Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ali komaini

Nim : 1710104010011

Mata kuliah : pengantar psikologi sosial

15 TAHUN PERDAMAIAN ACEH

Lima belas tahun lalu, tonggak sejarah aceh tercipta dihelsinki, finlandia. Kota yang mungkin
sebagian besar masyarakat aceh tidak mengetahuinya, kota itu menjadi saksi sejarah perjanjian
damai antara gerakan aceh merdeka ( GAM ) dengan pemerintah republik Indonesia,tepatnya
pada hari rabu 15 Agustus 2005, dunia seakan melihat aceh dengan harapan yang baru. Melalui
Memorandum of Understanding ( MoU ) Helsinki, damai tercipta dinegeri yang sebagian besar
orangnya ragu akan perdamaian.
Setelah hari itu, masyarakat aceh mulai menjalani hari hari dengan penuh harapan. Mulai dari
kalangan elit politik di Jakarta maupun di Aceh, hingga para masyarakat petani di pelosok
negeri, semuanya seakan berbicara tentang masa depan aceh, desa desa kembali dengan penuh
cerita baru karena orang orang desa yang sebelumnya pergi kini telah kembali, baik dari luar
negeri maupun dari berbagai daerah lainnya, orang orang yang dulunya pergi untuk sembunyi
menyelamatkan diri kini juga telah kembali.
Apa yang masyarakat harapkan dari damai ini? Bagi masyarakat biasa yang berada dipelosok
desa mungkin harapannya sederhana: tidak ada lagi genjatan senjata dan mereka bisa kembali
mencari nafkah seperti masyarakat biasanya. Tapi sebenarnya harapan setelah damai lebih dari
itu, namun mereka mengerti semua juga butuh perjuangan mereka berharap Aceh kembali seperti
aceh yang mereka kenal, aceh yang kaya aceh yang sejahtera.
Dalam politik, damai biasa menumbuhkan demokrasi yang sehat di Aceh. Para anggota GAM
yang dulunya berjuang dengan mengangkat senjata sekarang sudah bisa berjuang melalui jalur
partai politik. Namun, dalam konteks hubungan Aceh – Jakarta, damai masih menyisakan
banyak pekerjaan rumah, walau sudah lima belas tahun perdamaian. Terganjalnya beberapa
kewenangan Aceh ditengah pemerintah pusat bias menjadi batu sandungan damai. Padahal ini
hal kecil jika dilaksanakan. Tak ada alasan menyalahkan pemrintah aceh dengan tidak dibuatnya
aturan turunan dari undang – undang nomor 11 tahun 2006 tentang pemerintah aceh.
Kewenangan yang diatur dalam UUPA tersebut adalah murni konsensi politik yang harus
diberikan pemerintah Indonesia kepada Aceh.
Damai juga menjadi momentum untuk membangun demokrasi Aceh. Pesta demokrasi ( pemilu)
yang dilaksanakan setelah peroses perdamaian harus lebih baik dari pada dari pada sebelum
perdamaian nilai nilai demokrasi juga harus tumbuh dalam kehidupan masyrakat Aceh. Namun
apa yang terjadi sekarang? Kita melihat para elit politik hanya memanfaatkan masyarakat aceh
dalam pesta demokrasi ini, seaakan mereka berfikiran bahwa masyarakat ini hanyalah sebuah
objek untuk dijadikan bisnis, umbaran janji yang bertebaran diamana- mana yang mungkin tidak
akan terpenuhi, masyarakat juga sudah terlalu muak dengan semua ini yang mana di setiap
adanya pesta demokrasi masyarakat pasti diberi janji, tapi apa daya mereka hanya rakyat biasa
yang mungkin berkata-kata saja tidak bisa apalagi untuk berdiri melawan para elit politik karena
takut akan hukum negeri antah berantah ini.
Kita semua juga tahu damai ini harus menjadi momentum untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat Aceh, memberikan kepastian kepada anak- anak aceh untuk mendapatakan pendidikan
gratis dan layak. Dalam suasana damai dan dana pemerintah Aceh yang berlimpah saat ini, tidak
bisa diterima akal sehat jika masih ada anak muda aceh yang tidak bisa sekolah karena
kekurangan dana atau tidak adanya uang. Tapi sekarang kita lihat berapa banyak anak anak aceh
yang tidak bisa berpendidikan karena ketidakmampuan. Pemerintah aceh terlalu sibuk
memikirkan masalah pembangunan hingga lupa bahwa masih banyak rakyat yang butuh
pendidikan.
Yang harus dipikirkan pemerintah Aceh maupun pemerintah Indonesia saat adalah bagaimana
damai ini bisa berarti bagi masyarakat aceh, peringatan peringatan hari perdamaian atau
kemeredekaan tidak penting bagi mereka yang sampai sekarang juga belum mendapatkan hak
mereka, Karena kita tahu bahwa perdamaian adalah buat semua masyarakat bukan hanya buata
para elit yang ikut berperan dalam genjatan senjata yang ada di aceh. Karena DAMAI bukanlah
candu, yang menjadi alat penenang ketika rakyat menentukan hak-hak mereka

Anda mungkin juga menyukai