OBSTETRI
OLEH :
AIDA KUSNANINGSIH
Pengertian
Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang
mengancam jiwa, terjadi selama atau setelah kehamilan dan
persalinan/ kelahiran.
Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tdk
segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus
ini menjadi penyebab utama kematian ibu, janin dan bayi baru lahir
Perdarahan Pervagina
Perdarahan
Abortus
Mola hidatidosa
Perdarahan pada kehamilan
lanjut dan persalinan
Plasenta previa
Solusio plasenta
Ruptura uteri
Perdarahan setelah
bayi lahir
Atonia Uteri
Retensio plasenta
dinding vagina
Abortus
Ada 2 jenis
1. Abortus spontan
2. Abortus buatan
Abortus Abortus yang terjadi
Spontan secara alamiah tanpa
intervensi luar untuk
mengakhiri kehamilan
Imminens
Insipiens
Inkomplit
Komplit
Abortus Perdarahan bercak yang
Imminens menunjukkan ancaman terhadap
suatu kehamilan.
Perdarahan
Syock
Infeksi
Penatalaksanaan
ABORTUS IMMINENS
Tirah baring
Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau
hubungan seksual.
Perdarahan berhenti, lakukan asuhan antenatal
seperti biasa. Lakukan penilaian jika perdarahan
terjadi lagi.
Perdarahan terus berlangsung : nilai kondisi janin
(uji kehamilan/USG). Lakukan konfirmasi
kemungkinan adanya penyebab lain. Perdarahan
berlanjut, khususnya jika ditemui uterus yang
lebih besar dari yang diharapkan, mungkin
menunjukkan kehamilan ganda atau mola
Penatalaksanaan
ABORTUS INSIPIENS
Lakukan konseling terhadap kehamilan yang tidak
dapat dipertahankan
Lakukan rujukan ibu ketempat layanan sekunder
Informasi mengenai kontrasepsi pasca keguguran
Jelaskan kemungkinan risiko dan rasa tidak
nyaman selama tindakan evakuasi.
Lakukan pemantauan pasca tindakan setiap 30
menit selama 2 jam. Bila kondisi ibu baik,
pindahkan ibu ke ruang rawat.
Penatalaksanaan
ABORTUS INSIPIENS
Lakukan pemeriksaan jaringan secara
makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan
patologi ke laboratorium.
Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan
pervaginam, tanda akut abdomen, dan produksi
urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar
hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil pemantauan
baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat
diperbolehkan pulang.
Penatalaksanaan
ABORTUS INKOMPLIT
Lakukan konseling kemungkinan adanya sisa
kehamilan
Jika perdarahan ringan atau sedang dan usia
kehamilan < 16 mg, gunakan jari atau forsep
cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang
mencuat dari serviks.
Jika perdarahan berat dan usia kehamilan <
16 mg, dilakukan evakuasi isi uterus.
Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan,
berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15
menit kemudian bila perlu).
Penatalaksanaan
ABORTUS INKOMPLIT
Jika usia kehamilan > 16 mg, berikan infus 20 IU oksitosin
dalam 500 ml NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan
kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu
pengeluaran hasil konsepsi.
Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap
4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800
mcg)
Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam,
tanda akut abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama
24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil
pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat
diperbolehkan pulang serta pastikan untuk tetap memantau
kondisi ibu setelah penanganan
Penatalaksanaan
ABORTUS KOMPLIT
Lakukan konseling untuk memberikan dukungan
emosional dan menawarkan kontrasepsi pasca
keguguran
Observasi keadaan ibu
Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet
sulfas ferosus 600 mg/hari selama 2 minggu, jika
anemia berat berikan transfusi darah
Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu
Kehamilan Ektopik
Ada 2 jenis:
1. Kehamilan ektopik belum terganggu
2. Kehamilan ektopik terganggu
Kehamilan Ada tanda kehamilan,
ektopik belum peningkatan rasa ingin
terganggu berkemih, pelunakan
serviks, perdarahan bercak
berulang
Penangaan lanjut
Sebelum memulangkan pasien, berikan konseling
dan nasehat mengenai prognosis kesuburannya.
Mengingat meningkatnya resiko akan kehamilan
ektopik selanjutnya, konseling metode kontrasepsi.
Bila anemia dengan pemberian tablet besi sulfas
ferosus 600 mg/hari peroral selama 2 minggu
Jadwalkan kunjungan ulang setelah 4 minggu
Mola Hidatidosa
Pembukaan
belum lengkap, persalinan dengan sektio seksaria. Pada setiap kasus
solution plasenta, waspadai terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan
pascapersalinan.
Apabila perdarahan ringan atau sedang (dimana ibu tidak berada dalam
bahaya)
Tindakan bergantung pada denyut jantung janin (DJJ) DJJ normal atau tidak
Jika serviks kenyal, tebal dan tertutup, persalinan dengan seksio seksaria
DJJ
abnormal (kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali/menit Lakukan persalinan
dengan segera
Jika persalinan pervaginam tidak memungkinkan, persalinan diakhiri dengan seksio
seksaria
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Diagnosis hipertensi dalam kehamilan ditegakkan bila didapatkan:
• Tekanan darah ≥140/90 mmHg untuk pertama kalinya selama
kehamilan
• Tidak terdapat protein uria
• Tekanan darah kembali normal dalam waktu 12 minggu pasca
persalinan (jika peningkatan tekanan darah tetap bertahan, ibu
didiagnosis hipertensi
lain preeklamsia seperti nyeri epigastrik dan trombositopenia
mungkin ditemui dan dapat mempengaruhi penatalaksanaan yang
diberikan.
Periode pranatal
Informasi makanan berprotein tinggi
Pemeriksaan ibu dan janin secara teratur
Gejala awal preeklampsia di rumah
Aktivitas dan istirahat teratur
Berbaring miring ke kiri lebih sering
Informasikan obat hipertensi dan sedatif
Pengukuran tekanan darah secara teratur
Perawatan di RS
Manajemen ekspektatif/aktif
RUJUK
MgSO4
Magnesium sulfat (MgSO4) merupakan obat pilihan untuk
mencegah dan mengatasi kejang pada preeklamsia berat dan
eklamsia
Siapkan antidotum
• Jika terjadi henti nafas,
• lakukan ventilasi (masker dan balon, ventilator),
• beri kalsium glukonat 1 g (20 ml dalam larutan
10%) IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai
lagi.
Efek Samping MgSO4
2. Perdarahan sekunder
Perdarahan sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama.
Perdarahan pasca persalinan sekunder sering diakibatkan oleh infeksi, penyusutan
rahim yang tidak baik (subinvolusio uteri), atau sisa plasenta yang tertinggal.
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Perdarahan
Pasca Persalinan
Usia ibu
Gravida
Kelainan pembekuan darah
Paritas
Purpura trombositopenik
Antenatal Care
Hipetensi
Hemoglobin
Kehamilan ganda
Tone Dimished : Atonia uteri
Injeksi Magnesium sulfat
Retensio Plasenta
dan Perpanjangan
Ruptur Uterus
pemberian oxytocin
Robekan jalan lahir
Hematoma
Robekan vulva
Robekan perineum
Robekan serviks
Robekan vagina
Kolpaporeksis
Inversio uterus
Fistula
Penatalaksanaan
Perdarahan akibat atonia uteri
• Kenali dan tegakan kerja atonia uteri
• Sambil melakukan pemasangan infus dan
pemberian uterotonika, lakukan
pengurutan uterus
• Pastikan plasenta lahir lengkap dan tidak
ada laserasi jalan lahir
• Lakukan tindakan spesifik yang
diperlukan : Kompresi bimanual
eksternal, Kompresi bimanual eksternal,
Kompresi aorta abdominalis
Penatalaksanaan
Perdarahan akibat retensio plasenta
• Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan
dengan tindakan yang akan diambil.
• Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengejan,
bila ekspulsi tidak terjadi cobakan traksi terkontrol tali
pusat.
• Pasang infus oksitosin 20 unit/500 cc NS atau RL dengan
tetesan 40/menit, bila perlu kombinasikan dengan
misoprostol 400mg per rektal.
• Bila traksi terkontrol gagal melahirkan plasenta, lakukan
manual plasenta secara hati-hati dan halus.
• Restorasi cairan untuk mengatasi hipovolemia.
• Lakukan transfusi darah bila diperlukan.
• Berikan antibivotik profilaksis (ampicilin 2 gr IV/oral +
metronidazole 1 g supp/oral ).
Penatalaksanaan
Perdarahan akibat Plasenta inkaserata
• Siapkan peralatan dan bahan untuk
menghilangkan kontriksi serviks yang kuat, tetapi
siapkan infus fluothane atau eter untuk
menghilangkan kontriksi serviks yang kuat, tetapi
siapkan infus oksitosin 20 Untuk500 NS atau RL
untuk mengantisipasi gangguan kontraksi uterus
yang mungkin timbul.
• Bila bahan anestesi tidak tersedia, lakukan
manuver sekrup untuk melahirkan plasenta.
• Pasang spekulum Sims sehingga ostium dan
sebagian plasenta tampak jelas.
Penatalaksanaan
• Jepit porsio dengan klem ovum pada jam 12, 4
dan 8 dan lepaskan speculum
• Tarik ketiga klem ovum agar ostium, tali pusat
dan plasenta tampak jelas.
• Tarik tali pusat ke lateral sehingga
menampakkan plasenta disisi berlawanan agar
dapat dijepit sebanyak mungkin, minta asisten
untuk memegang klem tersebut.
• Lakukan hal yang sama pada plasenta kontra
lateral
• Satukan kedua klem tersebut, kemudian sambil
diputar searah jarum jam tarik plasenta keluar
perlahan-lahan.
Penatalaksanaan
Perdarahan akibat Rupture Uteri
• Berikan segera cairan isotonik ( RL/NS) 500 cc dalam 15-20
menit dan siapkan laparatomi
• Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta,
fasilitas pelayanan kesehatan dasar harus merujuk pasien ke
rumah sakit rujukan
• Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan
memungkinkan, lakukan operasi uterus
• Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien
mengkwatirkan lakukan histerektomi
• Lakukan bilasan peritonial dan pasang drain dari cavum
abdomen
• Antibiotik dan serum anti tetanus, bila ada tanda-tanda
infeksi.
Penatalaksanaan
2. Perdarahan akibat robekan dinding vagina
• Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi
laserasi dan sumber perdarahan
• Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi
larutan antiseptic
• Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan
kemudian ikat dengan benang yang dapat
diserap
• Lakukan penjahitan luka dari bagian yang paling
distal
• Khusus pada ruptur perineum komplit dilakukan
penjahitan lapis demi lapis dengan bantuan busi
pada rektum
Perdarahan akibat robekan serviks
• Sering terjadi pada sisi lateral, karena serviks yang terjulur akan
mengalami robekan pada posisi spina ishiadika tertekan oleh kepala
bayi.
• Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, tetapi terjadi
perdarahan banyak maka segera lihat bagian lateral bawah kiri dan
kanan porsio
• Jepitan klem ovum pada kedua sisi porsio yang robek sehingga
perdarahan dapat segera di hentikan, jika setelah eksploitasi
lanjutkan tidak dijumpai robekan lain, lakukan penjahitan, jahitan
dimulai dari ujung atas robekan kemudian kearah luar sehingga
semua robekan dapat dijahit
• Setelah tindakan periksa tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus
uteri dan perdarahan paska tindakan
• Berikan antibiotika profilaksis, kecuali bila jelas ditemui tanda-tanda
infeksi
• Bila terjadi defisit cairan lakukan restorasi dan bila kadar Hb
dibawah 8 gr% berikan transfusi darah