Anda di halaman 1dari 19

Text Book Reading

STATUS EPILEPTIKUS

dr. Muttaqien Pramudigdo, Sp.S


Bara Kharisma – G4A016136
Pendahuluan
Status epileptikus (SE) penting untuk dikenali secara dini,
sehingga dapat ditatalaksana sesegera mungkin dimulai pada
fase pra rumah sakit. Merupakan salah satu bentuk
Kegawatan Medis

Tata laksana SE yang tepat akan meningkatkan


probabilitas terminasi bangkitan epileptik dan pada
akhirnya menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas.
Definisi dan Klasifikasi
1
Durasi dan waktu kemungkinan bangkitan epileptik
menjadi berkepanjangan atau terus menerus dan

2
Durasi dan waktu bangkitan epileptik menyebabkan
konsekuensi jangka panjang (kerusakan dan kematian
neuron, perubahan jaringan koneksi neuronal dan
defisit fungsional).
Tipe SE Dimensi Operasional 1 Dimensi Operasional 2
(Waktu saat bangkitan Epileptik (Waktu saat Bangkitan Epileptik
kemungkinan berkepanjangan) Menyebabkan Konsekuensi
Panjang)

SE tonik Klonik 5 menit 30 menit


SE Fokal dengan gangguan 10 menit >60 menit
SE Absans 10-15 menit Tidak diketahui

SE: Stattus epileptikus


Sumber :Trinka E, dkk Epilepsia. 2015. H. 1515-23
SE dengan Gejala
Motor Prominent

SE Konvulsi SE dengan Bangkitan


SE Mioklonik
(Bangkitan Tonik Klonik) Motorik Fokal

SE Tonik SE Hiperkinetik
SE Non Konvulsif

Dengan Koma Tanpa koma

Fokal
Tanpa gangguan kesadaran Umum Tidak diketahui umum atau fokal
Status afasia Status absans tipikal SE Otonom
Dengan gangguan kesadaran Status absans atipikal
SE Tonik Status absans mioklonik
Berdasarkan National Health Discharge Survey (NHDS) insidens ini bersifat
bimodal, yaitu lebih tinggi pada usia dekade pertama dan setelah usia 60 tahun.

RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada bulan Juni 2013 hingga Januari
2014 terdapat 31 pasien SE di instalasi gawat darurat (IGD), 45,2% dengan
bangkitan umum, dan 54,8% dengan bangkitan fokal. Sebanyak 22,6% pasien
meninggal dan kesemuanya mengalami bangkitan umum.

Insidens SE episode pertama mencapai 42 kasus per 100.000 penduduk


pertahunnya dengan rasio yang hampir sama pada laki-laki dan perempuan.

Epidemiologi
Etiologi
AKUT KRONIS PROGRESSIF

1. Gangguan metabolik: 1. Epilepsi: penghentian atau Tumor susunan


2. Sepsis penurunan obat anti
3. Infeksi susunan saraf epilepsi (0AE) saraf pusat
pusat 2. Penyalahgunaan alkohol
4. Stroke: kronik
5. Trauma kepala dengan 3. Gangguan susunan saraf
atau pusat lampau (misalnya
6. Tanpa hematom pascastroke,
epidural atau subdural pascaensefalitis)
7. Obat-obatan: 4. Gangguan metabolisme
8. Hipoksia bawaan pada anak
9. Ensefalopati
10. Ensefalitis autoimun

Etiologi akut SE yang paling sering adalah stroke (22%), diikuti gangguan
metabolik (15%), hipoksia (13%), infeksi sistemik (7%), dan anoksia (5%).
Patofisiologi
Komplikasi
Edema serebral, narkosis, Asisodis metabolik,
METABOLIK
SSP hipoksia serebral, ENDOKRIN hiperkalemia,, dehidrasi
perdarahan serebral

Aritmia, henti jantung,


CARDIO Asidosis renal tubular,
takikardia, gagal jantung
VASKULAR GINJAL sindrom uremikum akut,
kongestif, hipertensi dan
oligouria,
hipotensi

Apneu, edema paru, acute


respiratory distress LAIN sindrom disfungsi organ
RESPIRASI
syndrome, asidosis LAIN multiple, dan fraktur.
respiratorik, emboli paru
TATALAKSANA
Waktu Intervensi

Fase Stabilisasi :  Stabilisasi pasien (jalan napas, pernapasan, sirkulasi, dan disabilitas neurologis)
0 – 5 menit  Catat waktu mulai bangkitan, monitor tanda vital
 Evaluasi oksigenasi, berikan oksigen melalui nasal kanul atau masker,
petimbangkan intubasi bila di perlukan
 Monitor EKG
 Pemeriksaan kadar gula darah. Jika kadar gula darah <60 mg/dl :
- Dewasa: Tiamin 100 mg IV lalu 50 ml Dextrose 50% IV
- Anak >2 tahun : Dextrose 50% 2ml/kgBB
- Anak <2 tahun : Dextrose 50% 4 ml/KgBB
 Pemsagan akses IV dan mengambil sampel darah untuk pemeriksaan
hematologi, elektrolit, skrining toksikologi, dan bila diperlukan kadar OAE
 Vasopresor atau resusitasi cairan dapat diberikan jika TD sistolik <90 mmHg atau
MAP <70 mmHg
Fase terapi inisial: Benzodiazepin
5 – 20 menit Pilih salah satu dari benzodiazepin berikut :
 Midazolam intramuskular (dosis tunggal 10 mg untuk BB >40 kg, 5 mg
untuk BB12-40kg) atau
 Lorazepam IV* (0,1 mg/kgBB/ dosis maksimal 4 mg/dosis. Kecepatan
pemberian 2 mg/menit, dapat diulan 1 kalii) atau
 Diazepam IV (0,15 – 0,2 mg/kgBB/dosis, maksimal 10 mg/dosis, dapat
diulang 1 kali)

Jika pilihan di atas tidak tersedia maka dapat diberikan :


 Fenobarbital IV (15 mg/kgBB maksimal 20 mg/dosis, dosis tunggal)
atau
 Diazepam rektal (0,2-0,5 mg/kgBB masimal 20 mg/dosis, dosis
tunggal) atau
 Midazolam intranasal* atau intrabukal*
Fase terapi lini Pilih salah satu dari OAE berikut :
kedua :  Fosfenitoin IV* (20mg/kgBB, maksimal 1500mg/dosis,
20 – 40 menit kecepatan pemberian maksimal 150 mg/menit, dosis tunggal
atau bila perlu dapat diulang 5-10 mg/kgBB) atau
 Fenitoin IV (20mg/kgBB, kecepatan 50 mg/menit, dosis
tunggal, bila perlu dapat diulang 5-10mg/kgBB) atau
 Asam valproat IV* (20-40mg/kgBB, maksimal 4500mg/dosis,
dosis tunggal)

Jika pilhan di atas tidak tersedia, maka dapat diberikan :


 Feenobarbital IV (15mg/kgBB, kecepatan 50-75 mg/menit)
Fase terapi lini Pilihan
ketiga :  Memberikan kembali salah satu terapi lini kedua atau obat anestesi:
40 -60 menit
- Tiopental (dosis awal 2-7 mg/kgBB IV bolus, kecepatan <50 mg/menit dilanjutkan 0,5-5
mg/kgBB/jam infus IV kontinu, bila status epileptikus terjadi kembali bolus 1-2 mg/kgBB dan
ditingkatkan dosis 0,5-1 mg/kgBB/jam setiap 12 jam) atau
- Midazolam (dosis awal 0,2 mg/kgBB IV kecepatan 2mg/menit dilanjutkan 0,05-0,2 mg/kgBB/jam
infus IV kontinu, bila status epileptikus terjadi kembali bolus 0,1-0,2 mg/kgBB dan tingkatkan dosis
0,05-0,1 mg/kgBB/jam setiap 3-4 jam) atau
- Propofol (dosis awal 1-2 mg/kgBB IV dilanjtkan 30-200 mcg/kgBB/menit infus IV kontinu, bila
status epileptikus terjadi tingkatkan kecepatan infus IV 5-10 mcg/kgBB/menit setiap 5 menit atau
bolus 1 mg/kgBB dan titrasi naik infus IV kontinu) atau
- Penobarbital (dosis awal 5-15 mg/kgBB IV, dapat ditambahkan 5-10 mg/kgBB IV diberikan dengan
kecepatan 50 mg/menit, dilanjutkan 0,5 mg/kgBB/jam infus IV kontinu, bila status epileptikus
terjadi kembali bolus 5 mg/kgBB dan tingkatkan dosis infus kontinu 0,5-1mg/kgBB/jam setiap 12
jam)
 
 Pemberian obat anastetik sebaiknya dilakukan di runag peraatan intensif
 Lakukan pemantauan EEG
 Setelah penggunaan 2-3 hari kecepatan harus diturunkan karena terjadi saturasi pada jaringan
adiposa
 Obatanestesi dilanjutkan hingga 12-24 jam setelah bangkitkan klinis atau elktrografis berhenti.
Dosis obat anestesi kemudian diturunkan perlahan
Pemeriksaan Panel Pemeriksaan
PENUNJANG Kemungkinan Etiologi / Komplikasi yang Dapat Ditemukan

Laboratorium  Darah perifer lengkap  


 Toksikologi  Kokain, alkohol, antidepresan trisiklik, simpatomimetik,
  teofilin, organofosfat, siklosporin, INH
 
 Elektrolit (Na, K, Ca, Mg)  Hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia,
  hipomagnesemia
 Gula darah  
 Analisis gas darah  Hipoglikemia, hiperglikemia
 Urinalisis  Hipoksia
 Kadar obat antiepileptik dalam darah  Infeksi
 Cairan serebrospinal  Kadar obat antiepilepsi endah
 Tes fungsi hati  
 Parameter koagulasi  
 Parameter gangguan metabolisme bawaan  Infeksi
(inborn error metabolism) pada kasus
anak

Pencitraan  Rontgen toraks  Infeksi paru


 Ct scan atau MRI kepala  Etiologi intrakranial

SE;status epileptikus INH:isoniazid


Sumbe: Brophy GM, dkk. Neurocrit Care. 2012. H. 3-23
PROGNOSIS
• Prognosis SE ditentukan oleh beberapa faktor yaitu usia, tipe bangkitan
SE, durasi, kecepatan inisiasi tata laksana, dan etiologi.
Etiologi Populasi Mortalitas
Stroke Usia tua 20-40 %
Penyalahgunaan alkohol Dewasa 0-10 %
Penyalahgunaan obat Dewasa 20 %
obatan
Penurunan kadar OAE Dewasa <10 %
Hipoksia atau anoksia akut Dewasa 60- 80 %
berat
Infeksi SSP Anak 30 %
Tumor otak Dewasa 0-20 %
Trauma Dewasa 11-25%
Kriptogenik   Bervariasi
Sumber: sanchez S, dkk. J Clin Med. 2016.h.71
KESIMPULAN
1. Status epileptikus (SE) penting untuk dikenali secara dini, sehingga dapat
ditatalaksana sesegera mungkin dimulai pada fase prarumah sakit.
2. Definisi SE konvulsif tonik klonik adalah bangkitan epileptik yang
berlangsung secara terus menerus selama 30 menit atau berulang tanpa
pulihnya kesadaran di antara bangkitan.
3. Insidens SE episode pertama mencapai 42 kasus per 100.000 penduduk
pertahunnya dengan rasio yang hampir sama pada laki-laki dan
perempuan.
4. Etiologi akut SE yang paling sering adalah stroke (22%), diikuti gangguan
metabolik (15%), hipoksia (13%), infeksi sistemik (7%), dan anoksia (5%).
5. Prognosis SE ditentukan oleh beberapa faktor yaitu usia, tipe bangkitan
SE, durasi, kecepatan inisiasi tata laksana, dan etiologi.
• Matur sembah nuwun 

Anda mungkin juga menyukai