MANAJEMEN
GADAR TRAUMA
Oleh Kelompok. IV
1. Oldri Lahamini ( Ketua )
OBDOMEN
2. Manik Samay
3. Nining. K. Siwasiwan
4. Nuri Kaembo
5. Rahma
MANEJEMEN GAWAT DARURAT TRAOMA ABDOMEN
1. PENDAHULUAN
Dalam dua tahun terakhir ini, kematian akibat trauma meningkat setiap tahunnya,
data Kepolisian Republik Indonesia menyebutkan bahwa pada tahun 2012 terjadi
109.038 kasus trauma akibat kecelakaan dengan korban meninggal dunia sebanyak
27.441 orang. Sedangkan pada 2011 terjadi kasus trauma akibat kecelakaan sebanyak
109.776 kasus, dengan korban meninggal sebanyak 31.185 orang (Anonim, 2016).
Data yang didapatkan dari Rumah Sakit tercatat pada tahun 2015 menyatakan bahwa
dari total 2755 tindakan di ruang operasi IRD RS , didapatkan 720 kasus cedera
kepala, 455 dengan fraktur ekstremitas dan 64 kasus dengan trauma abdomen,
sisanya berkaitan dengan kegawatdaruratan bedah non trauma (Anonim,2015).
A. Latar Belakang
Trauma masih merupakan penyebab kematian paling sering di empat dekade
pertama kehidupan, dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
utama di setiap negara (Gad et al, 2012). Sepuluh persen dari kematian di
seluruh dunia disebabkan oleh trauma (Maegel, 2010). Diperkirakan bahwa
pada tahun 2020, 8,4 juta orang akan meninggal setiap tahun karena trauma,
dan traumaakibat kecelakaan lalu lintas jalan akan menjadi peringkat ketiga
yang menyebabkan kecacatan di seluruh dunia dan peringkat kedua di
negara berkembang (Udeani, 2013). Di Indonesia tahun 2011 jumlah
kecelakaan lalu lintas sebanyak 108.696 dengan korban meninggal sebanyak
31.195 jiwa (BPS, 2011). Trauma abdomen menduduki peringkat ketiga dari
seluruh kejadian trauma dan sekitar 25% dari kasus memerlukan tindakan
operasi (Hemmila, 2008).
B. KLASIFIKASI
Menurut Fadhilakmal (2013), Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
1. Kontusio dinding abdomen
Disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak terdapat
cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah
dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.
2. Laserasi
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2002)
terdiri dari: 1. Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada
dinding abdomen.
2. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah. 3.
Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau
sayap kanan dan hati harus dieksplorasi
C. Etiologi
C. ETIOLOGI
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan
terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor – faktor fisik dari kekuatan tersebut
dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan
tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi
jaringan( terjadi inovasi dan perubahan di jaringan ). Hal ini juga karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga penting.
Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali
pada keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan.
Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa
jauh gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam beratnya trauma
adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan
beberapa mekanisme :
2. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk
pengaman yang letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.
3. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler
Manifestasi Klinis
2. Nyeri tekan lepas menandakan iritasi peritoneum karena cairan gastrointestinal atau darah
4. Demam
5. Anoreksia
7. Takikardi
a. Inspeksi
a) Harus teliti, meteorismus, darm contour, darm steifung, adanya tumor, dilatasivena, benjolandi tempat terjadi hernia,
dll
b) Sikap penderita pada peritonitis : fleksi artic. coxae dan genue sehinggamelemaskan dindingperut dan rasa sakit
b. Palpasi
Diperhatikan adanya distensi perut, defans muskuler, sakit tekan titik McBurney, iliopsoassign, obturator sign, rovsing
sign, rebound tenderness.
Rectal toucher : untuk menduga kausa ileus mekanik, invaginasi, tumor, appendikulerinfiltrate. pemeriksaan vaginal
b. Perkusi
Penting untuk menilai adanya massa atau cairan intra abdominal
c. Auskultasi
Harus sabar dan teliti Borboryghmi, ( suara yang di hasilkan saat terjadi kontraksi otot berirama ) metalic sound ( suara bising usus )
pada ileus mekanik
3. Pengkajian pada Traoma Abdomen
d. Klien untuk progresi distensi abdomen, Gerakan melindungi nyeri, kaji tekan, kekakuan otot atau
nyeri lepas, penurunan bising usus, hipotensi dan syok.e.Kaji cedera dada yang sering mengikuti
cedera intra-abdomen, observasi cedera yang berkaitan.f.Catat semua tanda fisik selama
pemeriksaan pasien.
2) Traoma Tumpul Abdomen
a. Metode cedera
b. Waktu gejala
c. Lokasi penumpang jika kecelakaan lalu lintas (sopir sering menderita ruptur limpa atau hati) .
Sabuk keselamatan digunakan/tidak, tipe restrain yang digunakan.
h. Alergi, lakukan pemeriksaan cepat pada seluruh tubuh pasien untuk mendeteksi masalah yang
mengancam kehidupan
Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Dan Terapi Pengobatan
- Pasien yang tidak stabil atau pasien dengan tanda-tanda jelas yang menunjukkan trauma intraabdominal (pemeriksaan
peritoneal, injuri diafragma, abdominal free air, evisceration) harus segera dilakukan pembedahan
- Trauma tumpul harus diobservasi dan dimanajemen secara non-operative berdasarkan statusklinik dan derajat luka
yang terlihat di CT
- Pemberian obat analgetik sesuai indikasi
Kebanyakan GSW membutuhkan pembedahan tergantung kedalaman penetrasi dan keterlibatan intraperitoneal ü
Luka tikaman dapat dieksplorasi secara lokal di ED (di bawah kondisi steril) untuk menunjukkan gangguan
peritoneal ; jika peritoneum utuh, pasien dapat dijahit dan dikeluarkan ü Luka tikaman dengan injuri
intraperitoneal membutuhkan pembedahan ü Bagian luar tubuh penopang harus dibersihkan atau dihilangkan
dengan pembedahan (Catherino, 2003 : 251)
ASKEP TRAUMA ABDOMEN
A. PENGKAJIAN
1. Data Obyektif
1) Identitas Klien
2) Identitas Penanggung Jawab
3) Keluhan Utama :
Nyeri Trauma Abdome
4) Riwayayat Penyakit Sekarang
Data Primer
A. : Airway : Tidak ada obstruksi jalan nafas,
B. : Breathing (pernapasan) : tidak ada dispneu, tidak penggunaan otot bantu napas spontan.
bibir dan mulut kering
C. : Circulation (sirkulasi) : Hipotensi, perdarahan , tidak adanya tanda “Bruit” (bunyi
normal pd auskultasi pembuluh darah, biasanya pd arteri karotis), tanda Grey-
Turner( perubahan warna pada lokasi penetrasi) , tanda balance(keseimbangan)., takikardi
( jantung cepat), diaphoresis( berkeringat)
D. : Disability (ketidakmampuan ) : Ketidak mampuan beraktifitas, Nyeri, kesadaran
Compasmentis, GCS : 4,6,5.
Data sekunder
a. AMPLE
1) A : Alergi : Klien tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan, makanan,
minuman dan lingkungan.
2) M : Medikasi Sebelum dibawa ke RS (Rumah Sakit), klien tidak mengkonsumsi
obat-obatan apapun dari dokter maupun apotik.
3) P : Past ilness
Sebelum dibawa ke RS, klien tidak mengalami sakit.
4) L : Last meal
Klien terakhir mengkonsumsi nasi dan sayur ± 40 jam yang lalu.
5) E : Environment
Klien tinggal di rumah sendiri bersama istri dan anaknya di lingkungan padat
penduduk, tempat tinggal cukup dengan ventilasi, lantai sudah di keramik,
pencahayaan cukup, terdapat saluran untuk limbah rumah tangga (selokan).
A. : Exposure : Terdapat jejas ( trauma tumpul atu trauma tajam) pada daerah abdomen tergantung dari tempat
trauma
B. : Five intervension / vital sign : Tanda vital : hipotensi, takikardi, pasang monitor jantung, pulse oksimetri, catat
hasil lab abnormal Hasil lab :
Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri ( aneia, leukemia dll )
Penurunan hematokrit/hemoglobin
Peningkatan Enzim hati: Alkaline fosfat,SGPT,SGOT,
Angiografi untuk kemungkinan kerusakan vena hepatik
CT Scan ( untuk melihat kondisi dalam tubuh )
Radiograf dada mengindikasikan peningkatan diafragma, kemungkinan pneumothorax atau fraktur tulang
rusuk VIII-X.
Scan limfa ( mengetahui kelainan pada organ hati dan linpa )
Ultrasonogram ( untuk menilai kerja jantung )
Peningkatan serum atau amylase urine ( lebih tinggi jika gangguan pada pangkreas )
Peningkatan glucose serum ( peningkatan gula darah dalam tubuh )
A. : Give comfort (PQRST) :
2. ceftriaxone 1 gr/24jam
Terputusnya jaringan
Nyeri akut
3 Ds: Luka Penetrasi Resiko Infeksi
Do:
• Tampak ada luka penetrasi di
abdomen
Kerusakan lingkungan kulit
• Ada Jejas di daerah abdomen
• Lihat hasil pemeriksaan
laboratorium lengkap Fungsi kulit normal hilang
• Hematom
• Laserasi Hilang daya lindung terhadap infeksi
• Tanda Grey-Turner
Ketidakmampuan keluarga dalam
perawatan luka yang benar
Resiko infeksi
4 DS: Kerusakan lingkungan Gangguan
DO: kulit Mobilitas
• Tampak tidak mampu beraktifitas Fisik
• Cedar usus
• Luka penetrasi abdomen Pemejanan ujung kulit
• Hematom
Menekan ujungujung
saraf perifer
Nyeri
Gangguan mobilitas
TGL / JAM
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL, JAM TERATASI
DITEMUKAN
1 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan 3 x 24 jam
2 Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen 3 x 24 jam
3 Resiko Infeksi berhubungan dengan Penetrasi Trauma Abdomen 3 x 24 jam
yang di tandai dengan ada jas dan hematom di aderah abdomen
4 3 x 24 jam
Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas
(nyeri)
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIANGNOSA TUJUAN RENCANA RASIONAL
1 Berkurangnya volume Setelah di lakukan tindakan 1. Kaji Tanda tanda vital 1. Untuk mengidentifikasi deficit volume
cairan b/d Perdarahan keperawatan 3x24 jam, Volume cairan cairan
2. Pantau cairan parentral dengan
akibat penetrasi, tidak mengalami kekurangan
elektrolit, anti biotik dan vitamin 2. Mengidentifikasi keadaan perdarahan,
takdicardi, bibir dan mulut
Intek dan autput seimbang serta penurunan sirkulasi volume cairan
kering, Hipotensi, tanda 3. Kaji tetesan
menyebabkan kekeringan mukosa dan
Turgor kulit baik
blance, pulse oksimeter. 4. Kalaborasi dengan dokter: pemekatan urin , deteksi dini
Perdarahan berkurang memungkinkan terapi pergantian cairan
- Berikan cairan parentral sesuai
segerah
Indikasi
3. Awasi tetesan untuk mengidentifikasi
5. Cara Parentral ( IV Line ) sesuai
kebutuhan cairan
dengan umur
4. Cara parentral membantu memenuhi
kebutuhan nutrisi tubuh
6. Melakukan transfuse darah bila bilah
5. Mengganti cairan dan elektrolit secara
HB di bawah normal.
adekuar dan cepat