BAB I PENDAHULUAN Stroke merupakan penyebab terbesar kecacatan fisik dan penyebab utama kematian di negara berkembang. Insidens stroke meningkat dengan bertambahnya usia, duapertiga penderita stroke berusia diatas 65 tahun, dan lebih banyak muncul pada laki-laki dibanding perempuan. Stroke dapat menyebabkan kehilangannya fungsi neurologis secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan aliran darah ke otak. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DEFINISI
Stoke iskemik merupakan kumpulan gejala defisit neurologis
akibat gangguan fungsi otak akut baik fokal maupun global yang mendadak, disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya aliran darah pada parenkim otak, retina atau medulla spinalis, yang dapat disebabkan oleh penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah arteri maupun vena, yang dibuktikan dengan pemeriksaan imaging dan/atau patologi.
Panduan Praktik Klinis Neurologi 2016
CIRCULUS WILLISY ANGKA KEJADIAN Insiden stroke atau angka kejadian stroke di seluruh dunia adalah 180 per 100.000 penduduk per tahun, atau • 15,9% (usia 45 – 55 tahun) hampir 0,2%. Sedangkan prevalensinya sekitar 500-600 per 100.000 penduduk, atau sekitar 0,5%. Data di Indonesia menunjukkan adanya • 26,8% usia 55 – 65 tahun peningkatan kasus stroke baik dalam kematian, kejadian maupun kecacatan. Angka kematian berdasarkan usia sebesar • 23,5% usia > 65 tahun
Buku Ajar Neurologi FK UI
ETIOLOGI 1. Trombosis serebri menunjukkan 2. Emboli serebri terjadi akibat oklusi oklusi trombotik arteri karotis atau arteria karotis atau vetebralis atau cabangnya, biasanya karena cabangnya oleh trombus atau arterosklerosis yang mendasari. Proses embolisasi materi lain dari sumber ini sering timbul selama tidur dan bisa proksimal, seperti bifurkasio arteri menyebabkan stroke mendadak dan karotis atau jantung. Emboli dari lengkap. Defisit neurologi bisa timbul bifurkasio karotis biasanya akibat progresif dalam beberapa jam atau perdarahan ke dalam plak atau ulserasi intermiten dalam beberapa jam atau di atasnya di sertai trombus yang hari. tumpang tindih atau pelepasan materi ateromatosa dari plak sendiri. Embolisme serebri sering di mulai mendadak, tanpa tanda-tanda disertai nyeri kepala berdenyut. Buku Ajar Neurologi FK UI FAKTOR RISIKO Yang tidak dapat di modifikasi Yang dapat di modifikasi Usia Riwayat Stroke Jenis Kelamin Hipertensi Heriditer Penyakit Jantung Rasa atau Etnik Diabetes Melitus TIA Hiperkolestrol Merokok
Buku Ajar Neurologi FK UI
KLASIFIKASI Stroke non hemoragik, yang mencakup: Berdasarkan subtype penyebab
TIA (Transient Ischemic Attack) Stroke Lakunar
Stroke in-evolution Stroke trombotik pembuluh Stroke trombotik besar Stroke embolik Stroke embolik Stroke akibat komperesi terhadap Stroke kriptogenik arteri oleh proses di luar arteri seperti tumor, abses, granuloma.
Buku Ajar Neurologi FK UI
PATOFISIOLOGI Sekitar 80% sampai 85% stroke adalah stroke iskemik, yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat disebabkan oleh bekuan (trombus) yang terbentuk di dalam suatu pembuluh otak atau pembuluh atau organ distal. Pada trombus vaskular distal, bekuan dapat terlepas, atau mungkin terbentuk di dalam suatu organ seperti jantung, dan kemudian dibawa melalui sistem aretri ke otak sebagai suatu embolus. Buku Ajar Neurologi FK UI MANIFESTASI KLINIK Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokalisasinya. Sebagian besar kasus terjadi secara mendadak, sangat cepat, dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit. Gejala utama stroke iskemik akibat trombosis serebri ialah timbulnya defisit neurologik secara mendadak/subakut, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tidak menurun. Biasanya terjadi pada usia lebih dari 50 tahun. Sedangkan stroke iskemik akibat emboli serebri didapatkan pada usia lebih muda, terjadi mendadak dan pada waktu beraktifitas. Kesadaran dapat menurun bila emboli cukup besar. Vaskularisasi otak dihubungkan oleh 2 sistem yaitu sistem karotis dan sistem vertebrobasilaris. Gangguan pada salah satu atau kedua sistem tersebut akan memberikan gejala klinis tertentu. Buku Ajar Neurologi FK UI DIAGNOSIS Anamnesis g. Gangguan Neurobehavioral yang meliputi : Gangguan global berupa gangguan kesadaran • Gangguan atensi Gangguan fokal yang muncul mendadak, dapat berupa: • Gangguan memory a. Kelumpuhan sesisi/kedua sisi, kelumpuhan • Gangguan bicara verbal satu extremitas, kelumpuhan otot-otot • Gangguan mengerti pembicaraan penggerak bola mata, kelumpuhan otot-otot untuk proses menelan, wicara dan sebagainya • Gangguan pengenalan ruang b. Gangguan fungsi keseimbangan • Gangguan fungsi kognitif lain c. Gangguan fungsi penghidu d. Gangguan fungsi penglihatan e. Gangguan fungsi pendengaran f. Gangguan fungsi Somatik Sensoris
DIAGNOSA BANDING 1. Stroke Hemoragik 2. Ensefalopati toksik/metabolik 3. Ensefalitis 4. Lesi struktural intrakranial (hematoma subdural, hematoma epidural, tumor otak) 5. Kelainan non neurologis / fungsional (contoh: kelainan jiwa) 6. Trauma kepala 7. Ensefalopati hipertensif 8. Migren hemiplegik 9. Abses otak 10. Sklerosis multipel. Guideline stroke PERDOSSI 2011 PENATALAKSANAAN Tatalaksana Umum : • Stabilisasi jalan nafas dan pernapasan • Stabilisasi hemodinamik (infus kristaloid) • Pengendalian tekanan intrakranial (manitol jika diperlukan) • Pengendalian kejang (terapi anti kejang jika diperlukan) • Analgetik dan antipiterik, jika diperlukan • Gastroprotektor, jika diperlukan • Manajemen nutrisi • Pencegahan DVT dan emboli paru : heparin atau LMWH
Panduan Praktik Klinis Neurologi 2016
PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan dalam keadaan khusus Hipertensi Pada pasien stroke iskemik akut, tekanan darah diturunkan sekitar 15% (sistolik maupun diastolic) dalam 24 jam pertama setelah awitan apabila tekanan darah sistolik (TDS) >220 mmHg atau tekanan darah diastolic (TDD) >120 mmHg. Pada pasien stroke iskemik akut yang akan diberi terapi trombolitik (rtPA), tekanan darah diturunkan hingga TDS <185 mmHg dan TDD <110 mmHg (AHA/ASA, Class I, Level of evidence B) Selanjutnya tekanan darah harus dipantau hingga TDS<180 mmHg dan TDD <105 mmHg selama 24 jam setelah pemberian rtPA. Obat antihipertensi yang digunakan labetalol, nitropaste, nitroprusid, nikardipin dan diltiazemintravena.
Guideline stroke PERDOSSI 2011
Penurunan tekanan darah pada stroke akut dapat dipertimbangkan hingga lebih rendah dari target di atas pada kondisi tertentu yang mengancam target organ lainnya, misalnya diseksi aorta, infark miokard akut, edema paru, gagal ginjal akut paru, gagal ginjal akut dan ensefalopati hipertensif. Target penurunan tersebut adalah 15- 25% pada jam pertama, dan TDS 160/90 pertama, dan TDS 160/90 mmHg dalam 6 jam pertama.
Guideline stroke PERDOSSI 2011
Hipotensi Hipotensi atrial pada stroke akut berhubungan dengan buruknya keluaran neurologis, terutama bila TDS <100 mmHg atau TDD <70 mmHg. Oleh karena itu hipotensi pada stroke akut harus diatasi dan dicari penyebabnya, terutama diseksi aorta, hypovolemia, perdarahan dan penurunan cardiac output karena iskemia miokardial atau aritmia. Penggunaan obat vasopressor dapat diberikan dalam bentuk infuse dan disesuaikan dengan efek samping yang akan ditimbulkan seperti takikardia. Obat- obat vasopressor yang dapat digunakan antara lain, fenilephrin, dopamine, dan norepinefrin. Pemberian obat-obat tersebut diawali dengan dosis kecil dan dipertahankan pada tekanan darah optimal, yaitu TDS berkisar 140 mmHg pada kondisi akut stroke.
Guideline stroke PERDOSSI 2011
Hiperglikemia Hiperglikemia terjadi pada hampir 60% pasien stroke akut nondiabetes. Hiperglikemia setelah stroke akut berhubungan dengan luasnya volume infark dan gangguan kortikal dan berhubungan dengan buruknya keluaran. Tidak banyak data penelitian yang menyebutkan bahwa dengan menurunkan kadar gula darah secara aktif akan memperbaiki keluaran. Salah satu penelitian yang terbesar adalah penurunan kadar gula darah dengan infus glukosa-insulin-kalium dibandingkan dengan infus salin standar yang menunjukkan tidak ditemukan perbaikan keluaran dan turunnya tingkat kematian pada pasien dengan berhasil diturunkan sarnpai tingkat ringan dan sedang (median 137 mg/dl). Hindari kadar gula darah melebihi 180 mg/dl, disarankan dengan infus salin dan menghindari larutan glukosa dalam 24 jam pertama setelah serangan stroke akan berperan dalam rnengendalikan kadar gula darah. Guideline stroke PERDOSSI 2011 1. Indikasi dan syarat-syarat pemberian 2. Kontrol gula darah selama fase akut stroke insulin Insulin reguler subkutan menurut skala Stroke hemoragik dan non hemoragik luncur. Sangat bervariasi dan harus dengan IDDM atau NIDDM disesuaikan dengan kebutuhan tiap penderita (tak disebutkan berapa jam sekali) (lihat tabel Bukan stroke lakunar dengan diabetes 1). Pada hiperglikemia refrakter dibutuhkan IV mellitus. insulin.
Guideline stroke PERDOSSI 2011
Protokol pemberian insulin intravena Guideline umum Pemilihan Algoritma 1. Sasaran kadar glukosa Algoritma 1: mulai untuk darah = 80-180 mg/dl (90- kebanyakan penderita 110 untuk intensive careunit ICU) Algoritma 2: untuk penderita yang tak dapat dikontrol 2. Standart drip insulin 100 dengan algoritma 1, atau untuk U/100 ml 0,9% NaCl via penderita dengan diabetes infus (IU/1ml). Infus yang menerima insulin > 80 insulin harus dihentikan U/hari sebagai outpatieant bila penderita makan dan menerima dosis pertama Algoritma 3: untuk penderita dari insulin subkutan yang tak dapat dikontrol dengan algoritma2. Algoritma 4: untuk penderita yang tak dapat dikontrol dengan algoritma3.
Guideline stroke PERDOSSI 2011
Memantau penderita Periksa gula darah kapiler tiap jam sampai pada sasaran glukosa ( glucose goal range) selama 4 jam kemudian diturunkan tiap 2 jam. Bila gula darah tetap stabil, infus insulin dapat dikurangi tiap 4 jam. Pemantauan tiap jam untuk penderita sakit kritis walaupun gula darah stabil. Catatan: 1. Seluruh pasien yang memerlukan infus insulin kontinu harus mendapatkan sumber glukosa secara kontinu baik melalui IV (D5W atau TPN) atau melalui asupanenteral. 2. Infus insulin dihentikan jika pasien harus meninggalkan ICU untuk tes diagnostik ataupun karena memang sudah selesai perawatan ICU. Guideline stroke PERDOSSI 2011 Peralihan dari insulin intravena kesubkutan. Untuk mencapai glukosa darah pada tingkat sasaran, berilah dosis short-acting atau rapid-acting insulin subkutan 1-2 jam sebelum menghentikan infus insulin intravena. Dosis insulin basal dan prandial harus disesuaikan dengan tiap kebutuhan penderita.
Guideline stroke PERDOSSI 2011
Hipoglikemia Hipoglikemia (< 50 mg/dl) mungkin akan memperlihatkan gejala mirip dengan stroke infark, dan dapat diatasi dengan pemberian bolus dekstrose atau infus glukosa 10-20% sampai kadar gula darah 80-110mg/dl. Hentikan insulin drip Berikan dextrose 50% dalam air (D50W) intravena Bila penderita sadar: 25 ml (1/2amp) Bila tak sadar: 50 ml (1amp) Periksa ulang gula darah tiap 20 menit dan beri ulang 25 ml D50W intravena bila gula darah <60mg/dl. Mulai lagi dengan insulin drip bila gula 2 kali > 70 mg/dl (periksa 2 kali). Mulai insulin drip dengan algoritma lebih rendah (movingdown).
Guideline stroke PERDOSSI 2011
PENATALAKSAAN Tatalaksana Spesifik • Trombolisis intravena : alteplase dosis 0.6-0.9 mg/kgBB, pada stroke iskemik onset <6 jam • Terapi endovascular : trombektomi mekanik, pada stroke iskemik dengan oklusi karotis interna atau pembuluh darah intrakranial, onset <8 jam • Manajemen hipertensi (Nicardipin, ARB, ACE-Inhibitor, Calcium Antagonist, Beta blocker, Diuretik) • Manajemen gula darah (insulin, anti diabetik oral) • Pencegahan stroke sekunder (antiplatelet :aspirin, clopidogrel, cilostazol atau antikoagulan : warfarin, dabigatran, rivaroxaban) • Neroprotektor (citicholin, piracetam, pentoxyfiline, DLBS 1033) • Perawatan di Unit Stroke • Neurorestorasi / Neurorehabilitasi
Panduan Praktik Klinis Neurologi 2016
Tindakan Intervensi/Operatif • Carotid Endartersctomy (CEA), sesuai indikasi • Carotid Artery Stenting (CAS), sesuai indikasi • Stenting pembuluh darah intracranial, sesuai indikasi
Panduan Praktik Klinis Neurologi 2016
PENCEGAHAN PENCEGAHAN PRIMER PENCEGAHAN SEKUNDER a. Menghindari: rokok, stress, alkohol, kegemukan, a. Obat-obatan, yang digunakan: asetosal (asam asetil salisilat) konsumsi garam berlebihan, obat-obatan golongan digunakan sebagai obat antiagregasi trombosit pilihan pertama amfetamin, kokain dan sejenisnya. dengan dosis berkisar antara 80-320 mg/hari, antikoagulan oral diberikan pada penderita dengan faktor resiko penyakit jantung b. Mengurangi: kolesterol dan lemak dalam makanan. (fibrilasi atrium, infark miokard akut, kelainan katup) dan kondisi koagulopati yang lain. c. Mengendalikan: Hipertensi, DM, penyakit jantung (misalnya fibrilasi atrium, infark miokard akut, penyakit b. Clopidogrel dengan dosis 1x75 mg. Merupakan pilihan obat antiagregasi trombosit kedua, diberikan bila pasien tidak tahan jantung reumatik), dan penyakit vascular aterosklerotik atau mempunyai kontra indikasi terhadap asetosal (aspirin). lainnya. c. Modifikasi gaya hidup dan faktor risiko stroke, misalnya d. Menganjurkan konsumsi gizi yang seimbang seperti, mengkonsumsi obat antihipertensi yang sesuai pada penderita makan banyak sayuran, buah-buahan, ikan terutama ikan hipertensi, mengkonsumsi obat hipoglikemik pada penderita salem dan tuna, minimalkan junk food dan beralih pada diabetes, diet rendah lemak dan mengkonsumsi obat makanan tradisional yang rendah lemak dan gula, serealia antidislipidemia pada penderita dislipidemia, berhenti merokok, dan susu rendah lemak serta dianjurkan berolah raga berhenti mengkonsumsi alkohol, hindari kelebihan berat badan secara teratur. dan kurang gerak.
Guideline stroke PERDOSSI 2011
PENCEGAHAN TERTIER Rehabilitasi Fisik Rehabilitasi Mental Rehabilitasi Sosial Edukasi • Penjelasan Sebelum MRS (rencana rawat, biaya, pengobatan, prosedur, masa dan tindakan pemulihan dan latihan, manajemen nyeri, risiko dan komplikasi) • Penjelasan mengenai stroke iskemik, risiko dan komplikasi selama perawatan • Penjelasan mengenai factor risiko dan pencegahan rekurensi • Penjelasan program pemulangan pasien (Discharge Planning) • Penjelasan mengenai gejala stroke, dan apa yang harus dilakukan sebelum dibawa ke RS
Panduan Praktik Klinis Neurologi 2016
PROGNOSIS Ad vitam : dubia adbonam Ad Sanationam : dubia adbonam Ad Fungsionam : dubia adbonam
Panduan Praktik Klinis Neurologi 2016
BAB III KESIMPULAN Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal atau global yang berkembang cepat ( dalam detik atau menit). Gejala ini berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian, berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena trauma maupun infeksi. Jika terbentuk trombus pada aliran darah cepat, dan trombus ini melewati permukan kasar seperti plaque arteria maka akan terbentuk white clot (gumpalan platelet dengan fibrin). Obat yang bermanfaat adalah aspirin untuk mengurangi agregasi platelet ditambah tiklodipin untuk mengurangi daya pelekatan dari fibrin. Bila kemudian hal ini diikuti oleh stenosis dan pelambatan aliran darah yang progresif, maka terapi adalah antikoagulan sampai penyebab dapat dihilangkan atau sampai buntu total dan aliran darah hanya dari kolateral saja baru antikoagulan dihentikan dan diganti dengan aspirin. TERIMA KASIH