Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

S DENGAN INFARK MIOKARD AKUT


(STEMI ANTERIOR)
DI RSUD DR. H. M. RABAIN
TAHUN 2021
Definisi
Infark miokard akut adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena
sumbatan pada arteri koroner. Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya
aterosklerotik pada dinding arteri koroner sehingga menyumbat aliran darah ke
jaringan otot jantung. ( Joyce, 2014 ).

Infark Miokard Akut (IMA) didefinisikan sebagai nekrosis miokardium yang


disebabkan oleh tidak adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan akut pada
arteri koroner. Sumbatan ini sebagian besar disebabkan oleh rupture flak ateroma
pada arteri koroner yang kemudian diikuti oleh terjadinya thrombosis,
vasokontriksi, reaksi inflamasi, dan mikroembolisasi distal. (Muttaqin, 2009 ).
Etiologi
IMA terjadi jika suplai oksigen yang tidak sesuai dengan kebutuhan tidak tertangani
dengan baik sehingga menyebabkan kematian sel ± sel jantung tersebut. Beberapa
hal yang menimbulkan gangguan oksigenasi tersebut ( Kasron, 2016 ) diantaranya :
1. Berkurangnya suplai oksigen ke miokard Menurunnya suplai oksigen disebabkan
oleh tiga faktor, antara lain :
• Faktor pembuluh darah
• Faktor sirkulasi
• Faktor darah
2. Meningkatnya kebutuhan oksigen tubuh
Pada orang normal meningkatnya kebutuhan oksigen mampu dikompensasi
diantaranya dengan meningkatkan denyut jantung untuk meningkatkan COP.
Klasifikasi
1. Infark Miokard Akut Subendokardial
Infark miokard Subendokardial terjadi akibat aliran darah subendokardial
yang relatif menurun dalam waktu yang lama sebagai akibat perubahan
derajat penyempitan arteri koroner atau dicetuskan oleh kondisi-kondisi
seperti hipotensi, perdarahan dan hipoksia ( Rendy & Margareth, 2012 ).
2. Infark Miokard Akut Transmural
Pada lebih dari 90 % pasien infark miokard transmural berkaitan dengan
trombosis koroner. Trombosis sering terjadi di daerah yang mengalami
penyempitan arteriosklerosik. Penyebab lain lebih jarang ditemukan ( Rendy
& Margareth, 2012).
Patofisiologi
Manifetasi klinis
Keluhan yang khas ialah nyeri dada retrosternal, seperti diremas-remas,
ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat
menjalar ke lengan ( umumnya kiri ), bahu, leher, rahang bahkan ke
punggung dan epigastrium. Kadang-kadang, terutama pada pasien
diabetes dan orangtua, tidak ditemukan nyeri sama sekali. Nyeri dapat
disertai perasaan mual, muntah, sesak, pusing, keringat dingin,
berdebardebar atau sinkope. Pasien sering tampak ketakutan.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan enzim jantung
• CPK-MB/CPK, Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat
antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam
36-48 jam.
• LDH/HBDH, meningkatkan dalam 12-24 jam dan memakan waktu
lama untuk kembali normal.
• AST/SGOT, meningkat (kurang nyata/khusus) terjadi dalam 6-12 jam,
memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari.
• EKG
Penatalaksanaan
Tata laksana awal meliputi :
1. Pemberian oksigen tambahan melalui sungkup/kanula hidung dan pemantauan saturasi oksigen
2. Mengurangi nyeri dada dengan :
Nitrat : merupakan vasodilator pasten yang berguna untuk vasodilatasi sistemik, sehingga
mengurangi aliran balik vena jantung untuk menurunkan kerja jantung.
3. Terapi fibrinolitik dengan pemberian tissue-type plasminogen activator (tPA), serta aspirin dan
heparin dalam waktu 90 menit sejak onset gejala
4. Modifikasi pola hidup
Keseimbangan antara istirahat, olahraga, dan modifikasi gaya hidup untuk mengurangi resiko
aterosklerosis dan hipertensi.
Menghentikan kebiasaan merokok.
Menurunkan berat badan.
Mengurangi stress.
5. Obat penghambat enzim pengonversi angiotensin ( ACE inhibator )
untuk mengurangi preload dan afterload.
6. Beta blocker untuk menurunkan kecepatan denyut jantung, sehingga
kerja jantung menjadi berkurang.
7. Statin untuk menurunkan kolesterol yang merupakan penyebab
aterosklerosis.
8. Pembedahan
• Coronary artery bypass grafting (CABG).
• Percutaneous coronary intervention (PCI).
Komplikasi
1. Disritmia
Komplikasi paling sering dari infark miokard akut adalah gangguan irama jantung ( 90% ). Faktor
predisposisi : 1) Iskemia Jaringan, 2) Hipoksemia, 3) Pengaruh Sistem Saraf Para-Simpatis dan Simpatis, 4)
Asidosis laktat, 5) Kelainan Hemodinamaik, 6) Keracunan Obat, 7) Gangguan Keseimbangan Elektrolit.
2. Gagal Jantung Kongestif dan Syok Kardiogenik
Sepuluh dan sampai 15 persen pasien IM mengalami syok kardiogenik, dengan mortalitas amtara 80-
95%.
3. Tromboemboli
Studi pada 924 kasus kematian akibat IM akut menunjukkan adanya trombi mural pada 44% kasus
pada endokardium.
4. Perikarditis
Sindrom ini dihubungkan dengan IM yang digambarkan pertama kali oleh Dressler dan sering disebut
Sindrom Dissler.
Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Riwayat Kesehatan
• Alasan Masuk Rumah Sakit
• Keluhan utama
• Riwayat Penyakit Terdahulu
• Riwayat Penyakit Sekarang
• Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat Psikososial
Pemeriksaan Fisik
B1 ( Breathing ) B3 (Brain)
Pemeriksaan fisik pada sistem pernapasan sangat mendukung Pemeriksaan Neurosensori
untuk mengetahui masalah pada pasien dengan gangguan sistem Ditujukan terhadap adanya keluhan pusing, berdenyut selama
kardiovaskuler. Pemeriksaan ini meliputi tidur, bangun, duduk atau istirahat dan nyeri dada yang
Inpeksi bentuk dada timbulnya mendadak.
Palpasi rongga dada
Perkusi
Auskultasi suara nafas

B2 (Blood) B4 (Bladder)
• Inspeksi adanya jaringan parut pada dada pasien Output urin merupakan indikator fungsi jantung yang penting.
• Palpasi; Denyut nadi perifer melemah. Penuruan haluaran urine merupakan temuan signifikan yang
• Perkusi; Batas jantung tidak mengalami pergeseran. harus dikaji lebih lanjut untuk menentukan apakan penurunan
• Auskultasi; TD biasanya menurun akibat penurunan volume tersebut merupakan penurunan produksi urine ( yang terjadi bila
sekuncup yang disebabkan infark miokard akut. Bunyi perfusi ginjal menurun ) atau karena ketidakmampuan pasien
jantung tambahan akibat kelainan katup untuk BAK.

B5 (Bowel) B6 (Bone)
Pengkajian harus meliputi perubahan nutrisi sebelum atau pada Pengakajian yang mungkin dilakukan adalah sebagai berikut:
masuk rumah sakit dan yang terpenting adalah perubahan pola Keluhan lemah, cepat lelah, pusing, dada rasa berdenyut, dan
makan setelah sakit. Kaji penurunan turgor kulit, kulit kering berdebar, keluhan sulit tidur ( karena adanya orthopnea, dispnea
atau berkeringat, muntah dan penurunan berat badan. noktural paroksimal, nokturia, dan keringat pada malam hari ),
istirahat tidur, aktivitas
Diagnosa Keperawatan
• Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi ditandai dengan PO2 menurun dan bunyi napas
tambahan.
• Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai
dengan pasien tampak meringis
• Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
oksigen dengan kebutuhan tubuh ditandai dengan frekuensi jantung
meningkat ˃20% dari kondisi istirahat
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi
1 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan O:
gas berhubungan keperawatan selama 3x24 jam - Monitor frekuensi, irama, kedalaman
dengan diharapkan pasien menunjukkan dan upaya napas
ketidakseimbangan keseimbangan ventilasi. Kriteria - Auskultasi bunyi napas
ventilasi-perfusi Hasil: - Monitor saturasi oksigen
ditandai dengan PO2 a. Mendemonstrasikan peningkatan - Monitor kecepatan aliran oksigen
menurun dan bunyi ventilasi dan oksigenasi yang T:
napas tambahan adekuat - Berikan oksigen tambahan
b. Memelihara kebersihan paru dan K:
bebas dari tanda tanda distress
pernafasan - Kolaborasi penentuan dosis oksigen
c. Tanda-tanda vital dalam rentang
normal
TD: 90/60 mmHg sampai 120/80
mmHg Nadi: 60-100 x/menit RR:
16-24 x/menit
2 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan O:
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam - Identifikasi lokasi, karakteristik,
agen pencedera diharapkan nyeri berkurang. durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
fisiologis ditandai Kriteria Hasil: nyeri
dengan pasien tampak - Identifikasi respon nyeri non verbal
meringis a. Mampu mengontrol nyeri (tahu T:
penyebab nyeri, mampu
  menggunakan teknik non - Kontrol lingkungan yang
farmakologi untuk mengurangi memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
nyeri) ruangan, pencahayaan, kebisingan)
b. Pasien tampak tidak memegangi E:
daerah yang nyeri - Ajarkan teknik nonfarmakologis
c. Skala nyeri menjadi 1-3 (ringan) untuk mengurangi rasa nyeri
d. Pasien tampak rileks K:
e. Tanda-tanda vital dalam rentang
normal (tekanan darah, nadi, - Kolaborasi pemberian analgetik
pernafasan)  
f. Sistolik (130-139 mmHg), diastolik
(85-89 mmHg)
N: 60-70 x/menit
RR: 16-24 x/menit
3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan O:
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam - Monitor tanda-tanda vital
ketidakseimbangan diharapkan pasien mampu - Monitor tingkat toleransi aktivitas
suplai oksigen dengan bertoleransi dengan aktivitas. E:
kebutuhan tubuh Kriteria Hasil:
ditandai dengan - Anjurkan menjalankan latihan sesuai
frekuensi jantung a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik toleransi
meningkat ˃20% dari tanpa disertai peningkatan  
kondisi istirahat tekanan darah, nadi, dan RR
b. Mampu melakukan aktivitas
  sehari-hari (ADLs) secara mandiri
c. Mampu berpindah dengan atau
bantuan alat
d. Status respirasi: pertukaran gas
dan ventilasi adekuat
e. Sirkulasi status baik
Pengkajian
Pengumpulan Data
Identifikasi klien:
• Nama : Tn. S
• Tempat/tgl lahir : 24 Juni 1960
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Status kawin : Menikah
• Agama : Islam
• Pendidikan : STM
• Pekerjaan : Buruh
• Alamat : Muara enim
• Diagnose medis : chest pain e.c stemi anterior

Identifikasi penanggung jawab:


• Nama : Ny. R
• Pekerjaan : Honorer
• Alamat : Muara enim
• Hubungan : Anak kandung
Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluhan utama : Nyeri dada disertai sesak ± 1 jam Pasien mengatakan memiliki riwayat sakit jantung ±
sebelum masuk rumah sakit sudah 2 tahun.
Keluhan saat dikaji (PQRST) Riwayat kesehatan keluarga
P = Nyeri dirasakan saat sedang istirahat Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit
Q = Nyeri seperti diremas-remas keturunan
R = Nyeri dada sebelah kiri menjalar ke punggung
S = Skala nyeri 6
T= Nyeri hilang timbul
Pola Aktivitas Sehari-hari
Pola Nutrisi Nafsu makan baik, saat di rumah pasien makan 1 porsi sedang sebanyak 3x sehari, dan
saat di RS pasien makan 3x sehari 1 porsi habis. Pasien mengkonsumsi air putih dengan
jumlah ± 1,5 Liter/hari. Pasien mengatakan tidak ada pantangan dan tidak melakukan
diet.

Pola Eliminasi • Sehat: BAB 1x sehari, BAK 4-5x sehari


• Sakit: BAB 1x sehari, terpasang kateter
Pola Istirahat Dan • Sehat, tidur malam ± 6 jam/hari. Istirahat pada siang hari ± 1 jam.
Tidur • Sakit, tidur malam ±7 jam/hari dan kadang terbangun. Istirahat pada siang hari 1-2
jam.

Pola Aktifitas Dan • Pasien bekerja dan jarang melakukan aktivitas olahraga
Latihan
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Keadaan Umum pasien sedang, GCS 15, kesadaran compos mentis.
Umum Ekstermitas
Kepala Tidak ada lesi seperti luka/bengkak pada kepala, kulit kepala bersih, rambut hitam bercampur putih.

Wajah Simetris, tidak ada odema.


Mata Mata: Conjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor
Hidung Simetris kiri dan kanan, hidung bersih, tidak ada pembengkakan polip, terpasang O 2 nasal kanul 3
L/menit, Pernapasan 26 x/menit,
Bibir, Bibir pucat, keadaan mulut bersih dan mukosa bibir kering, jumlah gigi tidak lengkap dan terdapat
mulut caries gigi.
dan gigi:

Telinga Telinga bersih, sejajar daun telinga kiri dan kanan.


Leher Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
Thorak I: Simetris antara yang kiri dengan yang kanan, irama nafas tidak teratur dengan jenis dispnea,
(Paru- terdapat retraksi otot bantu pernafasan
paru) P: Getaran sama kanan kiri pada vokal premitus
P: Perkusi thorak sonor
Diagnosa Keperawatan
• Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi ditandai dengan PO2 menurun dan bunyi napas
tambahan.
• Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai
dengan pasien tampak meringis
• Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
oksigen dengan kebutuhan tubuh ditandai dengan frekuensi jantung
meningkat ˃20% dari kondisi istirahat
Analisa Data Data Etiologi Masalah

Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi Gangguan pertukaran gas


DS:
- Pasien mengeluh sesak
DO:
- Terdapat suara napas tambahan
- Terdapat penggunaan otot bantu
pernapasan
- TTV:
TD = 180/100 mmHg
N = 110 x/menit
RR = 26 x/menit
S = 36,8º C
SPO2: 89%
TD = 180/100 mmHg
N = 110 x/menit
RR = 26 x/menit
S = 36,8º C
Analisa Data
DS: Agen pencedera fisiologis (iskemia) Nyeri akut
- Pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri dan menjalar ke punggung,
seperti diremas-remas, skala nyeri 6, terasa nyeri saat beraktivitas dan
istirahat
DO:
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak memegangi dadanya
- Pasien terlihat waspada
- TTV:
TD = 180/100 mmHg
N = 110 x/menit
RR = 26 x/menit
S = 36,8º C
Analisa Data
DS: Tidak seimbang kebutuhan dengan suplai Intoleransi aktivitas
- Pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri dan badannya terasa oksigen
lemah dan sesak setelah aktivitas
DO:
- Pasien tampak lemah
- TTV:
TD = 180/100 mmHg
N = 110 x/menit
RR = 26 x/menit
S = 36,8º C
- ADL dibantu keluarga dan perawat
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi
1 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan O:
gas berhubungan keperawatan selama 3x24 jam - Monitor frekuensi, irama, kedalaman
dengan diharapkan pasien menunjukkan dan upaya napas
ketidakseimbangan keseimbangan ventilasi. Kriteria - Auskultasi bunyi napas
ventilasi-perfusi Hasil: - Monitor saturasi oksigen
ditandai dengan PO2 a. Mendemonstrasikan peningkatan - Monitor kecepatan aliran oksigen
menurun dan bunyi ventilasi dan oksigenasi yang T:
napas tambahan adekuat - Berikan oksigen tambahan
b. Memelihara kebersihan paru dan K:
bebas dari tanda tanda distress
pernafasan - Kolaborasi penentuan dosis oksigen
c. Tanda-tanda vital dalam rentang
normal
TD: 90/60 mmHg sampai 120/80
mmHg Nadi: 60-100 x/menit RR:
16-24 x/menit
2 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan O:
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam - Identifikasi lokasi, karakteristik,
agen pencedera diharapkan nyeri berkurang. durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
fisiologis ditandai Kriteria Hasil: nyeri
dengan pasien tampak - Identifikasi respon nyeri non verbal
meringis a. Mampu mengontrol nyeri (tahu T:
penyebab nyeri, mampu
  menggunakan teknik non - Kontrol lingkungan yang
farmakologi untuk mengurangi memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
nyeri) ruangan, pencahayaan, kebisingan)
b. Pasien tampak tidak memegangi E:
daerah yang nyeri - Ajarkan teknik nonfarmakologis
c. Skala nyeri menjadi 1-3 (ringan) untuk mengurangi rasa nyeri
d. Pasien tampak rileks K:
e. Tanda-tanda vital dalam rentang
normal (tekanan darah, nadi, - Kolaborasi pemberian analgetik
pernafasan)  
f. Sistolik (130-139 mmHg), diastolik
(85-89 mmHg)
N: 60-70 x/menit
RR: 16-24 x/menit
3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan O:
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam - Monitor tanda-tanda vital
ketidakseimbangan diharapkan pasien mampu - Monitor tingkat toleransi aktivitas
suplai oksigen dengan bertoleransi dengan aktivitas. E:
kebutuhan tubuh Kriteria Hasil:
ditandai dengan - Anjurkan menjalankan latihan sesuai
frekuensi jantung a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik toleransi
meningkat ˃20% dari tanpa disertai peningkatan  
kondisi istirahat tekanan darah, nadi, dan RR
b. Mampu melakukan aktivitas
  sehari-hari (ADLs) secara mandiri
c. Mampu berpindah dengan atau
bantuan alat
d. Status respirasi: pertukaran gas
dan ventilasi adekuat
e. Sirkulasi status baik
Implementasi Keperawatan dan Evaluasi
No Tanggal Diagnosa Tindakan keperawatan Evaluasi keperawatan
1 15 Januari Gangguan pertukaran gas a. Memonitor frekuensi, irama, S:
2021 berhubungan dengan kedalaman dan upaya napas - Pasien mengatakan sesak
ketidakseimbangan ventilasi- b. Mengauskultasi bunyi napas berkurang
perfusi ditandai dengan PO2 c. Memonitor saturasi oksigen O:
menurun dan bunyi napas d. Memonitor kecepatan aliran - Penggunaan otot bantu
tambahan oksigen pernapasan berkurang
e. Memberikan oksigen tambahan - Suara napas tambahan
nasal kanule 3 lpm berkurang
f. Berkolaborasi dalam penentuan - TTV:
dosis oksigen TD: 143/81 mmHg
N: 84 x/m
RR: 22 x/m
SPO2: 96%
A:
- Gangguan pertukaran gas
teratasi sebagian
P:
- Intervensi dilanjutkan
2. 15 Januari Nyeri akut berhubungan a. Melakukan pengkajian nyeri S:
2021 dengan agen pencedera komprehensif yang meliputi - Pasien mengatakan nyeri
fisiologis ditandai dengan lokasi, karakteristik, frekuensi. dada berkurang
pasien tampak meringis - P = Nyeri timbul saat beraktivitas O:
dan kadang saat istirahat - KU sedang
- Q = Nyeri seperti di remas-remas - Kesadaran compos mentis
- R = Nyeri timbul di dada sebelah - TTV:
kiri dan menjalar ke punggung TD: 143/81 mmHg
- S = Skala nyeri 6 N: 84 x/m
- T = Nyeri hilang timbul RR: 22 x/m
a. Mengidentifikasi respon nyeri non T: 36,6oC
verbal - Wajah pasien tampak rileks
b. Mengajarkan teknik - Pasien mampu menerapkan
nonfarmakologis relaksasi nafas teknik relaksasi nafas dalam
dalam untuk mengurangi rasa untuk mengontrol nyeri
nyeri A:
c. Mengontrol lingkungan yang - Nyeri teratasi sebagian
memperberat rasa nyeri P:
(pencahayaan dan kebisingan) - Intervensi dilanjutkan
d. Berkolaborasi pemberian
analgetik
 
  15 Intoleransi aktivitas berhubungan a. Memonitor tanda-tanda S:
Januari dengan ketidakseimbangan suplai vital - Pasien mengatakan badannya
2021 oksigen dengan kebutuhan tubuh b. Memonitor tingkat sudah tidak lemah dan sesak
ditandai dengan frekuensi jantung toleransi aktivitas setelah beraktivitas
meningkat ˃20% dari kondisi istirahat c. Menganjurkan berkurang
menjalankan latihan O:
sesuai toleransi - Pasien mampu melakukan
ADL secara mandiri
- Pasien mampu berpindah
tempat tanpa bantuan alat
atau orang lain
- TTV:
TD: 143/81 mmHg
N: 84 x/m
RR: 22 x/m
T: 36,6oC
A:
- Intoleransi aktivitas teratasi
P:
- Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai