Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI DASAR POLITIK INDONESIA

Oleh :

Stanley Allessandro Marcell

21418012

FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS

UNIVERSITAS KATHOLIK WIDYA MANDALA MADIUN

2018
PANCASILA SEBAGAI DASAR POLITIK INDONESIA

Stanley Allessandro Marcell

ABSTRAK :

Kita mengenal bahwa negara kita Indonesia merupakan negara keberagaman yang
dimana terletak pada banyak sekali perberdaan dalam berbagai macam hal. Seperti
ras, agama, suku, budaya dan bahasa. Namun pada akhirnya kita dapat menjadi
satu kesatuan diatas nama NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dan
berdasarkan kepada Pancasila sebagai dasar yang utama di negara kita Indonesia,
kita sepakat bahwa keberagaman adalah sesuatu hal yang indah dan layak untuk
diperjuangkan bersama. Namun pertanyaannya adalah benarkah kita bisa
dikatakan sebagai negara yang berdiri sebagai satu kesatuan yang utuh sekarang?
Seperti halnya yang kita pegang dalam semboyan negara kita Indonesia, bahwa
kita ini adalah negara yang ber-Bhineka Tunggal Ika yang berartikan (Berbeda –
Beda tapi tetap satu). Sedangkan kita melihat bahwa banyak sekali permasalahan
yang terjadi di Indonesia berbau sara, bahkan politikpun tak terlewatkan. Agama
dan politik adalah dua hal yang paling sering digunakan sebagai alat untuk bisa
saling menjatuhkan satu sama lain dan moto penggerak untuk mendapatkan
kekuasaan tertinggi yang bisa mengakibatkan perpecahan. Padahal kita mengerti
bahwa Pancasila adalah dasar yang paling mutlak dan harga mati bagi kita warga
Indonesia dan kekuasaan tertinggi adalah ditangan kita bersama bukan individu
ataupun berkelompok. Dan Pancasila berdiri supaya kita sebagai masyrakat
Indonesia tidak menjadi pribadi yang egois, dan mementingkan kepentingan kita
sendiri, atau berasumsi dan beranggapan ada klaim masyarakat mayoritas,
minoritas, pribumi, peranakan, kaya, dan miskin. Jika demikian apalah arti dari
merdekanya negara kita Indonesia? Seharusnya kita sebagai warga negara
Indonesia yang baik adalah dapat mengerti bahwa kita ini adalah negara gotong-
royong yang artinya adalah negara yang saling bahu-membahu dan bergandengan
tangan. Artinya perbedaan sudah tidak ada lagi diantara kita, dan sebagai orang
Indonesia kita ini adalah satu kesatuan yang utuh, tidak boleh membedakan atau
cenderung mementingkan kepentingan pribadi ataupun golongan tertentu tetapi
kita memiliki kesadaran, hak, dan kewajiban yang sama, sekalipun dalam
pengaplikasiannya, dan pelaksanaannya dalam bentuk yang berbeda beda.

KATA KUNCI :

Pancasila, Agama, dan Politik

1. Pendahuluan

Akhir–akhir ini di Indonesia saya masih melihat bahwa ada


pemerintah yang masih mementingkan kepentigannya sendiri demi meraih
apa yang menjadi ego dan keinginan mereka sendiri dan tak hanya
pemerintah saja tapi juga beberapa orang yang tidak memiliki nilai jiwa
Pancasila didalam dirinya. Salah satu contohnya adalah , baru baru ini
terdapat kasus Zumi Zola selaku gubernur non aktif Jambi yang berhasil
tertangkap KPK dikarenakan terbukti melakukan korupsi dan juga
melakukan aksi suap terhadap DPRD Jambi. Dari sini kita bisa menarik
kesimpulan bahwa Pancasila masih belum sepenuhnya dilaksanakan
dengan sebagaimana fungsinya sebagai dasar negara. Jika hal-hal seperti
ini terus dibiarkan terjadi, maka efek yang terjadi bisa saya pastikan bahwa
negara kita Indonesia tidak akan lagi menjadi negara yang sejahtera , dan
utuh, serta bisa dipastikan bahwa akan timbul pemberontakan terhadap
pemeritah dan provokasi-provokasi yang lain, apalagi dengan kondisi
Indonesia yang sekarang ini, masih sangat rawan dan sensitif sekali bila
ada unsur sara seperti agama, ras, suku dan budaya, serta mudah sekali
timbul potensi untuk bisa saling menjatuhkan dan menyebabkan kebencian
antar umat beragama, ras satu degan ras yang lain , suku satu degan suku
yang lain, dan budaya satu dengan budaya yang lain. Sehingga bisa
dipastikan kondisi Indonesia kian lama akan kian memburuk.
2. Politik dengan Menyalahgunakan Agama

2.1. Kasus Ahok Penistaan Agama Tahun 2016

Dari kasus ini Ahok dinyatakan bahwa telah melakukan penistaan agama
terhadap kitab suci Al-quran, surat Al-Maidah 51. Padahal kita semua mengerti
konteks yang sedang dibicarakan oleh Ahok kepada masyarakat di Pulau Seribu
waktu itu, tidak sedikitpun ada maksud menista ataupun menjatuhkan kitab Suci
Al-quran. Namun dengan adanya golongan-golongan yang tidak suka dengan
Ahok, maka mereka mencari celah untuk bisa menjatuhkan Ahok, dan
menyingkirkan Ahok dalam dunia politik. Karena beberapa factor, yaitu kinerja
Ahok yang transparan dan jelas, membuat setiap pejabat tidak bisa melakukan
kecurangan dan mendapatkan keuntungan dan ditambah lagi setiap pejabat-
pejabat yang hanya mecari keuntungan dan bermain main langsung terlihat dan
dipecat oleh Ahok. Faktor kedua ketidakmauan mereka dipimpin oleh orang yang
berbeda ras, suku dan agama dengan mereka.

Dari sini kita bisa menyadari bahwa negara kita Indonesia masih belum
seutuhnya bersatu dan sepakat penuh dengan Pancasila, karena masih saja terlalu
memperhatikan perbedaan yang ada. Sedangkan Ir. Soekarno sebagai pahlawan
kemeredekaan RI sekaligus bapak President Pertama Indonesia mengatakan
bahwa “Tidak boleh ada klaim – klaim golongan” artinya tidak boleh ada klaim
antara masyrakat mayoritas dan minoritas , serta pribumi dan peranakan! Dari sini
kita mengerti benar makna Pancasila yang sebenarnya adalah tidak memandang
perbedaan yang ada, justru menjadikan perbedaan itu sebagai kekuatan bangsa
kita Indonesia. Seperti halnya inti sari dari Pancasila itu sendiri yaitu “Gotong-
Royong” yang berartikan bahu-membahu bergandeng tangan.
2.2. Pandangan Jusuf Kala tentang Penyalahgunaan Agama Sebagai
Kepentingan Politik

Jusuf Kalla mengatakan bahwa agama sekarang sudah disalah gunakan


menjadi topeng atau kedok untuk bisa memenangkan sebuah politik, pengajaran
dari sebuah agama diambil dan dimanfaatkan demi untuk bisa mencapai sebuah
kemenangan dan keberhasilan dalam dunia politik. Sekarang ini betapa banyaknya
orang-orang yang haus dan berambisi tinggi untuk menduduki kursi jabatan demi
mencapai kepentingannya sendiri, ia rela melakukan cara apapun untuk bisa
mendapatkan jabatan tersebut bahkan cara licik dan kotor pun ia gunakan asalkan
ia bisa memperoleh jabatan tersebut. Kini kita bisa mengerti dengan benar orang-
orang seperti ini tidaklah mengerti dengan benar, apakah arti dari pancasila yang
sesungguhnya.

Dinamika politik juga berpotensi menjadi acuan terbesar penyebab


terjadinya sebuah konflik, dan ditambah lagi bila sampai terjadi pembagian
kekuasaan yang tidak adil (fair sharing). Jika proses politik yang ada
menghasilkan berkonsepkan “pemenang akan mengambil alih segalanya (the
winners take all), bisa dipastikan bahwa konflik dan kekerasan dapat muncul
sewaktu waktu”. Oleh karena itu bapak Jusuf Kalla sebagai Wapres berpesan
pemenang dalam kontestasi politik harus menganut sikap inklusi politik, dengan
menyertakan pihak yang kalah dalam kekuasaan. Selain itu setiap partai politik
dalam proses politiknya seyogianya tidak boleh menggunakan isu atau tema yang
berpotensi memecah-belah rakyat, seperti isu SARA (Suku,Agama,Ras,Antar
golongan tertentu) untuk dapat memenangkan pemilu. Dalam hal ini prinsip
PANCASILA adalah mutlak dan harga mati dalam kontrol selama proses
terjadinya pemilu sampai kepada proses diambilnya pemenang dalam pemilu
tersebut karena demi kesatuan bangsa kita Indonesia dan demi meminimalisir
setiap potensi terjadinya konflik dan perpecahan yang ada didalam masyarakat
Indonesia.
3. Penutup

Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa PANCASILA adalah dasar yang
paling mutlak bagi kita semua warga negara Indonesia dan dasar dari segala
sesuatu yang ada didalam negara kita, entah itu berbicara tentang politik, bisnis,
keagaaman, budaya, ras dan suku, semuanya adalah satu kesatuan tidak ada yang
lebih besar, tidak ada yang lebih kcil, tidak ada mayoritas ataupun minoritas, dan
pribumi ataupun peranakan serta tidak ada yang paling berkuasa dari semuanya
itu. Semuanya adalah sama , satu kesatuan satu, satu tanah air dan satu merah
Putih dan kekuasaan tertinggi adalah ditangan kita bersama sebagai NKRI
(Negara Kesatuan Republik Indonesia). Oleh karena itu PANCASILA tidak boleh
digantikan dengan apapun, karena bila sampai digantikan maka terpecah belahlah
rakyat Indonesia dan Indonesia itu sendiri. Jadi apapun yang ada di Indonesia ini
boleh berubah dan berlalu begitu saja, mulai dari entah itu system ataupun
perkembangan yang semakin pesat, bisnis yang semakin luas terjadi atau apapun
itu. Kita harus selalu memperhatikan kepentingan bersama sebagai negara
PANCASILA (Gotong Royong). PANCASILA tetaplah didada dan dihati kita
serta semua yang kita lakukan adalah demi kesatuan bangsa kita, jadi “Semua
buat semua, Satu buat semua, dan Semua buat Satu.

Saya mengajak kalian semua sebagai generasi muda Indonesia kita harus
kembali menegakan PANCASILA sebagai dasar mutlak dan harga mati bagi
bangsa kita kembali, sehingga kita bisa mengemban amanat dari bapak president
pertama kita Ir.Soekarno untuk menjaga kemerdakaan bangsa kita Indonesia dan
juga mengembangkan bangsa Indonesia atas dasar negara “Gotong Royong,
Pancasila” dan mengapuskan setiap klaim dan perbedaan yang ada di negara kita
Indonesia serta menyatakan bahwa kita ini adalah satu kesatuan yaitu bangsa
Indonesia.
4. Daftar Pustaka

Dewantara, A. W. (2015). PANCASILA SEBAGAI PONDASI PENDIDIKAN AGAMA DI


INDONESIA. CIVIS, 5(1/Januari).

DEWANTARA, A. W., Lasiyo, M. A., & Soeprapto, S. (2016). GOTONG-ROYONG


MENURUT SOEKARNO DALAM PERSPEKTIF AKSIOLOGI MAX SCHELER, DAN
SUMBANGANNYA BAGI NASIONALISME INDONESIA(Doctoral dissertation, Universitas
Gadjah Mada).

Dewantara, A. (2017). Kerasulan Awam di Bidang Politik (Sosial Kemasyarakatan) dan


Relevansinya bagi Multikulturalisme Indonesia.

Dewantara, A. (2015). Filosofi Pendidikan yang Integral dan Humanis dalam Perspektif
Mangunwijaya.

Merdeka.com. (2017, 30 Desember). Kasus Penistaan Agama oleh Ahok hingga


dibui 2 tahun. Diperoleh 7 Desember 2018, dari
https://www.merdeka.com/peristiwa/kasus-penistaan-agama-oleh-ahok-hingga-dibui-2-
tahun.html

Kompas.com. (2018, 27 Januari). Jusuf Kalla: Penyalahgunaan Agama seing


terkait Kepentingan politik. Diperoleh 7 Desember 2018, dari
https://nasional.kompas.com/read/2018/01/27/00522251/jusuf-kalla-
penyalahgunaan-agama-sering-terkait-kepentingan-politik

Anda mungkin juga menyukai