Anda di halaman 1dari 22

PAJAK PENGHASILAN

PASAL 26
Kelompok 3:
• Tedi Cahyanto (2019017019) • Isa Rahmawati Andini (2019017056)
• Dwi Listiyani (2019017020) • Galih Rohmad Santoso
(2019017077)
• Delsiana Imul (2019017041)
• Muhammad Ainul Y • Sella Putri Andini (2019017079)
(2019017045) • Ma’ruf Musafa Nagali (2019017214)
• Tasya Putri Kinasih
(2019017048)
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 menganut dua sistem pengenaan pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri dari Indonesia.
Dua sistem pengenaan pajak tersebut adalah:
• Pemenuhan sendiri kewajiban perpajakannya bagi Wajib Pajak luar negeri yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di
Indonesia.
• Pemotongan oleh pihak yang wajib membayar bagi Wajib Pajak luar negeri
lainnya.
Pasal 26 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 mengatur tentang pemotongan atas
penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak luar negeri selain Bentuk Usaha Tetap.
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 26
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 26 (PPh Pasal 26) wajib dilakukan oleh:
1. Badan Pemerintahan
2. Subjek Pajak dalam negeri
3. Penyelenggara kegiatan
4. Bentuk usaha tetap
5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya yang melakukan pembayaran
kepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap
Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 26
Jenis-jenis penghasilan yang wajib dipotong Pajak Penghasilan Pasal 26 (Objek PPh Pasal 26) adalah:
a. Deviden
b. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang
c. Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
d. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
e. Hadiah dan penghargaan
f. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
g. Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya
h. Keuntungan karena pembebasan utang.
Tarif dan Penghitungan Pajak Penghasila
Pasal 26
Tarif yang dikenakan adalah 20% untuk setiap jenis penghasilan yang dikenakan
PPh Pasal 26 atau sesuai dengan persetujuan penghindaran pajak berganda (P3B)
antarnegara atau tax treaty.
Tarif 20% dikenakan dari dasar pengenaan pajak dengan ketentuan sebagai berikut.
1. Tarif 20% dari penghasilan bruto
2. Tarif 20% dari penghasilan neto
3. Tarif 20% dari penghasilan kena pajak setelah dikurangi Pajak Penghasilan
Perhitungan PPh Pasal 26
• PPh Pasal 26 = 20% x Penghasilan bruto
Perhitungan tersebut diterapkan untuk penghasilan yang bersumber dari modal dalam bentuk:
1. Dividen
2. Bunga, termasuk premium, diskonto, premi swap, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang
3. Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
4. Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
5. Hadiah dan penghargaan
6. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 2007, pengenaan Pajak Penghasilan atas dividen yang dibayarkan
kepada Subjek Pajak Luar Negara sebesar 10% (sepuluh persen), atau tarif yang lebih rendah ,menurut
Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku dalam hal terdapat penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu
dan/atau di daerah-daerah tertentu.
Contoh 1.1
• PT Perdana adalah penerbit buku cerita anak-anak. Pada bulan Maret
2016, perusahaan membayarkan royalti sebesar Rp100.000.000 kepada
Akira Toriyama sebagai pengarang buku cerita anak-anak DRAGON
BALL. Akira Toriyama adalah Wajib Pajak luar negeri .
• PPh pasal 26 yang dipotong oleh PT perdana adalah:
• 20% x Rp100.000.000 = Rp20.000.000
Contoh1.2
• Jane adalah atlet dari singapura. Dalam bulan Mei 2016, ia mengikuti
perlombaan lari maraton di Indonesia dan merebut hadiahuang sebesar
US$20.000. Kurs untuk US$1 pada saat itu adalah Rp13.000
• PPh pasal 26 yang dipotong oleh penyelenggara kegiatan di Indonesia
adalah:
• 20% x US$20.000 x Rp13.000 = Rp52.000.000
Contoh 1.3
• Richard Mark (menikah dengan 2 orang anak) bekerja sebagai konsultan pada
Hotel Melia di Jakarta dengan gaji sebulan sebesar sebesar US$10.000. Richard
Mark mulai bekerja pada tanggal 5 September 2016 dan berakhir pada awal Juli
2017 (berada di Indonesia kurang dari 183 hari dalam 12 bulan berturut-turut).
Kurs yang berlaku pada bulan maret 2016 menurut Keputusan Menteri Keuangan
adalah Rp13.000 untuk US$1.
• PPh Pasal 26 yang dipotong oleh hotel melia untuk richard mark pada bulan maret
2007 adalah
• 20% x US$ 10.000 x Rp13.000 = Rp26.000.000
PPh Pasal 26 = 20% x Penghasilan neto
Penghasilan neto = Perkiraan penghasilan neto x Penghasilan bruto

Penghasilan tersebut diterapkan untuk:


• penghasilan dari penjualan harta di Indonesia;
• premi asuransi dan reasuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi
luar negeri.
Besarnya perkiraan penghasilan neto dihitung berdasarkan kondisi sebagai berikut:
• Untuk premi yang dibayar tertanggung kepada perusahaan asuransi di luar negeri, baik
secara langsung maupun melalui pialang, besarnya perkiraan penghasilan neto adalah
50% (lima puluh persen) dari jumlah premi yang dibayar (penghasilan bruto) sehingga:
PPh Pasal 26 = 20% x Penghasilan neto
= 20% x (50% x penghasilan bruto)
= 10% x penghasilan bruto
= 10% x jumlah premi yang dibayar
Untuk premi yang dibayar perusahaan asuransiyang berkedudukan di Indonesia
kepada perusahaan asuransi di luar negeri, baik secara langsung maupun melalui
pialang adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah premi yang dibayar (penghasilan
bruto) sehingga:
PPh Pasal 26 = 20% x Penghasilan neto
= 20% x (10% x penghasilan bruto)
= 2% x penghasilan bruto
= 2% x jumlah premi yang dibayar
Untuk premi yang dibayar perusahaan reasuransi yang berkedudukan di Indonesia
kepada perusahaan asuransi di luar negeri, baik secara langsung maupun melalui
pialang adalah 5% (lima persen) dari jumlah premi yang dibayar (penghasilan
bruto) sehingga:
PPh Pasal 26 = 20% x Penghasilan neto
= 20% x (5% x penghasilan bruto)
= 1% x penghasilan bruto
= 1% x jumlah premi yang dibayar
Contoh 2.1
PT Ananda merupakan perusahaan persewaan gedung kantor. Pada tahun
2016, perusahaan mengasuransikan bangunan bertingkat ke perusahaan
asuransi di luar negeri Building Life Inc. Premi yang dibayar oleh PT
Ananda kepada Building Life Inc. Sebesar Rp 1.000.000.000
PPh Pasal 26 yang dipotong oleh PT Ananda adalah:
20% x 50% x Rp1.000.000.000 = Rp100.000.000
Contoh 2.2
Seperti pada contoh 2.1 PT Ananda tidak mengasuransikan bangunan langsung ke
perusahaan asuransi luar negeri, tetapi mengasuransikan bangunan yang dimilikinya
kepada perusahaan asuransi dalam negeri, yaitu Perusahaan Asuransi Beringn Jaya
dengan jumlah premi sebesar Rp 750.000.000. untuk mengurangi risiko Beringin
Jaya mengasuransikan sebagian polis asuransinya kepada perusahaan asuransi di
luar negeri Tower Insurance Ltd. dengan premi sebesar Rp 500.000.000
Pasal 26 yang harus dipotong Beringin Jaya adalah
20% x 10% x Rp 500.000.000 = Rp 10.000.000
3. PPh Pasal 26 = 20% x (PKP-PPh Terutang)

Penghitungan tersebut diterapkan pada BUT di Indonesia yang


penghasilan/bagian labanya tidak ditanamkan kembali di Indonesia. Jika
penghasilan setelah dikurangi pajak tersebut ditanamkan kembali di
Indonesia, atas penghasilan tersebut tidak dipotong PPh Pasal 26.
Contoh 3.1
Suatu BUT di Indonesia memeproleh PKP sebesar Rp 17.500.000.000
PPh Pasal 26 dihitung sebagai berikut:
PKP Rp 17.500.000.000
PPh Terutang 25%xRp 17.500.000.000 Rp 4.375.000.000 (-)
Penghasilan setelah dikurangi pajak Rp 13.125.000.000
PPh Pasal 26 Terutang :
20% x Rp 13.125.000.000Rp 2.625.000.000

Nb. Jika penghasilan setelah dikurangi pajak tersebut ditanamkan di Indonesia atas penghasilan sebesar Rp
13.125.000.000 tidak dipotong PPh Pasal 26.
SIFAT POTONGAN/PEMUNGUTAN, PENYETORAN, DAN
PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 26

Sifat Pemotongan/Pemungutan PPh Pasal 26


Pemotongan pajak atas penghasilan WP luar negeri adalah bersifat final, tetapi atas
penghasilan berikut ini tidak bersifat final sehingga potongan pajak tersebut dapat dikreditkan
pada SPT PPh. Berikut ini penghasilan yang dimaksud (pemotongan tidak bersifat final):
a. Penghasilan kantor pusat daru usaha atau kegiatan, penjualan barang, atau pemberian jasa
di Indonesia yang sejenis dengan dijalankan atau yang dilakukan BUT di Indonesia.
b. Penghasilan berupa deviden, bunga, royalti, sewa, hadiah
c. Penghasilan WP orang pribadi atau badab luar negeri yang berubah status menjadi WP
dalam negeri atau BUT.
Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 26
Penghasilan berikut ini terutang PPh Pasal 26 pada akhir bulan dilakukannya penghasilan
atau terutangnya penghasilan yang bersangkutan:
a. Penghasilan yang bersumber dari modal dalam bentuk deviden, bunga termasuk
premium, diskonto, premi swab, imbalan sehubungan penggunaan harta, penghasilan
sehubungan dengan jasa pekerjaan dan kegiatan, hadiah dan penghargaan dengan nama
dan bentuk apapun, pensiun dan pembayaran berkala lainnya
b. Penghasilan dari penjualan harta di Indonesia
c. Premi asuransi dan reasuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri.
Ketentuan yang berkaitan dengan penyetoran dan pelaporan PPh pasal 26 adalah:
a. PPh Pasal 26 yang telah dipotong harus disetorkan selambat-lambatnya tanggal
10 bulan berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak
b. Pemotongan PPh Pasal 26 diwajibkan untuk menyampaikan Surat
Pemberitahuan Masa selambat-lambatnya 20 hari setelah masa pajak berakhir.
c. Pemotongan PPh Pasal 26 harus memberikan tanda bukti pemotongan PPh Pasal
26 kepada orang pribadi atau badan yang dibebani membayar PPh yang dipotong
d. Pemotongan PPh Pasal 26 atau penghasilan berupa PKP sesudah dikurangi pajak
dari semua BUT di Indonesia, terutang dan harus dibayar lunas selambat-
lambatnya tanggal 25 bulan ketiga setelah tahun pajak berakhir, sebelum SPT
disampaikan.
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai