MASYARAKAT SIMEULU
T.Denis Feronika (1910104010030)
RAFIKA ZHALILA (1910104010025)
RISA FITRI (1910104010096)
SYIFA SALSABILA (1910104010073)
MUHAMMAD ILHAM (1910104010059)
LAILA ANI SAFRIDA (1910104010019)
Latar Belakang
O Kabupaten Simeulue adalah salah satu kabupaten di Aceh, Indonesian Berada
kurang lebih 150 km dari lepas pantai barat Aceh, Kabupaten Simeulue berdiri
tegar di Samudera Indonesia Kabupaten Simeulue merupakan pemekaran
dari Kabupaten Aceh Barat sejak tahun 1999, dengan harapan pembangunan
semakin ditingkatkan di kawasan ini.
O Ibu kota Kabupaten Simeulue adalah Sinabang, kalau diucapkan dengan logat
daerah adalah Si navang yang berasal dari legenda Navang. Navang adalah si
pembuat garam masa dulu di daerah Babang (pintu masuk teluk Sinabang. Dulunya
Navang membuat garam dengan membendung air laut yang masuk ke pantai
Babang, kemudian dikeringkan lalu menjadilah garam. Garam Navang lambat laun
menjadi dikenal di sekitar Ujung Panarusan sampai ke Lugu. Jika penduduk
membutuhkan garam, maka mereka akan menuju si Navang, yang lambat laun
konsonan 'V' pada Navang berubah menjadi Nabang. Sementara Sibigo ibu kota
kecamatan Simeulue Barat berasal dari kata/kalimat CV dan Co karena masa-masa
penjajahan dulu, Sibigo adalah lokasi perusahaan pengolahan kayu Rasak - sejenis
kayu sangat keras setara dengan Jati - yang dikirim ke Belanda via laut.
penduduk
O Hampir seluruh penduduk kepulauan ini beragama Islam. Penduduk
kawasan ini juga berprofil seperti orang Cina, dengan kulit kuning
dan sipit dan mempunyai bahasa yang berbeda dengan Aceh daratan.
O Mata pencaharian utama mereka ialah bertani di ladang atau
berkebun. Tanaman utamanya ialah kelapa, kopi, cengkeh dan
sebagian ada juga yang bertanam padi di sawah atau ladang.
Sebagian lagi beternak kerbau, menjadi nelayan, pedagang kecil atau
pengumpul hasil hutan.
O Dalam pertanian ini mereka masih menggunakan peralatan
sederhana seperti cangkul, dikeh “guru”, parang, tuai “ani-ani”,
tembilang dan endok “lesung” untuk menumbuk padi. Begitu juga
dengan mata pencaharian lain, umumnya masih menggunakan
peralatan tradisional.
BAHASA
O Bahasa Simeulue
O Terdapat tiga bahasa utama yang dominan dalam pergaulan sehari-
hari yakni bahasa Devayan, bahasa Sigulai, dan bahasa Leukon.
Bahasa Devayan umumnya digunakan oleh penduduk yang
berdomisili di Kecamatan Simeulue Timur, Teupah Selatan, Teupah
Barat, Simeulue Tengah dan Teluk Dalam. Bahasa Sigulai umumnya
digunakan penduduk di Kecamatan Simeulue Barat, Alafan dan
Salang. Sedangkan bahasa Leukon digunakan khususnya oleh
penduduk Desa Langi dan Lafakha di Kecamatan Alafan. Selain itu
digunakan juga bahasa pengantar (lingua franca) yang digunakan
sebagai bahasa perantara sesama masyarakat yang berlainan bahasa
di Simeulue yaitu bahasa Jamu atau Jamee (tamu), awalnya dibawa
oleh para perantau niaga dari Minangkabau dan Mandailing.
Devayan Sigulai Indonesia
Enggel mon sao curito Longola amba curito Dengarlah sebuah cerita
Uwi lah da sesewan Nak daya feila la curitokan Begitulah mereka ceritakan
Fesang bakat ne mali Lentuk Bakat yu ekhi eba Disusul ombak yang besar sekali
Fano me singa tenggi Banuami yu ala wa Tempat kalian yang lebih tinggi
Ede smong kahanne Nak daya emong deini Itulah smong namanya
Angguk Rafa’I
Angguk Rafa’I merupakn salah satu Kesenian Tradisional Kabupaten
Simeulue. Tarian ini sering ditampilkan pada acara-acara tradisonal, karena isinya
syarat dengan nilai keagamaan yang mengagungkan kebesaran Allah SWT. Para
penari yang menggerakkan kepala, tangan dan badan secara bergantian, kadang
sambil memainkan rebana/gendang merupakn keunikan dari kesenian ini.
O Rafa’I Debus
biasanya ditampilkan bersamaan dengan angguk pada acara
pernikahan, penyambutan tamu atau acara resmi lainnya.
Diringi tabuhan rebana pelaku debus mempertontonkan
kekebalan anggota tubuh dalam menghadapi sayatan dan
tusukan benda tajam seperti pisau, parang, rantai, kayu atau
bamboo yang ditajamkan. Biasanya penampilan kesenian
ini dipimpin oleh seorang yang dipandang ahli, di Simeulue
disebut dengan Khalifah.
Tari andalas
berasal dari daerah Barus, Sumatera Utara. Tarian ini
ditampilkan pada acara resmi penyambutan tamu, acara
perkawinan dan acara tradisional lainnya.
Tari Sikambang atau buai
merupakan salah satu tarian yang membudaya di
Simeulue yang berasal dari daerah Singkil. Tarian ini sering
ditampilkan pada cara perkawinan, khitanan, turun anak dan
juga menerima tamu para tamu kehormatan. Tari Sikambang
dimainkan oleh dua orang laki-laki dan perempuan. Dalam
tarian ini, kedua pemain juga melantunkan syair-syair yang
berisi do’a/permintaan kepada Tuhan yang maha pengasih
yang dilantunkan dalam bentuk buain dengan harapan anak
yang dimaksud, apabila dalam keadaan sakit semoga cepat
sembuh dan manakala anak yang dibuai dalam kedaan sehat,
maka do’a dan harapan menjadi anak yang baik, anak yang
sholeh/sholeha, berguna bagi bangsa, Negara dan agama
serta menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua.
ADAT
O Di kabupaten simeulue adat ini sangat berperan dalam masyarakat,
terutatam di desa-desa bahkan ada pelanggaran atau kecelakaan
bahkan pertengkaran, perkelahian dapat di selesaikan melalui adat
sesuai dengan tangga-tangganya, misalnya :
O - Jika pelanggaran / masalah cukup menurut adat dengan 1 (satu)
sirih belingkar (batil sirih)
O - Dapat juga ditingkat dangan 1 (satu) buah sipulut atau nasi pulut
selengkapnya.
O - Hal-hal yang dianggap berat dengan 1 (satu) ekor kambing
bahkan 1 (satu) ekor kerbau.
O - Kalau pelanggaran sampai adanya darah yang tertumpah dalam
istilah "Setitik darah, Sekunca darah" dibarengi dengan kain putih
dan emas.
O dalam kehidupan kemasyarakatan baik perkawinan,
pertanian, dan kehidupan sosial lainnua peran adat sangat
menentukan antara lain :
O 1. Peminangan
O 2. Pernikahan
O 3. Peresmian Perkawinan
O 4. Sarah Papar
O 5. Sunat Rasul (Khitan)
O 6. Maulaulu
O 7. Turun ke sawah
O 8. Kenduri Blang
O 9. Mendo'a Padi (shalawat)
O 10. Kenduri Laut. dll
SOSIAL BUDAYA
O KEARIFAN SMONG
O Masyarakat Simeulue menyampaikan peringatan tradisional tsunami
melalui ‘tutur’ secara turun temurun dari generasi ke generasi melalui
cerita, nanga-nanga, sikambang dan nandong (seni tradisional
Simeulue berupa dendang). Smong (nama lain dari tsunami dalam
bahasa Simeulue), adalah sebuah bentuk pemahaman budaya yang
telah mengalami proses pengendapan berpuluh tahun dalam memori
kolektif masyarakat Pulau Simeulue. Karena telah menjadi memori
kolektif maka smong telah menjadi bagian dari jati diri masyarakat
Simeulue. Potongan syair tentang itu dapat ditemukan pada
senandung pengantar tidur anak-anak di Pulau Simeulue.
O 24 Desember 2004
O Gugusan Kepulauan Simeulue yang terdiri beberapa pulau besar dan
kecil (± 40 buah) berada tepat di atas persimpangan tiga palung
laut terbesar dunia, yakni pada pertemuan lempeng
Asiadengan lempeng Australia dan lempeng Samudera Hindia.
Sehingga pada saat terjadinya gempa bumi dan tsunami tanggal 26
Desember 2004 yang ber-episentrum di ujung barat Pulau Simeulue,
pulau ini mengalami kerusakan sarana prasarana sangat parah. Namun
jumlah korban jiwa akibat peristiwa tersebut relatif minim, hal ini
disebabkan masyarakat setempat sudah mengenal secara turun temurun
peristiwa yang disebut sebagai smong,karena peristiwa serupa yakni
tsunami pernah terjadi pada tahun 1907 sehingga apabila terjadi gempa
besar diikuti oleh surutnya air laut dari bibir pantai secara drastis dan
mendadak, maka otomatis tanpa disuruh seluruh penduduk, tua muda,
besar kecil laki-laki dan perempuan beranjak meninggalkan lokasi
menuju tempat-tempat ketinggian atau perbukitan guna menghindar
dari terjangan smong atau tsunami tersebut.
KUYYYYY TANYAK?