Nama : Suhendar
NIM : 5201170056
Dosen : Abdullah Ali, ST.,MT
Mata kuliah : Filsafat Arsitektur
Berikut ini adalah beberapa yang diperkirakan masuk kedalam salah satu kekurang
telitian arsitek dalam melakukan tugasnya dalam membangun :
1
Jebolnya tanggul Situ Gintung karena selain banyaknya curah hujan yang terjadi,
peneliti memperkirakan itu juga karena maraknya pembangunan tempat wisata
ataupun bangunan komersial lainnya disekitar tanggul Situ Gintung yang seharusnya
menjadi tanah resapan bagi tanggul tersebut.
2
Jembatan Tanah Abang Roboh membuat
beberapa pengunjung yang berbelanja
tetimbun reruntuhan. Bangunan yang
roboh di sekitar Metro Tanah Abang
merupakan calon toilet di pusat grosir
Metro Tanah Abang, bukan merupakan
jembatan penghubung Blok A-Blok B.
Bangunan itu roboh karena konstruksi
belum sempurna.Bangunan yang runtuh
adalah bagian yang akan dijadikan toilet
di lantai tiga gedung tersebut.
3
Contoh Lain, sebuah gedung yang
harus dirobohkan. Bangunan ini
dibangun tidak sesuai dengan
peraturan pemerintah setempat
mengenai Garis Sepadan Sungai (GSS).
Bangunan ini dibangun satu garis
dengan bibir sungai sehingga
mempersempit badan sungai. Hal ini
berbahaya bagi lingkungan, ketika
curah hujan didaerah tersebut tinggi
dan sungai tidak mampu menampung
air hujan yang jatuh, akibatnya air
meluap dan mengkibatkan banjir.
Melihat bahaya yang ditimbulkan dari
bangunan ini, pemerintah setempat
memutuskan agar bangunan tersebut
dirobohkan.
Arsitektur kemudian dianggap penting bagi kekayaan sebuah kebudayaan karena bukan
hanya tentang melakukan pertahanan terhadap lingkungan manusia saja, tetapi juga terhadap
lingkungan alam, arsitektur kemudian menjadi prasyarat dan simbol dari perkembangan
peradaban dari kebudayaan tersebut. Oleh karena itu, arsitek tidak hanya semata-mata seorang
ahli bangunan saja, ia juga merupakan seorang profesional yang memahami betul
pembangunan secara luas. Selain itu isu lingkungan alam di tempat bangunan itu akan
dibangun juga merupakan satu hal yang perlu diperhatikan.
‘Perlombaan’ meninggikan lantai bangunan yang sudah cukup populer. Meskipun tidak
ada panitia perlombaannya, tetapi tetap berjalan dengan sendirinya. Satu bidang tanah
dibangun rumah/gedung dengan tinggi lantai 1 m di atas muka jalan, tidak lama waktu
berselang dibangun rumah/gedung disebelahnya atau di depannya dengan ketinggian 1.20 m,
kemudian muncul lagi bangunan baru dengan ketinggian lantai 2 m. Dalam konteks yang lebih
luas lagi, satu kawasan perumahan di set tinggi kawasan 1 m dari tanah asal, kemudian
dibangun perumahan lain disebelahnya dengan setting ketinggian tanah lebih dari 1 m, dst.
Akibat dari ‘lomba’ tinggi-tinggian tadi banyak, diantaranya banjir menimpa pihak yang
kalah. yang kalah yang tidak bisa bersaing dalam ‘lomba’. Jadi tidak usah heran, dimusim hujan
ada kawasan perumahan yang terendam air dan ada yang tidak terendam, padahal berada
dalam satu lingkungan. Tidak heran pula ada satu rumah kebanjiran tetapi tetangga sebelahnya
tetap merasa aman.
KESIMPULAN :
Apa yang dikerjakan para arsitek saat ini dan yang akan datang dapat membawa dampak positif
bagi pengembangan lingkungan binaan (built environtment), memberikan sumbangsih
pemikiran baru berdasarkan eksplorasi kearifan lokal serta setiap pembangunan haruslah
mempertimbangkan kondisi dan dampak terhadap lingkungan agar tidak ada pihak yang
dirugikan. Kesuksesan arsitektur dapat diraih bila klien senang lingkungan nyaman. Terutama
dalam implementasi potensi keragaman hayati di Indonesia yang sangat kaya, terhadap
pembangunan.
Dan pembangunan di Indonesia harus punya platform Environtment First, yaitu pengembangan
di mana unsur lingkungan hidup merupakan tolok ukur utama. Perlu konsep makro dan mikro
yang kuat dalam mengarahkan pembangunan di Indonesia. Sebenarnya yang menjadi kunci
adalah bukan perlunya teknologi tinggi yang mahal dan terkadang tidak sesuai dengan konteks
permasalahan, tetapi saat ini perlu digali lagi kekuatan potensi kearifan lokal. Artinya, jangan
melupakan bidang keilmuan dan pengetahuan yang berasal dari lingkungan setempat. Karena
pembangunan tidak harus merusak lingkungan.
Arsitek yang peka lingkungan tentu faham dengan tulisan di atas tadi. Ia sadar bahwa
merancang bukanlah urusan dalam batas site nya saja tetapi lebih luas dari batasan site.
Pelajaran demi pelajaran arsitektur sebenarnya telah cukup menjadi bekal para arsitek menjadi
arsitek yang manusiawi.
Terimakasih