&
Flora Normal
DISUSUN OLEH :
IRA SABRINA SINAGA (TK 1B)
INFEKSI
A. Definisi Infeksi
Infeksi atau jangkitan adalah serangan dan perbanyakan diri yang
dilakukan
oleh patogen pada tubuh makhluk hidup.
Patogen penyebab infeksi di antaranya mikroorganisme seperti virus,
prion,
bakteri, dan fungi.
Sementara itu, parasit seperti cacing dan organisme uniseluler juga dapat
menyebabkan infeksi, meskipun terkadang istilah infeksi
dan infestasi dipakai
bergantian untuk menyebut serangan agen parasitik. Serangan patogen-
patogen
tersebut, maupun racun yang mereka hasilkan, dapat
menimbulkan penyakit pada organisme inang.
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang dihasilkan oleh infeksi.
B. Klasifikasi Infeksi
Patogen oportunistik
Patogen oportunistik dapat mengakibatkan penyakit infeksi pada inang dengan sistem pertahanan yang tertekan
(defisiensi imun) atau jika mereka memiliki akses yang tidak biasa ke bagian dalam tubuh (misalnya
melalui trauma). Infeksi oportunistik dapat diakibatkan oleh mikrob yang biasanya bersentuhan dengan inang,
seperti bakteri atau fungi patogenik di usus atau saluran pernapasan bagian atas, dan mereka juga dapat
berasal dari inang lain (seperti pada kolitis akibat Clostridium sulitile) atau dari lingkungan sebagai akibat
dari cedera (misalnya infeksi luka pembedahan atau patah tulang). Penyakit oportunistik membutuhkan
kerusakan pertahanan inang, yang dapat terjadi sebagai akibat dari cacat genetik (seperti penyakit granuloma
kronik), paparan obat antimikrob atau bahan kimia imunosupresif (seperti yang mungkin terjadi setelah
keracunan atau kemoterapi), paparan radiasi pengion, atau sebagai akibat dari penyakit infeksi dengan aktivitas
imunosupresif (seperti campak, malaria, atau AIDS). Patogen primer juga dapat mengakibatkan penyakit yang
lebih parah pada inang dengan imunitas yang tertekan dibandingkan bila terjadi pada inang yang imunitasnya
memadai.
Infeksi primer versus infeksi sekunder
Infeksi primer adalah infeksi yang (atau secara praktis dapat dipandang) menjadi akar penyebab
masalah kesehatan saat ini. Sebaliknya, infeksi sekunder adalah sekuela (gejala sisa)
atau komplikasi dari penyebab utama. Sebagai contoh, tuberkulosis paru sering merupakan infeksi
primer, tetapi infeksi yang terjadi hanya akibat luka bakar atau trauma tajam (sebagai akar penyebab)
yang memungkinkan akses patogen ke jaringan dalam, merupakan infeksi sekunder. Patogen primer
sering menyebabkan infeksi primer dan juga sering menyebabkan infeksi sekunder. Biasanya, infeksi
oportunistik dipandang sebagai infeksi sekunder (karena defisiensi imun atau cedera adalah faktor
predisposisinya).
Salah satu cara untuk membuktikan bahwa suatu penyakit bersifat infeksius, adalah untuk
mengujinya menggunakan postulat Koch, yang mensyaratkan bahwa, pertama, agen infeksi hanya
dapat diidentifikasi dari individu yang memiliki penyakit dan bukan dari kontrol yang sehat, dan
kedua, bahwa individu dengan agen infeksi juga mengembangkan penyakit tersebut. Postulat ini
pertama kali digunakan dalam penemuan bahwa spesies Mycobacterium mengakibatkan
tuberkulosis.
Akan tetapi, postulat Koch biasanya tidak dapat diuji dalam praktik modern karena alasan
etis. Membuktikan penyakit akan memerlukan infeksi eksperimental pada individu yang sehat
menggunakan patogen yang diproduksi sebagai kultur murni. Sebaliknya, bahkan penyakit yang
jelas-jelas infeksius tidak selalu memenuhi kriteria tersebut; misalnya, Treponema pallidum, bakteri
penyebab sifilis, tidak dapat dikultur secara in vitro, tetapi mikroorganisme ini dapat dikultur dalam
testis kelinci. Belum diketahui dengan jelas mengapa kultur murni diperoleh dari hewan yang
menjadi inang dibandingkan dengan perolehan dari kultur lempeng.
Epidemiologi, atau studi dan analisis tentang siapa, mengapa, dan di mana penyakit terjadi,
dan apa yang menentukan berbagai populasi memiliki penyakit, merupakan alat penting lain
yang digunakan untuk memahami penyakit infeksi.
Ahli epidemiologi dapat menentukan perbedaan di antara kelompok-kelompok dalam suatu
populasi, seperti apakah kelompok usia tertentu memiliki tingkat infeksi yang lebih besar atau
lebih kecil, apakah kelompok yang tinggal di lingkungan yang berbeda lebih mungkin terinfeksi,
dan oleh faktor-faktor lain, seperti jenis kelamin dan ras.
Para peneliti juga dapat menilai apakah wabah penyakit bersifat sporadik atau hanya
terjadi sesekali; bersifat endemik, dengan tingkat yang stabil dari kasus reguler yang terjadi di
suatu daerah, epidemi, dengan jumlah kasus yang muncul cepat, dan luar biasa tinggi di suatu
wilayah atau pandemi, yang merupakan epidemi global.
Jika penyebab penyakit infeksi tidak diketahui, epidemiologi dapat digunakan untuk
membantu melacak sumber infeksi.
IV. Kemampuan menular
Penyakit infeksi kadang-kadang disebut penyakit menular ketika mudah ditularkan melalui
kontak dengan orang yang sakit atau sekresi mereka (misalnya influenza). Dengan demikian,
penyakit menular adalah bagian dari penyakit infeksi, terutama penyakit yang mudah berpindah
atau ditransmisikan. Jenis penyakit menular lain memiliki rute infeksi yang lebih khusus, seperti
penularan melalui vektor atau hubungan seksual, biasanya tidak dianggap sebagai "menular", dan
sering kali tidak memerlukan isolasi medis (kadang-kadang disebut karantina) bagi penderitanya.
Namun, konotasi khusus dari kata "menular" dan "penyakit menular" (mudah ditransmisikan) tidak
selalu dipertimbangkan dalam penggunaan populer. Penyakit infeksi biasanya ditularkan
antarindividu melalui kontak langsung. Jenis kontak yang dimaksud yaitu dari orang ke orang dan
penyebaran percikan atau tetesan. Kontak tidak langsung seperti penularan melalui udara, benda
yang terkontaminasi, makanan dan air minum, kontak orang dengan hewan (yang bertindak
sebagai reservoir), gigitan serangga, dan lingkungan yang terkontaminasi, merupakan cara lain
penularan penyakit infeksi.
V. Lokasi anatomis
2. Mulut : Air liur terdiri dari air, asam amino, protein, lipid, karbohidrat, dan senyawa
senyawa anorganik. Sehingga menyebabkan air liur merupakan salah satu medium yang
kaya serta kompleks yang dapat dipergunakan sebagai sumber nutrien bagi mikroba
pada
berbagai situs di dalam mulut. Contoh: Streptococcus salivarius.
4. Usus besar : Usus besar mengandung populasi mikroba yang terbanyak. Diperkirakan
jumlah mikroorganisme di dalam spesimen tinja adalah ± 10¹²⁻¹³ organisme per gram.
Bakteri yang terdapat dalam usus besar meliputi bakteri anaerob seperti : Bacteroides sp,
Clostridium sp, dan Lactobacillus juga bakteri anerob fakultatif seperti E.coli.
5. Kulit : Kebanyakan bakteri kulit di jumpai pada epitelium yang seakan-akan bersisik (lapisan
luar epidermis), membentuk koloni pada permukaan sel-sel mati. Kebanyakan bakteri ini adalah
spesies Staphylococcus (kebanyakan S. epidermidis dan S. aureus). Jauh di dalam kelenjar
lemak dijumpai bakteri-bakteri anaerobik lipofilik, seperti Propionibacterium acnes yang dapat
menyebabkan pertumbuhan jerawat.
7. Telinga : Flora liang telinga luar biasanya merupakan gambaran flora kulit. Dapat dijumpai
Streptococcus pneumonia, batang gram negatif termasuk Pseudomonas aeruginosa,
Staphylococcus aureus
8. Vagina : Lactobacilus yang toleran terhadap asam. Bakteri ini mengubah glikogen yang
dihasilkan epitelium vagina, dan menghasilkan asam. pH di dalam vagina terpelihara pada
sekitar 4.4 sampai 4,6. Lactobacillus mendominasi, dan fermentasi glikogen oleh bakteri
berperanan untuk menjaga pH asam, yang mencegah pertumbuhan berlebih dari organisme
vagina lainnya yang dapat merusak keadaan vagina.
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Infeksi
https://id.wikipedia.org/wiki/Infeksi#Klasifikasi
https://brainly.co.id/tugas/15964361
MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN DAN KEKURANGAN
Sekian
Terima Kasih