Kelo
mpok
Kelompok 5
Reyhan Ario Bramantio 041911333106
Bagus Wahyudi Hidayatullah 041911333
Taffa Cauvar Fibrioano 041811333199
1. Dasar Hukum Perencanaan dan Penganggaran
Perencanaan Penganggaran
1. UU 25/2004 tentang Sistem Perencanaan 1. UU 17/2003 tentang Keuangan Negara
pembangunan nasional 2. UU 1/2004 tentang Perbendaharaan
2. UU 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah
Negara
3. PP 08/2008 tentang Tahapan, Tata Cara
3. PP 58/2005 tentang Pengelolaan
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Keuangan Daerah
Pelaksanaan Rencana Pembangunan
4. PERMENDAGRI 13/2006 tentang
Daerah
Pengelolaan Keuangan Daerah
4. PERMENDAGRI 54/2010 tentang
5. PERMENDAGRI 59/2007 tentang
Pelaksanaan PP 08/2008
5. SURAT EDARAN MDN NOMOR Perubahan atas PERMENDAGRI
120/253/SJ tentang 13/2006
PENYELENGGARAAN URUSAN
PEMERINTAHAN SETELAH
DITETAPKAN UU NOMOR 23 TAHUN
2014 TTG PEMDA
2. Proses Perencanaan dan Penganggaran
2. Proses Penganggaran
3. Manajemen Penerimaan Daerah dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah
UU no. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah pasal 155 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan
(Penyelenggaraan) daerah pasal 157
(Sumber pendapatan daerah)
(1) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan a. pendapatan asli daerah (PAD), yaitu:
daerah didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan dan 1) hasil pajak daerah;
belanja daerah, 2) hasil retribusi daerah;
3) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
4) lain-lain PAD yang sah;
B. Dana Perimbangan
dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhanDaerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi
1. Bagi Hasil Pajak (BHP) dan Bagi Hasil Bukan Pajak (BHBP)
2. Bagi Hasil Sumber Daya Alam kehutanan; pertambangan umum; perikanan; pertambangan minyak bumi; pertambangan gas bumi;
dan pertambangan panas bumi.
3. Dana Alokasi Umum dana dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan untuk pemerataan keuangan antar daerah
4. Dana Alokasi Khusus dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan
khusus.
3. Manajemen Penerimaan Daerah dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 mengizinkan daerah untuk melakukan pinjaman dari sumber dalam negeri untuk
membiayai sebagian anggarannya
- Pinjaman Jangka Pendek ≤ 1 tahun
- Pinjaman Jangka Menengah > 1 tahun, harus dilunasidalam kurun waktu yang tidak melebihi sisa masa jabatan KepalaDaerah
yang bersangkutan
- Pinjaman Jangka Panjang > 1 tahun, harus dilunasi padatahun-tahun anggaran berikutnya sesuai dengan
persyaratanperjanjian pinjaman yang bersangkutan.
4. Manajemen Pengeluaran Daerah dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi
Daerah
Sifat Fungsi
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 tahun 2011 Pasal 31 :
(ekonomi)
1. Belanja daerah mendanai urusan pemerintahan yang menjadi
Belanja Pembangunan kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari
pegawai dan permukiman
urusan wajib, pilihan dan bagian atau bidang tertentu yang dapat
barang
dilaksanakan antar pemerintah daerah.
hibah Peningkatan
kesehatan
bansos pariwisata
Budaya,agama,sosia
l, dan pendidikan
4. Manajemen Pengeluaran Daerah dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi
Daerah
Pasal 32 dijelaskan klasifikasi belanja
pemerintah daerah terdiri atas belanja Pasal 33 mengatakan klasifikasi belanja menurut fungsi
urusan wajib dan belanja urusan pilihan yang digunakan untuk tujuan keselarasan dan
keterpaduan pengelolaan keuangan negara terdiri dari:
Urusan Wajib Urusan Pilihan
Pelayanan umum
Pendidikan Pertanian
subsidi
Bansos
Bantuan keuangan
● Sistem Perencanaan :
Berdasarkan PP No. 108 tahun 2000 pemerintah daerah diisyaratkan membuat dokumen
perencanaan daerah yaitu propeda (Renstrada). Dokumen perencanaan daerah tersebut
diupayakan agar tidak menyimpang dari propenas dan renstra yang dibuat oleh pemerintah
pusat.
Propeda (Renstrada) dibuat oleh pemerintah daerah bersama-sama dengan DPRD dalam
kerangka waktu 5 tahun yang kemudian dijabarkan pelaksanaannya dalam kerangka tahunan
Berdasarkan Renstrada yang telah dibuat serta analisis fiskal dan ekonomi daerah,
pemerintah daerah bersama-sama dengan DPRD menyusun dan menetapkan strategi dan
prioritas APBD.
5. Sistem Perencanaan, Penganggaran, Pengawasan, Pengendalian, dan Pemeriksaan Kinerja Pemerintahan
Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah
● Sistem Penganggaran :
Indikasi keberhasilan otonomi daerah dan desentralisasi adalah terjadinya peningkatan
pelayanan dan kesejahteraan masyarakat, kehidupan demokrasi yang semakin maju,
keadilan, pemerataan, serta adanya hubungan yang serasi antara pusat dan daerah. Keadaan
tersebut akan dapat tercapai apabila manajemen keuangan daerah (anggaran) dilaksanakan
dengan baik
Terdapat 3 aspek utama yang mendukung keberhasilan otonomi daerah yaitu pengawasan,
pengendalian, dan pemeriksaan. Ketiga hal tersebut pada dasarnya berbeda konsepsi
maupun aplikasinya.
Pengawasan: Mengacu pada tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh pihak diluar
eksekutif yaitu masyarakat dan DPRD untuk mengawasi kinerja pemerintah.
Pengendalian (control): mekanisme yang dilakukan oleh eksekutif (pemerintah daerah) untuk
menjamin dilaksanakannya sistem dan kebijakan manajemene sehingga tujuan organisasi
dapat tercapai
Pemeriksaan (audit): Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki
independensi dan kompetensi profesional untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah
daerah telah sesuai dengan standar atau kriteria yang ada
6. Strategi Pengelolaan Kekayaan (Aset) Daerah untuk meningkatkan Kinerja Pemerintahan Daerah
Terdapat 3 prinsip dasar dalam pengelolaan aset daerah agar dapat meningkatkan kinerja
pemerindah daerah yaitu:
● Perencanaan yang tepat: Pemerintah daerah diharuskan untuk memiliki atau membuat perencanaan
kebutuhan aset yang digunakan sebagai rujukan dalam pengadaan aset daerah. Berpijak pada rencana yang
sudah dibuat ini, pemerintah daerah baru bisa mengusulkan anggaraan pengadaannya. Dan juga dalam hal
ini pengadaan barang harus dilakukan berdasarkan sistem tender.
● Pelaksanaan : Dalam pelaksanaanya harus mengedepankan dan memperhatikan prinsip – prinsip seperti
efesiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas hal ini bertujuan supaya bisa optimal dalam mengelola
aset daerah yang dimiliki. Pengelolaan juga menyangkut pendistribusian, pengamanan dan perawatan.
● Pengawasan :Pengawasan yang ketat perlu dilakukan sejak tahap perencanaan sampai pada tahap
penghapusan aset. Dalam hal ini peran serta masyarakat dan DPRD serta auditor internal sangat penting.
Keterlibatan auditor internal dalam proses pengawasan sangat penting untuk menilai konsistensi antara
praktek yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan standar yang berlaku.