Anda di halaman 1dari 13

HUKUM DASAR

BANGSA
INDONESIA
BUNGA CICI SAPUTRI
TK 1 B
HUKUM DASAR BANGSA INDONESIA
• Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas
kerohanian yang dalam ilmu kenegaraan populer disebut
sebagai dasar filsafat negara (pilisophisce gronslag). Dalam
kedudukan ini Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber
norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, termasuk
dalam sumber tertib hukum di Indonesia, sehingga Pancasila
merupakan sumber nilai, norma dan kaidah baik moral maupun
hukum di Indonesia.
LANJUTAN
Indonesia adalah negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum, oleh karena itu
dalam segala aspek pelaksanaan dan penyelenggaraan negara diatur dalam system
peraturan perundang – undangan. Hal inilah yang dimaksud dengan pengertian
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia.
Hal ini tidaklah lepas dari eksistensi pembukaan UUD 1945, yang dalam konteks
ketatanegaraan Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting karena merupakan
suatu staasfundamentalnorm dan berada pada hierarkhi tertib hukum tertinggi di
Indonesia. Dalam kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia,
pada hakikatnya merupakan suatu dasar dan asas kerohanian dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara termasuk dalam penyusunan tertib hukum di Indonesia.
Maka kedudukan Pancasila sesuai dengan yang tercantum dalam pembukaan UUD
1945 adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia, sesuai dengan
yang tercantum dalam penjelasan tentang pembukaan UUD yang termuat dalam Berita
Republik Indonesia tahun II no. 7, hal ini dapat disimpulkan bahwa pembukaan UUD
1945 adalah sebagai sumber hukum positif Indonesia.
DASAR HUKUM TERTULIS DAN
TIDAK TERTULIS
HUKUM TERTULIS

hukum yang telah ditulis dan di cantumkan dalam peraturan perundang-undangan Negara baik yang
dikodifikasi ataupun yang tidak dikodifikasi.

• Contoh hukum Tertulis : hukum perdata tertulis dalam KUH Perdata, hukum pidana dituliskan dalam
KUHPidana.
Hukum tertulis yang dikodifikasikan maksudnya yaitu hukum tata Negara yang sudah dubukukan pada
lembaran Negara dan sudah diumumkan/ di undangkan. Jika hukum tersebut dikodifikasikan maka
kelebihannya yaitu adanya kepastian hukum, adanya kekuasaan hukum dan adanya penyederhanaan hukum.
Sedangkan Kekurangannya yaitu bergeraknya hukum menjadi lambat tidak mampu dengan cepat mengikuti
hal-hal yang terus bergerak maju. Untuk Hukum yang tidak dikodifikasi sebaliknya.
• Contoh hukum tertulis yang dikodifikasikan yaitu KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana).
• Contoh hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan yaitu PP (Peraturan Pemerintah), UU (Undang-
Undang), Kepres (Keputusan Presiden).
Hukum tertulis juga bisa diartikan sebagai sebuah ketentuan atau kaidah tentang aturan yang dituangkan
dalam bentuk formal yang tersusun secara sistematis. Hukum yang dapat menjadi pedoman dan peringatan
kepada masyarakat secara langsung.
LANJUTAN
HUKUM TIDAK TERTULIS
Hukum yang hidup dan tumbuh dalam kehidupan masyarakat/ adat atau dalam
praktik ketatanegaraan/ konverasi.
Hukum tidak tertulis merupakan kebalikan dari Hukum Tertulis. Hukum tidak
tertulis yaitu hukum yang tidak dituangkan/ dicantumkan dalam peraturan
Perundang-undangan. Hukum tidak tertulis merupakan hukum yang hidup/ berjalan
dan tumbuh dalam kehidupan masyarakat/ adat atau dalam praktik ketatanegaraan/
konversi.
• Contoh Hukum Tidak Tertulis: Hukum Adat yang tidak ditulis/ tidak dicantumkan
dalam perundang-undangan namun peraturannya sudah tertanam dan dipatuhi oleh
daerah tertentu/ adat tertentu sehingga menjadi sebuah pedoman dalan tata
pelaksanaan kehidupan bermasyarakat.
Hukum tidak tertulis merupakan hukum yang dianggap tidak bisa konsisten,
dikarenakan hukum tidak tertulis peraturannya dapat berubah sewaktu-waktu sesuai
keadaan dan kepentingan yang menghendakinya.
ISI POKOK BATANG TUBUH UUD
1945
Batang tubuh UUD 1945 terdiri dari 16 bab, 37 pasal, 4 Pasal
Aturan Peralihan dan 2 ayat Aturan Tambahan.
Batang tubuh berisi dua bagian pokok yaitu:
• Sistem Pemerintahan Negara
• Hubungan Negara dengan warga negara dan penduduk
Indonesia
Penjelasan UUD 1945 Penjelasan UUD 1945 terdiri dari
• Penjelasan Umum dan
• Penjelasan Pasal demi Pasal.
STRUKTUR PEMERINTAHAN
REPUBLIK INDONESIA
• Majelis Permusyawaratan Rakyat(MPR)
MPR merupakan lembaga negara(bukan lagi lemabag tertinggi setelah amandemen
UUD 1945) yang beranggotakan semua anggota DPR dan anggota DPD yang terpilih
dalam pemilu legislatif. Masa jabatan MPR adalah lima tahun sama seperti masa
jabatan DPR dan DPD dan MPR paling sedikit harus bersidang sekali dalam masa
jabatan di ibu kota negara
• Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
DPR adalah lembaga negara yang berfungsi sebagai lembaga perwakilan rakyat.
Anggota DPR terpilih melalui pemilihan umum legislatif yang diikuti partai politik
pengusung calon anggota legislatif.Dewan Perwaklian Rakyat terdiri dari
DPR(Pusat) dan DPRD(daerah).
Keanggotaan DPR yang berjumlah 560 orang sesuai UU Pemilu no 10 tahun 2008
diresmikan dengan keputusan presiden untuk masa jabatan 5 tahun. Masa jabatan ini
berakhir ketika anggota DPR baru mengucap sumpah/janji oleh ketua MA dalam
sidang paripurna .
LANJUTAN
• Dewan Perwakilan Daerah
Dewan Perwakilan Daerah merupakan lembaga negara yang terdiri dari perwakilan
dari tiap provinsi yang dipilih melalui pemilihan umum. Jumlah anggota DPD
maksimal adalah 1/3 jumlah anggota DPR dan banyaknya anggota tiap provinsi tidak
sama, maksimal 4 orang. Masa jabatan sama seperti DPR, lima tahun. Anggota DPD
berdomisili di provinsinya dan berada di Ibu Kota negara ketika diadakan sidang.
• Presiden dan Wakil Presiden
Presiden Indonesia merupakan kepala negara sekaligus kepala pemerintahan yang
memegang kekuasaan eksekutif menjalankan roda pemerintahan. Presiden dan wkil
presiden dipilih langsung melalui pemilu oleh rakyat sesuai UUD 1945 sekarang.
Masa jabatan presiden dan wakil presiden adalah lima tahun sejak mengucap janji dan
dilantik oleh ketua MPR dalam sidang MPR. Dalam menjalankan program dan
kebijakan, pelaksanaannya harus sesuai dengan UUD 1945 dan sesuai dengan tujuan
negara dalam pembukaan Undang-undang dasar 1945.
LANJUTAN
• Mahkamah Agung
Mahkamah agung merupakan pemegang kekuasaan kehakiman. Mahkamah
agung adalah peradilan tertinggi di Indonesia. Pasal 24 ayat (2)
menyebutkan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah
Mahkamah Agung dan badan peradilan dibawahnya serta oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi.
• Mahkama Konstitusi
Kewenangan Mahkamah Konstitusi sesuai dengan ketentuan Pasal 24C ayat
(1) dan (2)
untuk mengadili pada tingkat pertama dan terakhir untuk menguji UU
terhadap UUD,
memutus pembubaran partai politik, dan
memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
LANJUTAN
• Badan Pemeriksa Keuangan
BPK merupakan lembaga yang bebas dan mandiri untuk memeriksa pengelolaan dan
tanggung jawab tentang keuangan negara dan hasil pemeriksaan tersebut diserahkan kepada
DPR, DPD, dan DPRD.Dengan pengaturan BPK dalam UUD, terdapat perkembangan yaitu
menyangkut perubahan bentuk organisasinya secara struktural dan perluasan jangkauan
tugas pemeriksaan secara fungsional. Karena saat ini pemeriksaan BPK juga terhadap
pelaksanaan APBN di daerah-daerah dan harus menyerahkan hasilnya itu selain pada DPR
juga pada DPD dan DPRD.Selain dalam kerangka pemeriksaan APBN, hubungan BPK
dengan DPR dan DPD adalah dalam hal proses pemilihan anggota BPK.
• Komisi Yudisial
Pasal 24A ayat (3) dan Pasal 24B ayat (1) menegaskan bahwa calon hakim agung diusulkan
Komisi Yudisial kepada DPR untuk mendapat persetujuan. Keberadaan Komisi Yudisial
tidak bisa dipisahkan dari kekuasaan kehakiman. Dari ketentuan ini bahwa jabatan hakim
merupakan jabatan kehormatan yang harus dihormati, dijaga, dan ditegakkan
kehormatannya oleh suatu lembaga yang juga bersifat mandiri. Dalam hubungannya dengan
MA, tugas KY hanya dikaitkan dengan fungsi pengusulan pengangkatan Hakim Agung,
HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA
1. MPR dengan DPR
hubungan antar MPR dan DPR di atur di dalam :
a. UUD 1945 pasal 2 ayat 1 yang berbunyi, “Majelis permusyawaratan Rakyat terdiri atas
anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-
daerah dan golongan-golongan, menurut aturan yang ditetapkan dengan Undang-Undang.”
b. UUD 1945 pasal 7A yang berbunyi, “Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat
diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul
Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum
berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya,
atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden
dan/atau Wakil Presiden. “
2. MPR dengan DPD
Hubungan antara MPR dan DPD dia atur didalam UUD 1945 pasal 2 ayat 1 yang berbunyi,
“Majelis permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan, menurut aturan
yang ditetapkan dengan Undang-Undang.
LANJUTAN
• 3. MPR dengan Presiden
• Hubungan antar MPR dan Presiden di atur di dalam :
• a. UUD 1945 pasal 3 ayat 2 yang berbunyi, ”Majelis Permusyawaratan
Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden”
• b. UUD 1945 pasal 3 ayat 3 yang berbunyi, “Majelis Permusyawaratan
Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam
masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar.”
• c. UUD 1945 pasal 7A yang berbunyi, “Presiden dan/atau Wakil Presiden
dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah
melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara,
korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela
maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden
dan/atau Wakil Presiden. “
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai