pada
peningkatan metabolisme dan
kontraksi otot
 Suhu tubuh diukur dalam derajat.
 Pusat pengaturan suhu tubuh diatur oleh
Hipotalamus.
 Pusat ini menerima pesan dari lokasi reseptor
panas ke tubuh yang lain untuk menghasilkan
atau mempertahankan kehilangan panas
tubuh.
 Permukaan tubuh berfluktuasi sesuai dengan
respon terhadap faktor lingkungan sehingga
tidak tetap untuk pemantauan status kesehatan
klien.
 Kondisi normal dari panas tubuh berada antara
35,9 sampai 37,4 derajat celsius.
Suhu Tubuh Inti (Core temperature)

 Suhu yang terdapat pada jaringan


dalam, seperti kranial, toraks,
rongga abdomen, dan rongga
pelvis.
 Suhu ini biasanya dipertahankan
relatif konstan (sekitar 37°C).
Tempat pengukuran suhu inti yang paling
efektif
 Rectum
 Membran timpani
 Esophagus
 Arteri pulmonel
 Kandung kemih
Suhu tubuh permukaan (Surface temperature)

 Suhu yang terdapat pada kulit, jaringan


subkutan, dan lemak.
 Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar
20°C sampai 40°C.
Tempat pengukuran suhu permukaan
yang paling efektif
 Kulit
 Aksila
 Oral
Tabel Suhu Tubuh Normal Sesuai Tingkatan Umur (Joice Engel, 1995)

Umur Suhu (derajad


celsius)
3 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,2
5 tahun 37,0
7 tahun 36,8
9 tahun 36,7
13 tahun 36,6
Keuntungan pengukuran membran timpani

 tempat mudah dicapai.


 perubahan posisi yang dibutuhkan
minimal.
 memberi pembacaan inti yang akurat.
 waktu pengukuran sangat cepat (2-5
detik). ·
 Dapat dilakukan tanpa membangunkan
atau mengganggu klien.
Kerugian pengukuran membran timpani

 Alat bantu dengar harus dikeluarkan sebelum


pengukuran. ·
 Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami
bedah telinga atau membran timpani. ·
 Membutuhkan pembungkus probe sekali pakai. ·
Impaksi serumen dan otitis media dapat
mengganggu pengukuran suhu. ·
 Keakuratan pengukuran pada bayi baru lahir dan
anak-anak dibawah 3 tahun masih diragukan.
Keuntungan pengukuran rektal

 Terbukti lebih dapat diandalkan


bila suhu oral tidak dapat
diperoleh ·
 Menunjukkan suhu inti
Kerugian pengukuran rektal

 Tidak boleh dilakukan pada klien yang


mengalami bedah rektal, kelainan rektal, nyeri
pada area rektal, atau cenderung perdarahan.
 Memerlukan perubahan posisi dan dapat
merupakan sumber rasa malu dan ansietas klien
 Risiko terpajan cairan tubuh
 Memerlukan lubrikasi
 Dikontradiksikan pada bayi baru lahir
Keuntungan pengukuran oral

 Mudah dijangkau dan tidak membutuhkan


perubahan posisi ·
 Nyaman bagi klien ·
 Memberi pembacaan suhu permukaan yang
akurat
Kerugian pengukuran oral
 Tidak boleh dilakukan pada klien yang bernapas
lewat mulut ·
 Tidak boleh dilakukan pada klien yang
mengalami bedah oral, trauma oral, riwayat
epilepsi, atau gemetar akibat kedinginan ·
 Tidak boleh dilakukan pada bayi, anak kecil, anak
yang sedang menangis atau klien konfusi, tidak
sadar atau tidak kooperatif ·
 Risiko terpapar cairan tubuh
Keuntungan pengukuran aksila

 Aman dan non-invasif


 Cara yang lebih disukai pada bayi baru lahir
dan klien yang tidak kooperatif.
Kerugian pengukuran aksila

 Waktu pengukuran lama


 Memerlukan bantuan perawat untuk
mempertahankan posisi klien
Hal Hal Yang Harus Diperhatikan

 Termometer harus dalam keadaan


nol suhunya ·
 Penggunaan termometer untuk tiap
tempat pengukuran harus pisah
 Hati-hati jangan sampai termometer
jatuh dan pecah
Hal Hal Yang Harus Diperhatikan
 Sebelum melakukan pengukuran harus
dijelaskan dengan benar tentang tempat dan
tujuan pengukuran suhu
 Fungsi termometer harus menghadap keluar
untuk arah yang dibaca
 Pembacaan termometer harus ditempat yang
cukup cahaya
HASIL PENGUKURAN
 Suhu per oral lebih rendah per rektal 0,2-0,5 0C
 Suhu per axila lebih rendah per oral = 0,5 0c
PEMERIKSAAN DENYUT
NADI
DENYUT NADI
 Indikator untuk menilai sistem kardiovaskular
 Getaran/ denyut darah di dalam pembuluh
darah arteri akibat kontraksi ventrikel kiri
jantung.
TEMPAT UNTUK MERASAKAN NADI
 Denyut nadi dapat dirasakan dengan palpasi
yaitu dengan menggunakan ujung jari tangan
 di sepanjang jalannya pembuluh darah arteri,
terutama pada tempat- tempat tonjolan tulang
dengan sedikit menekan diatas pembuluh
darah arteri
WAKTU YANG TEPAT MEMERIKSA
DENYUT NADI
 Saat bangun pagi dan sebelum melakukan
aktivitas apapun.
 Pada saat itu tubuh masih relaks dan terbebas
dari zat-zat pengganggu.
9 TEMPAT UNTUK MERASAKAN
DENYUT NADI
 1. Temporal artery
 2. Facial artery
 3. Carotid artery
 4. Brachial artery
 5. Radial artery
 6. Femoral artery
 7. Popliteal artery
 8. Posterior tibial artery
 9. Dorsalis pedis artery
9 TEMPAT UNTUK
MERASAKAN DENYUT NADI
TEMPAT PALING SERING UNTUK
MERASAKAN DENYUT NADI

 Radial artery
 Brachial artery
 Carotid artery
ARTERI RADIALIS
 Terletak sepanjang tulang radialis, lebih
mudah teraba di atas pergelangan tangan
pada sisi ibu jari.
 Relatif mudah dan sering dipakai secara
rutin.
 Lakukan palpasi ringan arteri radialis
dengan menggunakan jari telunjuk dan jari
tengah
 Lakukan palpasi sepanjang lekuk radial
pada pergelangan tangan
Radial artery
ARTERI BRANKIALIS
 Terletak di dalam otot biceps dari lengan atau
medial di lipatan siku (fossa antekubital).
 Lakukan palpasi ringan arteri dengan
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah
pada fossa kubiti (lekuk antara otot bisep dan
trisep diatas siku).
Brachial artery
Carotid artery
ARTERI KAROTID
 Terletak dileher dibawah lobus
telinga, dimana terdapat arteri
karotid berjalan diantara trakea
dan otot sternokleidomastoideus.
 Dengan menggunakan jari tengah
dan telunjuk palpasi sekitar otot
sternokleidomastoideus bagian
medial.
CARA MENGUKUR DENYUT NADI
 Menggunakan 2 jari (telunjuk dan jari tengah )
 atau 3 jari (telunjuk, jari tengah dan jari manis )
jika kesulitan menggunakan 2 jari.
 Temukan titik nadi ( daerah yang denyutannya
paling keras)
 Tekan perlahan kemudian hitunglah jumlah
denyutannya selama 15 detik, setelah itu
kalikan 4 (denyut nadi dalam 1 menit).
Faktor Yang Mempengaruhi Frekuensi
Denyut Nadi
Frekuensi denyut nadi manusia bervariasi,
tergantung dari banyak faktor yang
mempengaruhinya
 1. Usia

 2. Jenis kelamin

 3. Ukuran tubuh

 4. Kehamilan

 5. Keadaan kesehatan
Faktor Yang Mempengaruhi Frekuensi
Denyut Nadi
 6. Riwayat kesehatan
 7. Rokok dan kafein
 8. Intensitas dan lama kerja
 9. Sikap kerja
 10. Faktor fisik
 11. Kondisi psikis
1. Usia
 Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap
memenuhi kebutuhan oksigen selama
pertumbuhan.
 Orang dewasa efek fisiologi usia dapat
berpengaruh pada sistem kardiovaskuler.
 Frekuensi denyut nadi pada berbagai usia
(antara bayi s.d. Dewasa).
 Denyut nadi paling tinggi →bayi kemudian
menurun seiring dengan pertambahan usia
N Usia Frekuensi Nadi
o (denyut/menit)
(Sumber : Joice Engel,1995 )

1 < 1 bulan 90 – 170


2 < 1 tahun 80 – 160
3 2 tahun 80 – 120
4 6 tahun 75 – 115
5 10 tahun 70 - 110
6 14 tahun 65 – 100
7 > 14 tahun 60 - 100
Kecepatan normal denyut nadi (Jumlah debaran setiap
menit)

Pada BBL 140


Selama tahun pertama 120

Selama tahun kedua 110

Pada umur 5 tahun 96 – 100


Pada umur 10 tahun 80 -90

Pada orang dewasa 60 – 80


2. Jenis Kelamin
 Denyut nadi yang tepat dicapai
pada kerja maksimum pada wanita
lebih tinggi dari pada pria.
 Pada laki-laki muda dengan kerja
50% maksimal → rata-rata 128
x/mnt, pada wanita 138 x/mnt.
 Pada kerja maksimal pria → rata-
rata 154 x/mnt dan pada wanita
164 x/mnt.
3. Ukuran Tubuh
 Ukuran tubuh yang penting adalah berat
badan untuk ukuran tubuh seseorang yaitu
dengan menghitung IMT (Indeks Masa Tubuh)
4. Kehamilan
 Frekuensi jantung meningkat secara progresif
selama masa kehamilan
 Mencapai maksimal sampai masa aterm yang
frekuensinya berkisar 20% diatas keadaan
sebesar hamil.
5. Keadaan Kesehatan
 Kondisi tidak sehat → terjadi perubahan irama
atau frekuensi jantung secara tidak teratur.
 Kondisi baru sembuh dari sakit → frekuensi
jantungnya cenderung meningkat.
6. Riwayat Kesehatan
 Riwayat seseorang berpenyakit jantung,
hipertensi, atau hipotensi akan mempengaruhi
kerja jantung.
 Pada penderita anemia akan mengalami
peningkatan kebutuhan oksigen → Cardiac
output meningkat → peningkatan denyut nadi.
7. Rokok dan Kafein
 Rokok dan kafein → meningkatkan
denyut nadi.
 Merokok sebelum bekerja →
denyut nadinya meningkat 10 - 20
X/mnt dibanding dengan bekerja
tidak didahului merokok.
 Pada kafein secara statistik tidak
ada perubahan yang signifikan
pada variable metabolic
kardiovaskuler kerja maksimal dan
sub maksimal.
8. Intensitas dan Lama Kerja
 Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh
terhadap denyut nadi.
 Lama kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang sesuai
dengan kapasitas optimal manusia akan ikut
mempengaruhi frekuensi nadi sehingga tidak
melampaui batas maksimal.
 Batas kesanggupan kerja sudah tercapai bila bilangan
nadi kerja (rata-rata24nadi selama kerja) mencapai angka
30 denyut per menit dan di atas bilangan nadi istirahat.
 Sedang nadi kerja tersebut tidak terus menerus menanjak
dan sehabis kerja pulih kembali pada nadi istirahat
sesudah ± 15 menit.
9. Sikap Kerja
 Posisi atau sikap kerja juga mempengaruhi
tekanan darah.
 Posisi berdiri mengakibatkan ketegangan
sirkulasi lebih besar dibandingkan dengan
posisi kerja duduk.
10. Faktor Fisik
 Kebisingan → suatu tekanan yang merusak
pendengaran → meningkatkan denyut nadi
dan mempengaruhi parameter fisiologis yang
lain yang dapat menurunkan kemampuan
dalam kerja fisik.
 Penerangan yang buruk → ketegangan mata
→kelelahan mata → kelelahan mental →
memperberat beban kerja.
11. Kondisi Psikis
 Kondisi psikis dapat mempengaruhi frekuensi
jantung.
 Kemarahan dan kegembiraan → mempercepat
frekuensi nadi .
 Ketakutan, kecemasan, dan kesedihan →
memperlambat frekuensi nadi .
Kecepatan denyut nadi pada saat tidur (Jumlah debaran setiap menit)

BBL 100 -180


Usia 1 minggu – 3 100 – 220
bulan
Usia 3 bulan – 2 80 – 150
tahun
Usia 10 – 21 tahun 60 -90
Usia lebih dari 21 69 – 100
Berdasarkan kuat dan lemahnya
denyut nadi diklasifikasikan
POLA NADI
Pola Nadi Deskripsi
Bradikardia Frekuensi nadi lambat (kurang dari
normal) , < 60 x/mnt
Takikardia Frekuensi nadi meningkat, dalam keadaan
tidak pada ketakutan, menangis, aktivitas
meningkat, atau demam yang
menunjukkan penyakit jantung
Sinus Aritmia Frekuensi nadi meningkat selama inspirasi,
menurun selama ekspirasi. Sinus Aritmia
merupakan variasi normal pada anak,
khususnya selama tidur
Pulsus Denyut nadi yang silih berganti kuat lemah
Alternans dan kemungkinan menunjukkan gagal
jantung
POLA NADI
Pola nadi Deskripsi
Pulsus Denyut berpasangan dan berhubungan
Begeminus dengan denyut prematur
Pulsus Kekuatan nadi menurun dengan
Paradoksus inspirasi
Thready Pulse Denyut nadi cepat dan lemah
menunjukkan adanya tanda shock, nadi
sukar dipalpasi tampak muncul dan
menghilang
Pulsus Corrigen Denyut nadi kuat dan berdetak
detak.Hal itu disebabkan oleh variasi
yang luas pada tekanan nadi
PEMERIKSAAN
PERNAFASAN
PERNAFASAN
 Pernapasan atau respirasi → pertukaran gas
antara mahkluk hidup (organisme) dengan
ligkungannya.
 Oksigen untuk pernapasan diperoleh dari
udara di lingkungan sekitar.
PENGERTIAN
 Menghitung jumlah pernafasan (inspirasi yang
diikuti ekspirasi) dalam satu menit.
 Pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai
proses pengambilan oksigen dan pengeluaran
karbondioksida.
TUJUAN PEMERIKSAN
 Menilai frekuensi
 Menilai irama
 Menilai tipe atau pola
TEKNIK PEMERIKSAAN
PERNAFASAN
 Lihat
 Dengar
 Rasakan

Pada penderita sadar jangan sampai penderita


mengetahui bahwa frekwensi pernapasannya
sedang dihitung.
ANATOMI PERNAFASAN
 Hidung , Faring, Laring, Trakea, Bronkus,
Bronkeulus, Alveoli, Paru – paru.
FISIOLOGI PERNAFASAN
 Udara masuk kedalam rongga hidung, udara
tersaring, dihangatkan dan dilembabkan.
 Partikel-partikel debu yang kasar dapat disaring
oleh bulu-bulu hidung yang terdapat dalam
lubang hidung sedangkan partikel halus akan
terjerat dalam lapisan mukus sehingga udara
yang sampai faring bebas debu dan bersuhu
mendekati suhu tubuh serta dengan kelembaban
100 %
FISIOLOGI PERNAFASAN
 Udara yang telah mencapai trakea dan bila
masih mengandung partikel debu akan
ditangkap oleh sekret-sekret selanjutnya akan
diteruskan kedalam paru-paru dan melalui
pembuluh alveoli O2 dan CO2 tertukar dan
terjadilah proses pernapasan.
FREKUENSI PERNAFASAN NORMAL
 1. Usia baru lahir sekitar 35 – 50 x/menit
 2. Anak-anak 15 – 30 x/menit
 3. Usia 2-12 tahun 18 – 26 x/menit
 4. Dewasa 16 – 20 x/menit.
POLA PERNAFASAN
 Bernapas dalam dan dangkal.
 Pernapasan yang dalam akan mempunyai
volume udara yang besar, baik pada waktu
tarik napas/ inspirasi/ inhalasi atau pada
waktu mengeluarkan napas/
ekspirasi/ekshalasi.
 Pernapasan dangkal maka volume udara akan
mengecil.
POLA
Pola
PERNAFASAN
Deskripsi
Pernafasan

Dispnea Susah bernapas yang menunjukkan adanya retraksi

Bradipnea Frekuensi pernapasan lambat yang abnormal, irama


teratur
Takipnea Frekuensi pernapasan cepat yang abnormal
Hiperpnea Pernapasan cepat dan dalam
Apnea Tidak ada pernapasan
Cheyne Periode pernapasan cepat dalam yang bergantian dengan
stokes periode apnea,umumnya pada bayi selama tidur nyenyak,
depresi dan kerusakan otak.

Kusmaul Napas dalam yang abnormal bisa cepat, normal, atau


lambat khususnya pada asidosis metabolik

Biot Napas tidak teratur menunjukan adanya kerusakan otak.


POLA PERNAFASAN
NORMAL
DISPNEA
 Sering disebut Shortness of breath (SOB)
 Merupakan sensasi yang dirasakan ketika
bernafas tetapi rasanya tidak cukup
 Sulit bernafas atau sensasi tidak nyaman dalam
bernafas
 Kebanyakan kasus karena kondisi jantung dan
paru-paru
 Contoh : asma, Pneumonia, Pneumotoraks ,
gagal jantung, terhirup benda asing
 Cemas, kerja berat berlebihan
BRADIPNEA
 Penurunan tingkat pernafasan, biasanya di
bawah 10 x/menit
 Sering disebabkan administrasi analgesik misal
morfin
 Kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak
tercukupi akibat defisiensi oksigen sehingga
kulit menjadi kebiruan (sianosis)
TAKIPNEA
 Suatu kondisi yang menggambarkan
pernafasan yang cepat dan dangkal karena
ketidakseimbangan antara CO2 dan O2 di
dalam tubuh
 Pernafasan abnormal cepat adalah gejala yang
sering disebabkan penimbunan CO2 dalam
paru-paru
 Frekuensi > 24 x/menit
TAKIPNEA
 Setiapkali kemampuan membuang CO2
menurun terjadi penumpukan CO2 dalam
darah
 Hasilnya adalah asidosis pernafasan,
merangsang pusat pernafasan di otak untuk
meningkatkan frekuensi nafas dalam rangka
menormalkan pH darah
 Kontras dengan Bradipnea
 Dapat muncul dengan atau tanpa dispnea
TAKIPNEA
HIPERPNEA
 Peningkatan ventilasi paru yang dihubungkan
dengan kebutuhan metabolisme karena
kebutuhan o2 meningkat
 Kebutuhan o2 yang meningkat dapat dicapai
dengan cara meningkatkan frekuensi
pernafasan, volume tidal, atau keduanya
APNEA
 Pernafasan berhenti atau gerakan pernafasan
hilang
 Pada keadaan normal, pernafasan berhenti saat
menelan, kadang juga muncul saat melahirkan
 Pada keadaan abnormal terjadi bila menyertai
hiperventilasi atau akibat trauma
 Jika berlangsung lama disebut respiratory
arrest
CHEYNE-STOKES
 Keadaan pernafasan dengan irama semakin
lama membesar
 Setelah mencapai maksimum, irama berubah
mengecil dan lanjut tahap apnea
 Rangkaian pernafasan diputus putus oleh
periode apnea
 Siklus pernafasan dengan dengan amplitudo
mula-mula naik, turun, berhenti kemudian
mulai dari siklus baru
CHEYNE-STOKES
 Pada gagal jantung kongestif, disebabkan oleh
waktu sirkulasi ke otak meningkat
 Kerusakan otak karena trauma, TIK meningkat
CHEYNE-STOKES
KUSSMAUL
 Pola pernafasan yang sangat dalam
 Pernafasan ini membuang banyak C02
 Pasien akan merasa ingin cepat untuk menarik
nafas secara mendalam dan terjadi secara tidak
sadar
 Keadaan asidosis metabolik (DM tipe 1)
 Salah satu bentuk hiperventilasi
BIOT
 Irama mirip Cheyne-stoke tetapi amplitudo
tidak teratur
 Sering terjadi pada radang selaput otak, TIK
meningkat, trauma kepala
 Secara klinis pola terlihat satu atau beberapa
kali usaha melakukan pernafasan dengan
amplitudo dan irama tidak teratur diselingi
periode istirahat
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KECEPATAN PERNAFASAN
 1. Usia
 2. Suhu
 3. Gaya Hidup
 4. Status Kesehatan
 5. Narkotika
 6. Jenis Kelamin
 7. Ketinggian
 8. Polusi Udara
1. Usia
 Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu
paru-paru yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi
udara.
 Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang
pendek.
 Orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval.
 Lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan
pola napas.
 Makin bertambah umur semakin lambat terkait semakin
berkurangnya kebutuhan energi
 Balita laju metabolisme meningkat
2. Suhu
 Sebagai respon terhadap panas, pembuluh
darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah
akan mengalir ke kulit.
 Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari
permukaan tubuh akan mengakibatkan curah
jantung meningkat sehingga kebutuhan
oksigen juga akan meningkat.
2. Suhu
 Pada lingkungan yang dingin sebaliknya
terjadi kontriksi pembuluh darah perifer,
akibatnya meningkatkan tekanan darah yang
akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung
sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.
 Semakin rendah suhu semakin cepat
pernafasan dan sebaliknya
 Peningkatan suhu berlangsung terus akan
meningkat pada suhu tertentu (demam)
3. Gaya Hidup
 Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju
dan kedalaman pernapasan dan denyut
jantung, demikian juga suplay oksigen dalam
tubuh.
 Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat
yang berdebu dapat menjadi predisposisi
penyakit paru.
4. Status Kesehatan
 Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan
pernapasan dapat menyediakan oksigen yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
 Penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang
berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen
ke sel-sel tubuh.
 Penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat
mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen
darah.
4. Status Kesehatan
 Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang
mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena
hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan
karbondioksida maka anemia dapat
mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke
dan dari sel.
5. Narkotika
 Narkotika seperti morfin dan dapat
menurunkan laju dan kedalam pernapasan
ketika depresi pusat pernapasan di medula.
 Pemberian obat-obat narkotik analgetik,
perawat harus memantau laju dan kedalaman
pernapasan.
6. Jenis Kelamin
 Laki laki umumnya frekuensi lebih cepat
karena aktivitas lebih banyak
7. Ketinggian
 Ketinggian mempengaruhi pernapasan.
 Makin tinggi daratan, makin rendah O2,
sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup
 Pada daerah ketinggian memiliki laju
pernapasan yang meningkat, juga kedalaman
pernapasan yang meningkat.
8. Polusi Udara
 Dengan adanya polusi udara, kecepatan
pernapasan kita terganggu.
 Bernapas menjadi lebih menyesakkan sehingga
kecepatan pernapasan menurun, jumlah
oksigen yang dihisap menurun →lemas.
METODE PERHITUNGAN
 Satu pernapasan adalah 1 kali menghirup napas dan 1
kali mengeluarkan napas (satu kali gerakan naik turun)
 Pernapasan dihitung selama 30 detik dikalikan 2 untuk
mendapatkan frekuensi pernapasan tiap menit
 Pada keadaan normal mungkin pernapasan hanya
dihitung selama 15 detik lalu hasilnya dikalikan 4.
 Mendengarkan bunyi pernapasan dengan stetoskop,
kemudian cek apakah terdengar suara napas yang
abnormal
PEMERIKSAAN TEKANAN
DARAH
PENGERTIAN
 Tekanan darah adalah tekanan dari darah
terhadap dinding pembuluh darah yang
merujuk kepada tekanan darah pada arteri
secara sistemik.
 Tekanan darah di vena lebih rendah daripada
tekanan di arteri.
 Nilai tekanan darah secara umum dinyatakan
dalam mmHg (milimeter air raksa).
PENGERTIAN
 Tekanan sistolik →tekanan puncak pada arteri
selama siklus jantung

 Tekanan diastolik → tekanan terendah (pada


fase istirahat siklus jantung)
 Selama gerakan jantung dapat terdengar 2
macam suara →oleh katup-katup yang
menutup secara pasif.
 Bunyi pertama disebabkan menutupnya katup
atrio-ventrikuler dan kontraksi ventrikel.
 Bunyi kedua karena menutupnya katup aortik
dan pulmoner sesudah kontraksi ventrikel.
 Yang pertama adalah panjang dan rata
(terdengar seperti “lup”), yang kedua pendek
dan tajam (terdengar seperti “dup”)
 Tekanan darah arteri adalah tekanan atau gaya
lateral darah yang bekerja pada dinding
pembuluh darah
 Tekanan berubah-ubah sepanjang siklus
jantung
POSISI PASIEN
 Duduk atau berbaring
 Lengan diatur sedemikian rupa sehingga
A.brakhialis setinggi jantung
KOROTKOFF
 Bunyi yang didengar saat auskultasi
pemeriksaan tekanan darah → bunyi yang
ditimbulkan karena turbulensi aliran darah
yang ditimbulkan karena oklusi parsial dari
arteri brachialis.
 Bunyi dapat didengar saat manset
dikempiskan
Bunyi Korotkoff 1

 Suara/bunyi pertama kali didengar


 Menunjukan tekanan sistolik.
 Suara ini jelas terdengar dan berulang selama
setidaknya 2 denyut.
Bunyi Korotkoff II

 Jika tekanan manset diturunkan aliran yang


melewati pembuluh darah meningkat
 Suara murmur atau mendesir yang terdengar
antara tekanan sistolik dan diastolik.
 Intensitas lebih tinggi dari Korotkoff 1
Bunyi Korotkoff III

 Suara yang keras dan jelas.


 Bunyi lemah, bergemuruh dan terdengar pada
awal sepertiga bagian tengah diastole.
 Terjadi karena osilasi darah yang bolak-balik
antara dinding-dinding ventrikel yang
disebabkan oleh masuknya darah dari atrium
Bunyi Korotkoff III
 Bunyi ini baru terdengar saat sepertiga bagian
tengah diastole karena pada permulaan
diastole, ventrikel belum cukup terisi sehingga
belum terdapat tegangan elastic yang cukup
dalam ventrikel untuk menimbulkan lentingan.
 Frekuensi bunyi ini biasanya sangat rendah,
sehingga telinga kita tidak dapat
mendengarkannya
Bunyi Korotkoff IV
 Suara yang menghentak kemudian merendam.
 Suara ini menunjukan tekanan darah 10 mmHg
di atas tekanan darah diastolic.
 Bunyi ini timbul saat atrium berkontraksi yang
disebabkan oleh meluncurnya darah ke dalam
ventrikel sehingga menimbulkan getaran
seperti yang terjadi pada bunyi jantung yang
ke III.
Bunyi Korotkoff V

 Suara diam sejalan dengan tekanan manset


yang turun di bawah tekanan darah diastolik.
 Terjadi bila bunyi sama sekali menghilang.
Pembuluh darat tidak tertekan lagi oleh
manset penyumbat dan tidak ada lagi aliran
turbulensi ( Kurniawan, 2006).
 Digunakan untuk mengukur tekanan diastolic.
LETAK MANSET
 ± 1 inchi (2,5 cm) di atas sisi denyut arteri
brachial
 A. Brachialis yang dapat dilingkari manset di
bagian proksimal dan dapat diraba di bagian
distal
 Letaknya yang tepat, paling sering dipakai
MEMOMPA BALON
 Pompa balon sambil mempalpasi arteri
brachialis sampai 20-30 mmHg di atas skala
yang menunjukkan bahwa denyutan di arteri
brachialis sudah tidak teraba
KECEPATAN MEMBUKA KATUB
TABUNG TEKANAN
 2-3 mmHG per detik
MENGULANG PENGUKURAN
 30 detik dan lengan ditinggikan di atas jantung
untuk mengalirkan darah
Pengukuran Tekanan Darah
 Lengan atas kanan lebih akurat dan aman
 Letak arteri brachialis dextra lebih jauh dari
jantung sehingga suara yang terdengar tidak
bising
 Saat terbaik pengukuran = saat istirahat
PEMASANGAN MANSET
 Tidak terlalu ketat
 Terlalu ketat
 → Kadang suara tidak terdengar
 → Hasil pengukuran tekanan darah yang diperoleh
lebih rendah dari yang seharusnya
PEMASANGAN MANSET
 Tidak terlalu longgar
 Terlalu longgar
 → Bunyi yang terdengar lemah
 → Hasil pengukuran tekanan darah yang
diperoleh lebih tinggi dari yang seharusnya
TEKANAN SISTOLE PALPASI
 Palpasi hanya untuk mengukur tekanan sistolik
 Kenakan manset lalu pompa perlahan sampai
denyut nadi pergelangan tangan tidak teraba lagi.
 Kemudian tekanan di dalam manset diturunkan
dengan membuka lubang pemompa secara
perlahan
 Amati tekanan pada skala spigmomanometer
 Saat denyut nadi teraba kembali, baca tekanan
pada skala spigmomanometer, tekanan ini adalah
tekanan sistolik
 Ada perbedaan kecil tekanan sistolik dengan
cara palpasi dan auskultasi
 Jika ada perbedaan hasil pengukuran palpasi
dan auskultasi maka menggunakan hasil
palpasi yang lebih akurat
ANATOMI PERNAFASAN
 Hidung , Faring, Laring, Trakea, Bronkus,
Bronkeulus, Alveoli, Paru – paru.
FISIOLOGI PERNAFASAN
 Udara masuk kedalam rongga hidung, udara
tersaring, dihangatkan dan dilembabkan.
 Partikel-partikel debu yang kasar dapat disaring
oleh bulu-bulu hidung yang terdapat dalam
lubang hidung sedangkan partikel halus akan
terjerat dalam lapisan mukus sehingga udara
yang sampai faring bebas debu dan bersuhu
mendekati suhu tubuh serta dengan kelembaban
100 %
FISIOLOGI PERNAFASAN
 Udara yang telah mencapai trakea dan bila
masih mengandung partikel debu akan
ditangkap oleh sekret-sekret selanjutnya akan
diteruskan kedalam paru-paru dan melalui
pembuluh alveoli O2 dan CO2 tertukar dan
terjadilah proses pernapasan.
FREKUENSI PERNAFASAN NORMAL
 1. Usia baru lahir sekitar 35 – 50 x/menit
 2. Anak-anak 15 – 30 x/menit
 3. Usia 2-12 tahun 18 – 26 x/menit
 4. Dewasa 16 – 20 x/menit.
POLA PERNAFASAN
 Bernapas dalam dan dangkal.
 Pernapasan yang dalam akan mempunyai
volume udara yang besar, baik pada waktu
tarik napas/ inspirasi/ inhalasi atau pada
waktu mengeluarkan napas/
ekspirasi/ekshalasi.
 Pernapasan dangkal maka volume udara akan
mengecil.
POLA
Pola
PERNAFASAN
Deskripsi
Pernafasan

Dispnea Susah bernapas yang menunjukkan adanya retraksi

Bradipnea Frekuensi pernapasan lambat yang abnormal, irama


teratur
Takipnea Frekuensi pernapasan cepat yang abnormal
Hiperpnea Pernapasan cepat dan dalam
Apnea Tidak ada pernapasan
Cheyne Periode pernapasan cepat dalam yang bergantian dengan
stokes periode apnea,umumnya pada bayi selama tidur nyenyak,
depresi dan kerusakan otak.

Kusmaul Napas dalam yang abnormal bisa cepat, normal, atau


lambat khususnya pada asidosis metabolik

Biot Napas tidak teratur menunjukan adanya kerusakan otak.


POLA PERNAFASAN
NORMAL
DISPNEA
 Sering disebut Shortness of breath (SOB)
 Merupakan sensasi yang dirasakan ketika
bernafas tetapi rasanya tidak cukup
 Sulit bernafas atau sensasi tidak nyaman dalam
bernafas
 Kebanyakan kasus karena kondisi jantung dan
paru-paru
 Contoh : asma, Pneumonia, Pneumotoraks ,
gagal jantung, terhirup benda asing
 Cemas, kerja berat berlebihan
BRADIPNEA
 Penurunan tingkat pernafasan, biasanya di
bawah 10 x/menit
 Sering disebabkan administrasi analgesik misal
morfin
 Kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak
tercukupi akibat defisiensi oksigen sehingga
kulit menjadi kebiruan (sianosis)
TAKIPNEA
 Suatu kondisi yang menggambarkan
pernafasan yang cepat dan dangkal karena
ketidakseimbangan antara CO2 dan O2 di
dalam tubuh
 Pernafasan abnormal cepat adalah gejala yang
sering disebabkan penimbunan CO2 dalam
paru-paru
 Frekuensi > 24 x/menit
TAKIPNEA
 Setiapkali kemampuan membuang CO2
menurun terjadi penumpukan CO2 dalam
darah
 Hasilnya adalah asidosis pernafasan,
merangsang pusat pernafasan di otak untuk
meningkatkan frekuensi nafas dalam rangka
menormalkan pH darah
 Kontras dengan Bradipnea
 Dapat muncul dengan atau tanpa dispnea
TAKIPNEA
HIPERPNEA
 Peningkatan ventilasi paru yang dihubungkan
dengan kebutuhan metabolisme karena
kebutuhan o2 meningkat
 Kebutuhan o2 yang meningkat dapat dicapai
dengan cara meningkatkan frekuensi
pernafasan, volume tidal, atau keduanya
APNEA
 Pernafasan berhenti atau gerakan pernafasan
hilang
 Pada keadaan normal, pernafasan berhenti saat
menelan, kadang juga muncul saat melahirkan
 Pada keadaan abnormal terjadi bila menyertai
hiperventilasi atau akibat trauma
 Jika berlangsung lama disebut respiratory
arrest
CHEYNE-STOKES
 Keadaan pernafasan dengan irama semakin
lama membesar
 Setelah mencapai maksimum, irama berubah
mengecil dan lanjut tahap apnea
 Rangkaian pernafasan diputus putus oleh
periode apnea
 Siklus pernafasan dengan dengan amplitudo
mula-mula naik, turun, berhenti kemudian
mulai dari siklus baru
CHEYNE-STOKES
 Pada gagal jantung kongestif, disebabkan oleh
waktu sirkulasi ke otak meningkat
 Kerusakan otak karena trauma, TIK meningkat
CHEYNE-STOKES
KUSSMAUL
 Pola pernafasan yang sangat dalam
 Pernafasan ini membuang banyak C02
 Pasien akan merasa ingin cepat untuk menarik
nafas secara mendalam dan terjadi secara tidak
sadar
 Keadaan asidosis metabolik (DM tipe 1)
 Salah satu bentuk hiperventilasi
BIOT
 Irama mirip Cheyne-stoke tetapi amplitudo
tidak teratur
 Sering terjadi pada radang selaput otak, TIK
meningkat, trauma kepala
 Secara klinis pola terlihat satu atau beberapa
kali usaha melakukan pernafasan dengan
amplitudo dan irama tidak teratur diselingi
periode istirahat
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KECEPATAN PERNAFASAN
 1. Usia
 2. Suhu
 3. Gaya Hidup
 4. Status Kesehatan
 5. Narkotika
 6. Jenis Kelamin
 7. Ketinggian
 8. Polusi Udara
1. Usia
 Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu
paru-paru yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi
udara.
 Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang
pendek.
 Orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval.
 Lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan
pola napas.
 Makin bertambah umur semakin lambat terkait semakin
berkurangnya kebutuhan energi
 Balita laju metabolisme meningkat
2. Suhu
 Sebagai respon terhadap panas, pembuluh
darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah
akan mengalir ke kulit.
 Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari
permukaan tubuh akan mengakibatkan curah
jantung meningkat sehingga kebutuhan
oksigen juga akan meningkat.
2. Suhu
 Pada lingkungan yang dingin sebaliknya
terjadi kontriksi pembuluh darah perifer,
akibatnya meningkatkan tekanan darah yang
akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung
sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.
 Semakin rendah suhu semakin cepat
pernafasan dan sebaliknya
 Peningkatan suhu berlangsung terus akan
meningkat pada suhu tertentu (demam)
3. Gaya Hidup
 Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju
dan kedalaman pernapasan dan denyut
jantung, demikian juga suplay oksigen dalam
tubuh.
 Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat
yang berdebu dapat menjadi predisposisi
penyakit paru.
4. Status Kesehatan
 Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan
pernapasan dapat menyediakan oksigen yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
 Penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang
berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen
ke sel-sel tubuh.
 Penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat
mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen
darah.
4. Status Kesehatan
 Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang
mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena
hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan
karbondioksida maka anemia dapat
mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke
dan dari sel.
5. Narkotika
 Narkotika seperti morfin dan dapat
menurunkan laju dan kedalam pernapasan
ketika depresi pusat pernapasan di medula.
 Pemberian obat-obat narkotik analgetik,
perawat harus memantau laju dan kedalaman
pernapasan.
6. Jenis Kelamin
 Laki laki umumnya frekuensi lebih cepat
karena aktivitas lebih banyak
7. Ketinggian
 Ketinggian mempengaruhi pernapasan.
 Makin tinggi daratan, makin rendah O2,
sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup
 Pada daerah ketinggian memiliki laju
pernapasan yang meningkat, juga kedalaman
pernapasan yang meningkat.
8. Polusi Udara
 Dengan adanya polusi udara, kecepatan
pernapasan kita terganggu.
 Bernapas menjadi lebih menyesakkan sehingga
kecepatan pernapasan menurun, jumlah
oksigen yang dihisap menurun →lemas.
METODE PERHITUNGAN
 Satu pernapasan adalah 1 kali menghirup napas dan 1
kali mengeluarkan napas (satu kali gerakan naik turun)
 Pernapasan dihitung selama 30 detik dikalikan 2 untuk
mendapatkan frekuensi pernapasan tiap menit
 Pada keadaan normal mungkin pernapasan hanya
dihitung selama 15 detik lalu hasilnya dikalikan 4.
 Mendengarkan bunyi pernapasan dengan stetoskop,
kemudian cek apakah terdengar suara napas yang
abnormal

Anda mungkin juga menyukai