Anda di halaman 1dari 53

KEGAWATDARURATAN

OBSTETRI

OLEH :
AIDA KUSNANINGSIH
Pengertian
Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang
mengancam jiwa, terjadi selama atau setelah kehamilan dan
persalinan/ kelahiran.

Banyak penyakit dan gangguan selama kehamilan dan persalinan


atau setelahnya yang dapat mengancam keselamatan ibu dan
bayinya.

Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tdk
segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus
ini menjadi penyebab utama kematian ibu, janin dan bayi baru lahir
Perdarahan Pervagina
Perdarahan

1.Perdarahan pada kehamilan muda

2.Perdarahan kehamilan lanjut

3.Perdarahan setelah bayi lahir


Perdarahan pada
kehamilan muda

 Abortus

 Kehamilan ektopik terganggu

 Mola hidatidosa
Perdarahan pada kehamilan
lanjut dan persalinan

 Plasenta previa

 Solusio plasenta

 Ruptura uteri
Perdarahan setelah
bayi lahir

 Atonia Uteri

 Retensio plasenta

 Rupture perineum dan robekan

dinding vagina
Abortus

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum


umur 28 minggu atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup di luar kandungan.

Ada 2 jenis
1. Abortus spontan
2. Abortus buatan
Abortus Abortus yang terjadi
Spontan secara alamiah tanpa
intervensi luar untuk
mengakhiri kehamilan

Abortus Abortus yang terjadi karena


Buatan intervensi dengan tujuan
untuk mengakhiri proses
kehamilan
Abortus Spontan

 Imminens

 Insipiens

 Inkomplit

 Komplit
Abortus Perdarahan bercak yang
Imminens menunjukkan ancaman terhadap
suatu kehamilan.

Abortus Perdarahan ringan hingga sedang, dimana


Inspiens hasil konsepsi masih berada di dalam
kavum uteri. Kondisi ini menunjukkan
abortus sedang berlangsung

Abortus Perdarahan pada kehamilan muda dimana


Inkomplit sebagian dari hasil konsepsi telah keluar
dari kavum uteri melalui kanalis servikalis

Abortus Perdarahan pada kehamilan muda dimana


Komplit hasil konsepsi telah dikelurkan dari kavum
uteri
Komplikasi Abortus

 Perdarahan

 Syock

 Infeksi
Penatalaksanaan
ABORTUS IMMINENS
 Tirah baring
 Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau
hubungan seksual.
 Perdarahan berhenti, lakukan asuhan antenatal
seperti biasa. Lakukan penilaian jika perdarahan
terjadi lagi.
 Perdarahan terus berlangsung : nilai kondisi janin
(uji kehamilan/USG). Lakukan konfirmasi
kemungkinan adanya penyebab lain. Perdarahan
berlanjut, khususnya jika ditemui uterus yang
lebih besar dari yang diharapkan, mungkin
menunjukkan kehamilan ganda atau mola
Penatalaksanaan
ABORTUS INSIPIENS
 Lakukan konseling terhadap kehamilan yang tidak
dapat dipertahankan
 Lakukan rujukan ibu ketempat layanan sekunder
 Informasi mengenai kontrasepsi pasca keguguran
 Jelaskan kemungkinan risiko dan rasa tidak
nyaman selama tindakan evakuasi.
 Lakukan pemantauan pasca tindakan setiap 30
menit selama 2 jam. Bila kondisi ibu baik,
pindahkan ibu ke ruang rawat.
Penatalaksanaan
ABORTUS INSIPIENS
 Lakukan pemeriksaan jaringan secara
makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan
patologi ke laboratorium.
 Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan
pervaginam, tanda akut abdomen, dan produksi
urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar
hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil pemantauan
baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat
diperbolehkan pulang.
Penatalaksanaan
ABORTUS INKOMPLIT
 Lakukan konseling kemungkinan adanya sisa
kehamilan
 Jika perdarahan ringan atau sedang dan usia
kehamilan < 16 mg, gunakan jari atau forsep
cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang
mencuat dari serviks.
 Jika perdarahan berat dan usia kehamilan <
16 mg, dilakukan evakuasi isi uterus.
 Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan,
berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15
menit kemudian bila perlu).
Penatalaksanaan
ABORTUS INKOMPLIT
 Jika usia kehamilan > 16 mg, berikan infus 20 IU oksitosin
dalam 500 ml NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan
kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu
pengeluaran hasil konsepsi.
 Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap
4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800
mcg)
 Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam,
tanda akut abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama
24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil
pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat
diperbolehkan pulang serta pastikan untuk tetap memantau
kondisi ibu setelah penanganan
Penatalaksanaan
ABORTUS KOMPLIT
 Lakukan konseling untuk memberikan dukungan
emosional dan menawarkan kontrasepsi pasca
keguguran
 Observasi keadaan ibu
 Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet
sulfas ferosus 600 mg/hari selama 2 minggu, jika
anemia berat berikan transfusi darah
 Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu
Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik adalah kehamilan


dimana setelah fertilisasi, implantasi terjadi
di luar endometrium kavum uteri.

Ada 2 jenis:
1. Kehamilan ektopik belum terganggu
2. Kehamilan ektopik terganggu
Kehamilan Ada tanda kehamilan,
ektopik belum peningkatan rasa ingin
terganggu berkemih, pelunakan
serviks, perdarahan bercak
berulang

Kehamilan Ada tanda kehamilan,


ektopik pucat/anemis, kesadaran
terganggu menurun dan lemah, syok,
perut kembung dan nyeri
tekan, nyeri perut bawah
yang makin hebat apabila
tubuh digerakkan, nyeri
goyang porsio
Penangan Awal
Jika fasilitas memungkinkan segera lakukan uji
silang darah dan persiapan laparotomi
Jika fasilitas tidak memungkinkan, segera rujuk ke
fasilitas lebih lengkap dengan memperhatikan hal-
hal yang diuraikan pada bagian penilaian awal

Penangaan lanjut
Sebelum memulangkan pasien, berikan konseling
dan nasehat mengenai prognosis kesuburannya.
Mengingat meningkatnya resiko akan kehamilan
ektopik selanjutnya, konseling metode kontrasepsi.
Bila anemia dengan pemberian tablet besi sulfas
ferosus 600 mg/hari peroral selama 2 minggu
Jadwalkan kunjungan ulang setelah 4 minggu
Mola Hidatidosa

Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan

dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak

berkembang menjadi embrio

Tanda dan gejala:


Perdarahan yang disertai gejala seperti preeklampsia
Tanda dan Gejala
Gejala sangat bervariasi mulai perdarahan
mendadak disertai shock sampai perdarahan
samar–samar sehingga sukar untuk dideteksi
Seperti hamil muda, tetapi derajat keluhan
sering lebih hebat
Uterus lebih besar dari usia kehamilan
Tidak ada tanda-tanda adanya janin
Nyeri perut
Serviks terbuka
Mungkin timbul preeklamsia atau eklamsia
pada usia kehamilan > 24 minggu
Plasenta Previa

Plasenta Previa adalah plasenta yang


berimplantasi pada segmen bawah rahim dan
menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri
internum.

Gejala: Perdarahan bercak atau ringan. Tidak


jarang perdarahan pervagina terjadi pada
saat inpartu.
Solusio Plasenta

Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta


dari tempat implantasi yang normal sebelum
janin dilahirkan.
Tanda solusio plasenta
Perdarahan • Keadaan umum penderita
keluar relatif lebih baik
• Plasenta terlepas sebagian
atau inkomplit
• Jarang berhubungan dengan
hipertensi

Perdarahan • Keadaan penderita lebih jelek


tersembunyi • Plasenta terlepas luas, uterus
keras/tegang
• Sering berkaitan dengan
hipetensi
Penatalaksanaan Plasenta previa
Tujuan supaya janin tidak terlahir prematur dan upaya diagnosis
dilakukan secara non invasive.

Syarat terapi ekspektatif :


Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti
Belum ada tanda inpartu
Keadaan umum ibu cukup baik (Hb Normal)
Janin masih hidup
Rawat inap
tirah baring
Pemberian antibiotika profilaktif
Pemeriksaan USG  utk menentukan implantasi plasenta, usia
kehamilan, letak dan presentasi janin
Perbaiki anemia dengan pemberian Sulfas ferosus atau
Ferous Fumarat per oral 60 mg selama 1 bulan
Pastikan tersedianya sarana untuk melakukan transfusi
Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37
minggu masih lama, pasien dapat dirawat jalan (kecuali
rumah pasien di luar kota atau diperlukan waktu > 2
jam untuk mencapai rumah sakit) dengan pesan segera
kembali ke rumah sakit jika terjadi perdarahan
Jika perdarahan berulang pertimbangkan manfaat dan
resiko ibu dan janin untuk mendapatkan penanganan
lebih lanjut dibandingkan dengan terminasi kehamilan.
Janin matur
Janin mati atau menderita anomaly atau keadaan
yang mengurangi kelangsungan hidupnya (seperti
anensefali)
Pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan
terapi aktif tanpa memandang maturitas janin
Penatalaksanaan Solusio Plasenta
Apabila terjadi perdarahan hebat (nyata atau tersembunyi) lakukan
persalinan dengan segera
Jika Pembukaan serviks lengkap, persalinan dengan ekstrasi vacuum

Pembukaan
 belum lengkap, persalinan dengan sektio seksaria. Pada setiap kasus
solution plasenta, waspadai terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan
pascapersalinan.

Apabila perdarahan ringan atau sedang (dimana ibu tidak berada dalam
bahaya)
Tindakan bergantung pada denyut jantung janin (DJJ) DJJ normal atau tidak

terdengar, pecahkan ketuban dengan kokher


Jika kontraksi jelek, perbaiki dengan pemberian oksitosin

Jika serviks kenyal, tebal dan tertutup, persalinan dengan seksio seksaria

DJJ
 abnormal (kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali/menit Lakukan persalinan
dengan segera
Jika persalinan pervaginam tidak memungkinkan, persalinan diakhiri dengan seksio

seksaria
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Diagnosis hipertensi dalam kehamilan ditegakkan bila didapatkan:
• Tekanan darah ≥140/90 mmHg untuk pertama kalinya selama
kehamilan
• Tidak terdapat protein uria
• Tekanan darah kembali normal dalam waktu 12 minggu pasca
persalinan (jika peningkatan tekanan darah tetap bertahan, ibu
didiagnosis hipertensi
 lain preeklamsia seperti nyeri epigastrik dan trombositopenia
mungkin ditemui dan dapat mempengaruhi penatalaksanaan yang
diberikan.

Diagnosis preeklamsia ringan ditegakkan bila didapatkan :


• Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah usia kehamilan 20 minggu,
protein uria ≥ 1+
• pada pengukuran dengan dipstick urine atau kadar protein total ≥
300 mg/24 jam.
Diagnosis preeklamsia berat ditegakkan bila didapatkan:
• Hipertensi : Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau tekanan
darah diastolic ≥110 mmHg.
• Protein uria : Kadar protein dalam kencing ≥ ++ pada pengukuran
dipstick urine atau kadar protein total sebesar 2 gr/24 jam.
• Kadar kreatinin darah melebihi 1,2 mg/dL kecuali telah
diketahui meningkat sebelumnya.
• Tanda/gejala tambahan
Nyeri kepala, Nyeri ulu hati, Mata kabur.
Ditemukannya proteinuria ≥3 gram, jumlah produksi urine ≤ 500
cc/24 jam (oliguria), terdapat peningkatan kadar asam urat darah,
peningkatan kadar BUN dan kreatinin serum serta terjadinya
sindroma HELLP (Hemolisis, elevated liver enximens and low
plateled) yang ditandai dengan terjadinya hemolisis ditandai
dengan adanya icterus, hitung trombosit ≤ 100.000, serta
peningkatan SGOT dan SGPT.
Intervensi

Periode pranatal
Informasi makanan berprotein tinggi
Pemeriksaan ibu dan janin secara teratur
Gejala awal preeklampsia di rumah
Aktivitas dan istirahat teratur
Berbaring miring ke kiri lebih sering
Informasikan obat hipertensi dan sedatif
Pengukuran tekanan darah secara teratur
Perawatan di RS
Manajemen ekspektatif/aktif

Tujuan untuk memperbaiki luaran periantal, mengurangi


morbiditas neonatal, memperpanjang usia kehamilan tanpa
membahayakan ibu

Manajemen aktif dipertimbangkan pada usia kehamilan 26-


36 minggu, bertujuan untuk mempebaiki luaran perinatal

Pemberian kortikosteroid untuk mengurangi morbiditas


(sindrom gawat nafas, perdarahan intraventrikuler dan infesi
serta morbiditas perinatal
ALUR PENGELOLAAN PENDERITA
PREEKLAMSIA BERAT/EKLAMSIA
JANGAN BIARKAN PASIEN SENDIRIAN TEMPATKAN PENDERITA SETENGAH DUDUK
 
Mintalah pertolongan pada petugas yang lain atau keluarga penderita

• Pertahankan bersihkan jalan nafas  


Jalan Nafas
• Miringkan kepala penderita

• Berikan oksigen 4 -6 liter/ menit


Pernafasan • Kalau perlu lakukan ventilasi dengan
balon dan masker
Observasi nadi dan tekanan darah
Sirkulasi Pasang IV line (infuse) dengan cairan RL/
RD5/ Na Cl 0,9%

 MgSO4 40% 4 gram (10cc) dijadikan 20cc


diberikan IV Bolus pelan ± 5 menit.
Bila IM : MgSO4 40% 8 gram (20cc)
bokong kanan/kiri.
Kejang/Kejang
Bila IV : MgSO4 40% 6 gram (15cc)
Ulangan masukkan dalam cairan RL/ RD5/
Bersihkan NaCl
jalan0,9%
nafas250cc
à pertahankan
drip dengan
  tetesan 15 tetes per menit.
· Miringkan
Bila Kejangkepala penderita
berlanjut: MgSO4 40% 2 gram
(5cc) dijadikan 10cc diberikan IV
bolus pelan ± 5 menit.
 Pantau: Pernafasan, reflek patella,produksi
urine
 Antidotum: calcium Gluconas 10% 10cc IV
pelan
Antihipertensi diberikan bila:
Pengaturan Tekanan
 Tekanan darah systole : ≥ 160mmHg
Darah
 Tekanan darah diatole: ≥ 110 mmhg
 NIFEDIPIN 10 mg Oral
 METILDOPA 250 mg

RUJUK
MgSO4
Magnesium sulfat (MgSO4) merupakan obat pilihan untuk
mencegah dan mengatasi kejang pada preeklamsia berat dan
eklamsia

Tujuan pemberian MgSO4 adalah untuk mencegah dan


mengurangi kejadian eklampsia, mengurangi morbiditas
maternal dan perinatal

Cara kerja : vasodilatasi melalui relaksasi otot polos,


pembuluh darah perifer dan uterus sebagai antikonvulsan,
antihipertensi dab tokolitik

Sebelum pemberian MgSO4, periksalah :


• Frekuensi pernafasan minimal 16 kali/menit
• Reflek patella (+)
• Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
MgSO4

Dosis : 4 gr selama 5-10 menit

Rute IV (untuk mengurangi nyeri pada lokasi injek

Dilanjutkan dosis pemeliharaan 1-2 gr/jam selama 24 jam


postpartum atau setelah kejang berakhir
MgSO4

Berhentikan pemberian MgSO4, jika :


• Frekuensi pernafasan < 16/menit
• Reflek patella (-)
• Urin < 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir

Siapkan antidotum
• Jika terjadi henti nafas,
• lakukan ventilasi (masker dan balon, ventilator),
• beri kalsium glukonat 1 g (20 ml dalam larutan
10%) IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai
lagi.
Efek Samping MgSO4

1. Efek minor: rasa hangat, flusing, nause


atau muntah, kelemahan otot, ngantuk,
iritasi pada lokasi injeksi
2. Efek samping ini penyebab utama wanita
menghentikan pengobatan
3. Toksik : depresi pernafasan
4. Antidotum: kalsium glukonas 1 gr (10 ml)
diberikan selama 10 menit
Intervensi untuk Sindrom HELLP
 Pindahkan ibu ke ruang intensive care
 Kaji dan pertahankan kondisi ibu
 Pasang alat monitor sesuai untuk klien
preeklampsia berat
 Berikan oksigen 8-12 liter/masker
 Cegah kejang dengan pemberian MgSO4
 Beri antihipertensi
 Waspada peningkatan abrasio plasenta
 Observasi subskapular hematoma pada hati nyeri
pada epigastrium, asites, sulit bernafas, shuck
(persiapan operasi segera)
Monitor DJJ (NST)
Persiapkan untuk pemberian maturitas
paru jika kehamilan kurang dari 35
minggu
Berikan Kortiksteroid terapi
Lingkungan untuk klien
preeklampsia

 Kamar tersendiri, tidak bising, cahaya tidak


menyilaukan
 Bantalan pada sisi tempat tidur
 Suction
 Oksigen dan peralatannyaa
 Spatel lidah di samping tempat tidur
 Kateter
 Troli obat-obatan hipertensi (MgSO4, Kalsium
Glukonas, Natrium Bicarbonat, hidralazin,
epineprin)
Persiapkan proses persalinan

Jika kondisi fetus belum matur, tunda


persalinan sampai kortikosteroid diberikan.
Jika fetus matur persalinan pervagina
disiapkan
Induksi oksitosin atau prostaglandin jika
kondisi klien stabil
Jika SC menjadi indikasi siapkan
Observasi postpartum 48 jam (30% kasus
sindron HELLP berulang)
PERDARAHAN POSTPARTUM
Perdarahan pasca salin didefinisikan kehilangan darah 500 cc dalam
persalinan pervaginam atau 1000 cc dalam persalinan perabdominal

Perdarahan pasca persalinan berdasarkan waktu terjadi dibagi


menjadi dua yaitu
1. Perdarahan Primer
Perdarahan primer atau Perdarahan Pasca Persalinan Dini (Early Postpartum
Haemorrhage) adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab
utama perdarahan pasca persalinan primer adalah atonia uteri, retensio plasenta,
sisa plasenta, robekan jalan lahir dan inversio uteri. Terbanyak dalam 2 jam
pertama.

2. Perdarahan sekunder
Perdarahan sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama.
Perdarahan pasca persalinan sekunder sering diakibatkan oleh infeksi, penyusutan
rahim yang tidak baik (subinvolusio uteri), atau sisa plasenta yang tertinggal.
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perdarahan
Pasca Persalinan

 Usia ibu
 Gravida
 Kelainan pembekuan darah
 Paritas
 Purpura trombositopenik
 Antenatal Care
 Hipetensi
 Hemoglobin
 Kehamilan ganda
 Tone Dimished : Atonia uteri
 Injeksi Magnesium sulfat
 Retensio Plasenta
dan Perpanjangan
 Ruptur Uterus
pemberian oxytocin
 Robekan jalan lahir
 Hematoma
 Robekan vulva
 Robekan perineum
 Robekan serviks
 Robekan vagina
 Kolpaporeksis
 Inversio uterus
 Fistula
Penatalaksanaan
Perdarahan akibat atonia uteri
• Kenali dan tegakan kerja atonia uteri
• Sambil melakukan pemasangan infus dan
pemberian uterotonika, lakukan
pengurutan uterus
• Pastikan plasenta lahir lengkap dan tidak
ada laserasi jalan lahir
• Lakukan tindakan spesifik yang
diperlukan : Kompresi bimanual
eksternal, Kompresi bimanual eksternal,
Kompresi aorta abdominalis
Penatalaksanaan
Perdarahan akibat retensio plasenta
• Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan
dengan tindakan yang akan diambil.
• Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengejan,
bila ekspulsi tidak terjadi cobakan traksi terkontrol tali
pusat.
• Pasang infus oksitosin 20 unit/500 cc NS atau RL dengan
tetesan 40/menit, bila perlu kombinasikan dengan
misoprostol 400mg per rektal.
• Bila traksi terkontrol gagal melahirkan plasenta, lakukan
manual plasenta secara hati-hati dan halus.
• Restorasi cairan untuk mengatasi hipovolemia.
• Lakukan transfusi darah bila diperlukan.
• Berikan antibivotik profilaksis (ampicilin 2 gr IV/oral +
metronidazole 1 g supp/oral ).
Penatalaksanaan
Perdarahan akibat Plasenta inkaserata
• Siapkan peralatan dan bahan untuk
menghilangkan kontriksi serviks yang kuat, tetapi
siapkan infus fluothane atau eter untuk
menghilangkan kontriksi serviks yang kuat, tetapi
siapkan infus oksitosin 20 Untuk500 NS atau RL
untuk mengantisipasi gangguan kontraksi uterus
yang mungkin timbul.
• Bila bahan anestesi tidak tersedia, lakukan
manuver sekrup untuk melahirkan plasenta.
• Pasang spekulum Sims sehingga ostium dan
sebagian plasenta tampak jelas.
Penatalaksanaan
• Jepit porsio dengan klem ovum pada jam 12, 4
dan 8 dan lepaskan speculum
• Tarik ketiga klem ovum agar ostium, tali pusat
dan plasenta tampak jelas.
• Tarik tali pusat ke lateral sehingga
menampakkan plasenta disisi berlawanan agar
dapat dijepit sebanyak mungkin, minta asisten
untuk memegang klem tersebut.
• Lakukan hal yang sama pada plasenta kontra
lateral
• Satukan kedua klem tersebut, kemudian sambil
diputar searah jarum jam tarik plasenta keluar
perlahan-lahan.
Penatalaksanaan
Perdarahan akibat Rupture Uteri
• Berikan segera cairan isotonik ( RL/NS) 500 cc dalam 15-20
menit dan siapkan laparatomi
• Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta,
fasilitas pelayanan kesehatan dasar harus merujuk pasien ke
rumah sakit rujukan
• Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan
memungkinkan, lakukan operasi uterus
• Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien
mengkwatirkan lakukan histerektomi
• Lakukan bilasan peritonial dan pasang drain dari cavum
abdomen
• Antibiotik dan serum anti tetanus, bila ada tanda-tanda
infeksi.
Penatalaksanaan
2. Perdarahan akibat robekan dinding vagina
• Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi
laserasi dan sumber perdarahan
• Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi
larutan antiseptic
• Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan
kemudian ikat dengan benang yang dapat
diserap
• Lakukan penjahitan luka dari bagian yang paling
distal
• Khusus pada ruptur perineum komplit dilakukan
penjahitan lapis demi lapis dengan bantuan busi
pada rektum
Perdarahan akibat robekan serviks
• Sering terjadi pada sisi lateral, karena serviks yang terjulur akan
mengalami robekan pada posisi spina ishiadika tertekan oleh kepala
bayi.
• Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, tetapi terjadi
perdarahan banyak maka segera lihat bagian lateral bawah kiri dan
kanan porsio
• Jepitan klem ovum pada kedua sisi porsio yang robek sehingga
perdarahan dapat segera di hentikan, jika setelah eksploitasi
lanjutkan tidak dijumpai robekan lain, lakukan penjahitan, jahitan
dimulai dari ujung atas robekan kemudian kearah luar sehingga
semua robekan dapat dijahit
• Setelah tindakan periksa tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus
uteri dan perdarahan paska tindakan
• Berikan antibiotika profilaksis, kecuali bila jelas ditemui tanda-tanda
infeksi
• Bila terjadi defisit cairan lakukan restorasi dan bila kadar Hb
dibawah 8 gr% berikan transfusi darah

Anda mungkin juga menyukai