Anda di halaman 1dari 29

PERAWATAN

PRE, INTRA, DAN


POST OPERASI
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN
PROGRAM SARJANA TERAPAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
PENGERTIAN

 Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh (Hancock,


1999). Operasi (elektif atau kedaruratan) pada umumnya merupakan
peristiwa kompleks yang menegangkan (Brunner & Suddarth, 2002).
 Perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase
pengalaman pembedahan — praoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif.
PERAWATAN PERIOPERATIF

 Perawatan Perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan


keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan klien.
Fase-fase Pengalaman Pembedahan dan Lingkup Aktivitas Bidan :

1. Fase Praoperatif
 Peran bidan dimulai ketika keputusan untuk intervensi pembedahan dibuat dan
berakhir ketika klien dikirim ke meja operasi.
Lingkup aktivitas bidan :
 pengkajian dasar klien (di rumah sakit atau di rumah)
 wawancara praoperatif
 persiapan anestesia
 persiapan pembedahan
2. Fase Intraoperatif
 Dimulai ketika klien masuk atau dipindah ke bagian atau departemen bedah dan
berakhir saat klien dipindahkan ke ruang pemulihan.
Lingkup aktivitas bidan :
 memasang IV-line (infus)
 memberikan medikasi intravena
 melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan
 menjaga keselamatan klien (menggenggam tangan klien, mengatur posisi klien)
 
3. Fase Pascaoperatif
 Dimulai dengan masuknya klien ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi

tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Lingkup aktivitas bidan :
 mengkaji efek dari agens anesthesia
 memantau fungsi vital
 mencegah komplikasi
 peningkatan penyembuhan klien
 penyuluhan
 perawatan tindak lanjut
 rujukan yang penting untuk penyembuhan
 rehabilitasi
 pemulangan
STANDAR PRAKTIK PERAWATAN PERIOPERATIF

 Standar I : Pengumpulan data tentang status kesehatan pasien bersifat sistematis


dan kontinu. Data dapat dilihat kembali dan dikomunikasikan pada orang yang tepat.
 Standar II : Diagnosis keperawatan berasal dari data status kesehatan.
 Standar III : Rencana asuhan keperawatan mencakup tujuan yang berasal dari
diagnosis keperawatan
 Standar IV : Rencana asuhan keperawatan menentukan tindakan keperawatan untuk
mencapai tujuan.
 Standar V : Rencana untuk asuhan keperawatan tersebut diimplementasikan.
 Standar VI : Rencana untuk asuhan keperawatan tersebut dievaluasi.
 Standar VII : Pengkajian ulang pasien, pertimbangan ulang diagnosis keperawatan,
menyusun kembali tujuan, dan modifikasi dan implementasi rencana asuhan
keperawatan adalah sebuah proses yang berkesinambungan.
LEGAL ASPEK PEMBEDAHAN

 Di abad ini kita dihadapkan kepada berbagai tantangan dan masalah-masalah


baru dalam berbagai bidang. Bidang yang dahulunya tidak menjadi persoalan,
kini mulai mendesak menuntut pengaturannya oleh hukum, karena melalui
sanksi etik dirasakan kurang kuat. Yang dimaksudkan di sini adalah bidang
hukum kedokteran-keperawatan yang di negara kita masih sangat muda
usianya.
 Kemajuan yang pesat dari ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran-
keperawatan telah menggoyahkan fondasi tradisional dari hubungan dokter-
perawat-pasien-rumah sakit sehingga diperlukan aspek legalitas dalam
pelayanan kesehatan.
 Informed Consent atau Persetujuan Tindakan Medis (PTM) merupakan ijin
tertulis yang dibuat secara sadar dan sukarela dari pasien sebelum dilakukan
tindakan medis terhadapnya. Ijin tersebut melindungi klien terhadap kelalaian
dan melindungi ahli bedah terhadap tuntutan dari suatu lembaga hukum.
 Tanggung jawab bidan dalam hal ini adalah untuk memastikan bahwa PTM
telah didapat secara sukarela dari klien oleh dokter. The right of information
and second opinion merupakan salah satu bentuk HAM klien dalam bidang
pelayanan kesehatan yang harus dihargai oleh tim kesehatan. Sehingga,
sebelum menyatakan kesanggupan atau penolakannya, klien harus
mendapatkan informasi sejelas-jelasnya dan alternatif- alternatif yang dapat
diambil oleh klien. Informasi yang perlu dijelaskan antara lain : kemungkinan
resiko, komplikasi, perubahan bentuk tubuh, kecacatan, dan pengangkatan
bagian tubuh yang dapat terjadi selama operasi.
PTM diperlukan pada saat :
 prosedur invasif
 menggunakan anesthesia
 prosedur non-bedah yang resikonya lebih dari sekedar resiko ringan
(arteriogram)
 terapi radiasi dan kobalt.
Yang dapat memberikan PTM :
 klien yang sudah cukup umur
 anggota keluarga yang bertanggung jawab atau wali sah apabila klien belum cukup umur, tidak sadar,
atau tidak kompeten
 individu di bawah umur dengan kondisi khusus (menikah).
KRITERIA UNTUK PTM YANG SAH
 Persetujuan diberikan dengan sukarela : persetujuan yang absah harus diberikan dengan bebas tanpa
tekanan
 Subjek tidak kompeten : definisi legal, individu yang tidak otonom dan tidak dapat memberikan atau
menyimpan persetujuan (klien RM, koma)
 Subjek yang di-informed : formulir consent harus tertulis meskipun hukum tidak membutuhkan
dokumentasi tertulis (prosedur dan resiko, manfaat dan alternatif, dl)
 Subjek mampu memahami : informasi harus tertulis dan diberikan dalam bahasa yang dapat dimengerti
oleh klien. Pertanyaan harus dijawab untuk memfasilitasi pemahaman jika materinya membingungkan.
KLASIFIKASI PROSEDUR OPERASI

1. OPERASI BERSIH: ex : herniorrafi)


 Kontaminasi endogen minimal; luka tidak terinfeksi Non traumatic, tidak terinfeksi, tidak ada inflamasi.
 Saluran nafas, cerna, dan GU tidak dimasuki, tidak melanggar teknik aseptic, penutupan utama, tidak ada
drain (beberapa institusi membolehkan penggunaan penghisapan luka tertutup untuk operasi bersih)
2. OPERASI BERSIH TERKONTAMINASI: (ex : appendiktomi)
Kontaminasi bakteri dapat terjadi dari sumber endogen
 Saluran nafas, cerna dan GU dimasuki tanpa percikan yang berarti (atau urin atau empedu terinfeksi,
untuk traktus GU dan pohon biliaris).
 Vagina dan orofaring dimasuki. Melanggar teknik aseptik. Luka dapat berair.
3. OPERASI TERKONTAMINASI : (ex : perbaikan trauma baru, terbuka)
Kontaminasi telah terjadi
 Percikan dari traktus GI; urin atau empedu terinfeksi (pada prosedur traktus GU atau biliaris). Luka
terbuka traumatic yang baru; inflamasi non purulen akut ditemui.
 Melanggar teknik aseptik
4. OPERASI KOTOR DAN TERINFEKSI : ex : drainase abses.
 Dijumpai infeksi, jaringan mati, atau kontaminasi mikroba
 Luka traumatik lama (lebih dari 12 jam). Luka terinfeksi, viscera mungkin mengalami perforasi.
5. TIPE PEMBEDAHAN
 Menurut Fungsinya (tujuannya)
 diagnostik : biopsi, laparotomi eksplorasi
 kuratif (ablatif) : tumor, appendiktomi
 reparatif : memperbaiki luka multiple
 rekonstruktif atau kosmetik : mammoplasti, perbaikan wajah
 paliatif : menghilangkan nyeri, memperbaiki masalah (gastrostomi — ketidakmampuan menelan)
 transplantasi : penanaman organ tubuh untuk menggantikan organ atau struktur tubuh yang
maLfungsi (cangkok ginjal, kornea).
Asuhan Kebidanan Pre Operatif

Pengertian
 Askeb Pre Operatif adalah suatu bantuan atau bimbingan yang diberikan
kepada klien yang dipersiapkan untuk pembedahan.
 Persiapan ini dapat dilakukan beberapa hari atau beberapa jam saja,
tergantung dari pada kategori pembedahan.
Tujuan :
 Untuk mempersiapkan diri klien menghadapi anasthesi dan operasi baik fisik,
mental maupun emosional.
PENGKAJIAN FISIK UMUM

 Pengkajian klien bedah meliputi evaluasi faktor-faktor fisik dan psikologis


secara luas. Banyak parameter dipertimbangkan dalam pengkajian menyeluruh
terhadap klien, dan berbagai masalah klien atau diagnosis keperawatan dapat
diantisipasi atau diidentifikasi dengan dibandingkan pada data dasar.
1. Status Nutrisi dan Penggunaan Bahan Kimia
 mengukur tinggi dan berat badan
 mengukur lipat kulit trisep
 mengukur lingkar lengan atas
 mengkaji kadar protein darah dan keseimbangan nitrogen
 kadar elektrolit darah
 asupan makanan pre-operatif
Keadaan khusus :
 Obesitas : jaringan lemak rantan terhadap infeksi, peningkatan masalah
teknik dan mekanik (resiko dehisensi), dan nafas tidak optimal.
 Penggunaan obat dan alcohol : rentan terhadap cedera, malnutrisi, dan
tremens delirium.
2. Status Pernafasan
 berhenti merokok 4 – 6 minggu sebelum pembedahan
 latihan nafas dan penggunaan spirometer intensif
 pemeriksaan fungsi paru dan analisa gas darah (AGD)
 riwayat sesak nafas atau penyakit saluran pernafasan yang lain.
3. Status Kardiovaskuler
 Peny
 akit kardiovaskuler
 kebiasaan merubah posisi secara mendadak
 riwayat immobilisasi berkepanjangan
 hipotensi atau hipoksia
 kelebihan cairan/darah
 tanda-tanda vital
 riwayat perdarahan.
4. Fungsi Hepatik dan Ginjal
 kelainan hepar
 riwayat penyakit hepar
 status asam basa dan metabolisme
 riwayat nefritis akut, insufisiensi renal akut.

5. Fungsi Endokrin
 riwayat penyakit diabetes
 kadar gula darah
 riwayat penggunaan kortikosteroid atau steroid (resiko insufisiensi adrenal)
6. kaji adanya alergi
 riwayat transfusi darah
 riwayat asthma bronchial
 terapi kortikosteroid
 riwayat transplantasi ginjal
 terapi radiasi
 kemoterapi
 penyakit gangguan imunitas (AIDS, Leukemia)
 suhu tubuh.
7. Sistem Integumen
 keluhan terbakar, gatal, nyeri, tidak nyaman, paresthesia
 warna, kelembaban, tekstur, suhu, turgor kulit
 alergi obat dan plesterriwayat puasa lama, malnutrisi, dehidrasi, fraktur
mandibula, radiasi pada kepala, terapi obat, trauma mekanik.
 Perawatan mulut oleh pasien.
8. Terapi Medikasi Sebelumnya
 obat-obatan yang dijual bebas dan frekuensinya
 kortikosteroid adrenal : kolaps kardiovaskuler
 diuretic : depresi pernafasan berlebihan selama anesthesia
 fenotiasin : meningkatkan kerja hipotensif dari anesthesia
 antidepresan : Inhibitor Monoamine Oksidase (MAO) meningkatkan efek hipotensif
anesthesia
 tranquilizer : ansietas, ketegangan dan bahkan kejang
 insulin : interaksi insulin dan anestetik harus dipertimbangkan
 antibiotik : paralysis system pernafasan.
Pertimbangan Gerontologi
 penyakit kronis
 ketakutan lansia divonis sakit berat — bohong (tidak melaporkan gejala)

fungsi jantung
 fungsi ginjal
 aktivitas gastrointestinal
 dehidrasi, konstipasi, malbutrisi
 keterbatasan sensori penglihatan
 penurunan sensitivitas sentuhan
 riwayat cedera, kecelakaan dan luka bakar
 arthritis
 keadaan mulut (gigi palsu)
 kajian integumen (kulit) : gatal-gatal, penurunan lemak — perubahan suhu tubuh
 penyakit pribadi
FAKTOR-FAKTOR RESIKO UNTUK SEGALA PROSEDUR PEMBEDAHAN
Faktor-faktor Sistemik

 hipovolemia
 dehidrasi atau ketidakseimbangan elektroli
 defisit nutrisi
 usia tua
 BB ekstrim
 Infeksi dan sepsis
 Kondisi toksik
 Abnormalitas imunologi
PERAN BIDAN PADA FASE PRE-
OPERATIF
1. Pengkajian Praoperatif di klinik/per telepon
 melakukan pengkajian perioperatif awal
 merencanakan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
 melibatkan keluarga dalam wawancara
 memastikan kelengkapan pemeriksaan perioperatif
 mengkaji kebutuhan pasien terhadap transportasi dan perawatan pascaoperatif.
2. Unit Bedah
 melengkapi pengkajian praoperatif
 mengkoordinasi penyuluhan pasien dengan staf keperawatan lain
 menjelaskan fase-fase dalam periode perioperatif dan hal-hal yang diperkirakan terjadi
 membuat rencana asuhan.
3. mengkaji tingkat kesadaran pasien
 menelaah lembar observasi pasien
 mengidentifikasi pasien
 memastikan daerah pembedahan.
4. Perencanaan
 menentukan rencana asuhan
 mengkoordinasi pelayanan dan sumber-sumber yang sesuai.

 5. Dukungan Psikologis
 menceritakan pada pasien apa yang sedang terjadi
 menentukan status psikologis
 memberikan peringatan akan stimuli nyeri
 mengkomunikasikan status emosional pasien pada anggota tim kesehatan yang berkaitan.
Asuhan Kebidanan Intra operatif

1. Pemeliharaan Keselamatan
 Atur posisi pasien
 Kesejajaran fungsional
 Pemajanan area pembedahan
 Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi Memasang alat grounding
ke pasien
 Memberikan dukungan fisik
 Memastikan bahwa jumlah spongs, jarum dan instrumen tepat.
2. Pematauan Fisiologis
 Memperhitungkan efek dari hilangnya atau masuknya cairan secara berlebihan pada
pasien
 Membedakan data kardiopumonal yang normal dengan yang abnormal Melaporkan
perubahan-perubahan pada nadi, pernafasan, suhu tubuh dan tekanan darah pasien.
3. Dukungan Psikologis (sebelum induksi dan jika pasien sadar)
 Memberikan dukungan emosional pada pasien
 Berdiri dekat dan menyentuh pasien selama prosedur dan induksi Terus mengkaji
status emosional pasien
 Mengkomunikasikan status emosional pasien ke anggota tim perawatan kesehatan
lain yang sesuai.
TAHAPAN KEPERAWATAN POST OPERATIF

Perawatan post operatif meliputi beberapa tahapan, diantaranya adalah :


1. Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anastesi
(recovery room)
2. Perawatan post anastesi di ruang pemulihan (recovery room)
3. Transportasi pasien ke ruang rawat
4. Perawatan di ruang rawat.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Data laboratorium memberikan petunjuk yang bermanfaat untuk mengkaji status
klinik pasien dan potensial risiko infeksi. Meskipuntidak dapat digunakan tanpa
referensi dari data klinik yang lain, hasil pemeriksaan laboratorium dapat
memberikan petunjuk penting untuk menentukan tindakan keperawatan
perioperatif. Adapun pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan sebelum
tindakan pembedahan adalah :
 Hematokrit BJ urin Hemoglobin AGD
 Trombosit Leukosit atau sel darah putih Albumin Gamma globulin
 Elektrolit darahantibodi serum terhadap HIV HbSAg Gula darah Golongan darah
 Selain itu hasil pemeriksaan radiologis seperti rontgen foto, USG abdomen, USG
ginjal, MRI, BNO-IVP, dll yang terkait dengan prosedur pembedahan atau kasus,
harus pula disertakan.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai