Anda di halaman 1dari 28

HUBUNGAN STRUKTUR

GOLONGAN OBAT
ANESTETIKA
NAMA KELOMPOK 6
1. DIAH YUNIANTI
2. DIAN NADHIFA
3. MIFTAH DAYANTI
4. ROSA PARAMITA
ANESTETIKA

• Obat-obat golongan anestetika umumnya digunakan dalam pembedahan/operasi. Penggunaannya dimaksudkan untuk mencapai
keadaan pingsan, merintangi rangsangan nyeri (analgesia), memblokir reaksi refleks terhadap manipulasi pembedahan serta
menimbulkan pelemasan otot (relaksasi).

• Berdasarkan jenis terapinya anestetika digolongkan ke dalam anestetika umum dan anestetika lokal (setempat).
AN PENGGOLONGAN ANESTETIKA
BERDASARKAN JENIS TERAPINYA

A.1. ANESTETIKA 2. ANESTETIKA


UMUM LOKAL
ANESTETIKA UMUM

• Anestetika umum adalah obat yang dapat menimbulkan anesthesia atau narkosa, yakni suatu keadaan depresi umum di susunan
saraf pusat yang bersifat reversible, dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan, sehingga agak mirip keadaan pingsan.

• Anestetika umum dapat menekan SSP secara bertahap, yakni :

a. Analgesia : kesadaran berkurang, rasa nyeri hilang dan terjadi euphoria (rasa nyaman)yang disertai impian yang mirip
halusinasi.

b. Eksitasi : kesadaran hilang dan timbul kegelisahan, hingga tahap ini disebut juga taraf induksi.

c. Anesthesia : pernapasan menjadi dangkal dan teratur, seperti pada keadaan tidur (pernapasan perut), gerakan mata dan
reflex mata hilang, sedangkan otot menjadi lemas.

d. Kelumpuhan sumsum tulang : kegiatan jantung dan pernapasan terhenti, tahap ini sedapat mungkin dihindari.
PENGGOLONGAN ANESTETIKA UMUM

A) Anestetika Inhalasi

• Anestetik inhalasi yang umum digunakan saat ini adalah dinitrogen oksida (N 2O), halotan,
isofluran, desfluran, dan sevofluran.

• Anestetika umum tidak memiliki gugus farmakofor (posisi geometrik tiga dimensi dari
gugus-gugus yang terdapat di dalam suatu obat yang membentuk suatu pola yang
unik yang dapat dikenali oleh reseptor secara spesifik) meski demikian struktur
kimianya memiliki hubungan dengan aktivitas dari molekul obat
HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS ANESTETIKA INHALASI :

a. Alkana/Sikloalkana

• Potensi anestetik alkana, sikloalkana dan hidrokarbon aromatik meningkat berbanding lurus dengan jumlah
atom karbon dalam strukturnya hingga batas tertentu.

• Pada n-alkana batas tersebut adalah 10, dimana n-dekana memiliki potensi anestetik yang minimal. Pada
sikloalkana, batasannya adalah delapan (8) dimana sikloalkaana tidak menunjukkan adanya potensi anestetik
pada tikus.

• Berkurangnya aktivitas anestetik hingga batas atom karbon tertentu bisa saja disebabkan oleh sulitnya mencapai
organ target (karena berkurangnya tekanan penguapan atau sukar larut dalam darah) atau ketidakmampuan
terikat pada tempat kerja (site of action).
STRUKTUR KIMIA ANESTETIKA INHALASI
Sikloalkana dengan jumlah atom C yang sama banyak dengan n-alkana memiliki
aktivitas anestetik yang lebih besar dibanding hidrokarbon rantai lurus, Karena memiliki nilai MAC (Minimum Aveolar
Concentration) yang lebih kecil. Semakin kecil nilai MAC semakin besar aktivitas anestetiknya.

MAC (Minimum Aveolar Concentration) : kadar minimal zat tersebut dalam alveolus pada tekanan satu atmosfir yang diperlukan

untuk mencegah gerakan pada 50 % pasien yang dilakukan insisi standar . 


b. Alkanol

• Meningkatnya jumlah rantai karbon pada alkanol, dimana alkanol dengan jumlah atom karbon
yang sama dengan alkana memiliki aktivitas yang lebih baik
c. Efek Halogenasi/Eter Terhalogenasi
- Eter dan siklopropan merupakan anestetika inhalasi pertama dan senyawa ini menyebabkan laryngospasm, juga bersifat
eksplosif dan mudah terbakar sehingga butuh penanganan khusus.

- Menghalogenasi eter akan mengurangi sifat mudah terbakar, meningkatkan stabilitas dan aktivitas anestetiknya.

- Halogen dengan massa atom yang lebih besar akan meningkatkan potensi lebih baik dibandingkan halogen massa atom
kecil.

- Contohnya mengganti florin(F2) pada desfluran (CF2HOCFHCF3) dengan klorin (Cl2) menjadi isoflurane, sehingga akan
meningkatkan aktivitas lebih dari 4 kali aktivitas desfluran.

-Menggantikan Cl2 dengan Br2 akan meningkatkan aktivitas 3 kali lipat dari sebelumnya
D. Efek ikatan jenuh (saturasi)

• Reaksi eliminasi/Penambahan ikatan rangkap dua atau ikatan rangkap tiga pada molekul anestetika yang
memiliki enam atom C atau kurang, akan meningkatkan aktivitas anestetik. Contoh anestetika ikatan jenuh :

i. Dinitrogen oksida (N2O)


N2O akan berwujud gas (suhu ruang), cairan (wadah silinder metal bertekanan).

N2O oksida merupakan anestetika disosiatif dan menyebabkan euphoria ringan dan halusinasi.
Potensinya yang rendah (MAC=104%), sehingga tidak dapat digunakan secara tunggal.

N2O dapat menonaktifkan enzim methionine synthase, yakni suatu enzim yang penting dalam sintesa DNA
(tidak cocok untuk ibu hamil dan pasien defisiensi vitamin B12). N2O merupakan anestetika yang populer
digunakan oleh dokter gigi dan umumnya disebut gas ketawa.
ii. Halotan
- Halotan merupakan etana terhalogenasi (F, Cl dan Br) yang berbentuk cairan, tidak mudah terbakar, tidak
berbau tajam dan mudah menguap, mudah teroksidasi bila terpapar sinar matahari menjadi HCl, HBr, Cl -, Br-
dan fosgen (COCl2),.

- Halotan dapat meningkatkan denyut jantung, menyebabkan aritmia jantung, meningkatkan aliran darah otak
dan tekanan intracranial.

- Untuk mencegah oksidasi Halotan sebaiknya ditempatkan pada wadah botol coklat dengan menambahkan
timol 0,01% sebagai penstabil.

- Halotan memiliki potensi anestetika yang tinggi (MAC 0,75%),koefisien partisi darah : gas adalah 2,4.
iii. Metoksifluran
• Berbentuk cairan yang mudah menguap (bp=105oC), memiliki koefisien partisi darah : gas yang tinggi sehingga masa
induksi lama dan masa recovery (sadar kembali)
• Sekitar 75% obat termetabolisme menjadi dikloroasetat, difluorometoksiasetat, oksalat dan ion flourida
• Bersifat nefrotoksik (bersifat meracuni atau mengganggu fungsi ginjal), sehingga pada tahun 2000 izin edarnya telah
dicabut di AS dengan alasan keamanan.
iv. Enfluran
• Berbentuk cairan yang mudah menguap (bp=56,5oC), koefisien partisi darah: gas adalah 1,8 dan MAC 1,68%.
• Sekitar 2-8% obat ini termetabolisme utamanya menjadi kloroflorometil karbon.
• Dapat meningkatkan denyut jantung, menyebabkan aritmia jantung, meningkatkan aliran darah otak dan meningkatkan
tekanan intracranial, namun efeknya lebih ringan dibandingkan halotan.
• Dapat menyebabkan konvulsi (kejang) klonik-tonik bila digunakan pada konsentrasi tinggi
v. Isofluran
• Isofluran merupakan cairan yang mudah menguap (bp=48,5 oC), koefisien partisi darah: gas adalah 1,43,
MAC 1,15% serta memiliki kelarutan yang tinggi dalam lemak.
• Merupakan struktur isomer dari enflurane, Isofluran dapat mengiritasi pernafasan namun efeknya lebih
ringan dibandingkan desfluran.
• Sekitar 0,2% obat akan termetabolisme dan sisanya akan dikeluarkan lewat pernafasan tanpa diubah.
• Resiko hepatoksisitas dan nefrotoksisitasnya jauh lebih rendah dibandingkan metoksifluran.
• Belum ada laporan terjadinya kejang pada penggunaan isofluran.
vi. Desfluran
• Berbentuk cairan yang sangat mudah menguap (bp=22,8oC), tidak berwarna, koefisien partisi darah:gas
0,42 dan MAC 7,3%.
• Rendahnya koefisien partisi darah:gas menyebabkan waktu induksi yang lebih singkat begitupun dengan
masa recovery.
• Tidak dianjurkan untuk digunakan pada anak-anak karena meningkatkan insiden laringospasm (50%),
batuk (72%), dan meningkatnya sekresi (21%).
• Hanya sekitar 0,02% desfluran yang termetabolisme , dan sisanya dikeluarkan melalui urin.
• Desfluran melepaskan sedikit ion flour dan sangat sedikit asam trifloroasetat.
• Fakta ini sejalan dengan tidak adanya laporan desfluran menyebabkan kerusakan hati dan ginjal.
vii. Sevofluran
• Berbentuk cairan yang mudah menguap, tidak berbau tajam, tidak mudah terbakar, dan tidak mudah meledak
(bp=58,6oC). Koefisien partisi darah: gas 0,65 sedangkan koefisien partisi minyak : gas 50 dan MAC 2,1%.
• Sekitar 5-8% obat termetabolisme menjadi heksafloroisopropanol, CO 2, dan ion florida yang dapat menyebabkan
nefrotoksik.
• Telah dilaporkan menyebabkan epilepsy, kejang saat operasi khususnya pada anak-anak.
viii. Xenon
• Gas inert yang tidak mudah terbakar dan tidak mudah meledak, memiliki koefisien partisi darah:gas yang rendah (0,12)
sehingga onset dan recoverynya cepat, namun potensi anestetiknya lemah dengan nilai MAC 71%.
• Gas xenon ramah lingkungan /tidak menyebabkan kerusakan pada lapisan ozon, sehingga menempatkan xenon sebagai
anestetika yang menarik untuk dikembangkan.
B. ANESTETIKA INTRAVENA

a. Propofol

- Propofol merupakan injeksi hipnotik-sedatif yang digunakan untuk menginduksi anesthesia dan sedasi, memiliki onset yang cepat serta
masa recovery yang singkat.

- Agak sukar larut dalam air, sehingga diformulasi dalam emulsi tipe minyak dalam air.

- Tidak memiliki struktur kimia yang sama dengan anestetika inhalasi propofol juga merupakan modulator positif reseptor GABA A- (Asam γ-
aminobutirat) – (Neurotansmiter dan hormon otak) yang menghambat reaksi-reaksi dan tanggapan neurologis yang tidak menguntungkan

- Penghambat alami atau inhibitor dari GABA adalah Cl-,  Jika kadar Cl- dalam darah tidak terkendali, maka akan mengurangi kadar GABA
yang kemudian akan menghasilkan kecemasan yang berkepanjangan, ketakutan yang tidak rasional dan terlepasnya beberapa hormon otak
lain tanpa kendali.
b. Etomidat

• Etomidat terdistribusi dengan cepat setelah pemberian secara intravena ke seluruh tubuh, dan konsentrasi
pada jaringan biasanya sama atau melebihi konsentrasi plasma.

• Etomidat merupakan imidazol terkarboksilasi yang digunakan untuk menginduksi anesthesia umum.

• Kelarutan dalam lemak yang tinggi, sehingga obat dapat dengan mudah menembus sawar darah otak,
dimana konsentrasi tertinggi dalam otak tercapai hanya dalam 1 menit. Mekanisme kerja etomidat diduga
berasal dari modulasi positifreseptor GABAA.
c. Ketamin
• Ketamin merupakan obat yang beraksi cepat yang dapat digunakan untuk induksi anesthesia
baik digunakan secara tunggal maupun kombinasi dengan obat lainnya.

• Berbeda dengan anestetika umum lainnya, ketamin tidak beraksi pada reseptor GABA A.

• Ketamin beraksi sebagai antagonis non-kompetitif terhadap reseptor glutamay yakni N-methyl-
Daspartate (NMDA) yang terletak di otak.
ANESTETIKA LOKAL

• Anestetika lokal adalah obat yang menghasilkan keadaan anesthesia setempat dengan cara memblok
penghantaran saraf secara reversible.

• Merupakan hilangnya rasa atau fungsi gerak pada bagian tubuh tertentu, digunakan secara lokal pada
jaringan saraf dalam kadar yang cukup.

• Efeknya dihasilkan dari kemampuan memblok impuls saraf dari saraf aferen kulit, permukaan mukosa
dan otot ke sistem saraf pusat.
A. Sifat-sifat ideal yang diinginkan dari anestetika lokal yakni :

1. Tidak mengiritasi jaringan dan tidak menyebabkan kerusakan permanen

2. Toksisitas sistemik rendah

3. Efektif jika disuntikkan ke dalam jaringan atau digunakan secara setempat di kulit atau membran
mukosa.

4. Awal kerja anesthesia cepat dengan masa kerja yang pendek.


B. Hubungan Struktur Aktivitas Anestetika Lokal
• Struktur kimia dari kebanyakan anestetika lokal terdiri atas 3 bagian penting yaitu: cincin aromatik, rantai
antara (linker), dan gugus amin yang biasanya adalah tersier amin dengan pKa antara 7,5 – 9,0.
• Adanya keseimbangan antara bagian lipofilik dan hidrofilik dari molekul yang berakibat pada aktivitas
anestetik.
a) Cincin aromatik

• Cincin aromatik merupakan bagian lipofilik dari anestetika lokal yang membantu dalam
penetrasi ke dalam membran biologis.

• Adanya substituent pada cincin aromatik dapat meningkatkan sifat lipofilik dari cincin sehingga
meningkatkan aktivitas.

• Substituent lipofilik dapat meningkatkan kemampuan molekul untuk berpenetrasi ke dalam


membran saraf dan meningkatkan afinitasnya pada reseptor.
b) Rantai antara (linker)

• Rantai antara (linker) : ester atau gugus amida sepanjang rantai hidrofobik dengan panjang yang berbeda-
beda.

• Umumnya apabila jumlah atom karbon pada rantai antara meningkat, maka kelarutan dalam lemak, ikatan
protein, durasi dan toksisitas juga meningkat.

• Ester dan amida merupakan bioisosterik yang memiliki kemiripan dalam hal ukuran, bentuk dan struktur
elektroniknya, hal ini menandakan bahwa ester dan amida memiliki sifat ikatan yang sama dan biasanya
berbeda hanya pada stabilitasnya in vitro dan in vivo.

• Molekul yang memiliki rantai antara berupa amida lebih stabil dibandingkan dengan ester
c) Gugus Amin/Nitrogen

• Anestetika lokal umumnya mempunyai nitrogen tersier dengan pKa antara 7,5 dan 9,5.

• Pada pH fisiologis molekul akan berada pada bentuk kation dan bentuk netral.

• Pada pH fisiologis jumlah molekul anestetika yang terionisasi dan tidak terionisasi dapat dihitung dengan persamaan
Henderson-Hasselbalch :

“Teori hubungan struktur aktivitas anestetika terbaru menyatakan bahwa komponen anestetika yang terikat
pada reseptor anestetik dalam kanal natrium adalah bentuk terionisasi. Molekul berpenetrasi ke dalam
membrane sel dalam bentuk kation, di dalam sel molekul akan mengalami keadaan setimbang dan
terionisasi menjadi bentuk kation kembali. Bentuk terionisasi inilah yang kemudian terikat pada reseptor
anesthetic.”

Anda mungkin juga menyukai