Anda di halaman 1dari 22

DEMOGRAFI

KEPENDUDUKAN
KABUPATEN SEMARANG

DISUSUN OLEH :
1. ANISA ILMI RAMADHANI (185500071)
2. DIAN DHAMARYANTI (185500075)
3. PUPUT DWI AGUSTIN (185500063)
4. SEKAR ARUM ADI R. (185500062)
5. WIHAJA TWINTARI ISMANTO (185500072)
6. YOHANES E.EBAN DOKEND (185500085)
A. Jumlah dan Laju
Pertumbuhan
Penduduk

B. Persebaran dan
G. HARAPAN HIDUP
Kepadatan Penduduk

C. Komposisi H. PROYEKSI
E. TINGKAT KELAHIRAN
Penduduk PENDUDUK

D. Piramida Penduduk
F. TINGKAT KEMATIAN I. IMIGRASI
Kota Semarang
A. Jumlah dan Laju
Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan data statistik, penduduk Kota Semarang periode tahun 2005-2009


mengalami peningkatan rata-rata sebesar 1,4% per tahun. Pada tahun 2005 adalah
sebesar 1.419.478 jiwa, sedangkan pada tahun 2009 sebesar 1.506.924 jiwa, yang
terdiri dari 748.515 penduduk laki-laki, dan 758.409 penduduk perempuan
BACK

• Berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2002, jumlah penduduk Kota


Semarang tercatat sebesar 1.350.005 jiwa dengan pertumbuhan penduduk selama
tahun 2001 sebesar 2,09%. Kondisi tersebut memberi arti bahwa pembangunan
kependudukan, khususnya usaha untuk menurunkan jumlah kelahiran,
memberikan hasil yang nyata
B. Persebaran dan Kepadatan Penduduk

Dalam kurun waktu 5 tahun (1998-2002), kepadatan penduduk cenderung naik


seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Di sisi lain, penyebaran penduduk
di masing-masing kecamatan belum merata. Di wilayah kota Semarang,
tercatat kecamatan Candisari sebagai wilayah terpadatdengan angka
kepadatan 14.089 jiwa/km2,sedangkan kecamatan Mijen merupakan wilayah
yang kepadatannya paling rendah yaitu 625 jiwa/km2

BACK
C. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk Kota Semarang didominasi oleh penduduk muda/dewasa.
Kelompok usia produktif (Kelompok usia 25-39) terlihat sangat mendominasi, dimana
kelompok usia ini adalah mereka yang terlibat aktif dalam lapangan pekerjaan. Mereka
pada umumnya telah menyelesaikan pendidikan tinggi maupun sudah berumah tangga.
Kondisi seperti ini tentunya harus menjadi perhatian pemerintah dalam mengambil
langkah-langkah kebijakan di bidang kependudukan utamanya ketersediaan lapangan
pekerjaan. Sehingga diharapkan bisa menjadi penggerak roda perekonomian, bukan
malah sebaliknya menjadi beban pembangunan.`
Jika dilihat dari komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kota Semarang
data BPS Kota Semarang 2009 menyebutkan, maka secara berturut-turut adalah buruh
industri (24,76%), PNS/ABRI (14,11%), lainnya (12,24%) pedagang (11,92%), buruh
bangunan (1,80%), pengusaha(8,52%), pensiunan (5,33%), petani (4,27%), angkutan
(3,60%), buruh tani (3,05%), dan nelayan (0,40%). Hal ini menggambarkan bahwa
aktivitas penduduk Kota Semarang bergerak pada sector perdagangan dan jasa.Secara
lebih rinci mengenai angka kasar mata pencaharian penduduk Kota Semarang, dapat
dilihat dalam tabel di bawah ini
Tabel Komposisi Penduduk

BACK
D. Piramida Penduduk Kota Semarang

BACK
E. TINGKAT KELAHIRAN
Kelahiran / natalitas adalah kemampuan pada seorang wanita
untuk melahirkan, yang tercermin dalam jumlah bayi yang
dilahirkan . Kelahiran bayi dapat dibedakan menjadi lahir
hidup apabila sewaktu lahir mempunyai tanda-tanda
kehidupan dan lahir mati apabila bayi sewaktu lahir tidak
menunjukkan tanda-tanda kehidupan . Penentuan tingkat
kelahiran bayi dengan tidak membedakan golongan dan umur
disebut sebagai angka kelahiran kasar (CBR). CBR dapat
dirumuskan sebagai berikut :
BACK
F. TINGKAT KEMATIAN
Gambaran perkembangan derajat kesehatan
masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian
(mortalitas) dalam masyarakat dari waktu ke
waktu dan tempat tertentu. Di samping itu,
kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai
indikator dalam penilaian keberhasilan
pelayanan kesehatan dan program
pembangunan kesehatan lainnya.
1. Angka Kematian Bayi(AKB)
Angka Kematian Bayi di Kabupaten Semarang tahun 2014
mengalami penurunan dibanding tahun 2013 yaitu 13,44 per
1.000 KH (169 kasus) menjadi 10,90 per 1.000 KH (142 kasus) di
tahun 2014. Penyebab terbesar AKB adalah BBLR (40,14 %),
Asfiksia (20,83 %), dan sisanya (39,03 %) adalah karena infeksi,
kelainan congenital, aspirasi dan lain-lain. Penurunan AKB yang
signifikan antara lain karena telah dilakukannya upaya
penanganan BBLR dan Asfiksia serta dilaksanakannya Pelatihan
Tata Laksana Neonatal bagi Dokter dan Bidan. Dalam kaitannya
dengan penanganan BBLR, maka telah dilakukan upaya
pencegahan secara dini dengan pemberian tablet penambah
darah bagi remaja putri (siswi SMA), sehingga dapat
mempersiapkan ibu hamil yang sehat di masa yang akan datang.
2. Angka Kematian Balita (AKABA)
Angka Kematian Balita (12-59 bulan) di Kabupaten Semarang pada
tahun 2014 sebesar 10,90 per 1.000 KH (9 kasus). Bila dibandingkan
dengan AKABA tahun 2013 yang sebesar 13,44 per 1.000 KH (29
kasus) dapat dilihat terjadinya penurunan yang cukup signifikan.
Menurunnya penyebab kematian akibat penyakit infeksi serta
meningkatnya pelayanan kesehatan pada balita sakit melalui MTBS
merupakan faktor yang mempengaruhi penurunan AKABA di
Kabupaten Semarang tahun 2014
3. Angka Kematian Ibu
Pada tahun 2014, Angka Kematian Ibu di Kabupaten Semarang mengalami
peningkatan yang cukup tinggi. Bila di tahun 2013 AKI sebesar 120,22 per 100.000
KH (17 kasus), maka di tahun 2014 menjadi 144,31 per 100.000 KH (20 kasus). Ada
beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya AKI di Kabupaten Semarang
tahun 2014, antara lain adalah terjadinya perdarahan serta meningkatnya penyakit
penyerta dalam kehamilan. Selain sebab diatas, masih ada beberapa penyebab lain
diluar ibu hamil yang berpengaruh sangat besar terhadap peningkatan AKI di tahun
2014. Masih kurangnya peran serta masyarakat dalam pengawasan terhadapibu
hamil beresiko tinggi dankurangnya pemahaman tentang resiko kehamilan dengan
penyakit penyerta merupakan permasalahan terbesar yang menjadi penyebab
tingginya Angka Kematian Ibu. Disamping itu, masih kurangnya kompetensi tenaga
kesehatan yang terkait dalam penatalaksanaan ibu hamil resti dan penyakit
penyerta lainnya juga menjadi faktor yang mempengaruhi tingginya AKI di
Kabupaten Semarang tahun 2014.
•   BACK
G. HARAPAN HIDUP
Dalam data Badan Pusat Statistik (BPS), Angka Harapan Hidup
(AHH) Kota Semarang pada tahun 2017 adalah sebesar 77,21
tahun, dan capaian tersebut menjadi tertinggi di Indonesia.
Tingginya Angka Harapan Hidup Kota Semarang tersebut juga
menjadi kontribusi terbesar penyumbang capaian Angka Harapan
Hidup Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2017 yang tercatat
sebesar 74,08 tahun, serta Angka Harapan Hidup Indonesia
dengan capaian sebesar 71,06 tahun.
Raihan tinggi kota yang dinobatkan sebagai 'Kota Paling Tangguh
Di Dunia' pada tahun 2016 dalam ajang 100 Resilient Cities
tersebut dihasilkan oleh berbagai program layanan kesehatan
gratis yang diberikan Pemerintah Kota Semarang, di bawah
kepemimpinan Hendrar Prihadi
BACK
H. PROYEKSI PENDUDUK
Proyeksi penduduk adalah perhitungan jumlah penduduk di
masa yang akan datang berdasarkan asumsi perkembangan
kelahiran, kematian dan migrasi. Di Indonesia data
penduduk yang dipakai dan dipercaya untuk keperluan
proyeksi berasal dari sensus penduduk yang
diselenggarakan pada tahun yang berakhir "0" dan survey
antar sensus yang berakhir "5". Proyeksi ini digunakan
untuk kepentingan pembangunan seperti perencanaan
jangka pendek, menengah dan panjang. Perencanaan
pembangunan tersebut dapat berupa fasilitas pendidikan,
kesehatan, perumahan, lapangan kerja dan lainnya.

BACK
BACK

I. MIGRASI
 
• Kota semarang terjadi kecenderungan urbanisasi dengan pola
menyebar yang ditandai pertumbuhan penduduk perkotaan yang
tinggi yang berasal dari kabupaten-kabupaten di sekitar kota
semarang. Ada beberapa dampak yang ditimbulkan akibat adanya
urbanisasi ini yaitu diantaranya adalah kerusakan lingkungan,
kemacetan lalu-lintas dan tingginya angka kejahatan.
• Arus migrasi masuk ke Kota Semarnag dilihat dari kelompok umur 25-
29 sampai 35-39 baik laki-laki maupun perempuan telah terjadi
kenaikan yang cukup tajam. Tahun 1997, kelompok umur 25-29 jumlah
penduduk laki-laki sekitar 56.409 dan penduduk perempuan 57.827,
sepuluh tahun kemudian atau tahun 2007, jumlahnya melonjak tajam,
yakni masing-masing 78.093 untuk laki-laki dan 77.228 untuk
perempuan. Sebagian besar bekerja disektor informal atau jasa
sebesar 81,9%. Dan hanya 18,09 % yang bekerja di sektor industri.

Anda mungkin juga menyukai