Anda di halaman 1dari 24

SIKLUS IDEAL

MOTOR BAKAR TORAK


Terdapat 3 siklus, yaitu :

1. Siklus bensin (Otto cycle)  siklus udara volume konstan


2. Siklus diesel (Diesel cycle)  siklus udara tekanan konstan
3. Siklus gabungan (dual cycle)  siklus udara tekanan
terbatas
Siklus Bensin
Siklus bensin (Otto cycle)

1. Langkah isap (0-1), merupakan proses dengan tekanan


konstan;
2. Langkah kompresi (1-2),
P.Vk = konstan  adiabatis;
3. Proses pembakaran (2-3), dianggap sebagai pemasukan kalor
pada volume konstan;
4. Langkah kerja (3-4), adiabatis;
5. Proses pembuangan (4-1), dianggap sebagai pengeluaran
kalor pada volume konstan;
6. Langkah buang (1-0), proses dengan tekanan konstan.

Siklus dianggap “tertutup”, artinya berlangsung pada gas yang


sama.
Siklus Diesel
Siklus Diesel (Diesel cycle)

1. Langkah isap (0-1), merupakan proses dengan tekanan


konstan;
2. Langkah kompresi (1-2), P.Vk = konstan ;
3. Proses pembakaran (2-3), dianggap sebagai pemasukan
kalor pada tekanan konstan;
4. Langkah kerja (3-4), adiabatis;
5. Proses pembuangan (4-1), dianggap sebagai pengeluaran
kalor pada volume konstan ;
6. Langkah buang (1-0), proses dengan tekanan konstan.
Siklus gabungan
Siklus gabungan (dual cycle)

• Pemasukan kalor (qm) dilakukan baik pada volume maupun


tekanan yang konstan.
DAYA MESIN (PRESTASI)

 Gerakan mesin menghasilkan kerja (W). Kerja yang dihasilkan


per satuan waktu disebut daya (N).
 Pada motor bakar torak daya yang dapat dimanfaatkan adalah
daya poros (daya efektif, daya pada poros roda), sebab poros
tersebut yang secara langsung menggerakkan beban.
 Daya poros dibangkitkan oleh daya indikator yang merupakan
daya gas pembakaran yang menggerakkan torak.
 Daya indikator dibutuhkan untuk mengatasi gesekan mekanik
(misalnya gesekan antara torak dengan dinding silinder, poros
dengan bantalan, dll) serta untuk menggerakkan beberapa
aksesori seperti pompa pelumas, pompa air, pompa bahan
bakar, pendingin dan generator.
Daya poros dapat dituliskan :

Ne = Ni – (Ng + Na)
dengan : Ne = daya poros (daya efektif), PS
Ni = daya indikator, PS
Ng = daya gesek, PS
Na = daya aksesori, PS.
Banyaknya Ng dan Na dapat dikatakan sebagai kerugian daya, dan
banyaknya diperhitungkan dalam efisiensi mekanis yang dirumuskan
sbb :
N
 
m
e
N i

dengan : hm = efisiensi mekanis.


Catatan :

Daya biasanya dinyatakan dalam satuan PS / hp / kW


 1 PS (metric horsepower) = 75 m kg/detik
 1 hp (US horsepower) = 550 ft lb/detik
 1 kW (kilowatt) = 1 kJ/detik
 1 PS = 0,986 hp = 0,736 kW
MOTOR BENSIN
1. BAHAN BAKAR

• Campuran bahan bakar + udara (sebesar 0,06 – 0,12) di dalam


silinder akan terbakar mulai dari elektroda busi dan menyebar
ke segala arah (dengan kecepatan 25 – 50 m/detik). 
perambatan nyala api.
• Tetapi ada kemungkinan sebagian dari campuran tersebut
terbakar dengan sendirinya akibat temperatur yang melampaui
temperatur penyalaannya sendiri sehingga akan terbakar
dengan cepat (meledak). Kejadian ini disebut detonasi.
• Salah satu cara mengatasinya adalah dengan menggunakan
bensin yang mempunyai bilangan oktana yang lebih besar.
Keadaan di dalam ruang bakar sebelum dan sesudah detonasi dari bagian
campuran bahan bakar – udara yang terakhir
Bilangan oktana

• Bilangan oktana dari suatu bahan bakar adalah


bilangan yang menyatakan berapa persen volume
iso-oktana dalam campuran yang terdiri dari iso-
oktana dan heptana normal yang mempunyai
kecenderungan berdetonasi sama dengan bahan
bakar tersebut.
 Iso-oktana adalah suatu jenis bahan bakar hidrokarbon yang
tidak mudah berdetonasi; dalam hal ini dinyatakan sebagai
bahan bakar dengan bilangan oktana = 100.
 Heptana normal adalah bahan bakar hidrokarbon yang
mudah berdetonasi; dinyatakan sebagai bahan bakar dengan
bilangan oktana = 0.
 Alat untuk mengukur bilangan oktana suatu bahan bakar
adalah mesin CFR (Coordinating Fuel Research).
Bahan bakar dengan bilangan oktana yang tinggi jika
digunakan pada mesin yang dirancang untuk
menggunakan bahan bakar dengan bilangan oktana
yang rendah tanpa detonasi, maka tidak akan
terdapat kenaikan pada efisiensi dan daya yang
dihasilkan.
2. SISTEM PENYALAAN (Konvensional)

Sistem ini terdiri dari sebuah baterai sebagai sumber energi


listrik, kontak penyalaan, kumparan penyalaan, tahanan (tidak
selalu), distributor (di dalamnya terdapat pemutus arus, kam,
kondensor, rotor, dan alat pengatur saat penyalaan), busi,
serta kabel-kabel tegangan tinggi dan rendah.
Sistem penyalaan baterai (konvensional)
• Kumparan penyalaan berfungsi untuk menaikkan tegangan listrik
dari baterai hingga menjadi 2.200 – 20.000 volt. Alat ini terdiri
dari dua bagian, yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder.
Jumlah lilitan kumparan primer 100 – 180 buah, sedang
kumparan sekunder bisa mencapai 18.000 buah.
• Tahanan R mengatur agar arus primer tidak naik terlalu tinggi.
• Kam berfungsi untuk membuka dan menutup pemutus arus.
• Rotor membagi arus dari kumparan sekunder ke setiap busi.
• Kondensor mempercepat pemutusan arus primer ketika pemutus
arus pada posisi terbuka.
Cara kerja :

• Apabila pemutus arus dalam posisi menutup, maka arus listrik


akan mengalir dari baterai dan akhirnya masuk ke badan.
• Apabila pemutus arus dalam posisi membuka, maka arus
listrik akan mengalir dari baterai hingga kumparan penyalaan.
• Arus listrik yang keluar dari kumparan penyalaan akan
mempunyai tegangan yang sangat tinggi yang selanjutnya
dialirkan melalui rotor hingga ke busi dan menimbulkan
loncatan api pada elektroda busi.
3. SISTEM BAHAN BAKAR

• Bahan bakar dari tanki dipompa menuju karburator.


• Di dalam karburator bahan bakar tersebut akan bercampur
dengan udara dan masuk ke dalam silinder melalui saluran
isap.
• Skema penyaluran bahan bakar tersebut adalah sbb :
Skema sistem penyaluran bahan bakar

Anda mungkin juga menyukai