Anda di halaman 1dari 29

REFERAT

MENINGITIS
Pembimbing
Dr. TutWuri Handayani, Sp.S.M.Kes
DisusunOleh
Pegi Milawati

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN NEUROLOGI


RSUD R SYAMSUDIN SH SUKABUMI
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020
DEFINISI

● Meningitis adalah inflamasi pada selaput otak atau meninges.


Meninges adalah tiga membran yang terdiri dari duramater,
arakhnoideamater dan piamater yang melapisi otak dan medulla
spinalis.
EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2007,
Pada tahun 2015 dilaporkan angka kematian akibat meningitis dan ensefalitis mencapai
terdapat sekitar 8,7 juta kasus 0,8% dari seluruh kematian yang terjadi pada semua usia
meningitis di seluruh dunia
dengan angka kematian
mencapai 379.000 jiwa

70% kasus
meningitis terjadi
pada anak di bawah 5
tahun dan orang tua Di Amerika, insidens rate meningitis akibat
di atas usia 60 tahun. bakteri mengenai 3 per 100.000 penduduk
pertahun, virus mengenai 10 per 100.000
penduduk pertahun.
FAKTOR RISIKO

● Usia, biasanya pada usia <5 tahun dan >60 tahun


● Imunosupresi atau penurunan kekebalan tubuh
● Diabetes melitus, insufisiensi renal atau kelenjar adrenal
● Infeksi HIV, Tuberkulosis dan ISNA
● Anemia sel sabit dan splenektomi
● Alkoholisme, sirosis hepatis
● Talasemia mayor  dan riwayat kontak yang baru terjadi
dengan pasien meningitis
● Defek dural baik karena trauma, kongenital maupun operasi
KLASIFIKASI
1. Berdasarkan perubahan warna yang
terjadi pada cairan otak

2. Berdasarkan perjalanan waktu


penyakit

3. Berdasarkan etiologi
1. Berdasarkan perubahan warna yang
terjadi pada cairan otak

Meningitis serosa Meningitis purulenta


Ditandai dengan cairan CSS Ditandai dengan cairan CSS
jernih, tekanan yang keruh, tekanan meningkat, jumlah
bervariasi, jumlah leukosit leukosit dan protein meningkat,
meningkat, glukosa dan glukosa menurun.
protein normal.
2. Berdasarkan waktu perjalanan penyakit

Akut Kronik
Gejala biasanya tiba-tiba Gejala dapat menetap, berfluktuasi atau perlahan-
dengan perburukan dalam lahan memburuk
beberapa jam (<24 jam)
Terjadi antara 0 -14 hari Terjadi selama 4 minggu atau lebih

Kebanyakan disebaban oleh Kebanyakan disebabkan oleh jamur, M.


bakteri atau virus tuberculosa, rickettsiae, SLE

Diagnosis dengan Kultur CSS Kultur CSS perlu dilakukan berulang. Bahkan
biopsi, pungsi cisternal/ventrikel diperlukan.
3. Berdasarkan Etiologi

Bakteri
 Streptococcus pneumoniae
 Neisseria meningitidis
 Haemophilus influenzae
 Listeria monocytogenes
 Mycobacterium tuberculosis Virus
 Staphylococcus aureus  Non-polio enterovirus (echovirus,
 Borrelia burgdorferi coxsackievirus)
 Treponema pallidum  Mumps
 Escherichia coli  Paraechovirus
 Influenza
 Herpesvirus (EBV, herpes simplex virus,
varicella-zoster virus)
 Measles
 Arbovirus
3. Berdasarkan Etiologi

FUNGI Protozoa dan


NON-INFEKSI

parasit
Cryptococcus neoformans  Kanker
 Blastomyces  Angiostrongylus cantonensis
 Lupus Eritematosus Sistemik
 Histoplasma  Baylisascaris procyonis  Cedera Kepala
 Coccidioides  Gnathostoma spinigerum  Pembedahan otak
 Candida  Naegleria fowleri
Faktor predisposisi: ISNA, otitis
Penularan patogen media, mastoiditis, prosedur bedah
lewat carrier, saraf baru, trauma kepala,
droplet infection Invasi patogen pengaruh imunologi

Kolonisasi patogen di

PATOFISIOLOGI nasofaring posterior, telinga


bagian tengah atau mastoid

Koloni menyebar secara


Nyeri kepala hematogen atau
perkontinuitatum Nyeri leher

Merangsang nosiseptor Koloni memasuki ruang


subarakhnoid melalui pleksus Spasme otot paravertebral
koroideus
Peningkatan TIK

Peregangan pada struktur


Edema serebri Menyebar ke jaringan serebral
yang inflamasi

Adhesi leukosit ke pembuluh


Patogen bermultiplikasi,
darah otak, permeabilitas Inflamasi dan iritasi meninges
merangsang sitokin proinflamasi
sawar darah

Mengeluarkan
pirogen endogen

Demam
PATOFISIOLOGI
MENINGITIS Inhalasi Kuman M. tuberculosis
TUBERKULOSIS
kolonisasi magrofag dalam alveolus

M.Tuberkulosis menyebar melalui getah bening dan


masuk dala aliran darah sistemik..

Secara hematogen bakteri TB mencapai sistem saraf


pusat dan membentuk fokus infeksi di parenkim otak

Fokus infeksi di daerah subkortikal yang mengalami


aktivasi dapat pecah kedalam ruang subaraknoid

melepaskan bakteri ke dalam cairan serebrospinal dan


bermanifestasi menjadi meningitis.
MANIFESTASI KLINIS

TRIAS MENINGITIS
fotofobia, mudah
mengantuk, bingung, ● Demam
gelisah, ● Nyeri kepala
● Kaku kuduk.

mual muntah, penurunan


nafsu makan

nyeri otot , parese nervus


kranialis dan kejang.
MANIFESTASI KLINIS BERDASARKAN ETIOLOGI

MENINGITIS BAKTERI
Onset cepat dapat berupa demam tinggi, nyeri kepala, dan kaku
kuduk, mual, muntah, fotofobia, dan penurunan status mental

MENINGITIS VIRUS
Pada meningitis yang disebabkan oleh Echovirus : sakit kepala, muntah, sakit
tenggorok, nyeri otot, demam, dan disertai dengan timbulnya ruam makopapular yang
tidak gatal di daerah wajah, leher, dada, badan, dan ekstremitas.
Meningitis Coxsackie virus yaitu tampak lesi vasikuler pada palatum, uvula, tonsil, dan
lidah dan pada tahap lanjut timbul keluhan berupa sakit kepala, muntah, demam, kaku
leher, dan nyeri punggung.
MENINGITIS MENINGOKOKUS
MENINGITIS TUBERKULOSIS

• stadium I : terdapat panas yang hilang timbul, nyeri Perburukan kondisi dalam hitungan jam
(delirium atau sopor), timbul ruam berupa
kepala, konstipasi, kurang nafsu makan, fotofobia, nyeri
petekie atau purpura dan biasanya terdapat
punggung, h
pada remaja dan dewasa.
alusinasi, dan sangat gelisah.
• Stadium II : nyeri kepala yang hebat dan kadang disertai
kejang terutama pada bayi dan anak-anak. Tanda-tanda
rangsangan meningeal mulai nyata, seluruh tubuh dapat
menjadi kaku, terdapat tanda-tanda peningkatan
intrakranial, ubun-ubun menonjol dan muntah lebih hebat.
• Stadium III atau stadium terminal ditandai dengan
kelumpuhan dan gangguan kesadaran sampai koma. Pada
stadium ini penderita dapat meninggal dunia dalam waktu
tiga minggu bila tidak mendapat pengobatan
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
Pada anamnesa dapat diketahui adanya trias
meningitis seperti demam, nyeri kepala dan kaku
kuduk. gejala lain seperti mual muntah,  penurunan
nafsu makan, mudah mengantuk, fotofobia, gelisah,
kejang dan penurunan kesadaran. faktor risiko yang
harus diwaspadai seperti paparan kontak dekat (barak
militer, asrama), vaksinasi yang tak komplit,
immunosupressan, anak-anak dengan usia di bawah 5
tahun dan lansia, serta peminum alkohol.
Pemeriksaan Rangsang Meningeal

 Pemeriksaan Kaku Kuduk


kaku kuduk (+): terdapat tahanan saat kepala dirotasikan dan difleksikan serta terasa nyeri
(meningismus)

 Pemeriksaan Tanda Kernig


Kernig’s sign (+): nyeri saat tungkai bawah di ekstensi

 Pemeriksaan Brudzinski I
Tanda Brudzinski I positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada tungkai

 Pemeriksaan Brudzinski II
Tanda Brudzinski II positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi
panggul dan lutut kontralateral

 Pemeriksaan brudzinski III


Tanda brudzinski III positif (+) jika terdapat fleksi involunter ekstremitas superior.

 Pemeriksaan Lasegue
Tanda lasegue positif (+) jika terdapat tahanan sebelum mencapai sudut 70˚.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan Pungsi Lumbal


Diagnosis pasti meningitis adalah
pemeriksaan CSS melalui pungsi
lumbal, bertujuan untuk menganalisa
jumlah leukosit, glukosa, protein,
kultur dan polymerase chain reactions
(PCRs).
CT-Scan Kepala
Pencitraan otak tidak wajib dalam pengelolaan
meningitis, juga bukan prasyarat untuk lumbal
pungsi.. CT scan mendesak harus dilakukan jika ada
tanda-tanda klinis dari pergeseran otak. Gambaran
klinis yang menunjukkan pergeseran otak meliputi
tanda neurologis fokal dan penurunan Skor Koma
Glasgow (GCS).
PEMERIKSAAN PENUNJANG LAINNYA

 Virus: Multipel dan spesifik PCRs


 Jamur: Kultur CSS, Pewarnaan Tinta India untuk
Cryptococcus
 Bakteri:
- Darah lengkap: hb, LED, glukosa, ureum kreatinin,
elektrolit
- Pemeriksaan latex aglutinasi atau PCR untuk 3 kuman
penyebab, kultur darah dan kultur CSS serta tes kepekaan
antibiotik
- Pemeriksaan mikrobiologi: pewarnaan gram pada darah dan CSS
TATALAKSANA
Pilihan terapi sesuai karakteristik dan etiologi
Karakteristik Pasien Etiologi tersering
Neonatus Streptococcus grup b, L. monocytogenes, E. coli

Usia 2 bulan – 18 tahun N. meningitidis, S. pneumonia, H. influenzae

Usia 18 – 50 tahun S. penumonia, N. meningitidis


Usia >50 tahun S. pneumonia, L. monocytogenes, bakteri gram
negatif
Fraktur basis cranii S. pneumonia, H. influenzae, Streptococcus grup
A
Cedera kepala; pasca bedah Staphylococcus, basil gram negatif aerob
otak
Usia dan faktor prediposisi Antibiotik
Usia 0-4 minggu Ampicillin IV + cefotaxime IV + Acyclovir IV
Usia 1 bulan sampai 17 tahun Ampicillin IV + ceftriaxone IV
Usia dewasa (18 sampai 49 tahun) Ceftriaxone IV + vancomycin IV
Dewasa di atas 50 tahun dan gangguan Ceftriaxone IV + vancomycin IV + Ampicillin IV
imunitas selular
Meningitis non-infektif Cefepime IV / cefzidime IV / meropenem IV +
vancomycin IV
Meningitis jamur Amphotericin B IV + flucytosine oral
Rekomendasi terapi antimikroba untuk patogen akut spesifik meningitis
Mikroorganisme Pilihan pertama Alternatiif
Streptococcus pneumoniae Vancomycin + ceftriaxone atau cefotaxime Meropenem, fluroquinolone

Neisseria meningitidis Ceftriaxone atau cefotaxime Penicillin G, ampicillin, fluoroquinolon, aztreonam

GBS (Streptococcus agalactiae) Ampicillin atau penicillin +/- aminoglycoside Cefotaxime or ceftriaxone

Listeria monocytogenes Ampicillin atau penicillin +/- aminoglycoside Meropenem

Haemophilus influenzae Ceftriaxone or cefotaxime Chloramphenicol, cefepime, meropenem,


fluoroquinolone
Staphylococcus aureus;    
Methicillin-sensitif Nafcillin or oxacillin Vancomycin meropenem, linezolid,dapromisin
Methicillin-resisten Vancomisin +/- rimfapin Trimethoprim-sulfamethoxazole, linezolid,
daptomycin
Enterococcus:    
Ampicillin sensitive Ampicillin+gentamicin NA
Ampicillin resisten Vancomisin +/- rifampin NA
Vancomycin resisten linezolid NA
Escherichia coli dan Ceftriaxone or cefotaxime Cefepime,meropenem, fluoroquinolone,
enterobacteriaeceae lainnya trimethoprim-sulfamethoxazole, aztreonam
TATALAKSANA MENINGITIS TUBEKULOSIS
MENINGITIS VIRAL

Penatalaksanaan umum meningitis virus adalah terapi suportif seperti  pemberian


analgesik, antpiretik, nutrisi yang adekuat dan hidrasi. Meningitis enteroviral dapat
sembuh sendiri dan tidak ada obat yang spesifik, kecuali jika terdapat
hipogamaglobulinemia dapat diberikan imunoglonbulin. Beberapa ahli tidak
menganjurkan  pemberian asiklovir untuk herpes kecuali jika terdapat ensefalitis. dosis
asiklovir intravena adalah 10mg/KgBB/8jam.
CMV positif atau pada pasien dengan imunokompromise. dosis induksi selama 3 minggu
5mg/KgBB/12 jam/IV dilanjutkan dosis maintenans 5 mg/kgBB/12 jam/IV.
MENINGITIS FUNGAL

Pada meningitis akibat kandida dapat


diberikan terapi inisial amphotericin B (0,7
mg/kgBB/hari biasanya ditambahkan
Flucytosine (25mg/kgBB/6 jam untuk
mempertahankan kadar dalam serum (40-60
mcg/ml) selama 4 minggu.
KOMPLIKASI
Komplikasi meningitis pada onset akut dapat berupa perubahan status mental, edema
serebri dan peningkatan tekanan intrakranial, kejang, empiema atau efusi subdural, parese
nervus kranialis, hidrosefalus, defisit sensorineural, hemiparesis atau Luadriparesis,
kebutaan.
Pada onset lanjut dapat terjadi epilepsi, ataksia, abnormalitas serebrovaskular, intelektual
yang menurun dan lain sebagainya. komplikasi sistemik dari meningitis adalah syok
septik, gangguan fungsi hipotalamus atau disfungsi endokrin, kolaps vasomotor  dan
bahkan dapat menyebabkan kematian.
PROGNOSIS

Studi Van De Beek melaporkan defisit neurologis fokal pada 50%


kasus, yang paling umum adalah gangguan pendengaran (14%), dan 14%
kasus menunjukkan kecacatan sedang hingga berat saat pulang.
TERIMAKASIH BANYAK

WASSALAMUALAIKUM WR.WB

Anda mungkin juga menyukai