Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN

KEPERAWATAN
TIPOID PADA
ANAK
Kelompok 1

■ Suci Rahmadani (1910035041)


■ Dewi Rosmina (19100350542)
■ Norsema (1910035043)
■ Rina Ananda (1910035044)
■ Pratiwindya Nur Anika (1910035046)
■ Hersyana Elsha (1910035047)
A. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
1. Mulut
Proses pencernaan dimulai di mulut, di mana pencernaan kimia dan mekanik terjadi. Di
dalam mulut terdapat organ aksesori yang membantu pencernaan makanan, yaitu lidah,
gigi, dan kelenjar air liur.
■ Mulut berfungsi untuk mengunyah makanan menjadi lebih halus dan lunak agar lebih
mudah untuk ditelan dan dicerna. Gigi memotong makanan menjadi potongan-potongan
kecil, yang dibasahi oleh air liur sebelum lidah dan otot-otot lain mendorong makanan
ke dalam faring (Pharynx) dan melewatkannya ke dalam kerongkongan (esophagus).
■ Gigi berfungsi untuk mengunyah makanan, pemecahan partikel besar menjadi partikel
kecil yang dapat ditelan tanpa menimbulkan tersedak.
■ Lidah berfungsi untuk mengaduk makanan di dalam rongga mulut dan membantu
mendorong makanan (proses penelanan). Selain itu lidah juga berfungsi sebagai alat
pengecap yang dapat merasakan manis, asin, pahit dan asam.
■ Kelenjar ludah berfungsi untuk memudahkan penelanan makanan.
2. Farink
Faring terletak di belakang hidung, mulut, dan laring (tenggorokan). Faring berupa saluran
berbentuk kerucut dari bahan membran berotot (muskulo membranosa) dengan bagian
terlebar di sebelah atas dan berjalan dari dasar tengkorak sampai di ketinggian vertebra
servikal keenam yaitu ketinggian tulang rawan krikoid, tempat faring bersambung dengan
esofagus.
Panjang faring kira-kira tujuh sentimeter dan dibagi atas tiga bagian :
a. Nasofaring, di belakang hidung.
b. Faring oralis, terletak di belakang mulut.
c. Faring laringeal ialah bagian terendah yang terletak di belakang laring.

Di dalam faring terdapat tujuh lubang - dua dari saluran Eustakhius, dua bagian posterior
lubang hidung (nares) yang berada di belakang rongga hidung, mulut, laring, dan
esophagus.
3. Kerongkongan (eshopagus)
■ Esofagus (kerongkongan) adalah saluran penghubung antara mulut dengan lambung
yang letaknya di antara tenggorokan dan lambung.
■ Kerongkongan sebagai jalan untuk makanan yang telah dikunyah dari mulut menuju
lambung. Otot kerongkongan dapat berkontrasksi sehingga mendorong makanan masuk
ke dalam lambung. Gerakan ini disebut dengan gerak peristaltik.
■ Pada ujung kerongkongan terdapat sfingter (cincin otot), yang memungkinkan makanan
untuk masuk ke lambung dan kemudian menutupnya untuk mencegah makanan dan
cairan naik kembali ke kerongkongan.
4. Lambung (ventrikulus)
Lambung adalah organ berbentuk huruf ‘J’, yang ukurannya sekitar dua kepalan tangan.
Lambung terletak di antara esofagus dan usus halus di perut bagian atas. Lambung berupa
kantung yang terletak di dalam rongga perut di sebelah kiri.
Bagian-bagian lambung dibagi menjadi tiga daerah, yaitu:
a. Kardiak adalah bagian lambung yang paling pertama untuk tempat masuknya makanan
dari kerongkongan (esofagus). 
b. Fundus adalah bagian lambung tengah yang berfungsi sebagai penampung makanan
serta proese pencernaan secara kimiawi dengan bantuan enzim.
c. Pilorus adalah bagian lambung terakhir yang berfungsi sebagai jalan keluar makanan
menuju usus halus.
Lambung memiliki tiga fungsi utama dalam sistem pencernaan, yaitu untuk menyimpan
makanan dan cairan yang tertelan; untuk mencampur makanan dan cairan pencernaan yang
diproduksinya, dan perlahan-lahan mengosongkan isinya ke dalam usus kecil.
5. Usus halus
Usus halus berbentuk tabung tipis sekitar satu inci dengan panjang sekitar 10 meter. Usus
halus terletak hanya lebih rendah daripada lambung dan memakan sebagian besar ruang di
rongga perut.
Di dalam usus halus terjadi proses pencernaan kimiawi dengan melibatkan berbagai enzim
pencernaan.
Fungsi usus halus terdiri dari :
a. Menerima zat-zat rnakanan yang sudab dicerna untuk diserap melalui kapiler- kapiler
darah dan saluran-saluran limfe.
b. Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
c. Karbohidrat diserap dalam bentuk emulsi, lemak.
Usus halus terdiri dari tiga bagian, yaitu duodenum (usus 12 jari), jejunum (bagian
tengah melingkar), dan ileum (bagian terakhir).
6. Usus besar
Usus besar membentuk huruf “U” terbalik di atas usus halus yang digulung. Ini dimulai di
sisi kanan bawah tubuh dan berakhir di sisi kiri bawah. Usus besar berukuran sekitar 5-6
meter, yang memiliki tiga bagian, yaitu sekum (cecum), kolon dan rektum (rectum).
Fungsi utama dari usus besar adalah membuang air dan garam (elektrolit) dari bahan yang
tidak tercerna dan membentuk limbah padat yang dapat dikeluarkan. Bakteri di usus besar
membantu memecah bahan yang tidak tercerna. Sisa isi usus besar dipindahkan ke arah
rektum, di mana feses disimpan sampai meninggalkan tubuh melalui anus.
7. Rektum dan anus
■ Rectum merupakan lanjutan dari kolon sigmoit yang menghubungkan intestinum mayor
dengan anus sepanjang 12 cm, dimulai dari pertengahan sacrum dan berakhir pada
kanalis anus. Rectum terletak dalam rongga pelvis di depan os sacrum dan os koksigis.
Rectum terdiri dari dua bagian:
a. Rectum propia: bagian yang melebar disebut ampula rekti. Jika ampula rekti terisi
makanan akan timbul hasrat defekasi.
b. Pars analis rekti: sebelah bawah ditutupi oleh serat-serat otot polos (M. sfingter ani
internus) dan serabut otot lurik (M sfingter ani eksterna). Kedua otot ini berperan pada
waktu defekasi.
B. Proses Pencernaan Makanan dalam Tubuh
C. Konsep Dasar Demam Tipoid

1. Definisi
Demam Thypoid atau thypoid fever ialah suatu sindrom sistemik yang terutama disebabkan
oleh salmonella typhi. Demam tifoid merupakan jenis terbanyak dari salmonelosis. Jenis
lain dari demam enterik adalah demam paratifoid yang disebabkan oleh S. Paratyphi A, S.
Schottmuelleri (semula S. Paratyphi B), dan S. Hirschfeldii (semula S. Paratyphi C).
Demam typhoid atau Typhusabdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluranpencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satuminggu, gangguan
pada pencernaan dan juga gangguan kesadaran (Price A. Sylvia & Lorraine M.
Wilson,2015).
2. Etiologi
Menurut Widagdo (2011) Etiologi dari demam Thypoid adalah Salmonella typhi,
termasuk genus Salmonella yang tergolong dalam famili Enterobacteriaceae. Akibat infeksi
oleh salmonellathypi, pasien membuat antibodi atau aglutinin yaitu:
■ AglutininO (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari
tubuh kuman).
■ AglutininH (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan antigenH (berasal dari
flagel kuman).
■ AglutininVi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena rangsangan antigen
Vi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutininO dan jugaH yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makinbesar pasien menderita tifoid. (Aru W. Sudoyo. Buku
ajar ilmu penyakit dalam. 2009.)
3. Patofisiologi
Kuman Salmonella Typhi

Masuk melalui makanan/


Minuman, jari tangan/kuku,
muntuhan, lalat dan feses

Masuk ke mulut
Menuju ke saluran
pencernaan

Kuman mati Lambung Kuman hidup

Lolos dari asam


lambung
Bakteri masuk ke
dalam usus halus
Peredaran darah dan masuk ke
retikulo endothelia terutama
hati dan limfa

Inflamasi pada hati


dan limfa
Masuk kealiran
darah
Hematomegali Spenomegali Endotoksi
Nyeri tekan Penurunan Mengakibatkan komplikasi
mobilitas usus seperti neuropsikiatrik,
Nyeri
Penurunan peristaltik kardiovaskuler, pernafasan, dll.
usus
Merangsang
Konstipasi Peningkatan asam melepas sel perogen
lambung
4. Manifestasi Klinis
Gambaran klinik yang biasa ditemukan menurut Ngastiyah (2005, hal: 237) adalah:
a) Demam, Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten
dan suhu tidak tinggi sekali.
b) Gangguan pada saluran pencernaan
c) Gangguan kesadaran, Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam
yaitu apatis sampai samnolen, jarang terjadi sopor, koma atau gelisah kecuali
penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan.
d) Relaps, Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit tifus abdominalis, akan
tetapi berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setelah suhu
badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan.
5. Komplikasi
■ Komplikasi intestinal : perdarahan usus, perporasi usus dan ilius paralitik.
■ Komplikasi extra intestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis,
trombosis, tromboplebitis.
b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia dan syndroma uremia hemolitik.
c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
d. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, dan kolesistitis.
e. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
f. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meninggiusmus, meningitis, polineuritis perifer,
sindroma guillain bare dan sindroma katatonia. (Lestari Titik, 2016).
6. Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan darah perifer lengkap


b) Pemeriksaan SGOT dan SGPT
c) Pemeriksaan uji widal
d) Kultur
e) Anti salmonella typhi igM
f) Biakan empedu
7. Penatalaksanaan
Berdasarkan Lestari Titik, 2016, penatalaksanaan pada demam typhoid yaitu:
a) Perawatan
b) Diet
c) Pemberian Antibiotik

Bila tak terawat, demam typhoid dapat berlangsung selama tiga minggu sampai
sebulan. Kematian terjadi antara 10% dan 30 % dari kasus yang tidak terawat. Pengobatan
penyulit tergantung macamnya. Untuk kasus berat dan dengan manifestasi nerologik
menonjol, diberi deksamethason dosis tinggi dengan dosis awal 3 mg/kgBB, intravena
perlahan (selama 30 menit). Kemudian disusul pemberian dengan dosis 1 mg/kg BB
dengan tenggang waktu 6 sampai 7 kali pemberian. Tatalaksanaan bedah dilakukan
pada kasus-kasus dengan penyulit perforasi usus.
8. Pencegahan
■ Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar
tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Pencegahan primer dapat
dilakukan dengan cara imunisasi dengan vaksin yang dibuat dari strain Salmonella typhi
yang dilemahkan.
■ Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara mendiagnosa penyakit secara dini
dan mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat. Pencegahan sekunder dapat berupa :
Penemuan penderita maupun carrier secara dini melalui penigkatan usaha surveilans tifoid
serta perawatan umum dan nutrisi diet yang sesuai.
■ Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi keparahan akibat
komplikasi. Apabila telah dinyatakan sembuh dari penyakit demam tifoid sebaiknya tetap
menerapkan
9. Sumber Penularan
Penularan penyakit demam tifoid oleh basil Salmonella typhi ke manusia melalui
makanan dan minuman yang telah tercemar oleh feses atau urin dari penderita tifoid.
10. Faktor-faktor yang Mempengaruhi (Determinan)
a) Faktor Host, Manusia adalah sebagai reservoir bagi kuman Salmonella thypi.
b) Faktor Agent, Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi. Jumlah kuman
yang dapat menimbulkan infeksi adalah sebanyak 105 – 109 kuman yang tertelan
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
c) Faktor Environment, Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai secara
luas di daerah tropis terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak
memadai dengan standar hygiene dan sanitasi yang rendah.
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT
THYPOID
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama                                                : An. S
Jenis Kelamin                              : Perempuan
Umur                                           : 13 tahun
A g a m a                                          : Islam
Pendidikan                                   : Smp
Alamat                                      : Asrama Kodim Lhokseumawe
Suku Bangsa                                      : Aceh
Pekerjaan                                       : pelajar
Ruangan Rawat                                : Malikussaleh
Dianosa medis                                   : Demam Typoid
Tanggal Masuk                                  : 27 Januari 2021
Tanggal Pengkajian                           : 29 Januari 2021
2. Identitas orang tua
Nama                                                 : Ny. A
Jenis Kelamin                              : Perempuan
Umur                                           : 33 tahun
A g a m a                                           : Islam
Pendidikan                                   : SD
Alamat                                      : Asrama Kodim Lhokseumawe
Suku Bangsa                                       : Aceh
Pekerjaan                                       : IRT
 
3. Riwayat Kesehatan Klien
a) Kesehatan Masa Lalu : Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit seperti maag dan malaria apalagi
penyakit menular.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang : Klien mengatakan demam menggigil, nafsu makan berkurang, mual dan muntah,
nyeri pada ulu hati saat bergerak.
P : Nyeri pada abdomen
Q : ditusuk-tusuk
R : Nyeri pada epigastrium
S : 6 (sedang)
T : Berkala tak menentu
c) Riwayat Kesehatan Keluarga : Klien mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat
penyakit keturunan.
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum       :  Klien lemah
Kesadaran          :  Compos Mentis
GCS =   15             E : 4        M : 5            V : 6
Tanda-tanda vital   : 
TD : 110/80 mmHg        RR : 20 x/menit   N : 102 x/menit
S : 38 0C           BB : 46 kg
5. Pemeriksaan Persistem :
a) Sistem Pernafasan
■ Inspeksi        :     Bentuk simetris, tidak ada massa dan sputum pergerakan paru kanan
dan kiri normal dengan frekuensi 20 kali/ menit .
■ Palpasi          :    Tidak ada nyeri tekan,  pada sinus prontalit maksilanus nyeri tekan
tidak ada
■ Perkusi          :    Bunyi resonan pada lapang dada.
■ Auskultasi     :    Normal
b) Sistem Kardiovaskuler:
■ Inspeksi        :    Dada simetris, tidak ada pembesaran dada kanan atau kiri
■ Palpasi          :    Tidak ada nyeri tekan, dengan frekuensi nadi 102 x/ menit
■ Perkusi          :    Tidak terdengar suara pekak
■ Auskultasi    :    Terdengar suara jantung S1 (lub) dan S2 (dub), Gallop (-), Murmur (-).
c) Sistem Persyarafan
■ Nervus olfaktorius               : Penciuman Normal
■ Nervus optikus                  : Penglihatan klien normal dan jelas
■ Nervus okulomotorius.            :   Pergerakan bola mata klien normal dan klien tidak juling
■ Nervus trochlearis            : Normal
■ Nervus trigeminus          : Normal
■ Nervus abdusen                   : Sensasi wajah baik dan normal
■ Nervus fasialis                 : Gerakan otot wajah klien baik
■ Nervus vestibulokoklealis      : Normal
■ Nervus glasofaringius           : Rasa ; Normal
■ Nervus vagus                         : Reflek menelan baik
■ Nervus aksesorius                : Gerakan otot baik
■ Nervus Hipoglosus               : Gerakkan lidah baik
d) Sistem Pencernaan
■ Inspeksi     : Bentuk mulut simetris, mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis
■ Palpasi     : Terdapat nyeri tekan pada abdomen atas atau bagian ulu hati skala 5
■ Perkusi    :    Timpani
■ Auskultasi   :    Bising usus 20 x/m
e) Sistem Perkemihan
■ Inspeksi     :    Klien mengatakan bentuk alat kelaminnya normal.
■ Palpasi       :    Tidak ada nyeri tekan pada vesita urinaria
f) Sistem Pengindraan
g) Mata
■ Inspeksi   :    Bentuk simetris, konjungtiva berwarna merah muda penglihatan baik, tidak ada alat bantu
penglihatan.
■ Palpasi     :  Tidak terdapat nyeri tekan
b) Hidung
■ Inspeksi   :    Bentuk simetris, tidak ada massa dan sputum
■ Palpasi     :   Tidak terdapat nyeri tekan
c) Pendengar
■ Inspeksi   :    Bentuk simetris terdapat serumen, dengan pendengaran baik
■ Palpasi     :    Tidak terdapat nyeri tekan
d) Pengecap
■ Inspeksi   :    Mukosa bibir lembab, bibir simetris dan tidak terlihat bercak putih atau kotor.
■ Palpasi     :    Tidak ada nyeri tekan pada leher dan reflek menelan
e) Peraba
■ Inspeksi   :    Tidak ada kelainan
■ Palpasi     :    Klien bisa membedakan antara panas dan dingin
Analisa Data
No Pengelompokkan Data Etiologi Masalah
1 Ds :  Klien mengatakan demam sudah  6 hari Proses penyakit Hipertermia (D.0130)
TTV :
TD : 110/80 mmHg               
RR : 20 x/menit         
N : 102 x/menit
S : 38 0C
Do : Klien terlihat lemah dan gelisah

2 Ds : Klien mengatakan nyeri pada ulu hati Agen Pencedera Fisiologis Nyeri akut(D.0077)
P : Nyeri pada abdomen
Q : ditusuk-tusuk
R : Nyeri pada epigastrium
S : 6 (sedang)
T : Berkala tak menentu
Do:
-          Klien terlihat meringis
-          Klien gelisah

3 Ds : Klien mengatakan nafsu makan berkurang, terasa mual dan muntah Ketidakmampuan mencerna Defisit Nutrisi (D.0019)
Do :  - Klien tampak mengeluh dan meringis makanan
- BB sebelum masuk 48 kg
- BB Sesudah masuk 46 kg
- Klien hanya menghabiskan 4-6 sendok  makan
– Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukannya pengkajian dan analisa data, maka tahap selanjutnya perumusan
diagnosa keperawatan adapun diagnosa yang muncul pada Ny. S dengan Demam Typoid
diruangan Malikussaleh Rumah Sakit Daerah  Tingkat IV.IM. 0701 Lhokseumawe adalah:
■ Hipertermi b/d proses penyakit d/d suhu tubuh diatas nilai normal(D.0130)
■ Nyeri akut b/d agen pencederaan fisiologis d/d mengeluh nyeri(D.0077)
■ Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan mencerna makanan d/d nafsu makan
menurun(D.0019)
Intervensi
No. Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi Rasional

Hipertermia Setelah dilakukan perawatan Observasi: Observasi:


(D.0130) selama 1 x 24 jam diharapkan monitor suhu tubuh memonitor suhu tubuh
suhu tubuh klien normal dengan Terapeutik: Terapeutik:
kriteria hasil : lakukan pendinginan Melakukan pendinginan
1. suhu tubuh membaik eksternal eksternal
(mis.Selimut,hipotermia/komp Edukasi:
res dingin pada dahi, Menganjurkan tirah baring
leher,dada,abdomen,aksila) Kolaborasi:
Edukasi: Memberikan cairan
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
pemberian cairan dan elektrolit
intravena
Nyeri Akut Setelah dilakukan perawatan Observasi: Observasi:
(D.0077) selama 1 x 24 jam diharapkan Identifikasi skala nyeri Dengan begitu perawat
tingkat nyeri klien normal Terapeutik: mengetahui tindakan yang
dengan kriteria hasil : Kontrol lingkungan yang akan diambil
1. keluhan nyeri menurun memperberat rasa nyeri Terapeutik:
2. meringis menurun (mis.suhu ruangan, Mengontrol lingkungan yang
3. gelisah menurun pencahayaan,kebisingan) memperberat rasa nyeri
  Edukasi: Edukasi:
Ajarkan teknik non Dengan membantu pasien
farmakologis untuk berimajinasi dapat
mengurangi rasa nyeri mengalihkan fokus pasien
Kolaborasi: dari nyeri tersebut
Pemberian analgetik jika perlu Kolaborasi:
Analgetik sendiri dapat
meningkatkan ambang nyeri
pasien
Defisit Nutrisi Setelah dilakukan perawatan Observasi: Observasi:
(D.0019) selama 1 x 24 jam Identifikasi Status nutrisi Dengan begitu perawat
diharapkan status nutrisi Monitor berat badan mengetahui tindakan
normal dengan kriteria Terapeutik: yang akan diambil
hasil : Sajikan mkanan secara Terapeutik:
1. porsi makanan yang menarik dan suhu yang menyajikan mkanan
dihabiskan meningkat sesuai secara menarik dan suhu
2. nyeri abdomen menurun Edukasi: yang sesuai
3.nafsu makan membaik Ajarkan diet yang Edukasi:
diprogramkan mengajarkan diet yang
Kolaborasi: diprogramkan
Pemberian medikasi Kolaborasi:
sebelum makan (mis.pereda Memberikan pengobatan
nyeri, antiemetic), jika  
perlu
 
Implementasi

Hari/tgl/jam Implementasi Evaluasi proses dan Evaluasi struktur

Jum’at Observasi: Hipertermia


29 Januari 2021 memonitor suhu tubuh Klien mengatakan demam sudah  6 hari
Pukul 10.00   P : suhu pasien tidak terasa panas
  Terapeutik: Q : berikan kompres hangat basah
Melakukan pendinginan eksternal R : kompres hangat basah sudah
  diberikan
Edukasi: S : pemberian obat antiperetik
Menganjurkan tirah baring T : Suhu badan pasien normal
   
Kolaborasi:  
Memberikan cairan
Jum’at Observasi: Nyeri Akut
29 Januari 2021 Dengan begitu perawat Klien mengatakan nyeri pada ulu
Pukul 11.30 mengetahui tindakan yang akan hati
  diambil P : pasien merasakan nyeri di
Terapeutik: dada
Mengontrol lingkungan yang Q : kaji skala nyeri beriakan
memperberat rasa nyeri posisi nyaman
Edukasi: R : pasien terlihat nyaman dan
Dengan membantu pasien tidak gelisah skala nyeri 4-6
berimajinasi dapat mengalihkan S : Pasien tidak lagi merasakan
fokus pasien dari nyeri tersebut nyeri
Kolaborasi: T : Pasien merasa tenang
Analgetik sendiri dapat
meningkatkan ambang nyeri
pasien
Jum’at Observasi: Defisit Nutrisi
29 Januari 2021 Dengan begitu perawat mengetahui Klien mengatakan nafsu makan
Pukul 01.30 tindakan yang akan diambil berkurang, terasa mual dan muntah
  Terapeutik: P : pasien mengatakan nafsu makan
menyajikan mkanan secara menarik berkurang terasa mual dan muntah
dan suhu yang sesuai Q : pola nutrisi pasien terpenuhi
Edukasi: R : pasien tidak mual lagi
mengajarkan diet yang S : pasien terlihat tidak lagi lesu
diprogramkan T : pasien dapat makan secukupnya
Kolaborasi: dengan porsi seimbang.
Memberikan pengobatan
 
Evaluasi

No.DX Hari/tgl/jam Tujuan dan KH Evaluasi


S : pasien mengatakan tubuh
(D.0130) Jum’at Setelah dilakukan tindakan
tidak terasa panas
29 Januari 2021 selama 1 x 24 jam suhu tubuh O : pasien terlihat nyaman dan
suhu tubuh pasien normal
Pukul 02.30 klien normal dengan kriteria
A : masalah suhu tubuh pasien
  hasil : diatas nilai noramal teratasi
P : pasien tidak lagi mengeluh
1. suhu tubuh membaik
badan terasa panas
 

S : pasien mengatakan nyeri


(D.0077) Jum’at Setelah dilakukan perawatan
berkurang
29 Januari 2021 selama 1 x 24 jam klien dapat O : pasien terlihat nyaman dan
rileks
Pukul 03.30 mengontrol nyeri dengan kriteria
A : maslah nyeri pada pasien
  hasil : berkurang
P : pasien mengatakan tidak lagi
1. keluhan nyeri menurun
mengeluh nyeri
2. meringis menurun
3. gelisah menurun
(D.0019) Jum’at Setelah dilakukan S : pasien mengatakan
29 Januari 2021 perawatan selama 1 x nafsu makan bekurang
Pukul 04.30 24 jam status nutrisi A : pasien terlihat lemas
  klien normal dengan lesu
kriteria hasil : O : masalah nafsu
1. porsi makanan yang makan menurun
dihabiskan meningkat berkurang
2. nyeri abdomen P : pasien tidak lagi
menurun mengelu nafsu makan
3.nafsu makan menurun
membaik  

Anda mungkin juga menyukai