Anda di halaman 1dari 23

ASAS DEMOKRASI DAN PARTAI POLITIK LOKAL

DI PROVINSI ACEH

Muhammad Jafar AW

Universitas Ageng Tirtayasa, Jl. Raya Jakarta Km. 4 Pakupatan Serang Banten
muhammadjafaraw@gmail.com

Abstrak
Latar belakang munculnya partai politik lokal di Aceh adalah disepakatinya
persyaratan dari Gerakan Aceh Merdeka berupa keberadaan partai politik lokal di Aceh
oleh pemerintah Republik Indonesia dalam Memorandum Of Understanding Helsinki se-
bagai upaya untuk mengakhiri konflik bersenjata yang berkepanjangan di Nanggroe Aceh
Darusalam. Dalam tulisan ini dapat disimpulkan pula bahwa kehadiran partai politik lokal
dalam sistem kepartaian Indonesia membawa implikasi berupa amandemen pada undang-
undang pemerintahan Aceh guna mengakomodasi keberadaan partai politik lokal di Aceh
yang berlaku sebagai lex specialis derograt lex generale. Keberadaan partai politik lokal
di Aceh juga turut membawa implikasi berupa menurunnya perolehan suara partai politik
nasional dalam pemilihan umum lokal yang dilaksanakan pada tahun 2009 dan 2014 di
Aceh, dimana Partai Aceh berhasil mendominasi dalam perolehan suara jauh di atas partai
politik nasional dan partai politik lokal lainnya. Pemerintah hendaknya memberikan sal-
uranaspirasi bagi partai politik lokal Aceh di tingkat nasional mengingat ruang gerakpartai
politik lokal dalam menyampaikan aspirasi rakyat Aceh di tingkat nasional yang terbatas.

Kata Kunci : Demokrasi, Partai Politik, Partai Politik Lokal

Abstract
The background of the emergence of local political parties in aceh is the agree-
ment on the terms of the free aceh movement in the form of local political parties in aceh
by the indonesian government in helsinki memorandum of understanding as an attempt
to end the protracted armed conflict in nanggroe aceh darussalam. In this paper it can be
concluded also that the presence of local political parties in indonesia have implications
party system in the form of amendments to the laws governing aceh to accommodate local
political parties in aceh applicable as lex lex derograt generale. The existence of local po-
litical parties in aceh also carries implications for a decline in the vote of national political
parties in local elections held in 2009 and 2014 in aceh, where the aceh party managed
to dominate in the vote is far above the national political parties and other local political
parties , the government should provide saluranaspirasi for local political parties in aceh
at the national level given the local political gerakpartai space in conveying aspirations
of the people of aceh at the national level are limited.

Keywords: democracy, political parties, local political parties

Negara Indonesia adalah negara yang men- Undang-Undang Dasar Negara Republik
ganut paham demokrasi, dimana negara Indonesia tahun 1945 dimana negara men-
menjamin partisipasi masyarakat dalam jamin kemerdekaan untuk berserikat, ber-
menjalankan pemerintahan dan kehidupan kumpul dan mengeluarkan pendapat. Hal ini
berpolitik dengan bebas, tanpa tekanan na- dilakukan sebagai wujud partisipasi politik
mun tetap dalam koridor hukum dan undang- masyarakat dalam menyampaikan aspirasi
undang. Hal ini dapat ditemukan dalam politiknya untuk pembangunan bangsa ses-
Jafar A.W, Asas Demokrasi dan Partai Politik Lokal di Provinsi Aceh 61

uai dengan kehendak dan cita-cita rakyat. mungkinkan warga negara sebagai pemilik
Setiap warga negara Indonesia negara yang sesungguhnya berpartisipasi
mempunyai kebebasan untuk menyampai- menentukan bentuk dan arah perjalanan
kan usulan-usulan atau aspirasi-aspirasi kehidupan bersama. Di antara lembaga dan
yang dimilikinya yang bertujuan untuk struktur politik itu adalah badan perwakilan
membangun dan memajukan bangsa dan dan partai politik.
negara. Hal ini merupakan salah satu bentuk Keberadaan partai politik di Indone-
dari upaya partisipasi masyarakat dalam sia sendiri telah dimulai sejak pemerintah
proses pembangnan bangsa. Oleh karena itu hindia belanda mencanangkan politik etis
diperlukan suatu sarana atau alat yang dapat pada tahun 1908. Dengan adanya politik
menampung semua aspirasi yang dimiliki etis ini, maka banyak kalangan cerdik
oleh seluruh rakyat tersebut. Dalam hal ini pandai kaum bumiputera yang mulai
sarana yang dirasa paling tepat dalam men- tergerak untuk ikut serta dalam kehidupan
empung dan menyampaikan aspirasi rakyat ketatanegaraan melalui berbagai organisasi
tersebut adalah partai politik. Dihubungkan kemasyarakatan. Pelopor utama dari organ-
dengan Undang-Undang Dasarsebuah isasi kemasyarakat tersebut adalah boedi
negara, maka partai politik merupakan oetomo. Dinamika sistem ketatanegaraan
pelembagaan dari kebebasan warga negara yang terjadi di Indonesia turut merubah
untuk berserikat dan berkumpul yang telah tatanan partai politik di tanah air. Seiring
dijamin oleh undang-undang dasar. Hal dengan kemerdekaan Indonesia pada tahun
itu berarti, partai politik berfungsi sebagai 1945 maka telah diundangkan berb-
pemberi wadah dari hak yang dimiliki oleh agai produk perundang-undangan yang
setiap warga negara untuk berserikat atau mengakomodasi dan mengatur berbagai
berkumpul. Dengan wadah itu, maka apa aspek mengenai partai politik. Hal ini me-
yang menjadi nilai, keyakinan atau tujuan nyebabkan bermunculannya partai politik
sekelompok warga negara dapat mereka dengan berbagai ideologi yang mengusung
perjuangkan secara lebih sistematis dan dan memperjuangkan visi dan misinya
dijamin oleh hukum. masing-masing.
Partai politik merupakan komponen Sejak pemilu pertama kali yang
penting dari sistem politik moderen, yang diselenggarakan pada tahun 1955 Indonesia
bersendikan perwakilan politik. Negara telah melakukan 10 kali pemilihan umum
moderen yang tidak memungkinkan lagi yang dilakukan secara teratur setiap 5 tahun
menerapkan demokrasi langsung, baik sekali. Pemilu pada pertengahan tahun 2009
disebabkan wilayah yang luas, jumlah menjadi istimewa dari pada pemilu periode
penduduk yang besar, maupun diferensiasi sebelumnya karena juga diikuti oleh partai
social dari warga negara, memerlukan lem- politik lokal Aceh. Terhitung ada 6 partai
baga dan struktur sosial politik yang me- politik lokal Aceh yang mengikuti pemili-
62 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan, Vol. 2 Nomor 1, Januari 2016, hlm. 60-82

han anggota dewan perwakilan rakyat Aceh Demokrasi sesungguhnya adalah


dan pemilihan anggota dewan perwakilan seperangkat gagasan dan prinsip tentang
rakyat kabupaten/kota. Sejak awal issu kebebasan, tetapi juga menyangkut seper-
mengenai partai politik lokal menjadi perde- angkat praktik dan prosedur yang terbentuk
batan yang cukup pelik baik di kalangan melaui sejarah panjang dan sering berliku-
akademisi maupaun di kalangan praktisi liku. Pendeknya, Demokrasi adalah
hukum tata negara Indonesia. Adanya fakta pelembagaan dari pembebasan (Sobirin
bahwa perangkat hukum yang ada pada saat Malian, 2001 : 44).
itu belum bisa mengakomodasi keberadaan Menurut Jimly Asshidiqie, de-
partai politik lokal dan kekhawatiran akan mokrasi yang mengharuskan kedaulatan
bermunculan banyak partai politik-partai sebagai kekuasaan tertinggi di tangan rakyat
politik lokal di banyak daerah yang akan dapat mencakup bidang politik dan bidang
memicu disintegrasi menjadi alasan bagi ka- ekonomi. Apabila kekuasaan itu berkenaan
langan yang tidak setuju dengan keberadaan dengan bidang politik, maka sistem kekua-
partai politik lokal. saan rakyat itu disebut demokrasi polirik.
Begitu juga apabila menyangkut bidang
Tinjauan Pustaka ekonomi, maka disebut demokrasi ekonomi.
Konsep Demokrasi Dengan demikian, istilah demokrasi disini,
Istilah domokrasi berasal dari ba- yakni demikrasi politik dan demokrasi eko-
hasa yunani demokratia, yang berasal dari nomi, harus dipahami sebagai konsep men-
kata Demos yang berarti rakyat dan Kratos genai kedaulatan rakyat yang meliputi aspek
yang berarti kekuasaan. Jadi kekuasaan politik dan ekonomi (Asshidiqie, 1995 : 25).
rakyat, atau suatu bentuk pemerintahan Dalam arti politis, demokarasi
Negara dimana rakyat b e r p e n g a r u h adalah suatu sistem politik dimana rakyat
diatasnya, singkatnya pemerintahan rakyat memegang kekuasaan tertinggi, bukan atas
(CST Kansil, 1983 : 50). Demokrasi (de- kekuasan raja atau kaum bangsawan.
mocracie) adalah bentuk pemerintahan
atau kekuasaan negara yang tertinggi di- Konsep Partai Politik
mana sumber kekuasaan tertinggi adalah Menurut Roy C. Macridis, Partai
kekuasaan rakyat yang terhimpun melalui politik adalah asosiasi yang mengaktifkan.
suatu majelis yang dinamakan Majelis Memobilisasi rakyat, dan mewakili kepent-
Permusyawaratan Rakyat. (Yan Pranadya ingan tertentu, memberikan jalan kompromi
Puspa, 1977 : 295). Sementara itu menurut bagi pendapat-pendapat yang bersaing, dan
Abraham Lincoln, Demokrasi adalah suatu memunculkan kepemimpinan ploitik, serta
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan digunakan sebagai alat untuk memperoleh
untuk rakyat (Sobirin Malian, 2001 : 44). kekuasaan dan untuk memerintah (Ahmad
Farhan Hamid 2008: 7)
Jafar A.W, Asas Demokrasi dan Partai Politik Lokal di Provinsi Aceh 63

Menurut pendapat Rusadi Kan- saja sekedar badan yang menyaingi den-
taprawira, Partai politik adalah organisasi gan persetujuan, pemisahan dan
manusia dimana di dalamnya terdapat pem- partisipasinya yang khas, tetapi juga perlu
bagian tugas dan petugas untuk mencapai diingat bahwa masing- masing kelompok
suatu tujuan, mempunyai ideologi (political yang terpisah itu pada intinya merupakan
doctrine, political ideal, political thesis, bagian dari keseluruhan (Miriam Budiarjo,
ideal objective, dan mempunyai program 1998: 17)
politik (political platform, material objec-
tive) sebaga rencana pelaksanaan atau cara Konsep Partai Politik Lokal
pencapaian tujuan secara lebih pragmatis Partai politik lokal (state party,
menurut pentahapan jangka dekat sampai regional party atau lokal political party)
yang jangka panjang serta mempunyai ciri adalah partai yang jaringannya terbatas pada
berupa keinginan berkuasa (Ahmad Farhan suatu daerah (provinsi atau negara bagian)
Hamid 2008: 8) atau beberapa daerah, tetapi tidak mencakup
Menurut Miriam Budiarjo, semua provinsi (nasional) (Ahmad Farhan
Partai politik adalah suat kelompok yang Hamid 2007: 33)
terorganisir, yang anggota-anggotanya Qanun Aceh nomor 3 Tahun 2008
mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-ci- tentang Partai Politik Lokal Peserta Pe-
ta yang sama, tujuannya untuk memperoleh milihan Umum Anggota Dewan Perwakilan
kekuasaan politik dan merebut kedudukan Rakyat Aceh dan Dewan Perwakilan Raky-
politik dengan cara konstitusional (Miriam at Kabupaten/Kota memberikan pengertian
Budiarjo, 1998: 16). Menurut pendapat Partai politik lokal adalah organisasi politik
Sigmund Neumann, Partai politik adalah yang dibentuk oleh sekelompok warga neg-
organisasi artikulasi yang terdiri dari ara Indonesia yang berdomisili di Aceh serta
pelaku-pelaku politik yang aktif dalam ma- sukarela berdasarkan persamaan kehendak
syarakat, yaitu mereka yang memusatkan dan cita-cita untuk memperjuangkan ke-
perhatiannya pada menguasai kekuasaan pentingan anggota, masyarakat, bangsa
pemerintahdan yang bersaing untuk mem- dan Negara melalui pemilihan pemilihan
peroleh dukungan rakyat, dengan beberapa anggota DPRA/DPRK, Gubernur/Wakil
kelompok lain yang mempunyai pandangan gubernur, bupati/wakil bupati, walikota/
yang berbeda-beda. Dengan demikian Par- wakil walikota.
tai Politik merupakan perantara besar yang
menghubungkan kekuatan- kekuatan dan Sejarah Partai Politik Lokal di Indonesia
ideologi sosial dengan lembaga-lembaga Keberadaan partai politik lokal di
pemerintah yang resmi dan mengkaitkannya Indonesia, sebenarnya bukan merupakan
dengan aksi politik di dalam masyarakat hal yang baru. Dalam perjalanan sejarah
politik yang lebih luas. Partai politik tidak sistem kepartaian di Indonesia, pernah di-
64 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan, Vol. 2 Nomor 1, Januari 2016, hlm. 60-82

warnai oleh partai politik lokal, dan partai juga berlaku bagi partai politik lokal. Perbe-
politik lokal itu telah pula menjadi peserta daannya hanya dalam hal tingkat, jika partai
dalam pemilihan umum tahun 1955. Me- politi nasional melakukan agregasi kepent-
lihat pada hasil pemilihan umum tahun ingan pada tingkat nasional dan rekruitmen
1955, Herbert Feith telah membagi 4 (em- politik untuk jabatan politik yang dipilih
pat) kelompok partai politik yang berhasil pada level nasional, maka partai politik lo-
mendapatkan suara di Dewan Perwakilan kal hanya melakukan fungsi-fungsi tersebut
Rakyat dan Konstituante, yaitu: partai besar, pada tingkat lokal (Hamid 2008:36)
partai menengah, kelompok kecil yang ber-
cakupan nasional, dan kelompok kecil yang Tujuan Partai Politik Lokal
bercakupan daerah. Kelompok terakhir Berbeda dari partai politik pada
itulah, menurut Feith, bisa dikategorikan umumnya, partai politik lokal mempunyai
sebagai partai yang bersifat kedaerahan tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan
dan kesukuan. Beberapa partai politik yang karakteristik dan tipe partai politik lokal
bersifat kedaerahan dan kesukuan, sebagai tersebut. Dilihat dari sisi tujuan, dalam
contohnya adalah Partai Rakyat Desa, praktek politik di negara-negara yang
Partai Rakyat Indonesia Merdeka, Gerakan mengakui keberadaan partai politik lokal,
Pilihan Sunda, Partai Tani Indonesia, dan partai jenis ini memiliki tujuan yang ber-
Gerakan Banteng di Jawa Barat. Selain beda-beda, yang umumnya dikategorikan
itu, terdapat pula Grinda di Yogyakarta dan menjadi tiga:
Partai Persatuan Daya di Kalimantan Barat. 1. Partai politik lokal yang melindungi
Di antara beberapa contoh partai dan memajukan hak ekonomi, sosial,
politik yang dapat dianggap sebagai partai budaya, bahasa dan pendidikan dari
politik lokal tersebut, bahkan ada sebuah kelompok minoritas tertentu.
partai politik yang menjadi sangat populer 2. Partai politik lokal yang menginginkan
di daerah asalnya. Partai itu adalah Partai otonomi untuk daerahnya atau
Persatuan Daya di Kalimantan Barat. Hasil menegakkan dan meningkatkan hak-
pemilihan umum untuk Dewan Perwakilan hak otonomi yang telah dimiliki daerah
Rakyat tahun 1955 menunjukkan bahwa itu.
Partai Persatuan Daya, untuk daerah pemili- 3. Partai politik lokal yang secara eksplisit
han Kalimantan Barat, berhasil menempati memperjuangkan kemerdekaan
urutan ke dua di bawah Masyumi yang men- wilayahnya dan membentuk negara
empati urutan pertama. baru.

Fungsi Partai Politik Lokal Jenis-jenis Partai Politik Lokal


Sebagai partai politik, semua fungsi Partai politik lokal dapat dibagi ke
yang dikenal dilakukan oleh partai politik dalam dua sistem:
Jafar A.W, Asas Demokrasi dan Partai Politik Lokal di Provinsi Aceh 65

1. Sistem partai politik lokal tertutup terjamin tanpa keluar dari bingkai nasiona.
Partai politik lokal ini hanya boleh Afiliasi ini dilakukan secara bebas. Artinya,
berpartisipasi dalam pemilihan umum bisa saja satu partai politik lokal berafiliasi
untuk memilih anggota legislatif daerah ke satu partai nasional di satu pemilihan
dan kepala daerah. umum, lalu berpindah afilisinya ke partai
2. Sistem partai politik lokal terbuka lain di pemilihan umum berikutnya.
Partai politik lokal ini diberi hak untuk Hubungan fungsional demikian
berpartisipasi dalam pemilihan umum mengisyaratkan adanya kemampuan tawar
nasional, seperti untuk pemilihan menawar antara masyarakat lokal dan partai
anggota legislatif pusat. Dalam sistem nasional. Dengan cara semacam ini, maka
partai politik terbuka ini, partai politik penguatan pada akar rumput politik akan
lokal dapat menjadi mitra koalisi partai berdampak pada penguatan institusi politik
nasional di tingkat nasionaldan karena secara nasional. Keberadaan partai politik
itu dapat menempatkan tokohnya ke lokal sededemikian sejalan dengan seman-
dalam kabinet sebagai menteri. gat melaksanakan desentralisasi pemerin-
tahan (Ahmad Farhan Hamid 2008:39).
Hubungan Partai Politik Lokal dengan
Partai Nasional Metode Penelitian
Ide dasar partai politik lokal ialah Metodologi adalah totalitas cara
pembagian kerja (division of labour) an- ilmiah untuk menemukan kebenaran ilmiah
tara partai politik di tataran nasional dan (Irawan, 2006:147). Metode penelitian
partai politik di tataran daerah, keduanya pada dasarnya merupakan cara ilmiah
memiliki hubungan fungsional. Partai lokal, untuk mendapatkan data dengan tujuan
sebagai perwujudan the party of the ground, dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2008:2).
bertugas mengelola konflik kepentingan di Penelitian ini menggunakan metode peneli-
tataran masyarkat daerah, sehingga konflik tian deskriptif yaitu metode penelitian yang
yang ada lebih terstruktur, tidak menim- berusaha menggambarkan dan menginter-
bulkan penimbunan aspirasi yang memb- pretasi objek sesuai dengan apa adanya
ingungkan pada tataran nasional. Partai ini dengan tujuan utama yakni menggambarkan
beroperasi secara independen, mengontrol secara sistematis fakta dan karakteristik
kebijakan, program, strategi sesuai limitasi objek atau subjek yang diteliti secara tepat
otoritas kewilayahan yang dimiliki. (Sukardi, 2007:157).
Mendekati pelaksanaan pemilihan Metode penelitian yang digunakan
umum nasional, partai- partai lokal melaku- oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
kan afiliasi mereka ke partai-partai besar metode penelitian deskriptif kualitatif .
yang sudah mapan, dalam arti memiliki menurut Bogdan dan Taylor (Moleong,
jaringan secara nasional, sehingga lokalitas 2005:4) metode kualitatif sebagai prosedur
66 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan, Vol. 2 Nomor 1, Januari 2016, hlm. 60-82

penelitian yang menghasilkan data deskrip- Arab. Berdasarkan sensus yang dilakukan
tif berupa kata-kata tulis, lisan dari orang- pada tahun 2000 tercatat penduduk Aceh
orang dan perilaku yang diamati. kemu- berjumlah 3.930.905 jiwa. Aceh juga dike-
dian mengangkat ke permukaan mengenai nal dengan julukan serambi mekah karena
gambaran tentang kondisi, situasi, tersebut. Aceh berperan besar dalam penyebaran
agama islam di kepulauan-kepulauan di
Indonesia dan kawasan Asia Tenggara lain-
Pembahasan
nya. Sejarah mencatat bahwa kerajaan islam
Kedudukan partai politik lokal di
pertama yang didirikan di Indonesia adalah
Nanggroe Aceh Darussalam dalam sistem
kerajaan Peurelak yang berdiri di Aceh pada
kepartaian Indonesia Nanggroe Aceh Da-
tahun 804. Oleh karenanya masyarakat
russalam merupakan propinsi paling barat di
Aceh sangat kental dengan nuansa islam
Indonesia yang memperoleh status sebagai
dalam kehidupannya sehari-hari. Namun
daerah dengan otonomi khusus pada tahun
perlu juga diperhatikan bahwa Aceh tidak
2001. Sejak awal dasawarsa 1950 Aceh
sepenuhnya eksklusif dihuni oleh penduduk
merupakan satu dari dua provinsi yang
muslim. Seperti yang tercatat tahun 2000,
memperoleh status daerah istimewa karena
terdapat 91 gereja protestan, 19 gereja
jasanya terhadap perjuangan kemerdekaan
katholik, 5 kuil budha dan 4 pura hindu.
Indonesia. Provinsi Aceh memiliki luas
Diantara daerah-daerah lain di
wiayah 57.365,57 km. Termasuk dalam
Indonesia Aceh merupakan daerah yang
wilayah Aceh adalah 119 pulau-pulau kecil
sering mengalami pergolakan. Terhitung
di sepanjang pantai barat. Setelah pendirian
sejak negara Indonesia merdeka pada ta-
kabupaten Pidie Jaya dan kota Subussalam
hun 1945 berbagai pemberontakan untuk
pada tanggal 15 juni 2007, daerah istimewa
memisahkan diri dari Negara Kesatuan
Aceh terdiri atas 18 kabupaten dan 5 kota.
Republik Indonesia maupun gerakan sepa-
Aceh mempunyai kekayaan sumber alam
ratis telah tejadi di daerah tersebut. Aceh
seperti minyak bumi dan gas alam. Sumber
adalah daerah dengan karakteristk unik
alam itu terletak di Aceh Utara dan Aceh
yang tidak terdapat di daerah lain di wilayah
Timur. Aceh juga terkenal dengan sumber
Negara Indonesia. Selama seperempat abad
hutannya, yang terletak di sepanjang jajaran
masyarakat Aceh percaya bahwa mereka
bukit barisan, dari Kutacane, Aceh Teng-
adalah bagian dari sebuah negeri, negara
gara, Seulawah, Aceh Besar, sampai Ulu
merdeka. Sebelum negara berdaulat dikenal
Masen di Aceh Jaya. Sebuah taman nasi-
sebagai konsep politik, masyarakat Aceh
onal, yaitu Taman Nasional Gunung Leuser
telah menjalin kerjasama semacam hubun-
(TNGL) juga terdapat di Aceh.
gan diplomatik dengan berbagai negara
Masyarakat Aceh berasal dari cam-
di dunia, baik dalam bentuk perdagangan
puran berbagai suku bangsa yang dianta-
maupun perjanjian-perjanjian. Aceh men-
ranya berasal dari suku bangsa India dan
Jafar A.W, Asas Demokrasi dan Partai Politik Lokal di Provinsi Aceh 67

ganggap dirinya adalah negara merdeka publik Indonesia. Gubernur militer Aceh
yang memiliki pilihan untuk bersekutu atau Tuku Daud Beureueh menolak dua pilihan
tidak dengan negara lain. Pada saat banyak pertama dan memilih untuk tetap bergabung
penguasa di daerah lain memilih untuk dengan Republik Indonesia.
bekerjasama daripada berhadapan dengan Disamping itu berbagai pemberon-
belanda, kesultanan Aceh justru melakukan takan dan gerakan separatis di Aceh juga
perjanjian pertahanan bersama dengan ame- dipicu oleh kekecewaan masyarakat Aceh
ria serikat pada tahun 1873 dan melakukan terhadap berbagai kebijakan pemerintah
perang dengan belanda selama kurun waktu pusat. Digabungkannya provinsi Aceh ke
tahun 1873-1914 yang dilanjutkan dengan dalam provinsi Sumatra Timur pada tahun
perang melawan jepang. 1950 menuai kekecewaan dari masyarakat
Lahirnya pemberontakan yang Aceh. Paling tidak ada tiga hal yang menye-
berlanjut kepada gerakan separatis Aceh babkan hal tersebut: pertama, masyarakat
merdeka tak terlepas dari pro kontra di Aceh merupakan pendukung kemerdekaan
kalangan tokoh-tokoh Aceh, apakah dae- Indonesia yang diwujudkan dengan sum-
rah itu ikut bergabung ke dalam Republik bangan dalam pembelian pesawat dakota
Indonesia dan mendukung proklamasi yang kemudian dinamakan Seuelawah ke-
kemerdekaan atau tidak. Sesaat setelah pada pemerintah pusat di Jakarta; kedua,
kemerdekaan 17 agustus 1945, elit politik Aceh yang mayoritas berpenduduk mus-
dan masyarakat Aceh terbelah menjadi dua lim digabungkan dengan penduduk sumatra
kelompok. Kelompok pertama dipimpin timur yang mayoritas berpenduduk kristen;
oleh Teuku Nyak Arif yang mendukung ketiga, pada saat kunjungan presiden soek-
pemerintahan Soekarno-Hatta sedangkan arno ke Aceh pada 16 juni 1948, ia ber-
kelompok kedua dipimpin oleh Teuku sumpah atas nama tuhan akan memberikan
Muhammad Daud Cumbok menginginkan status otonomi khusus dan kebebasan untuk
Aceh menjadi negara yang merdeka. Perti- menjalankan syariah islam. Hal ini memicu
kaian antara dua kelompok ini menimbul- reaksi dari pimpinan Aceh dalam kongres
kan perang saudara yang dikenal dengan ulama se- Indonesia pada tahun 1953 den-
perang Cumbok. Pertentangan tersebut gan mendukung berdirinya negara islam
kembali muncul saat presiden soekarno Indonesia dan mensosialisasikanya kepada
memberikan mandat pada mr. Syafruddin masyarakat.
Prawiranegara untuk mendirikan pemer- Untuk meredam aksi separatisme
intah darurat Republik Indonesia pada 19 di Aceh maka pada tahun 1950-an presiden
desember 1948. Wali negara Sumatra Timur soekarno menerapkan dua pendekatan yang
Tengku Mansyur mengusulkan tiga pilihan: dikenal dengan pendekatan militer yang
mendirikan negara sumatra, mendirikan dilengkapi dengan pendekatan diplomatis.
negara Aceh arau tetap sebagai bagian Re- Oprasi militer dengan nama “operasi 17
68 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan, Vol. 2 Nomor 1, Januari 2016, hlm. 60-82

agustus” digelar untuk meredam pemberon- daya alam Aceh dengan memberikan kes-
takan bersenjata di Aceh. Pendekatan diplo- epatan pada perusahaan multi nasional dari
matis dilakukan dengan cara memberikan amerika serikat untuk membuka industri
amnesti kepada seluruh pendukung negara besar di Aceh untuk mengeksplorasi minyak
islam Indonesia di Aceh dan memberikan dan gas di Arun pada tahun 1970.
satus daerah istimewa kepada Aceh. Un- Pemberontakan di Aceh kembali
tuk sementara kebijakan tesebut berhasil muncul dengan nama baru yaitu Gerakan
mengakhiri pemberontakan di Aceh. Per- Aceh Merdeka pada 20 mei 1977 di bawah
damaian di Aceh tidak berlangsung lama, pimpinan Hasan Tiro. Gerakan Aceh
pada 15 februari 1958 pemimpin sipil dan merdeka bercita-cita mendirikan negara
militer di Sumatra dan Sulawesi mendirikan merdeka yan terpisah dari negara kesatuan
pemerintahan revolusioner Republik Indo- Republik Indonesia. Sejak pendirian ger-
nesia di sumatra dan pemerintahan semesta akan Aceh merdeka, konflik di Aceh dapat
(permesta) di Sulawesi yang lebih dkenal dibagi dalam tiga tahap: tahap pertama
dengan pemberontakan prri/permesta. 1977-1979 gerakan Aceh merdeka hanya
Pemimpin Aceh juga ingin bergabung merupakan kelompok separatis kecil yang
dengan gerakan tersebut. Pertemuan yang didirikan oleh 70 orang cendikiawan yang
dilakukan oleh pemimpin pemberontak di tersebar hanya di kampung Hasan Tiro,
Jenewa, Swiss pada desember 1958 mem- Pidie. Gerakan ini dipadamkan dengan op-
buahkan ide untuk mendirikan Republik erasi intelejen militer yang memaksa Hasan
persatuan Indonesia. Pemerintah pusat di Tiro untuk mengasingkan diri ke Swedia
Jakarta kembali membujuk Aceh untuk sejak tahun 1979. Tahap kedua berlangsung
kembali kepada negara kesatuan Republik antara tahun 1989-1998, gerakan Aceh
Indonesia dengan jalan memberikan Aceh merdeka menjadi symbol kepada pemerin-
status dareah istimewa dengan keputusan tah pusat. Sejak tahun 1989 gerakan Aceh
pemerintah SK NO. 1/MISSI/1958. Pada merdeka mulai melakukan serangan secara
akhirnya tanpa campurtangan dari pemer- sporadis terhadap pos TNI dan POLRI di
intah pusat Republik persatuan Indonesia Aceh. Gerakan Aceh merdeka menjadi lebih
bubar dengan sendirinya karena perbedaan kuat sejak kembalinya sekitar 800 ang-
ideologi diantara mereka sendiri. gotanya yang diduga berlatih kemiliteran
Pada masa orde baru, Presiden di Libiya pada kisaran waktu pertengahan
Soeharto melanjutkan kebijakan penda- dan akhir 1980-an, serta anggota lain se-
hulunya untuk memberikan Aceh status jumlah 115 yang dilatih gerliawan muslim
daerah istimewa dan penerapan syariah di Mindanao Filipina, beberapa angota
islam. Namun janji tersebut tidak pernah di- gerakan Aceh merdeka lainnya dikabarkan
laksanakan sepenuhnya, di sisi lain Presiden berlatih kemiliteran di Afganistan. Selain
Soeharto terkesan mengeksploitasi sumber itu dalam jumlah yang tidak diketahui
Jafar A.W, Asas Demokrasi dan Partai Politik Lokal di Provinsi Aceh 69

dengan pasti dari anggota TNI dan POLRI pusat jusru mengambil kebijakan untuk
yang melakukan disersi juga dilaporkan melakukan operasi militer di Aceh. Hal ini
bergabung dengan gerakan Aceh merdeka. berdampak pada meningkatnya dukungan
Selama bertahun-tahun pendukung gerakan bagi kemerdekaan Aceh.
Aceh merdeka bertambah seiring dengan Sebab kedua adalah kebijakan
diberlakuakannya daerah operasi militer di pemerintah orde baru yang menerapkan
Aceh yang memakan banyak korban sipil sentralisme dan penyerahaman di struk-
masyarakat Aceh. Tahap ketiga berlangsung tur pemerintahan lokal. Akbatnya semua
antara tahun 1999- 2005, gerakan Aceh daerah di Indonesia termasuk Aceh ber-
merdeka menjadi sangat populer di Aceh strutur seperti pemerintahan lokal di jawa
karena penggelaran kembali operasi militer, dan kehilangan identitas mereka. Artinya
kegagalan kesepakatan jeda kemanusiaan pemberian keistimewaan yang diberikan
dan penghentian permusuhan (coha) antara kepada Aceh adalah janji kosong belaka.
gerakan Aceh merdeka dengan pemerintah Sebab ketiga adalah kebijakan repesi dan
Republik Indonesia, kegagalan pemerintah terror milite khususnya dalamkurun waktu
dalam menerapkan status otonomi khusus penyelenggaraan daerah oprasi militer di
di Aceh, dan kegagalan perubahan gerakan Aceh yang berlangsung antara kurun waktu
Aceh merdeka dari gerakan militer menjadi tahun 1989-1998.
gerakan politik. Sebab keempat adalah ketidak
Berbeda dengan karakteristik pem- mampun dari pemerintah pusat untuk mem-
berontakan pada tahun 1950-an yang berikan keadilan bagi masyarakat Aceh den-
berkaitan dengan penerapan status otonomi gan jalan mengadili pelaku pelanggaran hak
khusus di Aceh, pemberontakan gerakan asasi manusia yang terjadi selama daerah
Aceh merdeka yang terjadi pada rentang operasi militer di Aceh. Solusi apa pn yang
waktu 1977-2005 disebabkan oleh perma- diterapkan bagi masalah Aceh tidak akan
salahan yang lebih kompleks. Sebab perta- menuntaskan masalah sekiranya perma-
ma, dari perspektif ekonomi Aceh memiliki salahan keadilan tidak dijadikan perhatisn
kekayaan alam yang sangat besar berupa utama oleh pemerintah pusat. Seiring ber-
minyak dan gas alam, kayu dan sumber jalannya waktu gerakan Aceh merdeka telah
daya mineral lainnya yang dieksplorasi berkembang menjadi organisasi moderen
secara besar-besaran. Namun dari sekian yang solid dengan lebih banyak pendukung,
banyak kekayaan alam yang dieksplorasi kepemimpinan yang kuat dan dukungan
hanya 5% yang didistribusikan kembali ke persenjataan yang lebih moderen.
Aceh sehingga bukan hal yang mengher- Berbagai kebijakan untuk mere-
ankan apabila Aceh adalah provinsi yang dam serta mengakhiri pemberontakan dan
miskin walaupun memiliki kekayan alam gerakan separatis di Aceh telah dilakukan
yang melimpah. Di sisi lain pemerintah oleh pemerintah selama beberapa periode
70 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan, Vol. 2 Nomor 1, Januari 2016, hlm. 60-82
pemerintahan. Pasca lengsernya rezim memberikan lahan untuk praktik dan
Orde Baru Presiden B.J. Habibie . Ketika usaha unsyiah, iain dan pesantren.
presiden B.J. Habibie mengunjungi Aceh 6. Menghidupkan kembali jaringan
pada 26 Maret 1999, beliau membuat sem- kereta api di Aceh.
bilan janji kepada rakyat Aceh di masjid 7. M e n g e m b a n g k a n k a w a s a n
Baiturrahman Banda Aceh memberikan pengembangan ekonomi terpadu
janji kepada rakyat Aceh dengan perincian sabang.
sebagai berikut : 8. Memperpanjang landasan pacu
1. Melanjutkan program pembebasan bandara iskandar muda.
narapidana yang terlibat aksi politik 9. Mengangkat 2.188 anak-anak
1989- 1998. korban dom menjadi pengawai
2. Meminta pemerintah daerah Aceh negeri sipil tanpa testing.
untuk membongkar kuburan massal Pada masa pemerintahan presiden
korban DOM dan menguburkan Abdurahman Wahid dilakukan beberapa
kembali sesuai syariat islam pendekatan untuk mengatasi gerakan sepa-
dengan segala biaya di tanggung ratis di Aceh. Pendekatan tersebut dilakukan
pemerintah. dengan menyentuh aspek ekonomi dan poli-
3. Memberikan bangtuan kesejahteraan tik serta mencoba melakukan dialog damai
dalam bentuk beasiswa bagi dengan Gerakan Aceh Merdeka. Kedua
anak yatim, penyaluran kredit pihak bertemu pada 12 Mei 2000 melalui
usaha, modal kerja atau bantuan badan mediasi Henry Dunant Centre dimana
lainnya kepada para janda, korban telah dicapai kesepakatan untuk melakukan
perkosaan, cacat dan bentuk jeda kemanusiaan yang berlaku mulai dari 2
rehabilitas ekonomi maupun Juni 2000 hinggga 15 Januari 2001. Setelah
rehabilitas sosial lainnya. berakhir masanya, program ini dievaluasi
4. Merehabilitas dan membangun dan lanjutkan kembali pada jeda kemanu-
kembali bangunan-banguan siaan II. Jeda yang semula diharapkan bisa
desa-desa bekas wilayah operasi membantu menyelesaiakan persoalan Aceh,
keamanan, termasuk rehabilitas ternyata tidak efektif. Perwakilan kedua
mental spritual bagi semua ekses belah pihak yang ada dalam tim tersebut
operasi keamanan. hanya membicarakan kepentingan kedua
5. Meningkatkan mutu pendidikan belah pihak saja. Jeda kemanusiaan ini di-
di Aceh, antara lain dengan lanjutkan kearah moratotium. Namun, lang-
meningkatkan status 85 madrasah kah ini pun tidak sanggup menghentikan
swasta menjadi negeri, memberikan kekerasan dan perang di Aceh. Akhirnya
fasilitas yang memadai, mendirikan pada 11 April 2001 presiden Abdurahman
madrasah aliyah unggulan, Wahid mengumumkan Instruksi Presiden
Jafar A.W, Asas Demokrasi dan Partai Politik Lokal di Provinsi Aceh 71
NO. 4/ 2001 tentang langkah menyeluruh kan keadaan di Aceh, penegakan hukum dan
untuk penyelesaian masalah Aceh. Instruksi menjalankan roda perekonomian di Aceh.
tersebut tetap membuka adanya jalan bagi Upaya untuk menumpas pemberontakan
peningkatan operasi militer. Pada masa GAM, baik di masa presiden abdurrah-
ini pemerintah juga menawarkan otonmi man wahid maupun megawati, tampaknya
yang lebih luas bagi Aceh dalam menge- kurang membuahkan hasil. Sejumlah fak-
lola pemerintah daerahnya dengan tujuan tor menjadi kendala, pertama infrastruktur
mengurangi dukungan bagi kemerdekaan pembangunan tidak berjalan dan pemerin-
Aceh. Namun Undang-Undang Nomor 18 tah daerah tidak bekerja secara maksimal.
tahun 2001 tentang status otonomi khusus Pemerintah daerah tidak berkerja karena
propinsi Nanggroe Aceh Darussalam tidak situasi keamanan yang tidak memungkink-
dapat dilaksanakan karena penolakan dari an bagi mereka. Hal ini berlangsung hingga
gerakan Aceh merdeka dan sebagian besar tahun 2003, pemerintah bekerja dengan cara
daerah di Aceh masih dikuasai oleh Gerakan yang tidak sewajarnya, karena takut diteror
Aceh Merdeka. dan dibunuh oleh kelompok pemberon-
Pada Juli 2001 presiden Megawati takan. Kedua, masih kentalnya pendekatan
Soekarnoputri menggantikan Abdurahman operasi-operasi keamanan dalam menyele-
Wahid sebagai presiden. Di masa kepe- saikan konflik Aceh. Ketiga, kebijakan yang
mimpinannya kesepakatan penghentian sifatnya untuk membangun ekonomi sulit
kekerasan (cessation on hostilities agree- dilaksanakan karena pemerintahan daerah
ment, COHA) ditandatangani di Jenewa lumpuh, akibat konflik yang berlarut-larut.
pada 9 Desember 2002. Sesuai dengan Keempat, walaupun telah ada gencatan
kesepakatan tersebut G e r a k a n A c e h senjata pada masa kepemimpinan megawati
Merdeka diharuskan menyerahkan seluruh soekarnoputeri melalui coha antara pemer-
persenjataannya dan meletakkan di tempat intah ri dengan gam, namun butir-butirnya
tertentu, relokasi dan perumusan ulang sulit diimplemtasikan di lapangan.
aparat keamanan Indonesia di Aceh, dan Sejak akhir Januari hingga juli 2005
keputusan bersama untuk membentuk be- pemerintahan yang baru di bawah kepe-
berapa daerah damai. Hasil pendekatan baru mimpinan presiden Susilo Bambang Yud-
tersebut juga mengalami kegagalan karena hoyono telah melakukan setidaknya lima
ketidakaktifan COHA dalam menghentikan kali pembicaraan informal dengan gerakan
pemberontakan di Aceh. Aceh merdeka untuk melakkan perundingan
Presiden Megawati melalui Kepu- secara damai untuk menyelesaikan separat-
tusan Presiden Nomor 18 Tahun 2003 isme di Aceh. Pembicaraan ini difasilitasi
mengumumkan untuk melanjutkan status oleh Crisis Management Initative (CMI),
wilayah darurat militer di Aceh. Tujuan dari sebuah lembaga yang dipimpin bekas pres-
keputusan tersebut adalah untuk memulih- iden Finlandia Martti Ahtissari dan men-
gambil tempat di Koeningstedt Estate yang
72 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan, Vol. 2 Nomor 1, Januari 2016, hlm. 60-82

terletak di luar ibukota Finlandia Helsinki. Diantaranya perubahan tersebut berisi men-
Pemerintahan SBY melakukan terobosan genai perluasan substansi otonomi khusus
melalui pendekatan baru dalam meny- melalui pelaksanaan pemilihan umum lokal
elesaikan pemberontakan gerakan Aceh di Aceh yang akan diikuti pleh partai-partai
merdeka, yang mementahkan pendekatan- politik lokal yang berbeda dengan for-
pendekatan sebelumnya. Meskipun banyak mat partai politik yang ditentukan dalam
pihak yang tidak setuju adanya perundin- Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002
gan dengan gerakan separatis ini namun tentang Partai Politik.
akhir dari pembicaraan informal ini adalah Usulan gerakan Aceh merdeka men-
penandatanganan MOU Helsinki pada 15 genai patrai politik lokal tersebut tidak den-
agustus 2005 yang sekaligus menjadi pen- gan serta merta mendapatkan persetujuan
anda berakhirnya konflik berkepanjangan di dari pemerintah republic Indonesia. Hingga
Aceh antara pemerintah Republik Indonesia putaran ke empat berlangsung kesepakatan
dengan Gerakan Aceh Merdeka. mengenai partai politik lokal di Aceh be-
Keberadaan partai politik lokal di lum juga dicapai oleh kedua belah pihak.
Nangroe Aceh Darusalam dalam sistem Dalam hal ini delegasi pemerintah yang
kepartaian Indonesia saat ini merupakan berunding belum mendapatkan persetujuan
konsekuensi dari kesepakatan helsinki. dari pemerintah di Indonesia mengenai ke-
Dalam perundingan yang berlangsung bebasan pembentukan partai politik lokal
tersebut gerakan Aceh merdeka mengajukan di Aceh yang disyaratkan oleh gerakan
syarat dalam hal partisipasi politik gerakan Aceh merdeka. Hal tersebut tamnpaknya
Aceh merdeka dalam kehidupan politik di mendapatkan respon negatif dari pemer-
Aceh yang berupa kehadiran partai politik intah. Menyikapi hal tersebut maka sebah
lokal di Aceh. Kesepakatan mengenai ke- terobosan coba digagas oleh pimpinan
beradaan partai politik lokal tersebut dica- partai-partai politik dan pimpinan fraksi-
pai melalui perundingan yang sangat alot fraksi di dewan perwakilan rakyat dengan
antara perwakilan gerakan Aceh merdeka mengadakan pertemuan pada tanggal 6 Juli
dengan perwakilan pemerintah Indonesia. 2005 di kediaman wakil presiden jusuf kalla
Ahmad farhan hamid mencatat dalam bu- dengan dihadiri pula oleh presiden susilo
kunya bahwa dalam perundingan putaran bambang yudhoyono. Dalam pertemuan ini
ke dua, delegasi gerakan Aceh merdeka diambil suatu kesepakatan untuk memberi
menegaskan ketidakpuasannya atas format kesempatan pada mantan anggota gerakan
otonomi khusus Aceh yang ada dalam Aceh merdeka untuk menjadi kepala dae-
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 rah, terutama menjadi wakil gubernur, bu-
dan mengajukan beberapa perubahan yang pati/ wakil bupati maupun walikota\wakil
signifikan yang disebutnya dengan istilah walikota di Aceh. Semua itu diberikan
“pemerintahan sendiri” (self goverment). dengan syarat mereka mau menerima dan
Jafar A.W, Asas Demokrasi dan Partai Politik Lokal di Provinsi Aceh 73

bergabung lagi dengan negara kesatuan egaskan bahwa jawaban untuk permasala-
Republik Indonesia dan tentunya dengan han partai politik lokal di Aceh bukanlah
mengikuti seleksi calon kepala daerah tawaran manis pada pihak gerakan Aceh
yang telah ditentukan berdasarkan internal merdeka yang justru mengeliminasi hak
partai masing-masing. Dalam pertemuan politik kelompok masyarakat Aceh yang
lain antara wakil presiden jusuf kalla dan lain. Perundingan untuk perdamaian terse-
sejumlah anggota DPR dan dpd dari daerah but bukan untuk mengatur gerakan Aceh
pemilihan Aceh yang diadakan di tenpat merdeka untuk mendapatkan kekuasaan di
yang sama pada tanggal 8 Juli 2005, jusuf Aceh melainkan untuk memperkenalkan
kalla memaparkan kemajuan yang telah demokrasi sejati, yaitu, membangun proses
dicapai dalam perundingan helsinki namun politik yang terbuka dan transparan serta
menegaskan bahwa keberadaan partai poli- menciptakan kerangka politik yang plural
tik lokal di Aceh tidak dapat diberikan. bagi seluruh rakyat Aceh. Karena itulah ger-
Dalam pertemuan dengan delegasi akan Aceh merdeka menuntut pemerintah
gerakan Aceh Merdeka pada 12-17 Juli mengamandemen undang-undang nomor 31
2002 sikap pemerintah pada saat itu tetap tahun 2002 tentang partai politik.
tidak melunak, pemerintah tetap menolak Opsi kedua yang diajukan pemerin-
keberadaan partai politik lokal di Aceh yang tah adalah pimpinan gerakan Aceh merdeka
dianggap tidak sesuai dengan Undang-Un- muncul sebagai kandidat kepala daerah dari
dang nomor 31 Tahun 2002 tentang partai partai politik yang sudah ada di Indonesia
politik. Melalui menteri hukum dan ham sebagaimana disepakati pimpinan 10 partai
hamid awaludin menyatakan bahwa negara politik di jakarta. Delegasi dari gerakan
Indonesia adalah negara kesatuan sehingga Aceh merdeka juga menolak usulan terobo-
keberadaan partai politik lokal berarti keluar san ini, demikian juga dengan opsi ketiga
dari koridor negara kesatuan. untuk menjadikan gerakan Aceh merdeka
Untuk menghindari kebuntuan sebagai partai politik berstruktur atau bersi-
dalam perundingan maka pemerintah fat nasional yang berbasis Aceh. Penolakan
menawarkan beberapa opsi kepada gerakan terobosan dari pemerintah tersebut men-
Aceh merdeka sebagai pemecahan isu partai jadikan perundingan sempat mengalami
politik lokal. Opsi pertama yang ditawar- dead lock.
kan adalah anggota-anggota gerakan Aceh Sikap pemerintah yang bersikeras
merdeka akan mendapatkan posisi politik untuk menghindari adanya kesepakatan
termasuk sebagai kepala daerah. Namun mengenai kehadiran partai politik lokal di
opsi ini ditolak oleh delegasi gerakan Aceh Aceh tidak lepas dari pro dan kontra men-
merdeka dengan alasan agar posisi tersebut genai isu partai politik lokal di tanah air.
diperoleh malalui proses pemilihan umum. Pakar ilmu politik universitas gajah mada,
Juru bicara gerakan Aceh merdeka men- riswandha imawan menilai pembentukan
74 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan, Vol. 2 Nomor 1, Januari 2016, hlm. 60-82

partai politik lokal berbasis etnis Aceh menyatakan tidak setuju dengan gagasan
merupakan langkah mundur. Partai poli- tersebut. Dalam rangka isu pembentukan
tik Indonesia dimundurkan 100 tahun ke partai politik lokal untuk Aceh 76,2% re-
belakang. Partai politik sebagai saluran as- sponden menyatakan tidak setuju meskipun
pirasi haruslah tidak diskriminatif dan non- 75% responden dalam survei yang lain
primodial. Karena itu wacana mengenai menyatakan mendukung perundinyan hel-
partai politik lokal tidak boleh semata-mata sinki. Menurut rizal sukma peneliti centre
didasarkan pada kebutuhan mengakomo- for strategic and international studies (csis),
dasi keinginan gerakan Aceh merdeka saja. ada tiga faktor utama yang mendasari mun-
Namun alasan utama menolak kehadiran culnya penolakan ini, yaitu dugaan publik
partai politik lokal di Aceh didasarkan bahwa kehadiran partai politik lokal akan
pada alasan yuridis formal, bahwa tuntu- mengarah pada disintegrasi bangsa, dugaan
tan itu jika disetujui bertentangan dengan publik bahwa hal itu terlalu mengakomodasi
konstitusi dan perundang-undangan yang permintaan gerakan Aceh merdeka dan rasa
ada. Hal ini merupakan hasil rapat kabinet tidak percaya publik pada gerakan Aceh
pada tanggal 7 juni 2005, sebagaimana di- merdeka yang menduga kesediaannya untuk
ungkapkan oleh menko polhukam widodo berunding hanyalah strategi untuk mencapi
a.s. Hal senada juga disampaikan oleh ketua tujuan selanjutnya.
DPR agung laksono yang turut menolak Namun pada akhirnya sikap pemer-
kehadiran partai politik lokal di Aceh karena intah melunak mengenai keberadaan
partai politik haruslah bersekala nasional partai politik lokal di Aceh. Terjadinya dead
dan menurut undang-undang, domisili lock membawa perundingan ke arah yang
partai harus berada di ibukota negara dan membahayakan. Hal ini dapat berakibat
daerah sekitarnya. hasil perundingan yang sebelumnya telah
Alasan lain penolakan partai politik disepakati menjadi sia-sia. Pemerintah juga
lokal di Aceh adalah adanya kekhawatiran tidak menginginkan upaya perdamaian bagi
bahwa daerah lain akan menuntut hal yang Aceh yang telah berlangsung selama berta-
sama apabila Aceh diberikan kebebasan hun-tahun yang telah menelan banyak biaya
untuk mendirikan partai politik lokal. Di maupun korban akan dimentahkan kembali
tingkat masyarakat sendiri kekhawatiran dengan tidak adanya kesepakatan dalam
terhadap partai politik lokal ternyata cukup perundingan helsinki tersebut. Pemerintah
kuat. Survei dari lembaga survei Indonesia dengan persetujuan DPR bersedia untuk
pada tanggal 28 juli – 2 agustus 2005 ter- menfasilitasi pendirian pertai-partai politik
hadap 1.397 responden di 32 provinsi Indo- lokal di Aceh. Jalan keluar sementara yang
nesia menunjukkan hanya 6,9% responden dipikirkan oleh pemerintah pada saat itu
yang setuju dengan ide partai politik lokal adalah dengan memasukkan partai politik
secara umum, selebihnya 75,8% responden lokal di Aceh dalam amandemen undang-
Jafar A.W, Asas Demokrasi dan Partai Politik Lokal di Provinsi Aceh 75

undang nomor 18 tahun 2001 tentang oto- Sistem kepartaian di Indonesia men-
nomi khusus Nanggroe Aceh Darussalam galami perubahan sesuai dengan pergantian
bukan amandemen undang-undang partai tipe sistem politik. Tipikal sistem kepartaian
politik sebagaimana usulan yang diajukan apa yang berlaku di suatu negara, secara
oleh gerakan Aceh merdeka. sederhana dapat diukur melalui fenomena
Di Indonesia, sistem kepartaian pemilihan umum. Dari sisi jumlah misal-
mengalami sejumlah perbedaan jika dilihat nya, suatu negara dapat disebut sebagai
secara kesejarahan. Perbedaan ini di anta- bersistem satu partai, dua partai, atau
ranya diakibatkan oleh perbedaan tipikal multipartai, dilihat saja dari berapa banyak
sistem politik yang berlaku. Di Indonesia, partai yang ikut serta dalam pemilu berikut
secara bergantian, sistem politik mengalami peroleh suara mereka.
sejumlah perubahan dari demokrasi lib- Sejak Indonesia merdeka tahun
eral tahun 1950 awal hingga 1955, rezim 1945 hingga pemilihan umum tahun 2009
politik otoritarian dari 1959 hingga 1965, masih diterapkan sistem kepartaian multi
rezim kediktatoran militer dari 1966 hingga partai. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kon-
1971, rezim otoritarian kontempore dari testan partai yang turut serta berpartisipasi
1971 hingga 1998 dan kembali menjadi dalam pemilihan umum yang diselenggara-
demokrasi liberal sampai sekarang. kan secara teratur sejak tahun 1955. Dalam
Sistem kepartaian dapat diartikan setiap pemilihan umum yang diselenggara-
sebagai himpunan partai politik yang kan jumlah peserta pemilihan umum selalu
tergabung secara alamiah, maupun oleh lebih dari dua partai sehingga tidak dapat
budi daya manusia sehingga menjadi suatu diidentifikasikan sebagai sistem partai tung-
kesatuan yang bulat dan utuh. Komponen- gal atau sistem dua partai, karena diikuti
komponen tersebut menunjukkan hubungan oleh banyak partai politik. Kenyataan lain
saling ketergantungan dan saling keterkai- dapat dilihat dari komposisi anggota lem-
tan yang teratur. Oleh karena itu pemaha- baga perwakilan rakyat yang berasal dari
man mengenai latar belakang perkemban- komponen banyak partai politik, setidaknya
gan kehidupan kepartaian di Indonesia selalu lebih dari dua partai politik sejak
tidak dapat di pisahkan dari pemahaman terbentuknya DPR hasil pemilu tahun 1955.
mengenai sistem politik dan sistem de- Sebagaimana telah dijabarkan oleh
mokrasi. Yang berkembang pada tiap-tiap lawson bahwa sistem kepartaian adalah
era pemerintahan. Sistem politik merupakan sistem politik yang ditentukan oleh jum-
aktualisasi dari prinsip kedaulatan rakyat lah partai politik yang saling bersaing di
yang lebih luas dijabarkan dalam pengakuan dalamnya. Pandangan lawson tersebut jelas
hak berserikat dan berkumpul, termasuk menggambarkan bahwa fokus pembahasan
hak untuk membentuk dan menjadi anggota sistem kepartaian mengarah pada jumlah
partai politik. partai yang menjadi kontestan pemilihan
76 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan, Vol. 2 Nomor 1, Januari 2016, hlm. 60-82

umum, namun tentunya sistem kepartaian Secara khusus dalam sistem kepar-
tidak hanya membahas tentang jumlah taian dan politik yang sebagaimana penulis
kontestan pemilu saja, melainkan juga pola cermati, sistem yang terbentuk selama era
hubungan dan interaksi yang terbentuk di- demokrasi transisional ini menuai kon-
antara partai politik yang satu dengan yang toversi, namun hal semacam ini memang
lain, bahkan keterkaitan antara kondisi sosio wajar. Dalam banyak hal transisi dari
kultural masyarakat dengan sistem pemer- pola lama ke pola yang baru menimbul-
intahan yang ada. Hal-hal tersebut sangat kan ketegangan diantara pihak-pihak atau
mempengaruhi sistem kepartaian yang ada. kelompok-kelompok yang sepakat dengan
Berdasarkan pola sistem kepartaian sistem konvensional dengan pihak-pihak
yang dapat dilihat pada pemilihan umum yang lebih mengedepankan pembaharuan.
tahun 2002 sampai sekarang maka dalam Masing-masing kelompok mewakili ke-
bukunya mukti fajar menggolongkan sistem pentinyan yang tidak sama, bahkan tidak
kepartaian Indonesia kedalam sistem multi jarang bertentangan satu dengan yang lain.
partai sederhana. Tidak jauh berbeda dari Soerjono soekanto menjelaskan
sitem multi partai tidak terbatas yang dianut bahwa masyarakat yang terdiri dari ke-
pada era demokrasi reformasi sistem multi lompok-kelompok sosial yang mempun-
partai sederhana dipandang sebagai sistem yai latar belakang ideologi yang berbeda
yang dicoba diterapkan untuk semata-mata dan seterusnya, mempermudah terjadinya
menguatkan institusi-institusi ketatanega- pertentangan-pertentangan yang mengun-
raan yang sudah ada, selain daripada evalu- dang kegoncangan-kegoncangan yang
asi sistem yang sudah ada terdahulu. Era mendorong terjadinya perubahan dalam
reformasi demokrasi yang disebut juga era masyarakat (soerjono soekanto, 2002: 328).
demokrasi transisional dalam literatur, bo- Trasisi dari sistem multi partai hegemoni
leh dimengerti sebahai sistem yang relatif dalam masa pemerintahan soeharto menjadi
serba baru dengan demikian belum memi- sistem multi partai sederhana ini melibatkan
liki pijakan yang mantab dalam segala hal. sentimen-sentimen yang berlatar belakang
Dalam perspektif ketatanegaraan ideologis yang berpotensi mendorong ter-
pun demikian. Banyak aspek dalam ket- jadinya pertentangan-pertentangan yang
atanegaraan Indonesia yang perlu dibenahi. berujung pada perubahan sosial.
Tugas bangsa dan negara saat ini adalah Singkatnya, sistem multi partai
memperetahankan tatanan demokrasi yang sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut.
sejauh ini sudah dibentuk dan pemperkokoh Pertama, dalam tuntutannya dalam pen-
instrumen-instrumen penegak dan pelak- guatan sistem pemerintahan presidensial
sana demokrasi Indonesia tersebut yang Indonesia atau possi tawar antara eksekutif
pelaksanaannya diselaraskan dengan din- dan legislatif , maka sistem multi partai
amika bangsa dan negara. sederhana dapat dipahami sebagai sistem
Jafar A.W, Asas Demokrasi dan Partai Politik Lokal di Provinsi Aceh 77

kepartaian yang menghendaki soliditas politik di Indonesia sejak era demokrasi


dukungan partai yang duduk di parlemen reformasi- transisional hingga pemilu 2009
(lembaga legislatif) terhadap pemerintah menunjukkan gambaran bahwa partai-partai
(lembaga eksekufif) dalam rangka mencip- politik di Indonesia masih terpolarisasi ke
takan ketahanan politik yang mantab dan dalam aliran-aliran politik.
stabil. Dukungan solid mutlak diperlukan Kedua, dalam kaitannya dengan
untuk mendukung efektifitas penyeleng- tuntutan penyederhanaan partai politik
garaan pemerintah dan dalam perumusan demi memperkokoh sistem presidensial,
kebijakan negara. Denny indrayana me- maka sistem multi partai sederhana dapat
nyebutkan “tidak sedikit penelitian yang dimaknai sebagai sistem multi partai yang
membuktikan bahwa sistem presidensial membatasi jumlah partai politik peserta
akan lebih solid dibangun di atas sistem pemilu dengan menerapkan angka ambang
kepartaian sederhana. (Denny Indrayana batas minimal pemilu (electrolal threshlod).
2008 : 120). Electroral threshold sudah diterapkan sejak
Makin rumit dan banyak partai pemilu tahun 1999 dengan besaran variatif
politik akan berdampak pada polarisasi. Du- setiap periode pemilu. Yaitu besaran angka
kungan partai pada pemerintah. Hal terse- yang ditetapkan atas dasar kesepakatan poli-
but berpotensi besar menghadirkan sistem tik antar partai politik di parlemen mengenai
pemerintahan yang terbelah (devided batas minimal perolehan jumlah korsi bagi
goverment), yaitu sistem pemerintahan tiap-tiap partai pollitik untuk dapat berkom-
dimana presiden tidak mendapat dukun- petisi pada putaran pemilihan umum selan-
gan memadahi dari parlemen sehingga jutnya. DPR beranggapan bahwa ketentuan
menjadi presiden minoritas (minoriti tentang electroral threshold ini sebagai,
presidentialisem). Dalam kaitanya dengan ukuran yang jelas dan rasional untuk pende-
efektifitas hubungan kerja antar lembaga wasaan partai politik, untuk melaksanakan
negara (eksekutif- legislatif), kondisi yang pendidikan politik, serta berfungsi sebagai
demikian tidak memberi keuntungan bagi sarana bagi rakyat yang mendukung untuk
pemerintahan, selain daripada menghambat mengevaluasi seberapa jauh misi dan visi
pemerintahan dan pembangunan itu sendiri. suatu partai politik mendapatkan apresiasi
Partai yang terlalu banyak juga bukan dan dukungan dari masyarakat luas. Seka-
meupakan hal yang baik. Berkaitan dengan ligus sebagai parameter bagi partai politik
nilai urgensi partai politik, partai politik untuk melihat seberapa jauh mendapat
yang terlalu banyak juga akan rentan tim- dukungan dari masyarakat sehingga menun-
bulanya konflik, serta berpotensi memecah jukkan eksistensi legitimasi yang kuat bagi
belah dukungan politik yang berujung pada bagi partai politik tersebut.
apatisme publik terhadap praktek-praktek Sejak Indonesia kembali kepada
politik praktis. Kenyataanya, kehidupan demokrasi multipartai di tahun 1999, hanya
78 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan, Vol. 2 Nomor 1, Januari 2016, hlm. 60-82

partai politik dengan basis organisasi bersi- peluang bagi munculnya partai politik lokal
fat nasional yang diijinkan untuk mengikuti di papua. Dalam pasal 28 di jelaskan bahwa:
pemilihan umum. Undang-undang tentang 1. Penduduk provinsi Papua dapat
partai politik (UU No. 2 Tahun 2008), yang membentuk partai politik.
merupakan revisi dari undang-undang se- 2. Tata cara pembentukan partai politik
jenis sebelumnya, mensyaratkan sebuah dan keikutsertaan dalam pemilihan
partai politik untuk memiliki cabang di umum sesuai dengan perundang-
60 persen dari jumlah provinsi dan me- undangan.
miliki kantor setidaknya di 50 persen dari 3. Rekrutmen politik oleh partai politik
kabupaten dan kota dalam provinsi yang di provinsi Papua dilakukan dengan
bersangkutan. Amandemen undang-undang memprioritaskan masyarakat asli papua.
tentang partai politik ternyata telah mem- 4. P a r t a i p o l i t i k w a j i b m e m i n t a
persulit partai-partai baru untuk masuk ke pertimbangan kepada MPR dalam hal
dalam sistem. seleksi dan rekruitmen politik partainya
Selain adanya persyaratan ambang masing-masing.
batas perolehan suara untuk parlemen (par- Kehadiran partai politik lokal di
liamentary threshold) sebesar 2,5 persen, papua berkaitan dengan keistimewaan
undang-undang tentang partai politik ini yang diberikan oleh pemerintah kepada
dirancang untuk membatasi masuknya par- papua sebagai daerah istimewa sehubungan
tai-partai kecil ke dalam parlemen. Undang- adanya ancaman disintegrasi di daerah
undang ini didasari oleh kekhawatiran akan tersebut guna mempertahankan integrasi
adanya perpecahan sekaligus ketakutan his- bangsa dalam wadah nkri dengan menghar-
toris akan hadirnya partai lokal. Semenjak gai kesetaraan dan keragaman kehidupan
tumbangnya demokrasi parlementer pada sosial budaya masyarakat irian jaya melalui
tahun 1950-an, partai politik lokal selalu penetapan daerah otonomi khusus yang
dikaitkan dengan sentimen kedaerahan dan diatur dengan undang-undang. Kehadiran
perpecahan. Pada tahun 1998, saat gerakan partai politik lokal di papua diharapkan
separatis di dua titik paling ujung nusantara dapat menjadi sarana untuk memperjuang-
menguat seiring tumbangnya rejim suharto, kan tuntutan aspirasi masyarakat papua.
para penyusun perundangan khususnya Sekilas mungkin dapat dikatakan bahwa
berupaya memastikan bahwa partai-partai undang-undang ini dapat mengakomodasi
lokal dengan agenda-agenda kedaerahannya berdirinya partai politk lokal di Indonesia,
tidak masuk dalam reformasi demokratis namun apabila ditelaah lebih lanjut terdapat
yang berlangsung. kontradiksi dalam peraturan itu sendiri.
Dalam perjalanannya undang-un- Ayat 2 yang menyebutkan bahwa tata cara
dang nomor 21 tahun 2001 tentang otonomi pembentukan dan keikutsertaan partai poli-
khusus bagi provinsi papua turut memberi tik lokal dalam pemilihan umum sesuai den-
Jafar A.W, Asas Demokrasi dan Partai Politik Lokal di Provinsi Aceh 79

gan perundang-undangan menjadikan pasal dang ini secara tegas menutup kemungkinan
28 menjadi tidak aplikatif. Artinya tetap bagi munculnya partai politik lokal di tanah
saja keinginan untuk membentuk partai air. Pasal 1 undang-undang nomor 31 tahun
politik lokal dihambat melalui mekanisme 2002 menyatakan bahwa yang dimaksud
hukum yang mengatur sistem kepartaian di dengan partai politik adalah organisasi poli-
Indonesia. tik yang dibentuk oleh sekelompok warga
Apabila dilihat lebih lanjut secara negara Republik Indonesia secara sukarela
historis dan secara yuridis, partai politik atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita
lokal telah memiliki tempat dalam sistem untuk memperjuangkan kepentingan secara
ketatanegaraan Indonesia. Ketentuan eksplisit dinyatakan dapat dibentuk oleh
Undang-Undang Dasar negara Republik sekelompok warga Indonesia tapi pemben-
Indonesia, khususnya pasal 28 e ayat (3), tukan partai politik hanya dapat dilakukan
dapat dipahami sebagai suatu bentuk jami- dengan persyaratan yang ditentukan dalam
nan konstitusional terhadap setiap warga undang-undang. Pasal 2 ayat (1) Undang-
negara untuk mewujudkan hak kebebasan Undang nomor 31 tahun 2002 menegaskan
berserikat dan berkumpul. Dengan berland- persyaratan yang harus dipenuhi untuk
asakan pasal ini maka negara menjamin hak mendirikan partai politik. Pasal 2 ayat (1)
warga negara untuk mendirikan organisasi menegaskan bahwa: “partai politik didiri-
atau bentuk-bentuk perserikatan atau per- kan dan dibentuk oleh sekurang-kurangnya
kumpulan sesuai dengan kebutuhan mereka 50 (lima puluh) orang warga negara Repub-
masing-masing. Jadi di satu sisi pasal 28 e lik Indonesia yang telah berusia 21 (dua
ayat (3) UUD 1945 tersebut membelikan puluh satu) tahun dengan akta notaris.”
peluang bagi kehadiran partai politik lokal Apabila persyaratan pembentukan partai
di Indonesia sebagai perwujudan pelak- politik hanya sebatas ketentuan itu, maka
sanan hak warga negara untuk berserikat dapat dipastikan tidak sulit membentuk
atau berkumpul. Namun di sisi lain pasal partai politik lokal. Kesulitan membentuk
28 UUD 1945 juga mencantumkan kalimat partai politik lokal muncul karena akta
“..ditetapkan dengan undang-undang”. Den- notaris harus memuat anggaran dasar dan
gan adanya ketentuan ini maka peluang un- anggaran rumah tangga yang disertai susu-
tuk munculnya partai politik lokal menjadi nan kepengurusan tingkat nasional.
tertutup karena adanya persyaratan untuk Kesulitan makin terasa karena partai
kembali merujuk kepada undang-undang politik harus didaftarkan pada departemen
dalam hal pembentukan partai politik. kehakiman dengan memenuhi salah satu
Hukum positif Indonesia pada saat syaratnya, yaitu mempunyai kepenguru-
itu mengatur mengenai sistem kepartaian san sekurang-kurangnya 50% (lima puluh
dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun persen) dari jumlah provinsi, 50% (lima
2002 tentang Partai Politik. Undang–un- puluh persen) dari jumlah kabupaten/kota
80 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan, Vol. 2 Nomor 1, Januari 2016, hlm. 60-82

pada setiap provinsi yang bersangkutan, Pengaturan tersebut kemudian disusul den-
dan 25% (dua puluh lima persen) dari gan ketentuan lebih lanjut yang diatur dalam
jumlah kecamatan pada setiap kabupaten/ Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
kota yang bersangkutan. Dengan adanya Nomor 20 Tahun 2007 tentang partai politik
syarat partai politik harus mempunyai lokal di Aceh. Seperti halnya partai politik
susunan kepengurusan tingkat nasional nasional, partai politik lokal di Aceh juga
dan kepengurusan tingkat provinsi, yang menjalankan fungsi-fungsi yang dilakukan
sekurang-kurangnya setengah dari jumlah oleh partai politik nasional. Dalam sistem
provinsi yang ada, kehadiran partai politik kepartaian Indonesia, sebagaimana partai
lokal menjadi hampir tidak mungkin dire- politik nasional partai politik lokal di Aceh
alisasi. Kemudian, Undang-undang Nomor juga berkedudukan sebagai suatu organisasi
12 Tahun 2003 juga hanya memperbolehkan yang diberikan kewenangan oleh undang-
partai politik mengikuti pemilihan umum undang untuk memperoleh kekuasaan poitik
hanya jika memiliki pengurus lengkap dan merebut kedudukan politik dengan
sekurang-kurangnya di 2/3 (dua pertiga) cara-cara yang konstitusional. Namun
dari jumlah provinsi dan pengurus lengkap diatur dalam pasal 80 ayat 1 huruf d dan h
sekurang-kurangnya di 2/3 (dua pertiga) undang-undang nomor 11 tahun 2006 ten-
dari jumlah kabupaten/kota yang ada. Ber- tang pemerintahan Aceh, partai politik lokal
dasarkan penjelasan tersebut di atas, jadi di Aceh hanya berhak untuk memperoleh
baik dari undang-undang nomor 31 tahun kekuasaan poitik dan merebut kedudukan
2002 maupun dari undang-undang nomor politik terbatas di daerah Aceh. Partai poli-
12 tahun 2003, tidak membuka kemungki- tik lokal di Aceh didirikan dalam kerangka
nan untuk berdirinya partai politik lokal. kekhususan yang diberikan pemerintah
Berbeda dari partai politik lokal pada Aceh oleh karena itu dalam visi mau-
di papua, kehadiran partai politik lokal pun misinya partai politik lokal di Aceh
di Nangro Aceh Darusalam dalam sistem diijinkan untuk mengakomodasi nilai-nilai
kepartaian Indonesia merupakan kon- lokal daerah Aceh maupun nilai-nilai religi.
sekuensi dari nota kesepahaman yang Pengaturan mengenai partai politik
telah disepakati oleh pemerintah Republik lokal Aceh dalam undang-undang pemer-
Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka pada intahan Aceh adalah suatu terobosan yang
tanggal 15 Agustus 2005 silam. Untuk tepat dengan menimbang bahwa undang-
mengakomodasi keberadaan partai politik undang partai politik yang berlaku pada saat
lokal dalam sistem kepartaian Indonesia itu tidak memungkinkan untuk berdirinya
maka dewan perwakilan rakyat memasuk- partai politik lokal di Indonesia. Dengan
kan materi pengaturan partai politik lokal adanya perubahan pada undang-undang
di Aceh dalam Undang-undang Nomor 11 pemerintahan Aceh dan bukan pada undang-
tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. undang mengenai partai politik maka partai
Jafar A.W, Asas Demokrasi dan Partai Politik Lokal di Provinsi Aceh 81

politik lokal hanya dapat berdiri terbatas politik lokal di Aceh hanya berhak untuk
di daerah Nangro Aceh DFarusalam sesuai memperoleh kekuasaan poitik dan mere-
dengan ketentuan yang berlaku. Dengan but kedudukan politik terbatas di daerah
demikian maka keberadaan partai politik Aceh. Partai politik lokal di Aceh didirikan
lokal di Aceh tidak bertentangan dengan dalam kerangka kekhususan yang diberikan
Undang- undang partai politik karena partai pemerintah pada Aceh, oleh karena itu ke-
politik lokal di Aceh berlaku sebagai lex hadiran partai politik lokal merupakan hal
specialis derograt lex generale. Dengan yang sah walaupun Undang-Undang Nomor
adanya pemberlakuan otonomi daerah se- 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik secara
cara khusus di Aceh dapat dikatakan bahwa jelas tidak memberikan keleluasaan dalam
keberadaan partai politik lokal di Aceh pembentukan partai politik lokal karena
adalah sah dan tidak melanggar undang- partai politik lokal di Aceh berlaku sebagai
undang, walaupun Undang-undang Nomor lex specialis derograt lex generale.
2 Tahun 2008 tentang Partai Politik secara Kemenangan partai politik lokal
jelas tidak memberikan keleluasaan dalam dalam Pemilihan Umum Dewan Perwakilan
pembentukan partai politik lokal. Rakyat Aceh pada tahun 2009 dengan
perolehan suara jauh melebihi perolehan
Simpulan suara partai politik nasional menjadi tolok
Dalam sistem kepartaian Indonesia ukur bahwa demokrasi harus tumbuh dari
partai politik lokal di Aceh berkedudukan inisiatif komunitas lokal. Partai politik lokal
sebagai suatu organisasi yang diberikan Aceh mampu mengakomodasi aspirasi ma-
kewenangan oleh undang-undang untuk syarakat Aceh melalui visi maupun misinya.
memperoleh kekuasaan poitik dan mere- Kehadiran partai politik lokal di Aceh men-
but kedudukan politik dengan cara-cara jawab kebutuhan masyarakat Aceh akan
yang konstitusional. Namun sebagaimana instrumen politik yang dapat menampung
diatur dalam Pasal 80 ayat 1 huruf d aspirasi masyarakat daerah yang sangat
dan h Undang-Undang Nomor 11 Tahun beragam.
2006 Tentang Pemerintahan Aceh, partai

Daftar Pustaka

Amal, Ichlasul 1996. Teori-Teori Mutakhir tahun 2006-2007. Jakarta : lembaga


Partai Politik. PT. Tiara Wacana kajian demokrasi dan hak asasi.
Yogya. Yogyakarta Asshiddiqie, jimly 2008. Hukum Tata
Asmara, Nababan 2007. “Reformasi Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi.
Kepartaian untuk Perbaikan Rep- Konstitusi Perss. Jakarta
resentasi”. Laporan Riset kajian Buadiarjo, Miriam 1998. Partisipasi dan
demokrasi dan Hak asasi (demos) Partai Politik. Yayasan Obor Indo-
82 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan, Vol. 2 Nomor 1, Januari 2016, hlm. 60-82

nesia. Jakarta grafindo persada. Jakarta


………...2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Sutopo, HB. 1998. Metode Penelitian
PT. Gramedia Pustaka Utama. Ja- Kualitatif. UNS Press, Surakarta
karta Wijaya, Endra. 2010. Partai Politik Lokal
Farhan Hamid, Ahmad. 2008. Partai Politik di Indonesia : F Media Pustaka.
Lokal di Aceh. Kemitraan. Jakarta Jakarta
Hooogerwerf. 1985. Politikologi. Erlanga.
Jakarta Peraturan perundang-undangan
Indrayana, Deny. 2008. Negara Antara Ada Undang-Undang Dasar Negara Republik
dan Tiada. PT. Kompas Media Nu- Tndonesia Tahun 1945
santara. Jakarta Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006
Mahendra Soekady, Oka. 2004. Prospek Tentang Pemerintahan Aceh
Partai Politik Pasca 2004. Jayasan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008
Pancur Siwah. Jakarta Tentang Partai Politik
Nusa Bhakti, Ikrar 2008. Beranda Per- Peraturan Pemerintah No 2 tahun 2007
damaian, Aceh Tiga Tahun Pasca Tentang Partai Politik Lokal
MOU Helsinki. Pustaka Pelajar. Qanun Aceh No 3 Tahun 2008 Tentang Par-
Yogyakarta tai Politik Lokal Peserta Pemilihan
Sanit, Arbi 2008. Sistem politik Indonesia Umum Dewan Perwakilan Rakyat
Kestabilan, Peta Kekuatan Poli- Aceh dan Dewan Perwakilan Raky-
tik dan Pembangunan. PT. Raja at Kabupaten/Kota

Anda mungkin juga menyukai