Anda di halaman 1dari 35

TUGAS

Dosen : Y. Maryen, SKM, MPH

MANAJEMEN
GADAR TRAUMA
Oleh Kelompok. IV
1. Oldri Lahamini ( Ketua )
OBDOMEN
2. Manik Samay
3. Nining. K. Siwasiwan
4. Nuri Kaembo
5. Rahma
MANEJEMEN GAWAT DARURAT TRAOMA ABDOMEN
1. PENDAHULUAN
 

Dalam dua tahun terakhir ini, kematian akibat trauma meningkat setiap tahunnya,
data Kepolisian Republik Indonesia menyebutkan bahwa pada tahun 2012 terjadi
109.038 kasus trauma akibat kecelakaan dengan korban meninggal dunia sebanyak
27.441 orang. Sedangkan pada 2011 terjadi kasus trauma akibat kecelakaan sebanyak
109.776 kasus, dengan korban meninggal sebanyak 31.185 orang (Anonim, 2016).
Data yang didapatkan dari Rumah Sakit tercatat pada tahun 2015 menyatakan bahwa
dari total 2755 tindakan di ruang operasi IRD RS , didapatkan 720 kasus cedera
kepala, 455 dengan fraktur ekstremitas dan 64 kasus dengan trauma abdomen,
sisanya berkaitan dengan kegawatdaruratan bedah non trauma (Anonim,2015).
A. Latar Belakang
 
Trauma masih merupakan penyebab kematian paling sering di empat dekade
pertama kehidupan, dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
utama di setiap negara (Gad et al, 2012). Sepuluh persen dari kematian di
seluruh dunia disebabkan oleh trauma (Maegel, 2010). Diperkirakan bahwa
pada tahun 2020, 8,4 juta orang akan meninggal setiap tahun karena trauma,
dan traumaakibat kecelakaan lalu lintas jalan akan menjadi peringkat ketiga
yang menyebabkan kecacatan di seluruh dunia dan peringkat kedua di
negara berkembang (Udeani, 2013). Di Indonesia tahun 2011 jumlah
kecelakaan lalu lintas sebanyak 108.696 dengan korban meninggal sebanyak
31.195 jiwa (BPS, 2011). Trauma abdomen menduduki peringkat ketiga dari
seluruh kejadian trauma dan sekitar 25% dari kasus memerlukan tindakan
operasi (Hemmila, 2008).
B. KLASIFIKASI
Menurut Fadhilakmal (2013), Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
1. Kontusio dinding abdomen
Disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak terdapat
cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah
dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.
2. Laserasi
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2002)
terdiri dari: 1. Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada
dinding abdomen.
2. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah. 3.
Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau
sayap kanan dan hati harus dieksplorasi
C. Etiologi

C. ETIOLOGI

Menurut smaltzer (2002), penyebab trauma abdomen dapat terjadi karena


kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari
ketinggian. Penyebab trauma yang lainnya sebagai berikut:

1. Penyebab trauma penetrasi


a) Luka akibat terkena tembakan
b) Luka akibat tikaman benda tajam
c) Luka akibat tusukan

2. Penyebab trauma non-penetrasi


a) Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
b) Hancur (tertabrak mobil)
c) Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
d) Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga
A. Tujuan
Umum
Mahasiswa mengetahui penerapan Asuhan Keperawatan dengan mamajemen
Gawat Darurat Traoma Abdomen
 
Khusus
Mahasiswa mengetahui dan mampu :
a. Melakukan pengkajian dengan Gawat Darurat Traoma Abdomen
b. Menyusun intervensi keperawatan Gawat Darurat Traoma Abdomen
c. Melaksanakan tindakan keperawatan Gawat Darurat Traoma Abdomen
d. Melaksanakan evaluasi keperawatan Gawat Darurat Traoma Abdomen
1. PEMBAHASAN

A. Asuhan keperawatan kegawat daruratan Traoma Abdomen


Patway Traoma Abdomen
Trauma (kecelakaan)

Penetrasi & Non-Penetrasi

Terjadi perforasi lapisan abdomen (kontusio, laserasi, jejas, hematom)

Menekan saraf peritonitis

Terjadi perdarahan jar.lunak dan rongga abdomen

Nyeri

Motilitas usus

Disfungsi usus

Resiko infeksi

Refluks usus output cairan berlebih

Gangguan cairan kurang dari dan eloktrolit kebutuhan tubuh



Kelemahan fisik

Gangguan mobilitas fisik (Sumber : Mansjoer,2001)
1. PATOFISIOLOGI DAN POHON MASALAH

Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan
terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor – faktor fisik dari kekuatan tersebut
dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan
tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi
jaringan( terjadi inovasi dan perubahan di jaringan ). Hal ini juga karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga penting.
Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali
pada keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan.
Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa
jauh gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam beratnya trauma
adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan
beberapa mekanisme :

2. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk
pengaman yang letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.

3. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.

Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler
Manifestasi Klinis

Secara umum manifestasi klinik trauma abdomen antara lain :


1.    Nyeri

2.    Nyeri tekan lepas menandakan iritasi peritoneum karena cairan gastrointestinal atau darah

3.    Distensi abdomen

4.    Demam

5.    Anoreksia

6.    Mual dan muntah

7.    Takikardi

8.    Peningkatan suhu tubuh

Sementara manifestasi berdasarkan etiologinya :


B. Pengkajian survey primer dan sekunder Traoma Abdomen
1 . Pengkajian Primer :
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa, harus
mengkajidengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat.
Apabilasudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera
ditangani,penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi, jika korban tidak berespon,
makasegera buka dan bersihkan jalan napas.
1) Airway, dengan Kontrol Tulang Belakang, membuka jalan napas menggunakan teknik ’head tiltchin
lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yangdapat
mengakibatkan tertutupnya jalan napas. Muntahan, makanan, darah atau benda asinglainnya.
2) Breathing, dengan ventilasi yang adekuat, memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara’lihat-
dengar-rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak,selanjutnya
lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidaknyapernapasan).
3) Circulation, dengan kontrol perdarahan hebat, jika pernapasan korban tersengal-sengal dan
tidakadekuat, makabantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan/
resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 15 : 2(15
kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas
Pengkajian sekunder
1) pengkajian fisik

a. Inspeksi

a) Harus teliti, meteorismus, darm contour, darm steifung, adanya tumor, dilatasivena, benjolandi tempat terjadi hernia,
dll
b) Sikap penderita pada peritonitis : fleksi artic. coxae dan genue sehinggamelemaskan dindingperut dan rasa sakit
b. Palpasi

Diperhatikan adanya distensi perut, defans muskuler, sakit tekan titik McBurney, iliopsoassign, obturator sign, rovsing
sign, rebound tenderness.

Rectal toucher : untuk menduga kausa ileus mekanik, invaginasi, tumor, appendikulerinfiltrate. pemeriksaan vaginal
b. Perkusi
Penting untuk menilai adanya massa atau cairan intra abdominal
c. Auskultasi
Harus sabar dan teliti Borboryghmi, ( suara yang di hasilkan saat terjadi kontraksi otot berirama ) metalic sound ( suara bising usus )
pada ileus mekanik
3. Pengkajian pada Traoma Abdomen

1) Traoma tembus abdomen

a. Dapatkan riwayat mekanisme cedera ; kekuatan tusukan/tembakan ; kekuatan tumpul (pukulan).


b. Inspeksi abdomen untuk tanda cedera sebelumnya : cedera tusuk, memar, dan tempat
keluarnyapeluru.
c. C. Auskultasi ada/tidaknya bising usus dan catat data dasar sehingga perubahan dapat
dideteksi.Adanya bising usus adalah tanda awal keterlibatan intraperitoneal ; jika ada tanda
iritasiperitonium, biasanya dilakukan laparatomi (insisi pembedahan kedalam rongga abdomen)

d. Klien untuk progresi distensi abdomen, Gerakan melindungi nyeri, kaji tekan, kekakuan otot atau
nyeri lepas, penurunan bising usus, hipotensi dan syok.e.Kaji cedera dada yang sering mengikuti
cedera intra-abdomen, observasi cedera yang berkaitan.f.Catat semua tanda fisik selama
pemeriksaan pasien.
2) Traoma Tumpul Abdomen

a. Metode cedera

b. Waktu gejala

c. Lokasi penumpang jika kecelakaan lalu lintas (sopir sering menderita ruptur limpa atau hati) .
Sabuk keselamatan digunakan/tidak, tipe restrain yang digunakan.

d. Waktu makan atau minum terakhir.


e. Kecenderungan perdarahan.
f. Penyakit dan medikasi terbaru.
g. Riwayat immunisasi, dengan perhatian pada tetanus

h. Alergi, lakukan pemeriksaan cepat pada seluruh tubuh pasien untuk mendeteksi masalah yang
mengancam kehidupan
Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Dan Terapi Pengobatan

- Pasien yang tidak stabil atau pasien dengan tanda-tanda jelas yang menunjukkan trauma intraabdominal (pemeriksaan
peritoneal, injuri diafragma, abdominal free air, evisceration) harus segera dilakukan pembedahan
- Trauma tumpul harus diobservasi dan dimanajemen secara non-operative berdasarkan statusklinik dan derajat luka
yang terlihat di CT
- Pemberian obat analgetik sesuai indikasi

- Pemberian O2 sesuai indikasi

- Lakukan intubasi untuk pemasangan ETT jika diperlukan - Trauma penetrasi :


 Dilakukan tindakan pembedahan di bawah indikasi tersebut di atas

 Kebanyakan GSW membutuhkan pembedahan tergantung kedalaman penetrasi dan keterlibatan intraperitoneal ü
Luka tikaman dapat dieksplorasi secara lokal di ED (di bawah kondisi steril) untuk menunjukkan gangguan
peritoneal ; jika peritoneum utuh, pasien dapat dijahit dan dikeluarkan ü Luka tikaman dengan injuri
intraperitoneal membutuhkan pembedahan ü Bagian luar tubuh penopang harus dibersihkan atau dihilangkan
dengan pembedahan (Catherino, 2003 : 251)
ASKEP TRAUMA ABDOMEN
A. PENGKAJIAN
1. Data Obyektif
1) Identitas Klien
2) Identitas Penanggung Jawab
3) Keluhan Utama :
Nyeri Trauma Abdome
4) Riwayayat Penyakit Sekarang

Kecelakaan lalulintas Trauma Abdomen menyebabkan penetrasi

a) Nyeri di Abdomen menyeluruh ( Trauma abdomen )

b) Nyeri pada kuadran kanan bawa Luka Penetrasi .


c) Nyeri pada jejas di abdomen
d) Perdarahan akibat penetrasi
e) Hematom
f) Memar ( hitam dan biru dibawah kulit )
g) cedera usus
 
1. Data Obyektif

Data Primer
A. : Airway : Tidak ada obstruksi jalan nafas,

B. : Breathing (pernapasan) : tidak ada dispneu, tidak penggunaan otot bantu napas spontan.
bibir dan mulut kering
C. : Circulation (sirkulasi) : Hipotensi, perdarahan , tidak adanya tanda “Bruit” (bunyi
normal pd auskultasi pembuluh darah, biasanya pd arteri karotis), tanda Grey-
Turner( perubahan warna pada lokasi penetrasi) , tanda balance(keseimbangan)., takikardi
( jantung cepat), diaphoresis( berkeringat)
D. : Disability (ketidakmampuan ) : Ketidak mampuan beraktifitas, Nyeri, kesadaran
Compasmentis, GCS : 4,6,5.
Data sekunder
a. AMPLE
1) A : Alergi : Klien tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan, makanan,
minuman dan lingkungan.
2) M : Medikasi Sebelum dibawa ke RS (Rumah Sakit), klien tidak mengkonsumsi
obat-obatan apapun dari dokter maupun apotik.
3) P : Past ilness
Sebelum dibawa ke RS, klien tidak mengalami sakit.
4) L : Last meal
Klien terakhir mengkonsumsi nasi dan sayur ± 40 jam yang lalu.
5) E : Environment
Klien tinggal di rumah sendiri bersama istri dan anaknya di lingkungan padat
penduduk, tempat tinggal cukup dengan ventilasi, lantai sudah di keramik,
pencahayaan cukup, terdapat saluran untuk limbah rumah tangga (selokan).
A. : Exposure : Terdapat jejas ( trauma tumpul atu trauma tajam) pada daerah abdomen tergantung dari tempat
trauma
B. : Five intervension / vital sign : Tanda vital : hipotensi, takikardi, pasang monitor jantung, pulse oksimetri, catat
hasil lab abnormal Hasil lab :

 Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri ( aneia, leukemia dll )
 Penurunan hematokrit/hemoglobin
 Peningkatan Enzim hati: Alkaline fosfat,SGPT,SGOT,
 Angiografi untuk kemungkinan kerusakan vena hepatik
 CT Scan ( untuk melihat kondisi dalam tubuh )
 Radiograf dada mengindikasikan peningkatan diafragma, kemungkinan pneumothorax atau fraktur tulang
rusuk VIII-X.
 Scan limfa ( mengetahui kelainan pada organ hati dan linpa )
 Ultrasonogram ( untuk menilai kerja jantung )
 Peningkatan serum atau amylase urine ( lebih tinggi jika gangguan pada pangkreas )
 Peningkatan glucose serum ( peningkatan gula darah dalam tubuh )
A. : Give comfort (PQRST) :

a) P : Penetrasi, cedera usus akibat Trauma abdomen


b) Q : Nyeri seperti di tusuk dan di remas pada kuadran kanan bawah
c) R : Nyeri yang dirasakan sifatnya akut dan menyebar ke semua abdomen
d) S : Nyerinya Skala : 0 - 10
e) T : Nyerinya muncul tiba tiba dan terus menerus.
 
A. Head to toe :

- Inspeksi : Adanya ekimosis ( bintik ungu gelap) jejas, lesi, penetrasi


- Auskultasi : Adanya hematom
- Palpasi : Menurun/tidak adanya suara bising usus , Pembengkakan pada abdomen, Adanya
spasme pada abdomen, Adanya masa pada abdomen
- Perkusi : Nyeri tekan skala 0-10, Suara dullness
- : Inspeksi posterior surface : Dikaji jika ada yang mengalami cedera pada bagian Nyeri
Therapi

1. Dexketoprofen 25 mgx500 mg/ 8 jam

2. ceftriaxone 1 gr/24jam

3. Paracetamol 2 x 500 mg / 12 jam

4. Ranitidin 25 mg2 x 500mg/12 jam,

5. Ranitidin 25 mg/12 jam


KLASIFIKASI DATA
DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF
 Tampak Perdarahan ada ( pada Luka penetrasi abdomen )
 Tampak jejas di abdomen
 Tampak laserasi di abdomen
 Cedera usus
 Adanya hematom
 Tanda tanda blance
 Tanda Grey-Turner ( perubahan warna )
 Skala Nyer : 1-10)
 Tampak tak bisa beraktifitas
 Turgor kulit menurun
 Hipotensi
 Memar
 Takdocardi
 Bibir dan mulut kering
 Tanda tanda vital : Takdicardi, Hipotensi, pulseoksimetri ( SaO2 95-
100) jika kurang dari 70% jatuh ke patologi,
ANALISA DATA
N Data Etiologi Masalah
o
1 DS : - Kecelakaan Motor Kekurangan
    cairan
DO : Terputus Jaringan dan pembulu
• Perdarahan akibat penetrasi darah
• Takdikardi  
• Bibir dan mulut kering Perdarahan
• Hipotensi  
• Tanda-tanda blance Kehilangan cairan
 
Kekurangan volume cairan tubuh
2 DS : Trauma abdomen Nyeri
DO :  
• Provokes ( Penyebab) : perdarahan
luka panetrasi
• Quality (Kualitas ): ada nyeri Luka Penetrasi
• Rradiates ( penyebaran ) : Daerah  
Abdomen Mengenai lapisan Hipodermis
• Severety ( keparahan ) : Sakala Nyeri  
0-10 )
• Time ( waktu ) : Nyeri terus menerus Kerusakan lingkungan Abdomen
di daerah abdomen sesekali nyeri  
terasa panjang saat di gerak
• Cedera usus Kehilangan barier kulit

Inflamasi (respon tubuh)

Terputusnya jaringan
 
Nyeri akut
 
3 Ds: Luka Penetrasi Resiko Infeksi
Do:
• Tampak ada luka penetrasi di
abdomen
Kerusakan lingkungan kulit
• Ada Jejas di daerah abdomen
• Lihat hasil pemeriksaan
laboratorium lengkap Fungsi kulit normal hilang
• Hematom
• Laserasi Hilang daya lindung terhadap infeksi
• Tanda Grey-Turner
Ketidakmampuan keluarga dalam
perawatan luka yang benar

Peningkatan resiko masuknya organisme


Patogen

Resiko infeksi
4 DS: Kerusakan lingkungan Gangguan
DO: kulit Mobilitas
• Tampak tidak mampu beraktifitas Fisik
• Cedar usus
• Luka penetrasi abdomen Pemejanan ujung kulit
• Hematom

Menekan ujungujung
saraf perifer

Nyeri

Gangguan mobilitas
 

Masalah DX. Keperawatan


1) Berkurangnya volume cairan b/d Perdarahan akibat penetrasi
2) Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen
3) Resiko Infeksi berhubungan dengan Penetrasi Trauma Abdomen yang di tandai dengan ada jas dan hematom di aderah abdomen
4) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik

TGL / JAM
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL, JAM TERATASI
DITEMUKAN
1 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan 3 x 24 jam
 
2 Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen 3 x 24 jam
3 Resiko Infeksi berhubungan dengan Penetrasi Trauma Abdomen 3 x 24 jam
yang di tandai dengan ada jas dan hematom di aderah abdomen

 
4   3 x 24 jam
Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas
(nyeri)
 
 
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIANGNOSA TUJUAN RENCANA RASIONAL
1 Berkurangnya volume Setelah di lakukan tindakan 1. Kaji Tanda tanda vital 1. Untuk mengidentifikasi deficit volume
cairan b/d Perdarahan keperawatan 3x24 jam, Volume cairan cairan
2. Pantau cairan parentral dengan
akibat penetrasi, tidak mengalami kekurangan
elektrolit, anti biotik dan vitamin 2. Mengidentifikasi keadaan perdarahan,
takdicardi, bibir dan mulut
Intek dan autput seimbang serta penurunan sirkulasi volume cairan
kering, Hipotensi, tanda 3. Kaji tetesan
menyebabkan kekeringan mukosa dan
Turgor kulit baik
blance, pulse oksimeter. 4. Kalaborasi dengan dokter: pemekatan urin , deteksi dini
Perdarahan berkurang memungkinkan terapi pergantian cairan
- Berikan cairan parentral sesuai
  segerah
Indikasi
3. Awasi tetesan untuk mengidentifikasi
5. Cara Parentral ( IV Line ) sesuai
kebutuhan cairan
dengan umur
4. Cara parentral membantu memenuhi
 
kebutuhan nutrisi tubuh
6. Melakukan transfuse darah bila bilah
5. Mengganti cairan dan elektrolit secara
HB di bawah normal.
adekuar dan cepat

6. Menggantikan darah yang keluar


Nyeri dengan skala 5 Setelah di lakukan 1. Kaji karakteristik 1. Mengetahui tingkat nyeri klien.
2
b/d adanya trauma tindakan keperawatan
nyeri. 2. Mengurangi kontraksi abdomen.
abdomen atau luka 3x24 jam .
panetrasi abdomen 2. Beri posisi semi fawler.
Nyeri klien teratasi
3. Kaji TTV
 Skala Nyeri : 0 3. Mengetahui Kondisi visik
4. Anjurkan tehnik manajemen normal/abnormal
 Ekpresi tenang
nyeri seperti distraksi. 4. Membantu mengurangi rasa nyeri
dengan mengalihkan perhatian.
5. Instruksikan klien untuk
menarik atau menghirup
nafas dalam dari hidung
sehingga rongga paru-paru
terisis oleh udara melalui
hitungan 1, 2, 3, 4 kemudian
ditahan sekitar 3-5 detik. 5. Setelah mengajak klien melakukan
Instruksikan klien untuk nafas dalam, klien merasa lebih
menghembuskan nafas, nyaman
hitung sampai tiga secara
perlahan melalui mulut.
5. Kalaborasi pemberian
analgetic
3 Resiko Infeksi Setelah dilakukan 1. Kaji tanda-tanda infeksi. 1. Mengidentifikasi adanya resiko
berhubungan Tindakan keperawatan infeksi lebih dini.
2. Kaji keadaan luka.
dengan Penetrasi 3x24 jam, infeksi tidak
2. Keadaan luka yang diketahui lebih
Trauma Abdomen terjadi. 3. Kaji tanda -tanda vital.
awal dapat mengurangi resiko
yang di tandai 4. Lakukan cuci tangan sebelum
 Tanda-tanda infeksi infeksi.
dengan ada jas kontak dengan pasien.
{-}
dan hematom di 3. Suhu tubuh naik dapat di
5. Lakukan pencukuran pada area
aderah abdomen  TTV normal indikasikan adanya proses infeksi.
operasi {perut kanan bawah}.
4. Menurunkan resiko terjinya
6. Perawatan luka dwngan prinsip kontaminasi mikroorganisme.
sterilisasai.
5. Dengan pencukuran klien terhindar
7. Kalaborasi pemberian antibiotic. dari infeksi post operasi.

6. Tehnik aseptic dapat menurunkan


resiko infeksi nosocomial.

7. Antibiotik mencegah adanya infeksi


bakteri dari luar.
4 Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji kemampuan pasien 1. Identifikasi kemampuan
mobilitas fisik Tindakan untuk bergerak. klien dalam mobilisasi.
berhubungan keperawatan 3x24
2. Dekatkan peralatan yang 2. Meminimalisir pergerakan
dengan jam,diharapkan
dibutuhkan pasien. klien.
kelemahan dapat bergerak
3. Berikan Latihan gerak 3. Melatih otot-otot klien.
fisik. bebas.
aktif pasif.
4. Membantu dalam mengatasi
KH
4. Bantu kebutuhan pasien. kebutuhan dasar klien.
 Mempertahank
5. Kalaborasi dengan ahli 5. Terapi fisioterapi dapat
an mobilitas
fisioterapi. memulihkan kondisi klien
optimal.
INPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/Tgl No.D Tindakan Keperawatan Evaluasi ttd
X
1 1. Kaji Tanda tanda vital S: :  
O: Nyeri, Penetrasi, hematom di abdomen
2. Pantau cairan parentral dengan elektrolit, anti biotik
memar, ada Jas , TTV: Takdicardi, hipotensi
dan vitamin
berkurang, hasil lab: membaik, pulse oksimeter
3. Kaji tetesan normal ( 95-100%), bibir dan mulut tidak
4. Kalaborasi dengan dokter: kering.
A: Masalah teratasi teratasi sebagaian ,
- Berikan cairan parentral sesuai Indikasi
P: Intervensi 1-6 di lanjutkan
1. Cara Parentral ( IV Line ) sesuai dengan umur

2. Melakukan transfuse darah bila bilah HB di bawah


normal
2 1. Beri posisi semi fawler. S:
 
2. Kaji TTV O: TTV: Kembali normal
, skala nyeri 0-10, pada daerah
3. Anjurkan tehnik manajemen nyeri seperti distraksi abdomen terlihat ada jas merah
kehitaman
4. Instruksikan klien untuk menarik atau menghirup A: masalah sebagian
nafas dalam dari hidung sehingga rongga paru-paru P:Intervensi 1-5 dilanjutkan
terisis oleh udara melalui hitungan 1, 2, 3, 4 kemudian
ditahan sekitar 3-5 detik.
Instruksikan klien untuk menghembuskan nafas, hitung
sampai tiga secara perlahan melalui mulut.
5. Kalaborasi pemberian analgetic Dexketoprofen
25mg/8jam , pemberian obat Paracetamol 2 x
500mg/12 jam, Ranitidin 25 mg/12 jam untuk
mengurangi nyeri
  3 1. Kaji tanda-tanda infeksi. S:
 
2. Kaji keadaan luka. O: TTV: Kembali normal
, skala nyeri 0-10, pada daerah abdomen
3. Kaji tanda -tanda vital. terlihat ada jas merah kehitaman
4. Lakukan cuci tangan sebelum kontak dengan
A: masalah Sebagian teratasi
P:Intervensi 1-7 dilanjutkan  
pasien.

5. Lakukan pencukuran pada area operasi {perut


kanan bawah}.

6. Perawatan luka dwngan prinsip sterilisasai.

7. Kalaborasi pemberian antibiotik ceftriaxone 1


gr/24jam
4 1.Kaji kemampuan pasien untuk S: -
bergerak. O: Ada luka penetrasi trauma
2.Dekatkan peralatan yang abdomen, ada hematom, ada

dibutuhkan pasien. cedera usus, Nyeri sksla 0-10


: masalah Sebagian teratasi
3.Berikan Latihan gerak aktif pasif.
P:Intervensi 1-5 dilanjutkan
( Mencegah terjadinya atropi )

4.Bantu kebutuhan pasien.

5.Kalaborasi dengan ahli


fisioterapi.
Sekian
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai