Anda di halaman 1dari 29

Hubungan Individu

Dalam Keperawatan
Pengertian psikologi keperawatan

• Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional sebagai bagian


integral pelayan kesehatan yang berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan meliputi aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual
yang bersifat komprehensif, artinya pelayanan keperawatan bersifat
menyeluruh, yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat
yang sehat maupun yang sakit mencakup hidup manusia untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal
3 Model Hubungan Antar Manusia,
Termasuk Hubungan Antar Perawat,
Dokter, Dan Pasien
1. Model Aktivitas Pasivitas

● Suatu model dimana perawat dan dokter berperan aktif dan pasien
berperan pasif
● Model ini tepat untuk bayi, pasien koma, pasien dibius, dan pasien
dalam keadaan darurat
2. Model Hubungan Membantu
● Merupakan dasar untuk sebagian besar dari praktek keperawatan atau praktek
kedokteran
● Model ini terdiri dari pasien yang mempunyai gejala mencari bantuan dan
perawat atau dokter yang mempunyai pengetahuan terkait dengan kebutuhan
pasien
● Perawat dan dokter memberi bantuan dalam bentuk perawatan atau
pengobatan
3. Model partisipasi mutual
● Model ini berdasarkan pada anggapan bahwa hak yang sama atau kesejahteraan
antara umat manusia merupakan nilai yang tinggi
● Model ini mencerminkan asumsi dasar dari proses demokrasi
● Interaksi, menurut model ini, menyebutkan kekuasaan yang sama, saling
membutuhkan, dan aktivitas yang dilakukan akan memberikan kepuasan kedua
pihak.
.
3. Model partisipasi mutual
● Model ini berdasarkan pada anggapan bahwa hak yang sama atau kesejahteraan
antara umat manusia merupakan nilai yang tinggi
● Model ini mencerminkan asumsi dasar dari proses demokrasi
● Interaksi, menurut model ini, menyebutkan kekuasaan yang sama, saling
membutuhkan, dan aktivitas yang dilakukan akan memberikan kepuasan kedua
pihak.
Hubungan perawat dengan pasien adalah suatu wahana
untuk mengaplikasikan proses keperawatan pada saat
perawat dan pasien berinteraksi untuk terlibat guna
mencapai tujuan asuhan keperawatan
Hubungan perawat
2 hal yang perlu diperhatikan baik klien maupun perawat :
dengan klien
1. Perawat profesional bila mampu menciptakan
hubungan terapeutik dengan klien
2. Keikhlasan, empati dan kehangatan diciptakan dalam
berhubungan dengan klien.
Peran Dan Tanggung Jawab
Seorang Perawat
1. Pemberi Pelayanan
(Care Giver)
● Adalah peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung atau tidak
langsung kepada pasien sebagai individu, keluarga dan masyarakat, dengan metode
pendekatan pemecahan masalah yang disebut proses keperawatan.
● Sebagai comforter, perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa aman pada pasien.
● Peran protector dan advocate lebih berfokus pada kemampuan perawat melindungi dan
menjamin hak serta kewajiban pasien agar terlaksana dengan seimbang dalam memperoleh
pelayanan kesehatan.
2. Pendidik
Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku
dari pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
3. Pengelola
Perawat mengkoordinasi aktivitas anggota tim kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli
terapi fisik, ketika mengatur kelompok yang memberikan perawatan pada pasien.
4. Peneliti
Sebagai peneliti di bidang keperawatan, perawat diharapkan mampu mengidentifikasi masalah,
menerapkan prinsip dan metode penelitian serta memanfaatkan hasil penelitian untuk
meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan keperawatan.
Hak-hak pasien antara lain :
● Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya.
● Hak atas informasi tentang penyakitnya.
● Hak atas privacy.
● Hak untuk menentukan nasibnya sendiri.
● Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan
Menurut Roger dalam Stuart G.W ada beberapa karakteristik seorang helper (perawat)
yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik, yaitu :

1. Kejujuran
Kejujuran sangat penting, karena tanpa adanya kejujuran mustahil bisa terbina hubungan saling
percaya. Seseorang akan menaruh rasa percaya pada lawan bicara yang terbuka dan mempunyai
respons yang tidak dibuat-buat.
2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah
dipahami oleh klien dan tidak menggunakan kalimat yang berbelit-belit.
3. Bersikap positif
Bersikap positif terhadap apa saja yang dikatakan dan disampaikan lewat komunikasi nonverbal sangat
penting baik dalam membina hubungan saling percaya maupun dalam membuat rencana tindakan bersama
klien.

4. Empati bukan simpati


Bersikap empati, perawat dapat memberikan alternative pemecahan masalah karena perawat tidak hanya
merasakan permasalahan klien tetapi juga tidak berlarut-larut dalam perasaaan tersebut dan turut berupaya
mencari penyelesaian masalah secara objektif.
5. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berorientasi pada klien, oleh
karenanya perawat harus mampu untuk melihat permasalahan yang sedang dihadapi klien dari
sudut pandang klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian berarti mengabsorpsi isi
dari komunikasi (kata-kata dan perasaan) tanpa melakukan seleksi. Pendengar
(perawat) tidak sekedar mendengarkan dan menyampaikan respon yang di inginkan
oleh pembicara (klien), tetapi berfokus pada kebutuhan pembicara.
6. Menerima klien apa adanya
Seorang helper yang efektif memiliki kemampuan untuk menerima klien apa adanya. Jika seseorang
merasa diterima maka dia akan merasa aman dalam menjalin hubungan interpersonal.

7. Sensitif terhadap perasaan klien


Seorang perawat harus mampu mengenali perasaan klien untuk dapat menciptakan hubungan
terapeutik yang baik dan efektif dengan klien. Dengan bersikap sensitive terhadap perasaan klien
perawat dapat terhindar dari berkata atau melakukan hal-hal yang menyinggung privasi ataupun
perasaan klien.

8. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri
Perawat harus mampu memandang dan menghargai klien sebagai individu yang ada pada saat ini,
bukan atas masa lalunya, demikian pula terhadap dirinya sendiri.
Proses Interaksi Perawat dengan
Klien
● Kata interaksi (interaction) mengacu pada suatu hubungan timbal balik antara orang
satu dengan orang lainnya yang dapat berpengaruh antara sesama dan dapat
berkomunikasi secara verbal ataupun nonverbal.

1. Fase Prainteraksi atau Persiapan


Fase prainteraksi merupakan awal dimulainya kontak pertama dengan klien. Dalam tahapan
ini perawat menggali perasaan dan menilik dirinya dengan cara mengidentifikasi
kelebihan dan kekurangannya. Tahapan ini dilakukan oleh perawat dengan tujuan
mengurangi rasa cemas atau kecemasan yang mungkin dirasakan oleh perawat sebelum
melakukan komunikasi terapeutik dengan klien.
Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:
1. Mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan harapan dan mengidentifikasi kecemasan.
2. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri.
3. Mengumpulkan data tentang klien.
4. Merencanakan pertemuan pertama dengan klien
Fase Prainteraksi juga sebagai tugas awal perawat dalam mengeksplorasi diri

● Kesadaran diri.
● Hilangkan rasa ketakutan dalam merawat klien.
● Cemas menyebabkan sifat yang kurang dalam penampilan.
● Fokus tentang identifikasi kelebihan diri dalam merawat klien psikiatri.
● Ragu-ragu akan keefektifan kemampuan atau kemampuan koping.
● Takut akan bahaya fisik atau kekerasan.
● Gelisah menggunakan diri secara teraupetik.
● Curiga karena adanya stigma tentang klien psikiatrik berbeda dari klien lain.
● Ancaman terhadap identitas peran perawat
● Ketidaknyamanan karena hilangnya kemampuan melakukan tugas fisik & penanganan.
● Mudah mendapat ancaman karena penampilan emosional yang sangat menyakitkan
● Takut melukai klien secara psikologi.
2. Fase Introduksi atau Orientasi
Fase introduksi merupakan pertemuan pertama antara perawat dan klien. Pada fase
ini, hubungan dibangun dengan saling percaya, saling mengerti, kedekatan dan
komunikasi terbuka dengan klien. Tahap pengenalan lebih jauh dilakukan untuk
meningkatkan sikap penerimaan satu sama lain untuk mengatasi kecemasan, melanjutkan
pengkajian dan evaluasi masalah yang ada.
Komunikasi pada tahap ini mengikatkan pada diri kita untuk lebih mengenal orang
lain dan juga mengungkapkan diri kita. Pada tahap komunikasi terapeutik ini harus :
(1) Melanjutkan pengkajian dan evaluasi masalah yang ada.
(2) Meningkatkan komunikasi.
(3) Mempertahankan tujuan yang telah disepakati dan mengambil tindakan
berdasarkan masalah yang ada
Secara psikologis, komunikasi yang bersifat terapeutik akan membuat pasien lebih
tenang, dan tidak gelisah.
Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:
1. Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan komunikasi terbuka.
2. Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik pembicaraan) bersama-sama
dengan klien dan menjelaskan atau mengklarifikasi kembali kontrak yang telah
disepakati bersama.
3. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien yang umumnya
dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi pertanyaan terbuka.
4. Merumuskan tujuan interaksi dengan klien.
3. Fase Kerja
Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik. Tahap kerja
merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik karena di dalamnya
perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan perasaan
dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal dan
non verbal yang disampaikan oleh klien.
Selama tahap kerja dalam wawancara, perawat memfokuskan arah pembicaraan pada
masalah khusus yang ingin diketahui. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Fokus wawancara adalah klien.
b. Mendengarkan dengan penuh perhatian. Jelaskan bila perlu.
c. Menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien.
d. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien.
e. Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada waktunya.
f. Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaannya.
g. Sentuhan teraputik, bila diperlukan dan memungkinan.
4. Fase Terminasi
Terminasi merupakan hal yang sangat sulit tetapi penting karena merupakan hubungan terapeutik
klien dan perawat. Selama fase terminasi, belajar untuk meningkatkan kemampuan klien dan perawat.
Setiap waktu perubahan perasaan dan memori dan evaluasi secara menyeluruh sesuai dengan
kemajuan dan tujuan yang dicapai klien. Kriteria kerelaan klien untuk terminasi adalah:
a. Klien dapat mengekspresikan keyataan dari masalah yang dihadapi.
b. Klien dapat meningkatkan fungsinya.
c. Klien dapat meningkatkan harga diri dan mengidentifikasi kekuatan yang dirasakan.
d. Klien menggunakan respons koping yang adaptif.
e. Klien mengikuti hasil akhir tujuan penanganan yan­­g akan dicapai.
f. Memperbaiki hubungan perawat dan klien dengan tidak terjadi masalah.
● Terminasi sementara adalah akhir dari setiap pertemuan, pada terminasi ini klien akan bertemu
kembali pada waktu yang telah ditentukan, setelah hal ini dilakukan perawat dan klien masih akan
bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati
bersama.
● Tugas perawat dalam tahap ini adalah:
1. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan (evaluasi objektif).
2. Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi
dengan perawat.
3. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindak lanjut yang
disepakati harus relevan dengan interaksi yang baru saja dilakukan atau dengan interaksi yang
akan dilakukan selanjutnya. Tindak lanjut dievaluasi dalam tahap orientasi pada pertemuan
berikutnya.
Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Perawat dengan
Klien
1. Perkembangan
2. Persepsi
3. Nilai
4. Latar belakang sosial budaya
5. Emosi
6. Jenis kelamin
7. Pengetahuan
8. Peran dan hubungan
9. Lingkungan
10. Jarak
11. Citra diri
12. Kondisi fisik

Anda mungkin juga menyukai