Anda di halaman 1dari 11

Kelompok 4

Asuhan Kebidanan Pada Kasus


Perdarahan Hamil Lanjut
Dengan Kasus Pre Eklampsia
Mata kuliah :
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal & Basic Life Support
Pre-Eklampsia
Pre-eklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan di atas 20 minggu
yang ditandai dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap
adanya inflamasi spesifik dengan aktivasi endotel dan koagulasi.
 
Pada pre-eklampsia ringan ditandai adanya peningkatan tekanan darah ≥ 140/90
mmHg dan Proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1+ dipstik sedangkan pada pre-
eklampsia berat tekanan darah ibu > 160/110 mmHg dan Proteinuria 500 gr/24
jam atau ≥ 2+ dalam pemeriksaan kualitatif, edema, pandangan kabur, nyeri di
epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya
kapsula glisson), sianosis, adanya pertumbuhan janin yang terhambat. Keadaan
ini harus dicegah agar tidak sampai pada kondisi eklampsia.
Pengkajian Data Subyektif Dan Obyektif
Data Subjektif :
Identitas : Ny. C. N umur 39 tahun pendidikan SMA Pekerjaan Ibu Rumah Tangga, alamat Kalasey I Lingkungan IV, Nama Suami Tn. Y. N
umur 46 tahun pendidikan SMA, pekerjaan Swasta. Anamnesa tanggal 22 Agustus 2021, Pukul 18.10 wita, alasan utama masuk kamar
bersalin Sakit kepala sejak tiga hari yang lalu, pusing, oedema pada bagian ekstremitas bawah sejak 1 hari yang lalu. Riwayat kehamilan,
persalinan, dan nifas yang lalu Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan yang ketiga, anak pertama lahir Spontan di Puskesmas di tolong
bidan tahun 1998, berat lahir 2800 gr panjang badan 46 cm keadaan anak sekarang baik umur 14 tahun. Anak ke dua lahir Spontan di
Puskesmas berat lahir 3100 gr panjang badan 48 cm keadaan anak sekarang baik umur 4 tahun. Riwayat kehamilan sekarang Hari pertama
haid terakhir 21-12-2020, Taksiran persalinan 28-09-2021, ANC 5x di Dokter Swasta. Keluhan-keluhan Trimester I mual, muntah, Trimester
II pusing, Trimester III pusing, bengkakpada ekstremitas bawah, Imunisasi TT1 13-03- 2020, TT2 10-04-2020. Pergerakan janin pertama
kali dirasakan oleh ibu pada usia kehamilan 5 bulan (20 minggu), Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : dirasakan kuat oleh ibu (>20x
dalam sehari), Aktivitas sehari-hari Istirahat siang tidur siang pukul 13.00-14.00 ( ± 1 jam),malam tidur malam pukul 21.00 ( ± 8-9 jam),
Pekerjaan ibu rutin mengerjakan pekerjaan rumah tangga, pola Seksualitas Trimester pertama tidak pernah melakukan hubungan seksual,
Trimester ke dua hubungan seksual 2 kali seminggu dan Trimester ketiga hubungan seksual 1x seminggu. Pola eliminasi (BAK) 5-6 x/hari,
warna kuning keruh, BAB 2 kali sehari konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan. Riwayat penyakit sistemik yang pernah di derita :ibu
mengatakan tidak pernah menderita penyakit sistemik seperti penyakit jantung, ginjal, asma, TBC paru, hepatitis, dan hipertensi. Riwayat
penyakit keluarga dan keturunan ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit keluarga dan keturunan seperti penyakit jantung,
hipertensi, diabetes mellitus dan gemelli. Riwayat KB sudah 3 tahun memakai Pil. Riwayat sosial ekonomi dan Psikologi Status perkawinan
Sah Kawin : 1 Kali Lama nikah 14 Tahun Menikah pertama pada umur 26 Tahun. Kehamilan ini direncanakan, Perasaan ibu dan keluarga
terhadap kehamilan Senang. Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah Suami dan Istri . Tempat dan petugas yang diinginkan untuk
persalinan adalah Dokter
Data Obyektif :
Keadaan umum Kesadaran kompos mentis Tanda-tanda vital Tekanan darah 170/110 mmHg, Nadi 88 x/menit, Suhu badan 36,50 C,
Respirasi 24 x/menit, Pengukuran tinggi badan dan berat badan, Berat badan 78 Kg, Tinggi badan 154 cm, LILA 34 cm. Pemeriksaan
Fisik Inspeksi Postur tubuh Kepala Rambut Warna hitam, panjang dan sedikit ikal, tidak rontok, kulit kepala tidak ada ketombe, bersih,
tidak ada benjolan. Muka terdapat Cloasma dan Oedema Tidak ada Mata Simetris, Polip Tidak ada, Konjungtiva Tidak anemis, Sclera
Tidak Ikterus, Hidung Simetris Polip Tidak ada, Gigi dan mulut Bibir basah, lidah merah, gusi bersih, gigi tidak ada caries. Leher Tidak
ada pembesaran kelenjar Tyroid. Payudara Bentuk simetris Payudara simetris, Keadaan puting susu Menonjol, Areola mamae Ada
Hiperpigmentasi. Colostrum ada dan sudah keluar. Abdomen Pembesaran perut sesuai usia Kehamilan, Linea Nigra Bekas luka/operasi
tidak ada. Varises Tidak ada. Oedema Tidak ada, Pembesaran kelenjar bartolini Tidak ada, Pengeluaran pervagina Ada lendir, berwarna
putih kental, tidak berbau. Bekas luka/jahitan perineum tidak ada. Anus tidak ada hemoroid, bersih, tangan dan kaki Simetris, : Simetris
kiri dan kanan, Oedema pada tungkai bawah: Ada kiri dan kanan Varices Tidak ada Pergerakan Normal, Palpasi Payudara Simetris, ada
pembesaran payudara Colostrum ada. Benjolan Tidak ada. Abdomen Tinggi Fundus Uteri: 31 cm Leopold I Tinggi Fundus uteri 31 cm (3
jari bawah procesus xypoideus). Leopold II Bagian perut kanan perut ibu teraba keras, rata seperti papan, bagian kiri perut ibu teraba
bagian kecil dan tidak rata. Leopold III Bagian terendah janin teraba melenting dan keras tidak dapat digoyang letak kepala. Leopold IV
Bagian terendah janin sudah masuk pintu atas panggul (PAP) jari – jari penolong dapat bertemu (convergen). Taksiran berat janin: 2926
gram. Perhitungan menurut Donald Tinggi fundus uteri(dalam cm)-12 x 154. Kontraksi Kadang – kadang, belum teratur. Auskultasi
Denyut Jantung Janin (DJJ)Terdengar disebelah kanan,Frekuensi 11-12-12 140 x/menit, teratur/tidak, Perkusi Refleks patella kanan dan
kiri positif Pemeriksaan dalam dilakukan oleh Dokter Pukul : 19.20 Wita, Dinding Vagina normal Portio Lunak, Pembukaan servik
Belum ada Pembukaan, Ketuban Utuh, Presentasi Fetus Kepala Posisi Letak belakang kepala, Penurunan bagian terendah HI,
Pemeriksaan Penunjang Tanggal 22 Juni 2021 Urine Proteinuria +++, Hb 10,6 gr%.
Prognosis :
1. Risiko rekurensi 20% akan mengalami hipertensi
dan 16% akan mengalami PE berulang pada
kehamilan berikutnya. Wanita dengan Riwayat PE
tipe dini memiliki resiko rekurensi paling besar (25-
65%).
2. Risiko kompilkasi obstetric : Wanita dengan PE
Diagnosa : memiliki resiko komplikasi gangguan pertumbuhan
G3 P2 A0, Ny. C. N, 39 Tahun, janin, kelahiran preterm, solusio plasenta, dan
Hamil 34 - 35 minggu, janin kematian janin dalam rahim.
intrauterin tunggal hidup, letak 3. Jangka Panjang : Wanita yang pernah mengalami PE
memiliki resiko tinggi penyakit CV di masa
kepala V puka dengan Preeklamsia mendatang (hipertensi, jantung iskemik, stroke,
Berat. thromboemboli vena) (Norwitz ER, Repke JT,
2015).

Masalah :
Tekanan darah meningkat, takut dan cemas menghadapi
kehamilannya
Penanganan Awal :
Penatalaksanaan PE tergantung dari usia gestasi dan tingkat keparahan penyakit. Persalinan/terminasi adalah satu-
satunya terapi definitif untuk PE.
Tujuan : agar kondisi ibu yang aman dan persalinan bayi yang sehat. Pada pasien bukan PE berat, dilakukan induksi
setelah usia gestasi 37 minggu. Sebelumnya, dilakukan pemberian kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru
janin. Pada PE berat, induksi dipertimbangkan setelah usia gestasi >34 minggu. Pada kondisi seperti ini, ibu lebih
dipertimbangkan dari risiko prematuritas bayi. Pada situasi gawat darurat, pengontrolan terhadap tekanan darah dan
kejang harus menjadi prioritas.

Perawatan Pre-Rumah Sakit


• Pemberian oksigen via face mask
• Pemasangan akses intravena
• Monitor jantung
• Transportasi pasien dengan posisi miring kiri
• Kewaspadaan terhadap kejang
Tatalaksana bukan PE berat dapat dilakukan dengan cara berobat jalan, dengan observas ketat. Anjurkan untuk
melakukan tirah baring dengan posisi miring kiri ketika pasien sedang tidur guna menghilangkan tekanan rahim pada
vena kava inferior sehingga meningkatkan aliran darah ke jantung. Selain pemantauan tekanan darah dan protein urin
secara berkala, pemeriksaan nostress test (NST dengan menggunakan CTG cardiotocography) direkomendasikan untuk
dilakukan dua kali seminggu sampai persalinan.
Induksi Persalinan 
Pada preeklampsia tanpa tanda-tanda severitas (bukan PE berat) dengan kehamilan preterm (<37 minggu),
jika tekanan darah mencapai normotensif selama perawatan, persalinan ditunggu hingga aterm. Namun pada
kehamilan aterm (>37 minggu), persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan
untuk dilakukan induksi persalinan pada taksiran tanggal persalinan. Sementara pada pasien dengan
preeklampsia berat, persalinan/terminasi dipertimbangkan saat usia gestasi sudah lebih dari 34 minggu.
Namun, selain pertimbangan usia gestasi, terminasi kehamilan juga dilakukan jika terdapat kondisi sebagai
berikut:
1. Pada ibu :
1. Kejang (eklampsia)
2. Solusio plasenta
3. Ketuban pecah dini
4. Sindrom HELLP (Hemolisis, Elevated liver enzymes, Low platelet count)
5. Perburukan kondisi klinis memburuk
2. Pada janin :
• Adanya tanda-tanda gawat janin
• IUGR (Intrauterine growth retardation)
• Oligohidramnion
Pada preeklampsia berat, persalinan/terminasi harus terjadi dalam 24 jam. Sedangkan pada eklampsia,
persalinan/terminasi harus terjadi dalam 6 jam sejak kejang timbul.
Kebijakan dan Prinsip Dasar
Kebijakan rujukan kasus pre-eklampsia dari faskes primer ke Rumah Sakit
harus sesuai dengan prinsip rujukan yang diatur dalam PMK no 1 tahun 2012
pasal 9, tentang sistem rujukan. Pasal tersebut mengatakan bahwa faskes dapat
melakukan rujukan vertikal apabila pasien membutuhkan pelayanan kesehatan
spesialistik atau sub spesialistik dan perujuk tidak dapat memberikan
pelayanan kesehatan sesuai dengankebutuhan pasien karena keterbatasan
fasilitas, peralatan dan/atauketenagaan, tidak berdasarkan indikasi sosial.
Rujukan ulangan juga dapat diberikan kembali apabila terapi oleh dokter
spesialis di rumah sakit belum selesai.
 
Fasilitas kesehatan primer harus dapat menangani tatalaksana awalkasus Pre
Eklampsia Berat, sedangkan untuk kasus pre-eklampsia ringan dapat ditangani
secara mandiri sepanjang tidak terdapat salah satu gejala pre-eklampsia berat.
Kriteria Rujukan
Kondisi dan Gejala Pengobatan Kriteria Rujukan

Hipertensi Gestasional Obat antihipertensi diberikan apabila tekanan RUJUKAN


- TD ≥ 140/90 mmHg darah sistolik ≥ 160 mmHg atau diastole ≥ Tidak diperlukan sepanjang pasien tidak
- tanpa proteinuria 110mmHg memiliki salah satu gejala dari PEB

Pre Eklampsia Ringan Pantau keadaan klinis ibu tiap kunjungan RUJUKAN
- TD ≥ 140/90 mmHg antenatal, TD, BB, TB, IMT, ukuran uterus
- Proteinuria ≥ 300 mg/24 jam dangerakan janin. Banyak istirahat, susu & buah Tidak diperlukan sepanjang pasien tidak
atau ≥ 1+ dipstik) - Metildopa 250-500 mg 2/3 kali perhari, max memiliki salah satu gejala dari Pre-
3g/hari Eklampsia Berat
- Nifedipin 10 mg diulang 15-30 menit, max 30
mg

Pre Eklampsia Berat Pemberian MgSO4 dosis awal dgn cara ambil 4 RUJUKAN
- TD > 160/110 mmHg - mg MgSO4(10 ml MgSO440%) dan larutkan
Proteinuria 500 gr/24 jam atau ≥ dalam 10 ml aquades. Berikan secara perlahan IV Segera, dengan tujuan rumah sakit yang
2+ dipstik selama 20 menit. Jika akses IV sulit berikan memiliki dokter spesialis obstetri dan
- Edema, pandangan kabur, masing-masing 5 mg MgSO4 (12,5 ml larutan ginekologi setelah dilakukan tatalaksana
nyeri di epigastrium atau nyeri MgSO4 40%) IM di bokong kiri dan kanan. Pre-eklampsia berat
pada kuadran kanan atas
abdomen, sianosis, adanya
pertumbuhan janin yang
terhambat
Tata Cara Pelaksanaan Rujukan Kasus PEB
Sebelum dirujuk pada fasilitas kesehatan lain, maka pasien haruslah memenuhi kriteria untuk dirujuk seperti Tekanan
darah yang tinggi, Proteinuria 500 gr/24 jam atau ≥ 2+ dipstik maupun Edema, pandangan kabur, nyeri di
epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen, sianosis, adanya pertumbuhan janin yang terhambat.
Setelah kriteria terpenuhi maka petugas kesehatan di fasilitas primer harus mengisi formulir administrasi rujukan
sebanyak 2 rangkap yang berisi :

1) Identitas jelas pasien beserta jaminan kesehatan yang digunakan serta tanggal rujukan
2) Mencantumkan Nama Rumah Sakit tujuan dan poliklinik yang dituju.
Rumah sakit tujuan untuk pasien PEB haruslah rumah sakit yang memiliki dokter spesialis kandungan dan
anak serta memiliki layanan operasi caessar darurat serta ruang NICU sehingga pasien yang tiba-tiba
membutuhkan pertolongan dapat segera tertangani baik ibu maupun bayinya.
 
Apabila kasus PEB ini ditemukan pada saat jam poliklinik (Hari dan pada Jam kerja) dan stabil maka pasien dirujuk ke
poliklinik kebidanan, namun apabila ditemukan saat diluar jam kerja atau dalam kondisi tidak stabil maka pasien
segera dirujuk ke UGD RS yang bersangkutan.
 
3) Hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang yang sudah dilakukan
4) Mencantumkan tindakan serta terapi sementara yang telah diberikan
5) Mencantumkan tanda tangan dokter yang merujuk
 
Pasien tidak perlu didampingi oleh tenaga medis apabila dirujuk ke poliklinik dengan kondisi stabil, namun kondisi pasien
PEB ini tidak stabil, maka pasien wajib didampingi oleh tenaga medis dengan ambulan transport yang memadai,
setelah sebelumnya dokter menghubungi pihak rumah sakit tujuan, untuk dipastikan pasien tersebut mendapatkan
kamar.
Terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai